Anda di halaman 1dari 30

BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME

SINDROMA METABOLIK

KELOMPOK A-11
Ketua

: Hani Hanifah

(1102014119)

Sekretaris

: Ika Tri Rahayu

(1102014124)

Anggota

: Hanny Dwi Setiowati

(1102012108)

Amirtha Mustikasari

(1102013022)

Anindya Anjas Putriavi

(1102014027)

Fitria Rizki

(1102014108)

Galuh Intania

(1102014113)

Iqbal Muhammad

(1102014132)

Ina Romantin

(1102014128)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2016/2017

Sindroma Matabolik
Tn. B, 26 tahun, karyawan swasta mengatakan bahwa berat badannya semakin meningkat
sejak 1 tahun terakhir, sehingga mengakibatkan cepat lelah bila bekerja. Karna pekerjaan yang
mengharuskannya sering bepergian, maka ia lebih sering makan di luar rumah dan hampir tidak
pernah berolahraga. Saat ini ia berobat ke dokter keluarga karena mendapat informasi dari
internet bahwa gemuk dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg. Status antropometri
didapatkan berat badan 95 kg, tinggi badan 175 cm dan indeks massa tubuh (IMT) 31 kg/m 2,
lingkar perut 112 cm. tidak didapatkan kelainan pada jantung, paru ataupun abdomen. Dokter
menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium, karna menduga bahwa pasien tersebut
sudah menderita sindroma metabolic.
Saat kunjungan kedua, Tn. B sudah membawa hasil laboratorium yang memperlihatkan
glukosa darah puasa 116 mg/dl, 2 jam setelah makan 165 mg/dl, kolestrol total 226 mg/dl,
kolestrol LDL 138 mg/dl, kolestrol HDL 36 mg/dl, trigliserida 180 mg/dl dan asam urat 7,8
mg/dl.
Melihat kondisi tersebut, maka dokter memberikan edukasi tentang perencanaan makan
dan jenis olahraga yang sesuai.

Tugas mandiri
1. Memberikan edukasi kepada pasien tentang sindroma metabolic
1.1 Menjelaskan tentang definisi dan etiologi sindroma metabolic
1.2 Menjelaskan tentang patofisiologi sindroma metabolic
1.3 Menjelaskan tentang bahaya yang terjadi akibat sindroma metabolic
1.4 Menjelaskan tentang penatalaksanaan holistic sindroma metabolic
2. Memberikan edukasi cara menghitung kebutuhan kalori pada pasien sindroma metabolic
2.1 Menjelaskan perhitungan kebutuhan kalori total sesuai jenis kelamin, usia, berat badan,
tinggi badan, aktivitas fisik dan factor stress, dengan metoda Broca dan Harris Benedict
2.2 Menjelaskan persentase komposisi makronutrien karbohidrat, protein, lemak dan
menterjemahkannya dalam bentuk gram
2.3 Menjelaskan jumlah gram karbohidrat, protein, lemak dalam bentuk bahan makanan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan Penukar (DKBM)
2.4 Menjelaskan pembagian frekuensi makan selama satu hari
2.5 Menjelaskan cara menyusun menu sepanjang hari
3. Memberikan edukasi tentang olahraga pada pasien sindroma metabolic
3.1 Menjelaskan manfaat olahraga pada sindroma metabolic (berdasarkan biokimia dan
fisiologi tubuh manusia)
3.2 Menjelaskan jenis dan pengaturan olahraga yang sesuai pada pasien sindroma metabolic
4. Memberikan edukasi tentang ajaran Islam perihal makanan yang halal dan baik
4.1 Menjelaskan tentang makanan yang halal dan haram
4.2 Menjelaskan tentang jenis, pengaturan dan cara makan yang baik sesuai ajaran islam
5. Menghitung jumlah kalori bahan makanan yang dimakan 1 hari yang lalu, termasuk makan
besar dan selingan

1. Memberikan edukasi kepada pasien tentang sindroma metabolic


1.1.
Menjelaskan tentang definisi dan etiologi sindroma metabolic
Definisi
Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang berkaitan
langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler artherosklerotik. Faktor risiko tersebut
antara lain terdiri dari dislipidemia atherogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar
glukosa plasma, keadaan prototrombik, dan proinflamasi (Semiardji, 2004).
Sindrom metabolik (SM) adalah kondisi dimana seseorang memiliki tekanan darah tinggi,
obesitas sentral dan dislipidemia, dengan atau tanpa hiperglikemik. Ketika kondisi-kondisi
tersebut berada pada waktu yang sama pada satu orang, maka orang tersebut memiliki risiko
yang tinggi terhadap penyakit macrovasculer (WHO, 1999). Berbagai organisasi telah
memberikan definisi yang berbeda, namun seluruh kelompok studi setuju bahwa obesitas,
resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi merupakan komponen utama SM. Jadi meskipun
SM memiliki definisi yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama yaitu mengenali sedini
mungkin gejala gangguan metabolik sebelum seseorang jatuh ke dalam beberapa komplikasi
(Grundy, 2004).
Berdasarkan the National Cholesterol Education Program Third Adult Treatment Panel
(NCEP-ATP III) yang telah banyak diterima secara luas, Sindrom Metabolik adalah seseorang
dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut:
1 Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm);
2 Peningkatan kadar trigliserida darah ( 150 mg/dL, atau 1,69 mmol/ L);
3 Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dL atau < 1,03 mmol/ L pada pria dan pada
wanita < 50 mg/dL atau <1,29 mmol/ L);
4 Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik 130 mmHg, tekanan darah diastolik
85 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi);
5 Peningkatan glukosa darah puasa (kadar glukosa puasa 110 mg/dL, atau 6,10 mmol/
L atau sedang memakai obat anti diabetes) (Adult Treatment Panel III, 2001).

a
b

Etiologi
Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu hipotesis
menyatakan bahwa penyebab primer dari Sindrom Metabolik adalah resistensi insulin (Shahab,
2007).
Menurut pendapat Tenebaum (2003) penyebab sindrom metabolik adalah :
Gangguan fungsi sel dan hipersekresi insulin untuk mengkompensasi resistensi insulin. Hal ini
memicu terjadinya komplikasi makrovaskuler (Mis.komplikasi jantung)
Kerusakan berat sel menyebabkan penurunan progresif sekresi insulin, sehingga menimbulkan
hiperglikemia. Hal ini menimbulkan komplikasi mikrovaskuler (Mis: nephropathy diabetica)
(Anggraeni, 2007).
Faktor resiko:
1 Overweight / obesitas
Meskipun deskripsi pertama kali sindrom metabolik baru ditemukan pada awal abad ke 21,
epidemi kelebihan berat badan atau obesitas telah menjadi faktor pemicu untuk
dilakukannya penelitian terhadap sindrom metabolik lebih lanjut lagi. Deposit lemak
menjadi kunci utama pada sindrom metabolik ini, yang merefleksikan fakta bahwa
prevalensi sindrom metabolik ini diperkuat oleh adanya hubungan antara lingkar perut dan
4

peningkatan deposit lemak. Namun, disamping pentingnya faktor obesitas, pasien dengan
berat badan normal juga memiliki kemungkinan terjadinya resistensi insulin dan akhirnya
terjadi sindrom metabolik.
Gaya hidup yang salah
Kurangnya aktifitas fisik seseorang dapat dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya
cardiovascular dissease dan juga kemungkinan kematian. Banyak komponen dari metabolik
sindrom yang dihubungkan dengan gaya hidup yang salah, termasuk diantaranya
peningkatan deposit lemak (terutama di perut); penurunan kadar kolesterol HDL;
peningkatan kadar trigliserida; peningkatan tekanan darah; dan juga peningkatan kadar
glukosa dalam darah. Bila dibandingkan antara seseorang yang menonton televisi atau
menonton video atau bekerja menggunakan komputer < 1 jam per hari, dengan seseorang
yang menonton televisi atau menonton video atau bekerja menggunakan komputer > 4 jam
per hari maka orang kebiasaan menonton televisi atau menonton video atau bekerja
menggunakan komputer lebih dari 4 jam per hari memiliki kemungkinan 2x lebih besar
untuk terkena sindrom metabolik.

Usia
Angka kejadian sindrom metabolik pada populasi di Amerika Serikat, 44% terjadi pada
orang-orang dengan usia 50an. Pada rentang usia ini angka kejadian sindrom metabolik
lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Faktor usia ini juga memiliki pengaruh yang
sama terhadap prevalensi munculnya sindrom metabolik ini di negara-negara lain di seluruh
dunia.

Diabetes Mellitus
Faktor diabetes mellitus ini terdapat pada kriteria NCEP dan International Diabetes
Foundation (IDF) tentang definisi sindrom metabolik. Diperkirakan mayoritas besar 75%
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 atau impaired glucose tolerance (IGT) memiliki
sindrom metabolik. Pada populasi yang mengidap diabetes melitus tipe 2 atau impaired
glucose tolerance (IGT) yang disertai dengan sindrom metabolik memiliki angka prevalensi
yang tinggi terhadap terjadinya cardiovascular dissease dibandingkan dengan populasi yang
mengidap diabetes mellitus tipe 2 atau impaired glucose tolerance (IGT) yang tidak disertai
dengan sindrom metabolik.

Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Angka prevalensi dari pasien metabolik sindrom dengan penyakit jantung koroner adalah
50%, dengan prevalensi sebesar 37% pasien mengalami penyakit jantung koroner yang
prematur (usia kurang dari 45 tahun), biasanya terdapat pada wanita. Dengan perawatan
jantung yang baik disertai dengan perubahan gaya hidup (misalnya nutrisi yang baik,
olahraga teratur, penurunan berat badan, dan pada beberapa kasus menggunakan agen
farmakologis) maka prevalensi dari sindrom metabolik dapat diturunkan.

Lipodistrofi
Gangguan lipodistrofi pada umunya dihubungkan dengan metabolik sindrom. Ada yang
secara genetik misalnya Berardinelli-Seip congenital lipodystrophy, Dunnigan familial
partial lipodystrophy atau didapat misalnya lipodistrofi pada pasien-pasien HIV yang

diberikan terapi antiretroviral dapat membentuk lipodistrofi yang dapat meningkatkan


tingkat keparahan resistensi insulin dan banyak lagi komponen sindrom metabolik.
Faktor lain pencetus sindrom metabolic yaitu:
1. Diet yang salah
Pada sindrom metabolik yang menjadi perhatian adalah bukan berapa banyak makanan yang
dimakan, tapi apa jenis makanan yang dimakan. Konsumsi makanan dengan tinggi
karbohidrat yang mengandung gula putih dan tepung terigu menyababkan terjadinya
sindrom metabolik dalam masyarakat modern sekarang ini.
2. Sindrom ovarium polikistik
Sindrom ini merupakan bentuk gangguan hormonal yang sering ditemui pada wanita,
diderita oleh 6-10% wanita premenopause. Pada keadaan ini produksi hormone wanita
meningkat, sehingga ovulasi dihambat. Karena ovulasi tidak terjadi, maka produksi hormone
progesterone menjadi terhambat, menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas. Wanita
dengan sindrom ovarium polikistik mempunyai tendensi mengalami sindrom metabolic
lebih besar, dan tujuh kali lebih sering mengalami diabetes mellitus tipe 2, terutama jika
,mereka juga mengalami kelebihan berat badan.
3. Faktor Genetic
Bila diantara anggota keluarga mempunyai riwayat obesitas, diabetes mellitus tipe
2,hipertensi, sindrom ovarium polikistik atau penyakit jantung, maka resiko untuk
mengalamisindrom metaboolik meningkat.
4. Fitness dan Exercise
Resistensi insulin lebih umum ditemui pada orang yang biasa hidup dengan cara lifestyle
buruk dan tidak melakukan olahraga secara teratur. Kekurangan latihan olahraga akan
meningkatkan resiko sindrom metabolic sebanyak 20-25%. Meskipun latihan olahraga
teratur akan menurunkan resistensi insulin, manfaatnya akan hilang bila latihan olahraga
tersebut dihentikan. Merokok dapat sedikit meningkatkan resistensi insulin, sedangkan
minuman beralkohol 1-2 gelas/hari tidak meningkatkan tendensi sindrom metabolic.
1.2.

Menjelaskan tentang patofisiologi sindroma metabolic

Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa resistensi insulin dan obesitas sentral merupakan
patofisiologi dasar yang saling berkaitan erat satu sama lain tanpa mengesampingkan factor
lainnya dari sindrom metabolik.
1. Obesitas sentral
Obesitas dapat disebabkan oleh banyak factor tetapi prinsip dasarnya adalah sama yaitu
ketidakseimbangan dalam penyimpanan dan pengeluaran energi. Energi yang dimasukkan
dalam tubuh tidak digunakan secara efektif sehingga tertimbun dalam jaringan lemak.
Terdapat dua tipe obesitas yaitu obesitas sentral dan perifer. Pada obesitas sentral terjadi
penimbunan lemak dalam tubuh melebihi nilai normal di daerah abdomen. Sedangkan
obesitas perifer adalah penimbunan lemak didaerah gluteofemoral. Obesitas sentral

merupakan factor yang sangat berpengaruh dalam mencetuskan terjadinya resistensi insulin.
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin, antara lain :
a. Lipotoksisitas
Pemaparan asam lemak bebas yang lama pada sel beta pancreas meningkatkan
pengeluaran insulin basal tapi menghambat sekresi insulin yang disebabkan oleh
glukosa. Selain itu asam lemak bebas juga dapat menghambat ekspresi insulin pada
keadaan glukosa plasma yang tinggi dan menginduki apoptosis sel beta pankreas. Asam
lemak bebas yang meningkat mengganggu kemampuan insulin untuk menghambat
penghasilan glukosa hepatic dan menghambat pemasokan glukosa ke dalam otot skelet,
juga menghambat sekresi insulin dari sel beta pankreas. Hal ini menyebabkan resistensi
insulin pada organ hati dan otot.
b. Adipositokin
Sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak seperti TNF-, IL-6 dan resistin dapat
mencetuskan terjadinya resistensi insulin karena adanya efek proinflamasi. Efek-efek ini
dapat mengganggu fungsi GLUT-4 sebagai transporter glukosa sehingga tidak dapat
memasukkan glukosa ke dalam sel. Jaringan lemak yang dulu dianggap sebagai deposit
trigliserid ternyata mempunyai fungsi endokrin sitokin dengan menghasilkan hormon
TNF-, leptin, interleukin 6, resistin. TNF, interleukin dan resitin menyebabkan
resistensi insulin sedang adiponektin dan leptin menghambat resistensi insulin.
- Adinopektin
Adinopektin adalah protein sekretorik mirip kolagen yang dihasilkan oleh sel
lemak. Kadar adinopektin dalam serum berbanding terbalik dengan berat badan.
Adinopektin juga memiliki peran dalam meningkatkan sensitifitas insulin, anti
inflamasi dan anti-aterogenik.

Gambar 1. Peran Aditnopektin terhadap resistensi insulin


-

Leptin
Kadar leptin serum sangat berhubungan dengan ekspresi mRNA leptin pada sel
lemak dan kadar trigliserida dalam sel tersebut. Tempat kerja leptin di hipotalamus,
dimana leptin bekerja sebagai regulator pemasukan dan pengeluaran energi. Leptin
memiliki efek menurunkan sintesis lemak,menurunkan sintesis trigliserida dan
meningkatkan oksidasi asam lemak sehingga bisa meningkatkan sensitifitas insulin.
Selain itu leptin berfungsi menurunkan nafsu makan dan meningkatkan penggunaan
energi.
Interleukin-6

IL-6 adalah sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak dimana peningkatan kadarnya
dipengaruhi oleh peningkatan jumlah dan ukuran sel lemak. IL-6 disekresi 2-3 kali
lebih banyak oleh jaringan lemak viseral daripada jarigan lemak subkutan pada
orang yang obes berat IL-6 memiliki sifat pro-inflamasi yang dapat dihubungkan
dengan terjadinya resistensi insulin. IL-6 diperkirakan dapat mengirimkan sinyalsinyal secara sistemik untuk menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin khususnya
sel hati.
Resistin
Resistin adalah hormone yang diekspresi dan disekresi oleh sel lemak. Ekspresi gen
resistin diinduksi pada saat diferensiasi sel lemak. Resistin diperkirakan memiliki
peran dalam obesitas dan resistensi insulin.
TNF-
Sel lemak merupakan sumber dan target dari sitokin TNF-. Orang yang
mengalami obesitas mengekspresikan mRNA TNF- 2-3 kali lebih banyak daripada
orang kurus. Kadar TNF- akan menurun dengan penurunan berat badan. Efek
TNF- pada jaringan lemak yaitu penurunan eksresi transporter glukosa GLUT-4
dan peningkatan hormon lipase. TNF- memiliki potensi untuk mencetuskan
resistensi insulin karena glukosa plasma yang masuk ke sel berkurang.

2. Resistensi insulin
Perkembangan resistensi insulin pada sindrom metabolik disebabkan oleh banyaknya asam
lemak bebas yang beredar di plasma pada orang dengan obesitas sentral.

Gambar 2. Patofisiologi gangguan pada sindrom metabolic


Berdasarkan gambar diatas, adanya resistensi insulin ini akan semakin meningkatkan
pemecahan asam lemak bebas (lipolisis) di jaringan adiposa yang menyebabkan terjadinya
beberapa gangguan pada sistem organ antara lain:
Jaringan otot : terjadi penurunan ambilan glukosa (Glucose uptake)
Hati
: terjadi peningkatan pemecahan glukosa di hati (glukoneogenesis)
Pankreas
: terjadi peningkatan sekresi insulin oleh sel- pancreas
8

Pembuluh darah
: terjadinya vasokonstriksi dan penurunan relaksasi pembuluh
darah akibat penurunan Nitrit oxide.
Resistensi insulin dapat menyebabkan dislipidemia melalui peningkatan asam lemak bebas
yang dapat meningkatkan sintesis dan sekresi apoB100 sebagai kofaktor dari trigliserid dan
VLDL. Pada hipertrigliseridemia terjadi penurunan isi ester kolesterol dari inti lipoprotein
menyebabkan penurunan isi kolesterol HDL dengan peningkatan beragam trigliserida
menjadikan partikel kecil dan padat. Hal ini menyebabkan peningkatan bersihan HDL di
sirkulasi.

Gambar 3. Patofisiologi dislipidemia pada sindrom metabolic


Hipertensi pada sindrom metabolik dapat disebabkan oleh mekanisme yang sulit dipisahkan
satu sama lain karena adanya resistensi insulin dan obesitas. Adanya resistensi insulin akan
mengganggu produksi endothelial Nitric OxideSynthase (eNOS) sehingga menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah.

Gambar 4. Patofisiologi hipertensi pada sindrom metabolik


Selain itu, obesitas juga dapat menimbulkan hipertensi melalui beberapa mekanisme berikut:
Pada individu obese terjadi peningkatan volume darah, stroke volume dan cardiac
output sehingga terjadi peningkatan peripheral vascular resistance pada individu obese
yang dapat menimbulkan kondisi hipertensi
9

Obesitas dikaitkan dengan disfungsi endotel, resistensi insulin, perubahan sistem saraf
simpatik, dan pelepasan mediator proinflamasi (Tumor NecrosisFactor/TNF- dan
Intrleukin/IL-6) sehingga terjadi peningkatan peripheralvascular resistance.
1.3.

Menjelaskan tentang bahaya yang terjadi akibat sindroma metabolic

Penyakit Kardiovaskular
Risiko relatif untuk onset baru CVD pada pasien dengan sindrom metabolik, pada pasien tanpa
diabetes, rata-rata antara 1,5 dan tiga kali lipat. Dalam sebuah tindaklanjut dari laki-laki setengah
baya dan wanita di Framingham Offspring Study (FOS), risiko penduduk yang timbul pada
pasien dengan sindrom metabolik untuk mengembangkan CVD adalah 34% pada pria dan 16%
pada wanita. Dalam studi yang sama, baik sindrom metabolik dan diabetes stroke iskemik
diprediksi dengan risiko lebih besar untuk pasien dengan sindrom metabolik daripada untuk
diabetes sendiri (19% vs 7%), khususnya pada wanita (27% vs 5%). Pasien dengan sindrom
metabolik juga pada peningkatan risiko untuk penyakit pembuluh darah perifer.
Diabetes mellitus type 2
Secara keseluruhan, resiko diabetes tipe 2 pada pasien dengan sindrom metabolik adalah
meningkat tiga sampai lima kali lipat. Dalam FOS's tindak-lanjut dari laki-laki setengah baya
dan wanita, resiko populasi yang timbul untuk mengembangkan diabetes tipe 2 62% pada pria
dan 47% pada wanita.
Keadaan-keadaan lain yang menyertai sindrom metabolik
Nonalkoholik fatty liver disease
Fatty liver adalah relatif umum. Namun, dalam NASH, akumulasi trigliserida baik dan hidup
berdampingan peradangan. NASH kini hadir di 2-3% dari populasi di Amerika Serikat dan
negara-negara Barat lainnya. Sebagai prevalensi kelebihan berat badan / obesitas dan
peningkatan sindrom metabolik, NASH dapat menjadi salah satu penyebab lebih sering dari
penyakit hati stadium akhir dan karsinoma hepatoseluler. Hiperurisemia Hyperuricemia
mencerminkan defek dalam aksi insulin pada reabsorpsi tubular ginjal asam urat, sedangkan
peningkatan dimethylarginine asimetris, penghambat endogenoksida nitrat sintase, berhubungan
dengan disfungsi endotel. Mikroalbuminuria juga bisa disebabkan oleh patofisiologi endotel
diubah pada keadaan resisten insulin. Sindrom ovarium polikistik PCOS sangat berhubungan
dengan sindrom metabolik, dengan prevalensi antara 40dan 50%. Wanita dengan PCOS yang 2-4
kali lebih mungkin untuk memiliki sindrom metabolik dibandingkan dengan wanita tanpa PCOS.
Obstructive Sleep Apnea
OSA umumnya terkait dengan obesitas, hipertensi, meningkatkan sirkulasi sitokin, IGT, dan
resistensi insulin. Dengan asosiasi, maka tidak mengherankan bahwa sindrom metabolik sering
hadir. Apalagi bila biomarker resistensi insulin dibandingkan antara pasien dengan OSA dan
berat kontrol cocok, resistensi insulin lebih parah pada pasien dengan OSA. tekanan udara
Continuous positif (CPAP) pengobatan pada pasien OSA meningkatkan sensitivitas insulin
1.4.

Menjelaskan tentang penatalaksanaan holistic sindroma metabolic

Saat ini belum ada studi acak terkontrol yang khusus tentang penatalaksanaan Sindrom
Metabolik. Berdasarkan studi klinis, penatalaksanaan agresif terhadap komponen Sindrom
10

Metabolik dapat mencegah atau memperlambat onset diabetes, hipertensi dan penyakit
kardiovaskular. Semua pasien yang didiagnosis dengan Sindrom Metabolik hendaklah dimotivasi
untuk merubah kebiasaan makan dan latihan fisiknya sebagai pendekatan terapi utama.
Penatalaksanaan sindrom metabolik bertujuan untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskular
dan DM tipe 2 pada pasien yang belum diabetes. Apabila kondisi tersebut sudah ada maka perlu
dilakukan terapi pengobatan untuk sindrom metabolik. Penatalaksanaan sindrom metabolik
terdiri atas 2 pilar, yaitu tatalaksana penyebab (kegemukan atau obesitas dan inaktivitas fisik)
serta tatalaksana faktor resiko lipid dan non lipid. Penurunan berat badan dapat memperbaiki
semua aspek Sindrom Metabolik, mengurangi semua penyebab dan mortalitas penyakit
kardiovaskular. Namun kebanyakan pasien mengalami kesulitan dalam mencapai penurunan
berat badan. Latihan fisik dan perubahan pola makan dapat menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki kadar lipid, sehingga dapat memperbaiki resistensi insulin.
Gaya hidup
Obesitas adalah kekuatan pendorong di belakang sindrom metabolik. Dengan demikian,
penurunan berat badan adalah pendekatan utama gangguan tersebut3,5. Dengan penurunan berat
badan, perbaikan dalam sensitivitas insulin sering disertai dengan modifikasi menguntungkan
dalam banyak komponen dari sindrom metabolik. Secara umum, rekomendasi untuk menurunkan
berat badan termasuk kombinasi pembatasan kalori, meningkatkan aktivitas fisik, dan modifikasi
perilaku5. Untuk penurunan berat badan, pembatasan kalori merupakan komponen yang paling
penting, sedangkan peningkatan aktivitas fisik adalah penting untuk pemeliharaan penurunan
berat badan3. Beberapa, tetapi tidak semua, bukti menunjukkan bahwa penambahan latihan untuk
pembatasan kalori dapat meningkatkan berat badan relatif lebih besar dari depot visceral.
Kecenderungan untuk kembali berat badan setelah penurunan berat badan berhasil
menggarisbawahi perlunya perubahan perilaku jangka panjang.
Diet
Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan diabetes melitus. Review dari Cochrane Database mendukung peranan
intervensi diet dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Bukti-bukti dari suatu studi
besar menunjukkan bahwa diet rendah sodium dapat membantu mempertahankan penurunkan
tekanan darah. Hasil dari studi klinis, diet rendah lemak selama lebih dari 2 tahun menunjukkan
penurunan bermakna dari kejadian komplikasi kardiovaskular dan menurunkan angka kematian
total.
Berdasarkan studi dari the Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), pasien yang
mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dan tinggi karbohidrat terbukti mengalami penurunan
tekanan darah yang berarti walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Penurunan asupan
sodium dapat menurunkan tekanan darah lebih lanjut atau mencegah kenaikan tekanan darah
yang menyertai proses menua. Studi dari the Coronary Artery Risk Development in Young Adults
mendapatkan bahwa konsumsi produk2 rendah lemak dan garam disertai dengan penurunan
risiko sindrom metabolik yang bermakna.
Diet rendah lemak tinggi karbohidrat dapat meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan
kadar HDL kolesterol, sehingga memperberat dislipidemia. Untuk menurunkan
hipertrigliseridemia atau meningkatkan kadar HDL kolesterol pada pasien dengan diet rendah
lemak, asupan karbohidrat hendaklah dikurangi dan diganti dengan makanan yang mengandung
lemak tak jenuh (monounsaturated fatty acid = MUFA) atau asupan karbohidrat yang
11

mempunyai indeks glikemik rendah. Diet ini merupakan pola diet Mediterrania yang terbukti
dapat menurunkan mortalitas penyakit kardiovaskular. Suatu studi menunjukkan adanya korelasi
antara penyakit kardiovaskular dan asupan biji-bijian dan kentang.
Para peneliti merekomendasikan diet yang mengandung biji-bijian, buah-buahan dan
sayuran untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Efek jangka panjang dari diet rendah
karbohidrat belum diteliti secara adekuat, namun dalam jangka pendek, terbukti dapat
menurunkan kadar trigliserida, meningkatkan kadar HDL-cholesterol dan menurunkan berat
badan. Pilihan untuk menurunkan asupan karbohidrat adalah dengan mengganti makanan yang
mempunyai indeks glikemik tinggi dengan indeks glikemik rendah yang banyak mengandung
serat. Makanan dengan indeks glikemik rendah dapat menurunkan kadar glukosa post prandial
dan insulin.
Sebelum resep diet penurunan berat badan, penting untuk menekankan bahwa dibutuhkan
waktu yang lama bagi pasien untuk mencapai massa lemak diperluas, dengan demikian, koreksi
tidak perlu terjadi dengan cepat. Atas dasar ~ 3500 = kkal salah satu lemak, pembatasan ~ 500
kkal setiap hari sama dengan penurunan berat 1 lb / minggu 3,5. Diet dibatasi karbohidrat biasanya
memberikan penurunan berat badan yang cepat awal. Namun, setelah satu tahun, jumlah
penurunan berat badan biasanya tidak berubah5. Dengan demikian, kepatuhan terhadap diet lebih
penting daripada yang diet dipilih. Selain itu, ada kekhawatiran tentang diet yang diperkaya
lemak jenuh, terutama untuk pasien berisiko untuk CVD. Oleh karena itu, kualitas tinggi yaitudiet, diperkaya dalam buah-buahan, sayuran, biji-bijian, unggas ramping, dan ikan-harus
didorong untuk memberikan manfaat kesehatan maksimal secara keseluruhan5.
Aktivitas Fisik
Otot rangka merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap insulin didalam tubuh, dan
merupakan target utama terjadinya resistensi insulin. Latihan fisik terbukti dapat menurunkan
kadar lipid dan resistensi insulin didalam otot rangka. Pengaruh latihan fisik terhadap
sensitivitas insulin terjadi dalam 24 48 jam dan hilang dalam 3 sampai 4 hari. Jadi aktivitas
fisik teratur hendaklah merupakan bagian dari usaha untuk memperbaiki resistensi insulin.
Pasien hendaklah diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan derajat aktifitas fisiknya.
Manfaat paling besar dapat diperoleh bila pasien menjalani latihan fisik sedang secara teratur
dalam jangka panjang. Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan fisik menggunakan beban
merupakan pilihan terbaik. Dengan menggunakan dumbbell ringan dan elastic exercise band
merupakan pilihan terbaik untuk latihan dengan menggunakan beban. Jalan kaki dan jogging
selama 1 jam perhari juga terbukti dapat menurunkan lemak viseral secara bermakna pada laki2
tanpa mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan.
Sebelum rekomendasi aktivitas fisik yang diberikan kepada pasien dengan sindrom
metabolik, penting untuk memastikan bahwa kegiatan ini meningkat tidak menimbulkan risiko 3.
Beberapa pasien risiko tinggi harus menjalani evaluasi kardiovaskular formal sebelum memulai
program latihan. Untuk peserta yang tidak aktif, meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap
harus didorong untuk meningkatkan kepatuhan dan untuk menghindari cedera. Walaupun
peningkatan aktivitas fisik dapat mengakibatkan pengurangan berat badan yang sederhana, 60-90
menit aktivitas sehari-hari diperlukan untuk mencapai tujuan ini. Bahkan jika orang dewasa
kelebihan berat badan atau obesitas tidak dapat mencapai tingkat aktivitas, mereka masih
memperoleh manfaat kesehatan yang signifikan dari minimal 30 menit aktivitas intensitas sedang
setiap hari. Dari catatan, berbagai kegiatan rutin-seperti berkebun, berjalan, dan membersihkan

12

rumah-membutuhkan pengeluaran kalori moderat. Dengan demikian, aktivitas fisik tidak perlu
didefinisikan semata-mata dalam hal latihan formal seperti jogging, berenang, atau tenis.
Medikamentosa
Obat-obatan dapat dipakai sebagai bagian pengaturan berat badan. Obat yang dapat
diberikan adalah sibutramin dan orlistat. Sibutramin bekerja disentral memberikan efek
mengurangi asupan energi melalui efek memberikan rasa kenyang dan mempertahankan
pengeluaran energi. Demikian pula dengan efek metabolik, sebagai efek penurunan berat badan
pemberian sibutramin setelah 24 minggu yang disertai dengan diet dan aktifitas fisik,
memperbaiki kolesterol HDL dan kadar trigliserida.
Untuk hipertensi pada sindrom metabolik, dapat digunakan golongan ACE-inhibitor yang
memiliki makna dalam meregresi hipertrofi ventrikel. Selain itu, valsartan sebagai penghambat
reseptor angiotensin dapat mengurangi albuminuria yang diketahui sebagai faktor risiko
independen kardiovaskular. Tiazolidindion juga memilki pengaru persisten dalam menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik. Tiazolidindion dan metformin juga dapat menurunkan kadar
asam lemak bebas. Pada diabetes prevention program, penggunaan metformin dapat mengurangi
progresi diabetes sebesar 31% dan efektif pada pasien muda dengan obesitas.
Pilihan terapi untuk dislipidemia selain dengan modifikasi gaya hidup adalah dengan
pemberian obat. Terapi dengan gemfibrozil tidak hanya memperbaiki profil lipid tapi juga
menurunkan risiko kardiovaskuler. Fenofibrat juga secara khusus digunakan untuk menurunkan
trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL, telah meningkatkan perbaikan profil lipid yang
sangat efektif dan mengurangi risiko kardiovaskular.
1. Kegemukan
Pada beberapa pasien dengan sindrom metabolik, pilihan pengobatan perlu melampaui
intervensi gaya hidup. Penurunan berat badan obat datang dalam dua kelas utama: penekan
nafsu makan dan penghambat penyerapan. Penekan nafsu makan disetujui oleh Food and
Drug Administration termasuk viagra (untuk penggunaan jangka pendek saja, 3 bulan) dan
sibutramine.
Orlistat menghambat penyerapan lemak oleh ~ 30% dan ini cukup efektif dibandingkan
dengan plasebo (~ berat badan 5%). Orlistat telah ditunjukkan untuk mengurangi timbulnya
diabetes tipe 2, efek yang jelas terutama pada pasien dengan IGT awal 3. bariatrik operasi
merupakan pilihan bagi pasien dengan sindrom metabolik yang memiliki indeks massa
tubuh (BMI)> 40 kg/m2 atau> 35 kg/m2 dengan komorbiditas. Bypass lambung hasil
pengurangan berat badan dan peningkatan dramatis dalam fitur sindrom metabolik. Saat ini,
bagaimanapun, manfaat kelangsungan hidup belum direalisasikan3.
2. LDL Kolesterol
Dasar pemikiran untuk NCEP: ATP III panel untuk mengembangkan kriteria untuk
sindrom metabolik adalah melampaui kolesterol LDL dalam mengidentifikasi dan
mengurangi risiko CVD3. Asumsi bekerja dengan panel adalah bahwa kolesterol LDL tujuan
telah tercapai, dan bukti meningkatkan mendukung pengurangan linear dalam acara CVD
dengan progresif menurunkan kolesterol LDL. Untuk pasien dengan sindrom metabolik dan
diabetes, kolesterol LDL harus dikurangi menjadi <100 mg / dL dan mungkin lebih lanjut
pada pasien dengan riwayat kejadian CVD. Untuk pasien dengan sindrom metabolik tanpa

13

diabetes, skor risiko Framingham dapat memprediksi risiko CVD 10 tahun yang melebihi
20%.
Dalam mata pelajaran ini, kolesterol LDL juga harus dikurangi menjadi <100 mg / dL.
Dengan risiko 10-tahun <20%, namun, tujuan yang ditargetkan kolesterol LDL adalah <130
mg / dL. Diet dibatasi lemak jenuh (<7% dari kalori), kolesterol lemak (sesedikit mungkin),
dan trans (<200 mg sehari) harus diterapkan agresif 3. Jika kolesterol LDL tetap di atas
tujuan, maka diperlukan intervensi farmakologi. Statin (HMG-CoA reduktase inhibitor),
yang menghasilkan 20-60% menurunkan kolesterol LDL, umumnya pilihan pertama untuk
intervensi pengobatan. Dari catatan, untuk setiap dua kali lipat dari dosis statin, hanya ada ~
6% tambahan menurunkan kolesterol LDL.
Efek samping jarang terjadi dan mencakup peningkatan transaminase hati dan / atau
miopati. Penyerapan kolesterol ezetimibe inhibitor ditoleransi dengan baik dan harus
menjadi pilihan kedua. Ezetimibe biasanya mengurangi kolesterol LDL oleh 15-20%. Asam
cholestyramine sequestrants empedu dan colestipol lebih efektif daripada ezetimibe tetapi
harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan sindrom metabolik karena mereka
sering meningkatkan trigliserida. Secara umum, sequestrants empedu tidak boleh diberikan
ketika trigliserida puasa> 200 mg / dL. Efek samping termasuk gejala gastrointestinal
(palatabilitas, kembung, bersendawa, sembelit, iritasi dubur). asam Nicotinic memiliki
kemampuan sederhana penurun kolesterol LDL (<20%). Fibrate yang terbaik digunakan
untuk menurunkan kolesterol LDL ketika kedua kolesterol LDL dan nontriglycerides
ditinggikan. Fenofibrate mungkin lebih efektif daripada gemfibrozil di grup ini.
3. Trigliserida
The NCEP: ATPIII telah difokuskan pada kolesterol non-HDL daripada trigliserida.
Namun, nilai trigliserida puasa <150 mg / dL dianjurkan. Secara umum, respon puasa
trigliserida berkaitan dengan jumlah penurunan berat badan tercapai. Penurunan berat> 10%
perlu trigliserida puasa yang lebih rendah3. Sebuah fibrate (gemfibrozil atau fenofibrate)
adalah obat pilihan untuk trigliserida puasa yang lebih rendah dan biasanya mencapai
penurunan 35-50%. Seiring dengan pemberian obat dimetabolisme oleh sistem sitokrom
P450 3A4 (termasuk beberapa statin) sangat meningkatkan risiko miopati. Dalam kasus ini,
fenofibrate mungkin lebih baik untuk gemfibrozil. Dalam Intervensi Veterans Affairs HDL
Trial (VA-HIT), gemfibrozil diberikan untuk pria dengan PJK dikenal dan kadar kolesterol
HDL <40 mg / dL3.
Sebuah peristiwa penyakit jantung koroner dan manfaat kematian dialami terutama pada
laki-laki dengan hyperinsulinemia dan / atau diabetes, banyak dari mereka retrospektif
memiliki sindrom metabolik. Dari catatan, jumlah menurunkan trigliserida di HIT-VA tidak
memprediksi manfaat. Meskipun kadar kolesterol LDL tidak berubah, penurunan jumlah
partikel LDL yang terkait dengan manfaat. Meskipun beberapa uji klinis tambahan telah
dilakukan, ini tidak menunjukkan bukti yang jelas bahwa fibrate mengurangi risiko CVD
sebagai konsekuensi dari menurunkan trigliserida.
Obat lain yang trigliserida lebih rendah termasuk statin, asam nikotinat, dan dosis tinggi
asam lemak omega-3. Ketika memilih sebuah statin untuk tujuan ini, dosis harus tinggi
untuk "kurang kuat" statin (lovastatin, pravastatin, fluvastatin) atau menengah untuk "lebih
kuat" statin (simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin)3. Pengaruh asam nikotinat pada
14

trigliserida puasa adalah dosis terkait dan kurang dari fibrate (~ 20-40%). Pada pasien
dengan sindrom metabolik dan diabetes, asam nikotinat dapat meningkatkan glukosa puasa.
Omega-3 persiapan asam lemak yang mencakup dosis tinggi asam docosahexaenoic dan
asam eicosapentaenoic (~ 3,0-4,5 g sehari) lebih rendah trigliserida puasa by ~ 40%. Tidak
ada interaksi dengan fibrate atau statin terjadi, dan efek samping utama adalah ledakan
dengan rasa amis. Hal ini sebagian dapat diblokir oleh menelan para nutraceutical setelah
pembekuan. Uji klinis asam nikotinat atau dosis tinggi omega-3 asam lemak pada pasien
dengan sindrom metabolik belum dilaporkan.
4. HDL Kolesterol
Di luar pengurangan berat badan, ada sangat senyawa lipid-memodifikasi beberapa yang
meningkatkan HDL kolesterol3. Statin, fibrate, dan sequestrants asam empedu memiliki efek
sederhana (5-10%), dan tidak ada efek pada kolesterol HDL dengan asam omega-3
ezetimibe atau lemak. asam Nicotinic adalah obat saat ini tersedia hanya dengan sifat HDL
kolesterol penggalangan diprediksi. Respon adalah dosis terkait dan dapat meningkatkan
kolesterol HDL ~ 30% di atas dasar. Ada sedikit bukti saat ini bahwa meningkatkan HDL
memiliki manfaat pada peristiwa CVD independen menurunkan kolesterol LDL, terutama
pada pasien dengan sindrom metabolik3.
5. Tekanan darah
Hubungan langsung antara tekanan darah dan semua penyebab kematian telah mapan,
termasuk pasien dengan hipertensi (> 140/90) versus prehipertensi (> 120/80 tapi <140/90)
versus individu dengan normal tekanan darah (<120/80) 3. Pada pasien dengan sindrom
metabolik tanpa diabetes, pilihan terbaik untuk antihipertensi pertama biasanya harus
menjadi inhibitor ACE atau angiotensin II reseptor blocker, karena kedua golongan obat
muncul untuk mengurangi insiden onset baru diabetes tipe 2 3. Pada semua pasien dengan
hipertensi, diet natrium-Pembatasan diperkaya dengan buah-buahan dan sayuran dan produk
susu rendah lemak harus menganjurkan. Home pemantauan tekanan darah dapat membantu
dalam mempertahankan kontrol tekanan darah yang baik.
6. Gangguan Glukosa Puasa
Pada pasien dengan sindrom metabolik dan diabetes tipe 2, kontrol glikemik agresif baik
dapat mengubah trigliserida puasa dan / atau kolesterol HDL. Pada pasien dengan IFG tanpa
diagnosis diabetes, intervensi gaya hidup yang mencakup pengurangan berat badan,
pembatasan lemak dari makanan, dan peningkatan aktivitas fisik telah terbukti mengurangi
timbulnya diabetes tipe 23. Metformin juga telah ditunjukkan untuk mengurangi kejadian
diabetes, meskipun efeknya kurang dari yang terlihat dengan intervensi gaya hidup.
7. Resistensi Insulin
Golongan obat Beberapa [biguanides, thiazolidinediones (TZD) meningkatkan
sensitivitas insulin. Jika resistensi insulin adalah mekanisme pathophysiologic utama untuk

15

sindrom metabolik, obat-obatan maka perwakilan di kelas-kelas ini harus mengurangi


prevalensi. Baik metformin dan TZDs meningkatkan tindakan insulin dalam hati dan
menekan produksi glukosa endogen. TZDs, tetapi tidak metformin, juga meningkatkan
penyerapan glukosa insulin-mediated dalam otot dan jaringan adiposa. Manfaat kedua obat
juga telah terlihat pada pasien dengan NAFLD dan PCOS, dan mereka telah terbukti
mengurangi tanda peradangan dan LDL padat kecil3. Secara umum, efek menguntungkan
dari TZDs muncul unggul daripada metformin.
2. Memberikan edukasi cara menghitung kebutuhan kalori pada pasien sindroma
metabolic
2.1.
Menjelaskan perhitungan kebutuhan kalori total sesuai jenis kelamin, usia,
berat badan, tinggi badan, aktivitas fisik dan factor stress, dengan metoda Broca
dan Harris Benedict
Dengan:
Jenis kelamin: laki-laki
Umur: 26 tahun
Berat badan: 95 kg
Tinggi badan: 175 cm

o Berat Badan Ideal (BBI): (TB - 100) 10%


= (175 - 100) 10%
= 75 7,5
= 67,5
o Berat Badan Normal (BBN): BBI 10%
= 67,5 + 6,75 = 74,25
= 67,5 6,75 = 60,75
BBN: 60,75 74,25
Maka dengan berat badan normal 60,75 74,25 dengan berat 95 kg maka pasien tersebut masuk
katagori gemuk.
o Broca: (TB-100) x 25 + Tingkat Aktivitas
= (175 100) x 25 + 25
= 75 x 25 + 25
= 1900 kal
o Harris Benedict: 66 + (13,7 x BBI) + (5 x TB) - (6,8 x U)

16

= 66 + (13,7 x 67,5) + (5 x 175) - (6,8 x 26)


= 66 + 924,75 + 875 176,8
= 1688,95 ~ 1700 (kebutuhan kalori basal)
KKT = kebutuhan kalori basal + 10%
1700 + 170 = 1870 ~ 1900 kal
2.2.

