Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.3 Mioma uteri disebut juga
dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat karena
jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak
yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan
gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.4
2.2. Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang
sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di
belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah
7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57
gram.
Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran
ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabutserabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus
wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada
masa predolesen.15,16

Universitas Sumatera Utara

2.2.1. Pembagian Uterus


a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.
b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu
bagian serviks yang ada di atas vagina.16
2.2.2. Pembagian Dinding Uterus
a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium
terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak
pembuluh-pembuluh

darah

yang

berlekuk-lekuk.

Dalam

masa

haid

endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh


menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah
bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin.
b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting
pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan
menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.
c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang
menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:

Universitas Sumatera Utara

c.1.

Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang


terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan
ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral
dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara
lain vena dan arteria uterine.

c.2.

Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang


menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.

c.3.

Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang


menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat.

c.4.

Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi


tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.

c.5.

Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan


tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan
vena ovarika.15,16

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Anatomi Uterus dan mioma uteri 17

Gambar 1. Anatomi Uterus Normal

Gambar 2. Letak Mioma uteri

Universitas Sumatera Utara

2.3. Klasifikasi Mioma Uteri


Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
2.3.1. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut
sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya
menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
2.3.2. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih
kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah.
2.3.3. Mioma Uteri Submukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan
tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan
besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar
dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.

Universitas Sumatera Utara

Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan


perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.18, 19
2.4. Epidemiologi Mioma Uteri
2.4.1. Distribusi Frekuensi Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita
berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma
masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-25%.15 Penelitian
Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma uteri lebih tinggi pada
wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause dan 12 per seribu wanita
menopause (P<0,001).20
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena
wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit
putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit
hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.19
Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan
usia 35-49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi
35%.21 Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan
proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari 2.034 kasus
ginekologi.22 Management of Uterine Fibroid at The University of Nigeria Teaching
Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma uteri 9,8% dari seluruh kasus

Universitas Sumatera Utara

ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi.23 Penelitian Gaym A di Tikur
Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat penderita
mioma uteri sebanyak 588 kasus.24
2.4.2. Determinan Mioma Uteri
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Tumbuh
mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium sangat
lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:
a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori
Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya
mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda
yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus).
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen.19 Hormon estrogen dapat diperoleh melalui
penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan
Susuk KB).25
Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini
menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada
pasien yang nullipara.

Universitas Sumatera Utara

b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu:
mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.19
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga
kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
i. Umur
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.19 Penelitian Chao-Ru Chen
(2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44 tahun beresiko
6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30 tahun (OR =6,3; 95%
CI:3,5-11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahun beresiko
27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30 tahun
(OR=27,5; 95% CI:5,6-83,6).26
ii. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative infertile,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
keadaan ini saling mempengaruhi.19 Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190
kasus mioma uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara. 23
Penelitian yang dilakukan di Nigeria terhadap wanita dengan usia rata 44,9
tahun, 40,8 % nullipara dan 35% melahirkan 1-2 kali.27 Demikian juga dengan

Universitas Sumatera Utara

hasil penelitian Buttrum memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27%
diantaranya infertile dan 31% melahirkan 1-2 kali.28
iii. Faktor Ras dan Genetik
Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri lebih tinggi.19 Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap wanita
kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit hitam
beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri (OR=2,9; 95%CI:2,5-3,4).21 Terlepas
dari faktor ras, kejadian mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga
ada yang menderita mioma uteri.
2.5. Perubahan Sekunder
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada
mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma.
Perubahan sekunder yang sering terjadi:
2.5.1

Atrofi

: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri

menjadi kecil.
2.5.2

Degenerasi Hialin

: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita

berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat


meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripada seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
2.5.3

Degenerasi Kistik

: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana

sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang

Universitas Sumatera Utara

tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang
luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau
suatu kehamilan.
2.5.4

Degenerasi Membatu (calcicerous degeneration)

: terutama terjadi pada

wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan
adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi
keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen.
2.5.5

Degenerasi Merah (carneous degeneration)

: perubahan ini biasanya terjadi

pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis sub
akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam dan kesakitan.
Tumor uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma yang bertangkai.
2.5.6

Degenerasi lemak

: jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi

hialin.5,18,19

Universitas Sumatera Utara

2.6.

Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif

yang terjadi pada penderita akibat mioma uteri.


2.6.1. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 0,6 %
dari seluruh mioma, serta merupakan 50 75 % dari seluruh sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2.6.2.

Torsi (Putaran Tangkai)


Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah syndrome


abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma
dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang
menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan
yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.19

Universitas Sumatera Utara

2.7. Pencegahan Mioma Uteri


2.7.1. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.19
2.7.2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaitu
wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon
estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen
dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil
sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar
estrogen.5
2.7.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri,
tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang
dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. 29
a. Diagnosa
a1. Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala

Universitas Sumatera Utara

subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.
Gejala subjektif pada mioma uteri:
i.

Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.


Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan
metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara
lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium,
permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium,
dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang mioma di antara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis
karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.

ii. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala
ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
iii. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.3,19,25

Universitas Sumatera Utara

a2. Gejala Objektif


Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli
medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
i.

Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan Abdomen


dan pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat
dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area
perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan
Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma
submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat
pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan
noduler. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan
vaskular. Uterus sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan
patologik pada adneksa.

ii. Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka


pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui
pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat
dilakukan.
b. Penatalaksanaan Medis Mioma Uteri
b.1. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis
selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis

Universitas Sumatera Utara

dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi tinggi.
b.2. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif
yang dilakukan antara lain :
i. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara
akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak,

maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%.

Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan


apabila tumor bertangkai.
Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas
yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil
dari uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat
berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan.
ii. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan
terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan
tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12
minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat

Universitas Sumatera Utara

membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum.


Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma serviks uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus
keseluruhan. 18,19, 29
2.7.4. Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita melakukan
pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya komplikasi. Pada dasarnya
hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri,
namun merupakan gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya.
Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa
pemulihannya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai