tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah atau dapat
pula , stabilitas tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis
tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu.
Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan tanah lain untuk
memperoleh gradasi yang diinginkan atau pencampuran tanah dengan bahan-tambah
b uatan pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik. Guna merubah
sifat-sifat teknis tanah, seperti : seperti kapasitas dukung, kompresibilitas,
permeabilitas, kemudahan dikerjakan, potensi pengembangan dan sensitifitas
terhadap perubahan kadar air, maka dapat dilakukan dengan cara penanganan dari
yang paling mudah sampai teknik yang lebih mahal seperti: mencampur tanah dengan
semen, kapur, abu terbang, dan lain-lain. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah
stabilitas tanah dengan kapur.
Pengertian stabilitas tanah kapur
Stabilitas tanah kapur yaitu mencampur tanah dengan kapur dan air pada
lokasi pekerjaan di lapangan untuk merubah sifat-sifat tanah tersebut menjadi
material yang lebih baik yang memenuhi ketentuan sebagai bahan konstruksi yang
diijinkan dalam perencanaan. Kapur bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat
tanahnya, mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah. Sifat ekspansif yang menyusut
dan berkembang karena kondisi airnya akan berkurang secara drastis karena butir
kapur.
Jenis jenis Kapur
Ada beberapa jenis kapur antara lain :
kapur tipe I adalah kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi; dengan kadar
Magnesium Oksida (MgO) paling tinggi 4% berat;
kapur tipe II adalah kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung Magnesium
Oksida lebih dari 4% dan paling tinggi 36% berat;
kapur tohor (CaO) adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu 90C,
dengan komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3);
kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga
membentuk hidrat [Ca(OH)2].
Mekanisme dasar stabilisasi dengan kapur :
1. Adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya ikatan antara
partikel tanah.
2. Adanya proses sementasi (antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya
dukung tanah menjadi naik)
3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah
lempung dan tidak
efektif untuk tanah pasir
Material yang diperlukan pada stabilitas tanah kapur :
1. Kapur
Berdasarkan SNI 03-4147-1996 Kapur yang digunakan sebagai bahan stabilisasi
tanah adalah kapur padam dan kapur tohor.
2. Tanah
Efektif digunakan pada tanah lempung yang plastisitasnya tinggi.
Membuat struktur tanah jadi rapuh sehingga mudah dipadatkan dengan
konsekuensi nilai kepadatan maksimum menjadi turun
3. Air
Air yang digunakan adalah air yang tidak mengandung asam.
Air laut boleh digunakan tapi tidak boleh mengalami kontak dengan lapisan
aspal
2.
1) tanah dasar yang akan distabilisasi harus dibersihkan dari kotoran dan bahan
organis serta bahan yang tidak dikehendaki serta dijaga kelembabannya;
2) sebelum diberi kapur untuk dicampur, tanah dipecah dan digemburkan terlebih
dahulu dengan alat yang sesuai dengan jenis tanah yang akan digemburkan;
3) air yang digunakan harus bersih tidak mengandung asam, alkali, bahan organik,
minyak, sulfat dan klorida di atas nilai yang diijinkan sesuai SK SNI T-14-1992-03
tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah dengan Kapur.
Percobaan Lapangan
Pencampuran kadar kapur yang sudah direncanakan di laboratorium, diperiksa
dengan faktor efisiensi pencampuran di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut
:
1) rumus untuk menghitung faktor efisiensi, yaitu :
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan
pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi tanah
dengan kapur yang meliputi :
1) pemeriksaan kerataan;
2) pemeriksaan penggemburan;
3) pemeriksaan pencampuran;
4) pemeriksaan kepadatan;
5) pemeriksaan ketebalan;
6) perawatan.
Pemeriksaan Kerataan
Pemeriksaan kerataan, sebagai berikut :
1) kerataan tanah harus diperiksa setiap jarak 25 meter dengan menggunakan
mistar pengukur kerataan panjang 3 m;
2) ketidakrataan di bawah mistar yang diijinkan, yaitu 1,5 cm;
3) bagian yang lemah seperti terlalu basah atau kurang padat harus diperiksa
secara visual dan ditangani menurut ketentuan yang berlaku.
Pemeriksaan Penggemburan
Pemeriksaan penggemburan dapat dilakukan dengan mengambil satu contoh tanah
yang sudah diproses untuk setiap 2 m2; proses kegemburan dapat dikontrol dengan
rumus :
PK = A/B x
100% . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
Keterangan :
PK = proses kegemburan
A = berat kering tanah yang lolos saringan tanah No. 4
B = berat kering total contoh (tidak termasuk kerikil yang tertahan saringan No.
4).
Pemeriksaan Pencampuran
Pemeriksaan pencampuran, sebagai berikut :
Pemeriksaan Ketebalan
Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut :
1) ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan kapur harus diperiksa pada setiap jarak
50 m;
2) tebal padat stabilisasi tanah dengan kapur yang sudah selesai tidak boleh
kurang dari 1,25 cm dari tebal rencana.
Perawatan
Selama waktu perawatan perlu dilakukan pengamatan kelembaban secara periodik
setiap 24 jam, selama waktu perawatan.
CARA PENGERJAAN
Langkah-langkah cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan kapur di lapangan,
sebagai berikut :
1. siapkan tanah yang akan distabilisasi untuk pencampuran stabilisasi tanah
lempung dengan kapur dilakukan di tempat;
2. gemburkan tanah yang akan distabilisasi sesuai dengan sub bab 3.2;
3. hamparkan kapur yang akan dicampur secara merata dengan cara manual
atau dengan alat penyebar mekanik, sesuai dengan yang dibutuhkan apabila
pencampuran dilakukan di lokasi setempat;
4. aduk kedua bahan sampai merata, selama pengadukan dapat ditambahkan
air bila diperlukan dan pemberian air dilakukan secara bertahap sampai
memenuhi ketentuan yang berlaku;
5. sesuaikan dengan yang direncanakan dan kemampuan alat pencampur tebal
campuran di lapangan sebelum dipadatkan, yaitu 30 cm lepas;
6. padatkan tanah pada butir dengan menggunakan pemadat roda karet atau
yang sejenis sesuai dengan ketentuan Sub Bab 3.3;
7. lakukan pemadatan dari tepi menuju ke tengah sejajar sumbu jalan pada
bagian yang lurus; sedangkan pada tikungan dilakukan dari bagian yang
rendah ke bagian yang tinggi sejajar sumbu jalan, demikian pula pada
tanjakan, pemadatan dilakukan dari bagian yang rendah menuju ke tempat
yang tinggi sejajar sumbu jalan;
8. lakukan pemadatan awal dengan pemadat roda karet; pada lintasan
pertama roda penggerak dari mesin penggilas ditempatkan di depan; setelah
pemadatan awal jika masih perlu diratakan dan dibentuk, dipakai alat
pembentuk mekanik;
9. lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda tandem, setelah
kerataan memenuhi persyaratan;
10. periksa kepadatannya dan ukur tebal lapisan padat setelah minimum 4
lintasan;