Menjelaskan persentase komposisi makronutrien karbohidrat, protein,


lemak dan menterjemahkannya dalam bentuk gram

Rekomendasi persentase :
Karbohidrat: 60% x kebutuhan kalori

Protein: 15% x kebutuhan kalori

Lemak: 25% x kebutuhan kalori


Maka:

Karbohidrat = 0,6 x 1900 = 1140 kal


Protein = 0,15 x 1900 = 285 kal
Lemak = 0,25 x 1900 = 475 kal

Konversi ke dalam bentuk gram, dengan 1 kal = 4 gram


Karbohidrat = 1140 kal : 4 = 285 gr
Protein = 285 kal : 4 = 71,25 gr = 71 gr
Lemak = 475 : 4 = 118,79 gr = 119 gr

17

Perempuan
=655+(9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)
Laki-laki
=66+(13,7xBB)+(5xTB)-(6,8xU)
Keb Kal Total = Keb. Kal. Basal + Keb. Kal. Aktifitas + Keb. Kal. Resiko Penyakit

Keb Kal Aktifitas


Ringan : 10-15%
Sedang : 20%
Berat : 30%

Keb Kal Resiko Penyakit


Ringan : 10-15%
Sedang : 20%
Berat : >30%

2.3.

Menjelaskan jumlah gram karbohidrat, protein, lemak dalam bentuk bahan


makanan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan Penukar (DKBM)

GOLONGAN 1 (Sumber Karbohidrat)


Satu satuan penukar mengandung:
40 g karbohidrat, 4 g protein, 175 kKalori
Bahan Makan
URT

Gram

Bengkuang
Bihun
Biskuit
Gadung

320 S+++
50
40 Na+
175 S++

2 bj bsr
gls
4 bh bsr
1 ptg

18

Ganyong
Gembili
Havermout
Jagung segar
Kentang
Kentang Hitam
Maizena
Makaroni
Mi basah
Mi Kering
Nasi Beras giling
Nasi beras giling
Nasir Ketan Hitam
Nasi ketan putih
Roti Putih
Roti warna coklat
Singkong
Sukun
Talas
Tape beras ketan
Tape singkong
Tepung Tapioka
Tepung beras
Tepung Hunkwee
Tepung sagu

1 ptg
1 ptg
5 sdm
3 bj sdg
2 bh sdg
12 bj
10 sdm
gls
2 gls
1 gls
3/4 gls
3/4 gls
3/4 gls
3/4 gls
3 iris
3 iris
1 ptg
3 ptg sdg
bj sdg
5 sdm
1 ptg sdg
8 sdm
8 sdm
10 sdm
8 sdm

185 S++
185 S++
45 S++
125 S++
210 K+
125 P50 P50 P200 Na+P50 Na+
100
100
100
100
70 Na+
70
120 K+,P-,S+
150 S++
125 S+
100
100 S++,P50 K+,P50
50
50 P-

Keterangan:
Na+ = Natrium 200-400 mg
P- = Rendah Protein
S++ = Serat >6 g
K+ = Tinggi Kalium
S+ = Serat 3-6 g
GOLONGAN II (SUMBER PROTEIN HEWANI)
1

Rendah Lemak
Satuan penukar mengandung:
7 g Protein, 2 g Lemak, 50 kKalori

Bahan Makanan

URT

Gram

Babat
Cumi-cumi
Daging asap
Daging ayam tanpa kulit
Daging kerbau
Dendeng daging sapi

1 ptg sdg
1 ekor kcl
1 lembar
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg

40 Ko+ Pr+
45
20
40
35
15
19

Dideh sapi
Gabus Kering
Ikan asin kering
Ikan kakap
Ikan kembung
Ikan lele
Ikan Mas
Ikan Mujair
Ikan Peda
Ikan Pindang
Ikan segar
Kepiting
Kerang
Lemuru
Putih Telur ayam
Rebon kering
Rebon segar
Selar kering
Sepat kering
Teri kering
Teri nasi
Udang segar

1 ptg sdg
1 ptg sdg
1/3 ekor bsr
1/3 ekor sdg
1/3 ekor sdg
ekor sdg
1/3 ekor sdg
1/3 ekor kcl
1 ekor kcl
ekor sdg
1 ptg sdg
1/3 gls
gls
1 ptg
2 btr
2 sdm
2 sdm
1 ekor
1 ptg sdg
1 sdm
1/3 gls
5 ekor sdg

35
10
15 Na+
35
30
40
45
30
35
35
40
50
90 Na+ Pr+
35
65
10
45
20
20
15
20
35 KO+

Keterangan:
Na+ = Natrium 200-400 mg
Ko+ = Tinggi Kolesterol
Pr+ = Tinggi Purin
2

Lemak Sedang
Satu satuan penukar mengandung:
7 g Protein, 5 g Lemak, 75 kKalori

Bahan Makanan

URT

Gram

Bakso
Daging anak sapi
Daging domba
Daging kambing
Daging sapi
Ginjal sapi
Hati ayam
Hati babi
Hti sapi
Otak
Telur ayam
Telur Bebek asin

10 bj sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg bsr
1 bh sdg
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg bsr
1 btr
1 btr

170
35
40
40
35 Ko+
45 Ko+Pr+
30 Pr+
35 Ko+ Pr+
35 Ko+ Pr+
60 Ko+ Pr+
55 Ko+
50 Ko+
20

Telur penyu
Telur puyuh
Usus Sapi

2 btr
5 btr
1 ptg bsr

60
55
50 Ko+ Pr+

Keterngan:
Ko+ = Tinggi Protein
Pr+ = Tinggi Purin
3

Tinggi Lemak
Satu satuan penukar mengandung:
7 g Protein, 13 g Lemak, 150 kKalori

Bahan Makanan

URT

Gram

Bebek
Belut
Corned Beef
Daging ayam dengan kulit
Daging babi
Ham
Sardencis
Sosis
Kuning telur ayam
Telur bebek
Telur Ikan

1 ptg sdg
3 ekor kcl
3 sdm
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 ptg kcl
ptg sdg
ptg
4 btr
1 btr
1 ptg sdg

45 Pr50 45 Na+
55 Ko+
50 Ko+
40 Na++, Ko+, Pr+
35 Pr +
50 Na++
45 Ko+
55 Ko+
40 -

Keterangan:
Na+ = Natrium 200-400 mg
Na++ = Natrium >400 mg
GOLOGNGAN III (Sumber Protein Nabati)
Satu satuan penukar mengandung:
7 g Karbohidrat, 5 g Protein, 3 g Lemak, 75 kKalori
Bahan Makanan
URT

Gram

Kacang Hijau
Kacang kedele
Kacang merah
Kacang mente
Kacang tanah
Kacang tanah kupas
Kacang tolo
Keju kacang tanah
Kembang tahu
Oncom
Pete segar

20 S++
25 S+
20 S+
15 Tj+
15 S+, Tj+
15 S+, Tj+
20
15 Tj+
20
40 S++
55

2 sdm
2 sdm
2 sdm
1 sdm
2 sdm
2 sdm
2 sdm
1 sdm
1 lembar
2 ptg kcl
gls

21

Tahu
1 bj bsr
Tempe
2 ptg sdg
Sari dele bubuk
2 sdm
Keterangan:
S+ = Serat 3-6 g
S++ = Serat >6 g
Tj+ = Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
K+ = Tinggi Kalium
2.4.

110
50 S+
25

Menjelaskan pembagian frekuensi makan selama satu hari

Diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan
diabetes melitus. diet rendah sodium dapat membantu mempertahankan penurunkan tekanan
darah. diet rendah lemak lebih dari 2 tahun menurukan komplikasi kardiovaskular.Tekanan darah
sistolik antara 120 139 mmHg atau diastolik 80 89 mmHg sebagai stadium pre hipertensi,
modifikasi gaya hidup mulai ditekankan pada stadium ini untuk mencegah penyakit
kardiovaskular. pasien yang mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dan tinggi karbohidrat
terbukti mengalami penurunan tekanan darah walaupun tanpa penurunan berat badan.
Menurunkan hipertrigliseridemia atau meningkatkan HDL pada pasien dengan diet rendah
lemak, karbohidrat dikurangi dan diganti dengan monounsaturated fatty acid atau karbohidrat
yang mempunyai indeks glikemik rendah.
2.5.

