Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.3 Mioma uteri disebut juga
dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat karena
jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak
yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan
gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.4
2.2. Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang
sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di
belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah
7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57
gram.
Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran
ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabutserabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus
wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada
masa predolesen.15,16
darah
yang
berlekuk-lekuk.
Dalam
masa
haid
c.1.
c.2.
c.3.
c.4.
c.5.
ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi.23 Penelitian Gaym A di Tikur
Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat penderita
mioma uteri sebanyak 588 kasus.24
2.4.2. Determinan Mioma Uteri
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Tumbuh
mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium sangat
lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:
a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori
Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya
mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda
yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus).
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen.19 Hormon estrogen dapat diperoleh melalui
penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan
Susuk KB).25
Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini
menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada
pasien yang nullipara.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu:
mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.19
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga
kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
i. Umur
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.19 Penelitian Chao-Ru Chen
(2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44 tahun beresiko
6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30 tahun (OR =6,3; 95%
CI:3,5-11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahun beresiko
27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30 tahun
(OR=27,5; 95% CI:5,6-83,6).26
ii. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative infertile,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
keadaan ini saling mempengaruhi.19 Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190
kasus mioma uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara. 23
Penelitian yang dilakukan di Nigeria terhadap wanita dengan usia rata 44,9
tahun, 40,8 % nullipara dan 35% melahirkan 1-2 kali.27 Demikian juga dengan
hasil penelitian Buttrum memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27%
diantaranya infertile dan 31% melahirkan 1-2 kali.28
iii. Faktor Ras dan Genetik
Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri lebih tinggi.19 Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap wanita
kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit hitam
beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri (OR=2,9; 95%CI:2,5-3,4).21 Terlepas
dari faktor ras, kejadian mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga
ada yang menderita mioma uteri.
2.5. Perubahan Sekunder
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada
mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma.
Perubahan sekunder yang sering terjadi:
2.5.1
Atrofi
menjadi kecil.
2.5.2
Degenerasi Hialin
Degenerasi Kistik
tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang
luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau
suatu kehamilan.
2.5.4
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan
adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi
keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen.
2.5.5
pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis sub
akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam dan kesakitan.
Tumor uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma yang bertangkai.
2.5.6
Degenerasi lemak
hialin.5,18,19
2.6.
Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif
subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.
Gejala subjektif pada mioma uteri:
i.
ii. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala
ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
iii. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.3,19,25
dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi tinggi.
b.2. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif
yang dilakukan antara lain :
i. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara
akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak,