Anda di halaman 1dari 6

1.

Jelaskan mengenai mikroorganisme lokal (MOL)


Mikroorganisme lokal (MOL) adalah kumpulan mikroorganisme yang bisa
diperbanyak yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan kompos organik.
Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai
sumber daya yang tersedia setempat.
Bahan utama dalam larutan MOL teridiri dari 3 jenis komponen, antara lain :
1. Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang dan gandum.
2. Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air kelapa/nira
3. Sumber bakteri : keong mas, buah-buahan misalnya tomat, pepaya, dan kotoran
hewan (Purwasasmita, 2009).
Menurut Murbandono (2002), Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang sebagai
berikut :
1. Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat
kehitam-hitaman)
2. Tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah)
3. Tidak mengandung asam lemak yang menguap
4. Mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan)
5. Memiliki C/N ratio sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan derajat
humifikasi
6. Tingkat keasaman (pH) kompos sebesar 6,5 - 7,57. Kapasitas pertukaran kation
(KPK) tinggi, mencapai 110 me/100 gram
8. Suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30 35 0C)
9. Daya absorbsi air tinggi
10. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi
tanah dan pertumbuhan tanaman
2. Jelaskan mengenai pemanfaatan MOL
Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung
bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan,
dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat
digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik
terutama sebagai fungisida.
MOL dapat digunakan langsung disemprotkan ke tanaman dalam meningkatkan
kesuburan tanaman.dan juga dalam meningkatkan kesuburan tanah. MOL dapat langsung
dimanfaatkan tanaman karena sudah berupa larutan. MOL dapat digunakan dalam proses
penguraian pengomposan. Misalnya, pengomposan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang
sapi karena MOL mengandung bakteri pengurai di dalam larutannya (Pranata, 2004).
Peran MOL dalam kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen
bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal (Pirngadi, 2009).
Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber
daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan
juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL

dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik
terutama sebagai fungisida. Larutan MOL dibuat sangat sederhana yaitu dengan
memanfaatkan limbah dari rumah tangga atau tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisasisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong pisang, buah nanas, jerami padi, sisa sayuran,
nasi basi, dan lain-lain. Bahan utama dalam larutan MOL teridiri dari 3 jenis komponen,
antara lain : Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang dan gandum ;
Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air kelapa/nira dan; Sumber bakteri : keong
mas, buah-buahan misalnya tomat, pepaya, dan kotoran hewan (Purwasasmita, 2009).
3. Jelaskan mengenai keanekaragaman mikrobia yang ada pada bonggol pisang
MOL bonggol pisang mengandung hormon yang berfungsi sebagai zat perangsang
tumbuhan untuk lebih memacu perkembangan sel-sel tanaman, seperti giberellin,
sitokinin dan auksin. Selain itu, dalam MOL bonggol pisang juga mengandung beberapa
mikroorganisme yang berguna bagi tanaman yaitu Rhizobium sp, Azospirillium sp,
Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan bakteri pelarut phospat (Sari, dkk,
2012).
Bakteri Rhizobium bermanfaat bagi tanaman setalah bersimbiosis dengan akar
tanaman dari keluarga Leguminosae yang membentuk nodula (bintil) akar.
Bakteri Rhizobium yang keluar ini memiliki beberapa ciri atau karakteristik koloni,
diantaranya: berlendir, diameternya kecil, berwarna putih, merah dan
cembung. Azospirillum adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran tanaman. Bakteri
ini berkembang biak terutama pada daerah perpanjangan akar dan pangkal bulu akar.
Makroskopis koloni berwarna kuning bulat dengan elevasi konveks dan tepi rata
merupakan ciri khas dari genus Azospirillum. Azotobacter spp. dapat mengikat N2 dari
udara secara bebas. Koloni Azotobacter berkembang cukup cepat dan mempunyai ciri
khusus yang memungkinkan untuk dikenali. Secara visual Azotobacter dapat dikenal
dengan ciri-ciri: koloni kecil dan banyak, mengkilap, biasanya mempunyai permukaan
yang datar dengan sedikit cekung di bagian tengah, seperti susu dan kelihatan bening.
Bentuk koloni bakteri Bacillus sp umumnya berupa circular, elevasi berupa effuse, tepi
koloni berupa lobute, warna putih kekuningan, dan kenampakan permukaan koloni agak
kasar. Bakteri bakteri tersebut terlibat dalam penambatan N2 dan penyedia unsur hara
untuk tanaman disekitar perakaran. Azotobacter, Azospirillum dan Mikrob Pelarut Fosfat
merupakan mikrob yang menguntungkan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Anonim, 1994).
Semua bagian tanaman pisang mulai dari akar sampai daun memiliki banyak
manfaat, terutama yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah buahnya. Sedangkan
bagian tanaman pisang yang lain, yaitu jantung, batang, kulit buah, dan bonggol
jarang dimanfaatkan dan dibuang begitu saja menjadi limbah pisang. Bonggol pisang
ternyata mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap.
Bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral
penting (Munadjim, 1983).
Menurut (Munadjim, 1983), bonggol pisang mempunyai kandungan pati
45,4% dan kadar protein 4,35%, bonggol pisang juga dapat diguakan sebagai pupuk
organik dan dekomposer dengan bantuan mikroorganisme. Bonggol pisang
mengandung mikrobia pengurai bahan organik. Mikrobia pengurai tersebut terletak
pada bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam. Jenis mikrobia yangtelah
diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan
Aspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa menguraikan bahan organik Mikrobia

pada MOL bonggol pisang akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang
akan dikomposkan.
4. Jelaskan prinsip pembuatan pupuk organic dan decomposer
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang
didegradasikan secara organik. Sumber bahan baku organik ini dapat diperoleh dari
kotoran ternak, sampah rumah tangga non-sintetis, limbah-limbah makanan/minuman,
dan lain-lain. Biasanya untuk membuat pupuk organik ini, ditambahkan larutan
mikroorganisme yang membantu mempercepat proses pendegradasian (Supadhma dan
arthagama, 2008).
Prinsip pembuatan pupuk organik dengan bakteri pengurai (dekomposer)
adalah mengubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas biologis
decomposer pada kondisi yang terkontrol sehingga proses penguraian dapat dilakukan
dengan sempurna dan menghasilkan nutrisi serta senyawa organik yang dibutuhkan
bagi tanaman. Dengan penambahan MOL dapat mempercepat proses pengomposan
(Isroi, 1994).
5. Jelaskan tentang cara pembuatan MOL bonggol pisang dan faktor yang
memperngaruhi hasil fermentasi berhasil atau tidaknya (unntuk faktor kaitkan
dengan hasil praktikum
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikrobia dan MOL adalah sumber
MOL, kelembaban, aerasi, suhu, sumber energi (bahan organik), kemasaman (pH) dan
penambahan bahan inorganik. Sumber MOL juga menentukan jumlah mikrobia yang
tumbuh karena sumber MOL sebagai bahan dasar penyedia bakteri yang akan
ditumbuhkan (Suhastyo, 2011). Kelembaban yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri
adalah antara 60-80%. Aerasi bertujuan untuk memberikan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan mikrobia, yaitu untuk menyuplai gas O2 dan CO2 yang menentukan
jenis mikrobia yang tumbuh aerob atau anaerob. Suhu pertumbuhan bakteri adalah
pada kisaran 15-450C, sedangkan pada suhu mesofil (25-350C) pertumbuhan paling
banyak. Derajat keasaman (pH) yang optimum pada pertumbuhan bakteri antara 6,57,5 (Rao, 2010).
6. Jelaskan fungsi dari setiap perlakuan
Larutan Mol perlu 3 komponen utama : Bonggol pisang sebagai sumber mikrobia,
molase dan air cucian beras sebagai sumber karbon bagi bakteri. Penutupan :
fermentasi dan membiarkan bakteri tumbuh. pengamatan morfologi untuk mengetahui
jenis2 mikrobia yang ada di suspensi fermentasi, terjadinya spreader juga dibahas. bau
dan warna fermentasi berubah serta ada yang gagal juga dibahas
7. Jelaskan fungsi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan MOL bonggol
pisang
Higa dan Farr (1997) menjelaskankan bahwa bakteri fototrofik merupakan
bakteri yang mandiri dan dapat menghasilkan zat-zat bermanfaat, seperti asam
amino, asam nukleik dan gula. Asam laktat berfungsi untuk menekan bakteri
yang tidak bermanfaat serta meningkatkan kecepatan perombakan bahan
organik seperti lignin dan sellulosa. Ragi dapat menghasilkan zat-zat bioaktif
seperti hormon dan enzim yang dapat merangsang pertumbuhan akar, dan
menghasilkan substrat yang baik bagi mikroorganisme efektif seperti bakteri
asam laktat dan Actinomycetes. Actinomycetes dapat menghasilkan zat-zat
antimikroba dan dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri merugikan,
sedangkan jamur fermentasi seperti Aspergillus dan Penicillium menguraikan

bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti
mikroba
Gula pasir merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam golongan
karbohidrat memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhydrous dan
kelarutannya dalam air mencapai 67,7% dalam suhu 200C. Konsentrasi gula
pasir dalam air dalam penelitian telah disesuaikan dengan kelarutan
maksimum dari gula pasir dalam air. Kelarutan gula pasir dalam air dapat
ditingkatkan dengan menggunakan panas (Faridah, dkk, 2008).
air cucian beras mengandung Sekitar 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90%
vitamin B6, 50% mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100%
serat, dan asam lemak esensial serta beras mengandung karbohidrat yang
tinggi. Sangat mungkin karbohidrat ini terdegradasi saat mencuci. Hipotesa
awal, saat disiramkan ke tanaman, karbohidrat akan terpecah menjadi unsur
yang
lebih
sederhana
dan
memberikan
nutrisi bagi mikroba yang menguntungkan bagi tanamandan berfungsi
merupakan media alternatif pembawa bakteri Pseudomonas fluorescens.
Bakteri tersebut adalah mikroba yang berperan dalam pengendalian petogen
penyebab penyakit karat dan memicu pertumbuhan tanaman (Sastrawidana
dkk., 2008).
8. Bahas mengenai keanekaragaman mikroorganisme yang didapatkan beserta
dengan karakteristik koloninya
Anonim, 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi ke 2. Terjemahan Herawati Susilo.
Jakarta: UI Press.
Isroi. 1994. Peranan mikrobiologi tanah dalam meningkatkan ketersediaan hara.Kyusei Nature Farming
Societies. Vol: OS/IKNFS/II. Jakarta.
Pirngadi K., 2009. Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung
Ketahanan Pangan Nasional. Majalah Pengembangan Inovasi Pertanian 2. Hal : 48-64
Pranata, Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair dan Mikro Organisme Lokal. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Hal
216.
Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan. Dalam Bioreaktor Tanaman.
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009.
Sari, Diana Novita., Kurniasih, Surti., Rostikawati, Teti. 2012. Pengaruh Pemberian Mikroorganisme Lokal
(MOL) Bonggol Pisang Nangka Terhadap Produksi Rosela (Hibiscus
sabdariffa l). http://ejournal.unpak.ac.id. Program Studi biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pakuan Bogor.
BP4K Sukabumi, 2011. Cara Pembuatan Mikroorganisme Lokal. http://bp4kkabsukabumi.net. Diakses 04 Juli
2011
IFOAM, 2005. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik (terjemahan). International Federations of Organic
Agriculture Movements. Bonn,Germany
Litbang Pertanian, 2011. Prospek Pertanian Organik di Indonesia. www.litbang.deptan.go.id. Diakses 04 Juli
2011.
Kurnia, K.P. Arbianto dan I.N.P. Aryantha (2003). Studi Patogenitas Bakteri Entamopathogenik Lokal pada
Larva Hyposidra Talaca Wlk dan Optimasi Medium Pertumbuhannya. Seminar Bulanan Bioteknologi PPAU
Bioteknologi ITB, 15 September 2004, Bandung.

Pirngadi K., 2009. Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung
Ketahanan Pangan Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1) : 48-64
Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan. Dalam Bioreaktor Tanaman.
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009.
Setiawan, B.S., dan Tim Penulis ETOSA IPB, 2010. Membuat Pupuk Kandang secara Cepat. Penebar
Swadaya. Jakarta
Sisworo, W.H., 2006. Swasembada Pangan dan Pertanian Berkelanjutan. Tantangan Abad Dua Satu :
Pendekatan Ilmu Tanah, tanaman dan Pemanfataan Iptek Nuklir. Dalam A. Hanafiah WS, Mugiono,dan E.L.
Sisworo. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta. 207 hal.
Sumarno, 2006. Sistem Produksi Padi Berkelanjutan dengan Penerapan Revolusi Hijau Lestari. Buletin Iptek
Tanaman Pangan 1 (1) : 1-15
Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangan. Kanisius,Yogyakarta.
219 hal.
Sastrawidana, D.K., B. W. Lay, A. M. Fauzi, dan D. A. Santosa. 2008. Pemanfaatan konsorsium
bakteri lokal untuk bioremidiasi limbah tekstil menggunakan system kombinasi anaerobic-aerobik.
Berita Biologi. 9(2): 123-132.
Faridah A., Kasmita S.P., Yulastri A., dan Yusup L. 2008. Patiseri. Direktorat pembinaan SMK. Jakarta.
Higa, T. dan J.F. Parr. 1997. Efective Microorganisms (EM) Untuk Prtanian dan Lingkungan
Yang Berkelanjutan. Indonesian Kyusei Nature Farming Societies, Jakarta.
Rao. N. S. S. 2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan tanaman. Edisi Kedua. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Suhastyo, A. A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal yang Digunakan pada
Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sutedjo, M., Kartasapoetra, A.G. dan Sastroatmodjo, RD.S. 1991. Mikrobiologi Tanah. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Dalzell, H.W., A.J. Biddlestone, K.R. Gray dan K. Thurairajan. 1991. Produksi dan Penggunaan Kompos pada
Lingkungan Tropis dan Subtropis. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Munadjim. 1983. Teknologi Pengolahan Pisang. Gramedia. Jakarta.
Murbandono, H. S. L. 2002. Membuat Kompos. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Supriyanto. 1993. Pemanfaatan Penggunaan Limbah Kertas untuk Media Tumbuhan dan Pupuk Organik .
Agrotek. Vol.1, No.1. IPB, Bogor.
Hidayat, 2006. Pupuk Mikro Organisme Lokal. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, E. 2008. Peranan Mikro Organisme Lokal dalam Budidaya Tanaman Padi Metode Sysytem of Rice
Intensification. Departemen Pertanian, Jakarta.
Supadama, J,M dan Arthagama, K.M. 2008. Uji Formulasi Kualitas Pupuk Kompos Yang Bersumber Dari
Sampah Organik Dengan Penambahan Limbah Ternak Ayama, Babi dan Sapi dan Tanaman Pahitan.
Jurnal Bumi Lestari. 8(2) : 113-121.

Anda mungkin juga menyukai