Menjelaskan cara menyusun menu sepanjang hari

Waktu
Pagi

Bahan Makanan
Nasi
Daging sapi
Kacang hijau
Sayuran
Selingan Apel
Siang
Bihun

Penukar
1 Karbohidrat
1 Hewani
Nabati
S Sayur A
1 Buah
2 Karbohidrat

Gram
150
35
10
100
75
100

URT
1 gelas
1 ptg
1 sdm
1/2 mangkuk
1 bh sdg
1 gelas

Telur ayam
Kacang mete
Sawi
Belimbing
Selingan Duku
Malam
Nasi

1 Hewani
1 Nabati
1 Sayuran B
1 Buah
1 Buah
2 Karbohidrat

55
15
100
140
80
200

1 btr
1 sdm
1 mangkuk
1 bh besar
9 bh sdg
1 gelas

1 Hewani
1 Nabati
1 Sayuran B
1 Buah

30
50
100
15

1/3 ekor sdg


2 ptg sdg
1 mangkuk
3 bh

Daging ayam tanpa kulit


Tempe
Broccoli
Kurma

Contoh Menu
Nasi
Daging masak kecap
Bubur kacang hijau
Tumis kangkung
Apel
Bihun goreng:
- Bihun
- Telur
- Kacang mete
- Sawi
Belimbing
Duku
Nasi
Gulai:
- Ayam
- Tempe
Tumis Broccoli
Kurma

22

3. Memberikan edukasi tentang olahraga pada pasien sindroma metabolic


3.1.
Menjelaskan manfaat olahraga pada sindroma metabolic (berdasarkan
biokimia dan fisiologi tubuh manusia)
Olahraga dapat membantu perbaikan efek secara fisiologi bagi penderita sindrom metabolik,
berikut adalah penjelas tentang peristiwa yang terjadi selama olahraga. Efek dari pelatihan dapat
dipelajari paling mudah dengan mengelompokkan perubahan sebagai berikut:
1. Yang terjadi pada lavel jaringan, yaitu, perubahan biokimia
2. Yang terjadi secara sistemik, yaitu orang mempengaruhi sistem peredaran darah dan
pernapasan, termasuk tranport oksigen system
3. Perubahan lain seperti kita mereka yang peduli dengan komposisi tubuh, kolesterol darah
dan trigliserida, perubahan tekanan darah, dan perubahan sehubungan dengan panas
aklimatisasi.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Duke University Medical Center baru-baru ini
ditemukan bahwa berjalan kaki 30 menit dalam sehari dapat mengurangi metabolic syndrome,
yaitu salah satu penyebab tingginya risiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan stroke yang
akan menyebabkan kematian. Sebanyak 24 juta perempuan di AS menderita metabolic
syndrome. Sementara itu dalam sebuah penelitian di Inggris menyebutkan bahwa dengan
berjalan kaki selama setengah jam dalam sehari dapat mengurangi bahaya penyakit jantung
sebesar 11%, terutama bagi perempuan.(Noda & Team, 2005) Pertama-tama tentu menekan
risiko serangan jantung. Otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh
koroner yang memberinya suplay) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa
henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan
kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Dengan demikian
kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup
berdegup. Bukan hanya itu, kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih menguncup
dan mengembang akan terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar
dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu. Hasil
akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa
berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang. (Dede Kusuma,
2006)
Dengan meningkatkan olahraga, tubuh menggunakan insulin lebih efisien sampai 70 jam
setelah latihan. Jadi, berolahraga 3-4 kali seminggu akan bermanfaat pada kebanyakan orang.
Penelitian menunjukkan bahwa baik latihan aerobik dan latihan ketahanan dapat membantu
mengendalikan diabetes, tapi manfaat terbesar berasal dari program fitness yang meliputi
keduanya. Perlu dicatat bahwa banyak manfaat olahraga yang independen terhadap penurunan
berat badan. Namun, bila dikombinasikan dengan penurunan berat badan, keuntungannya
meningkat secara substansial
3.2.

Menjelaskan jenis dan pengaturan olahraga yang sesuai pada pasien


sindroma metabolic
23

Melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang lebih banyak, dapat membantu kadar gula darah
tetap dalam kondisi normal. Olahraga yang cocok untuk penderita sindroma metabolik adalah
olahraga yang ber-ritme, maksudnya gerakan dilakukan berulang-ulang seperti lari, jalan kaki,
bersepeda, berenang, dll. Selain itu olahraga harus dilakukan secara continue, maksudnya jika
anda memutuskan untuk olahraga lari selama 30 menit, maka dalam waktu 30 menit tersebut
anda disarankan untuk tidak beristirahat. Agar anda bisa melakukan olahraga secara continue
lakukan dengan selang seling misalnya jalan cepat diselingi dengan jalan lamban, hal ini untuk
mengatur stamina anda agar anda bisa melakukan olahraga tersebut selama 30 menit. Otot
rangka merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap insulin di dalam tubuh dan merupakan
target utama terjadinya resistensi insulin. Latihan fisik terbukti dapat menurunkan kadar lipid dan
resistensi insulin didalam otot rangka.
Pengguna insulin akan lebih efisien sampai 70 jam setelah olahraga, sehingga untuk penderita
sindrom metabolik dianjurkan untuk berolahraga 3-4 kali seminggu. Jadi aktifitas fisik teratur
hendaklah merupakan bagian dari usaha untuk memperbaiki resitensi insulin. Pasien hendaklah
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan derajat aktifitas fisiknya. Manfaat paling besar
dapat diperoleh bila pasien menjalani latihan fisik sedang secara teratur dalam jangka panjang.
Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan fisik menggnakan beban merupakan pilihan terbaik.
Latihan fisik yang dianjurkan antaralain;
Pasien hendaklah diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan derajat aktifitas
fisiknya secara teratur dalam jangka panjang.
Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan fisik menggunakan beban merupakan pilihan
terbaik.
Penggunan dumbbell ringan dan elastic exercise band merupakan pilihan terbaik untuk
latihan dengan menggunakan beban.
Jalan kaki dan jogging selama 1 jam perhari juga terbukti dapat menurunkan lemak
viseral secara bermakna pada laki-laki tanpa mengurangi jumlah kalori yang
dibutuhkan.
4. Memberikan edukasi tentang ajaran Islam perihal makanan yang halal dan baik
4.1.
Menjelaskan tentang makanan yang halal dan haram
Kriteria makanan halal
Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah menjelaskan bahwa makanan halal adalah apabila alQuran maupun hadis menjelaskannya dan tidak melarangnya. Namun makanan halal yang
dijelaskan teks agama tidak mencakup seluruh makanan yang ada. Karena itu para ulama
berijtihad sesuai kaedah: al-Ashlu fi al-asyya al-ibahah illa ma dalla ad-dalilu ala
tahrimihi (Hukum asal segala sesuatu itu adalah mubah/boleh kecuali bila ada dalil yang
mengharamkannya).
Secara umum al-Quran maupun hadis memberikan kriteria bahwa makanan halal itu
adalah thayyib (halalan thayyiban). Maksud halalan thayyiban, menurut Sayyid Sabiq,
terangkum dalam tiga hal:
1. Sesuai selera alamiah manusia.
2. Bermanfaat dan tidak membahayakan tubuh manusia.
3. Diperoleh dengan cara yang benar dan dipergunakan untuk hal yang benar.
Para ulama menjelaskan kriteria makanan yang halal sebagai berikut:

24

1. Makanan nabati berupa tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan, selama tidak


membahayakan tubuh.
2. Minuman seperti air, susu (dari hewan yang boleh dimakan dagingnya), kopi, cokelat.
3. Makanan hewani terdiri dari binatang darat dan air. Hukum binatang darat baik liar mapun
jinak adalah halal selain yang diharamkan syariat. Begitu juga binatang air, dalam pendapat
yang paling sahih, adalah halal kecuali yag membahayakan.
Hal ini dijelaskan dalam hadis Nabi SAW ketika ditanya tentang bersuci dengan air laut, beliau
menjawab: Laut itu suci airnya dan halal bangkai binatangnya. (HR. Bukhari, Muslim, Abu
Daud, Tirmidzi, Nasai).
Menurut Syeikh Mutawalli Asy-Syarawi bahwa apa yang dihalalkan oleh Syariat lebih banyak
dibandingkan dengan yang diharamkan. Makanan yang diharamkan sangat sedikit, itulah hikmah
Syariat lebih banyak menyebut yang haram ketimbang yang halal.
Kriteria makanan haram
Makanan dan minuman yang pelarangannya dijelaskan oleh al-Quran dan al-Hadis adalah
haram. Al-Quran maupun hadis menjelaskan kriteria makanan haram itu
adalah khabitsah dan rijs, seperti khamr yang dinyatakan rijs min amal asy-syaithan (QS. alMaidah: 90).

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Rijskata ulama berarti najis secara fisik dan manawi. Dalam Shahih Muslim, Rasulullah
SAW bersabda: Harga anjing itu khabits, mahar pelacur itu khabits dan upah bekam
itu khabits.
Selain itu setiap binatang yag diperintahkan untuk dibunuh adalah haram. Seperti
binatang fawasiq (pengganggu); burung gagak, rajawali, kalajengking, anjing gila dan tikus. Hal
ini dijelaskan dalam riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai dari Aisyah RA. Begitu juga
hewan-hewan yang dilarang untuk dibunuh seperti semut, lebah, burung hud-hud dan burung
surad dan katak. Namun pendapat ini ditolak Imam Syaukani, bahwa tidak mesti hewan yang
diperintahkan untuk dibunuh atau dilarang berarti haram dagingnya. Karena keharaman
mengonsumsinya harus ada dalil yang jelas.
Makanan yang diharamkan dalam Islam terbagi menjadi haram lidaztihi dan
haram lighairihi; yaitu makanan yang pada asalnya halal namun ada faktor lain yang haram
menjadikannya haram. Makanan yang diharamkan lidzatihi oleh al-Quran dan hadis secara
jelas, antara lain darah (dam masfuh), daging babi, khamr (minuman keras), binatang buas yang
bertaring, burung bercakar yang memangsa dengan cakarnya seperti elang, binatang yang
dilarang dibunuh, binatang yang diperintahkan untuk dibunuh, keledai rumah (humur ahliyah),

25

binatang yang lahir dari perkawinan silang yang salah satunya diharamkan, anjing, binatang yang
menjijikan dan kotor, semua makanan yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Sedangkan makanan yang haram lighairihi, di antaranya adalah binatang yang disembelih
untuk sesajian, binatang yang disembeli tanpa menyebut nama Allah (basmalah), bangkai dengan
berbagai kriterianya, makanan halal yang diperoleh dengan cara haram dan diperuntukkan untuk
hal yang dilarang, jallalah atau binatang yang sebagian besar makanannya kotoran atau bangkai,
dan makanan halal yang tercampur dengan najis dalam bentuk cair, namun bila berbentuk padat,
maka cukup membuang yang terkena najis saja.
4.2.
Menjelaskan tentang jenis, pengaturan dan cara makan yang baik sesuai
ajaran islam
Menurut al-Quran dan Hadis, jiwa manusia sebagaimana tubuh membutuhkan makanan yang
baik. Untuk itu, Allah Swt dalam al-Quran menegaskan urgensi gizi yang bersih dan sehat bagi
jiwa manusia. Al-Quran dalam surat Abasa ayat 24
A
rtinya : Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya
Riset fisiologis menunjukan bahwa tubuh manusia membutuhkan berbagai jenis makanan. Kini
kita perhatikan surat Abasa ayat 27 hingga 32

Artinya: "Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan
pohon kurma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu."
Ayat ini menjelaskan jenis makanan yang baik bagi tubuh manusia. Selain itu, ayat
tersebut juga menyinggung tempat yang baik untuk membudidayakan hewan seperti kambing
dan sapi. Menariknya, sejak 14 abad lalu, Islam telah memperhatikan masalah ini, dan kini
menjadi masalah penting bagi para ahli medis dan gizi. Kini, mereka mengakui bahwa seluruh
jenis makanan ini bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.
Al-Quran menyebutkan sekitar 49 kali jenis makanan yang menjadi sumber tumbuhan,
dan 16 kali menyinggung produk olahan hewan dan daging sebagai sumber gizi bagi manusia.
Menariknya, al-Quran menyebutkan bahan makanan olahan nabati tiga kali lebih banyak dari
hewani. Kini pakar medis menyebut sumber penyakit berbahaya disebabkan konsumsi melebih
batas terhadap daging dan lemak, serta sedikitnya mengkonsumsi buah dan sayuran. Mengenai
konsumsi daging melebihi batas, Imam Sadiq berkata, "Makanlah daging sekali saja selama
sepekan, dan jangalah berlebihan dalam mengkonsumsi daging."
Memang urusan makan sepintas tampak sederhana tapi Rasulullah saw menaruh
perhatian besar pada urusan yang satu ini. Beliau terbukti memiliki tubuh yang sehat, kuat,
kekar, dan bugar sehingga Beliau hanya mengalami dua kali sakit sepanjang hidupnya. Pertama,
ketika diracuni oleh wanita Yahudi. Kedua, pada saat menjelang wafatnya. Rasulullah saw
bersabda:
26

Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali jika sudah betul-betul lapar dan apabila makan,
kami berhenti sebelum kenyang. (Al-Hadist).
Dalam sabdanya, Beliau menambahkan;
Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya
beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalaupun dia harus
mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk
nafasnya (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim).
Selain hadis di atas, dipertegas pula secara langsung dalam Al-Quran Surat Al-Araf : 31
yang menjelaskan bahwa budaya makan berlebih-lebihan sangat dibenci Allah swt.

Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, serta janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan. (Al-Araf: 31).
Etika makan dan minum :
1.

Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur.


Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda; Aku tdk makan sedangkan aku
menyandar. (Hadis Riwayat: al-Bukhari)
2.
Tidak makan & minum dgn menggunakan bejana terbuat dari emas & perak
3.
Hendaknya memulai makanan & minuman dgn membaca Bismillah & diakhiri dgn
Alhamdulillah
4.
Tidak berlebih-lebihan di dalam makan & minum
5.
Hendaknya pemilik makanan (tuan rumah) tdk melihat ke muka orang-orang yg sedang
makan, namun seharusnya ia menundukkan pandangan matanya, karena hal tersebut dpt
menyakiti perasaan mereka & membuat mereka menjadi malu.
6.
Hendaknya kamu tdk memulai makan atau minum sedangkan di dalam majlis ada orang
yg lbh berhak memulai, baik kerena ia lbh tua atau mempunyai kedudukan, karena hal
tersebut bertentangan dgn etika.
7.
Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yg orang lain bisa merasa jijik, seperti
mengirapkan tangan di bejana, atau kamu mendekatkan kepalamu kpd tempat makanan di
saat makan, atau berbicara dgn nada-nada yg mengandung makna kotor & menjijik-kan.
8.
Jangan minum langsung dari bibir bejana.
9.
Disunnatkan minum sambil duduk, kecuali jika udzur
10. Hendaknya makan dgn tangan kanan & dimulai dari yg ada di depanmu
11.
Berupaya utk mencari makanan yg halal.
12. Hendaklah makan & minum yg kamu lakukan diniatkan agar bisa dpt beribadah kpd
Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan & minummu itu.
13. Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, & begitu juga
setelah makan utk menghilangkan bekas makanan yg ada di tanganmu.

27

14.

Hendaklah kamu puas & rela dgn makanan & minuman yg ada, & jangan sekali-kali
mencelanya.
15. Disunnatkan makan dgn 3 jari & menjilati jari-jari itu sesudahnya.
16. Disunnatkan mengambil makanan yg terjatuh & membuang bagian yg kotor darinya lalu
memakannya
17. Tidak meniup makan yg masih panas atau bernafas di saat minum.
Div. Ilmiyah Dar Al Wathan, Terjemah : Tim Dar Al Wathan
5. Menghitung jumlah kalori bahan makanan yang dimakan 1 hari yang lalu, termasuk
makan besar dan selingan
wakt
u
06.0
0

menu

bahan

penukar

Gram

kalori

nasi

Beras

1 karbohidrat

100 gr

175 kal

Ayam goreng

Ayam
minyak
Bakwan
minyak

1 hewani
1 minyak
karbohidrat
hewani
sayuran
minyak
karbohidrat
sayuran
1 mintyak
2

karbohidrat
1 hewani
3 minyak
1 hewani
2 minyak

30 gr

100 kal

100 gr

281 kal

40 gr

150 kal

250 gr

438 kal

74 gr

263 kal

54 gr

212 kal

bakwan

10.0
0
12.0
0

Risoles
sayuran

isi Terigu
Sayuran
minyak
Nasi padang
beras
Gulai telur
rendang

06.0
0

09.0
0

Nasi goreng

Martabak
manis

Telur
minyak
Daging
sapi
minyak
Nasi
Telur
Udang
Wortel
buncis
minyak
Tepung
terigu
Telur
Gula
Minyak

1
karbohidrat
1 hewani
1 hewani
sayuran

300 gr
2 btr
70 gr
50 gr
50 gr
1 sdm

2 minyak
karbohidrat
1 hewani
1 gula
minyak

500 kal

75 gr

200 kal

total

2319
28

29

Daftar Pustaka
Kasiman S. Pengaruh Makanan Pada Sindrom Metabolik. J Kardiol Indones. 2011;32:24-26
Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Suryono, S. 2004. Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Waspadji S, Semiardji G. 2004. Cara Mudah Mengatur Makanan Sehari-hari. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://quran.com
http://repository.usu.ac.id
http://indonesian.irib.ir
http://kesehatan.kompasiana.com
http://www.rahasiasunnah.com
www.majalahgontor.net

30

Anda mungkin juga menyukai