Anda di halaman 1dari 11

Waham cemburu.

Gangguan waham dengan tipe ketidaksetiaan disebut juga paranoia konjugal


(cth., waham bahwa pasangan tidak setia). Eponim sindrom Othello telah digunakan untuk
menjelaskan kecemburuan abnormal yang dapat timbul dari banyak pertimbangan. Waham
biasanya mengenai laki-laki, seringnya mereka yang tidak memiliki penyakit psikiatri lain.
Keadaan tersebut dapat tampak mendadak dan dapat menjelaskan kejadian saat ini dan masa lalu
yang dialami pasien yang melibatkan perilaku pasangan. Keadaan tersebut sulit ditangani dan
hanya dikurangi dengan berpisah, bercerai, atau kematian pasangan.
Kecemburuan yang nyata (biasa disebut kecemburuan patologis atau sakit) merupakan suatu
gejala pada banyak gangguan yang termasuk skizofrenia (pasien perempuan lebih sering
memperlihatkan gejala tersebut), epilepsi, gangguan mood, penyalahgunaan obat, dan alkoholisme
pengobatan ditujukan pada gangguan primer. Cemburu adalah emosi yang kuat; bila terjadi ada
gangguan waham atau sebagai bagian keadaan lain, secara potensial sangat berbahaya dan
menyebabkan kekerasan, baik membunuh maupun bunuh diri. Aspek forensik gejala telah dicatat
secara berulang, terutama peran sebagai suatu motif pembunuhan. Namun, penyiksaan secara
verbal dan fisik di antara orang-orang dengan gejala ini terjadi lebih sering daripada tindakann
yang ekstrim. Perawatan dan kehati-hatian dalam penanganan gejala ini penting bukan hanya
untuk diagnosis, tetapi juga dari sudut pandang keamanan.
Waham Erotomania. Pasien erotomania mengalami waham kekasih rahasia. Paling sering
dialami perempuan, tetapi laki-laki juga rentan terhadap waham tersebut. Pasien percaya bahwa
pelamar (orang yang biasanya secara sosial lebih menonjol daripada dirinya) jatuh cinta padanya.
Waham menjadi fokus sentral eksistensi pasien, dan awitan mendadak.
Erotomania, psychose passionalle, juga disebut sindrom de Clrambault untuk menekankan
kejadiannya pada gangguan yang berbeda. Selain menjadi gejala kunci pasa beberapa kasus
gangguan waham, keadaan tersebut juga diketahui terjadi pada skizofrenia, gangguan mood, dan
gangguan organik lain.
Pasien erotomania sering memperlihatkan ciri khas tertentu: mereka biasanya tetapi tidak selalu
perempuan, penampilan tidak menarik, bekerja ditingkat rendah, menarik diri, kesepian hidup
sendiri, dan mempunyai sedikit kontak seksual. Mereka memilih kekasih rahasia yang sangat
berbeda dengan dirinya. Mereka memperlihatkan konduksi paradoksal, fenomena waham yang
menginterpretasikan semua penyangkalan cinta, tidak peduli bagaimana jelasnya, sebagai
penegasan cinta rahasia. Perjalanan gangguan dapat kronik, rekuren, atau singkat. Dipisahkan dari
objek cinta dapat menjadi satu-satunya tindakan intervensi, yang memuaskan. Meskipun kurang
sering mengalami keadaan ini daripada perempuan, laki-laki lebih agresif dan mungkin bertindak
kasar dalam mengejar cinta. Oleh karena itu, pada populasi forensik, laki-laki dengan keadaan
tersebut lebih dominan. Objek agresi mungkin bukan orang yang dicintai tetapi teman atau
pelindung objek yang di anggap menjadi penghalang mereka. Kecenderungan melakukan
kekerasan pada laki-laki dengan erotomania dapat membuat pasien awalnya berurusan dengan
polisi bukan dengan ahli psikiatri. Pada kasus tertentu, kemarahan sebagai respons terhadap tidak
adanya reaksi dari semua bentuk komunikasi cinta dapat meningkat ke titik yang objeknya berada
dalam bahaya. Orang-orang yang disebut pengejar, yang secara kontinu mengikuti (yang di
anggap) kekasihnya, sering mempunyai waham. Mesikpun kebanyakan pengejar asalah laki-laki,
tetapi juga dapat perempuan, dan kedua kelompok jenis kelamin tersebut berpotensi tinggi
melakukan kekerasan.

Waham Somatik. Gangguan waham somatik disebut psikosis hiponkdriasis monosimtomatik.


Tingkat gangguan realita pada keadaan tersebut berbeda dari keadaan gejala hipokondriasis. Pada
gangguan waham, waham menetap, tidak dapat dibantah, dan sangat kuat, karena pasien secara
total diyakinkan oleh sifat fisik gangguan. Sebaliknya, pasien hipokondriasis sering mengakui
bahwa ketakutan mereka terhadap penyakitnya tidak berdasar. Isi waham somatik sangat
bervariasi untuk setiap kasus. terdapat tiga tipe utama; (1) waham infestasi (termasuk parasitosis);
(2) waham dismorfobia, seperti bentuk tidak indah, merasa diri jelek, atau ukuran tubuh
bertambah besar (kategori tersebut tampaknya menyerupai gangguan dismorfik tubuh); dan (3)
waham bau tubuh yang tidak sedap atau halusitosis. Kategori terakhir, kadang-kadang disebut
sindrom referensi okfaktorius, tampaknya berbeda dengan kategori waham infestasi memiliki usia
awitan yang lebih dini (rata-rata 25tahun), sebagian besar laki-laki, status bujangan, dan tidak ada
riwayat pengobatan psikiatri. Sebaliknya, meskipun secara individual prevalensi rendah, ketiga
keadaan tampaknya tumpang tindih.
Frekuensi keadaan ini rendah, tetapi dapat tidak terdiagnosis karena pasien lebih sering datang ke
ahli dermatologi, bedah plastik, dan spesialis penyakit infeksi daripada ke ahli psikiatri ketika
mencari pengobatan kuratif untuk kasus yang tidak mengalami remisi.
Pasien dengan keadaan tersebut mempunyai prognosis buruk tanpa pengobatan. Perhitungan
kasar keadaan tersebut menyerang kedua jenis kelamin sama banyaknya. Jarang ditemukan
riwayat penyakit terdahulu atau riwayat keluarga yang menderita gangguan psikotik. Pasien yang
lebih muda , sering terjadi riwayat kecanduan zat atau cedera kepala. Meskipun kemarahan dan
kekerasan biasa terjadi, rasa malu, depresi, dan perilaku menghindar lebih khas. Bunuh diri, yang
dimotivasi oleh penderitaan berat, tidak jarang terjadi.
Waham Kebesaran. Waham kebesaran (Megalomania) telah menarik perhatian selama
bertahun-tahun. Waham tersebut dijelaskan pada paranoia Kraepelin dan merupakan keadaan yang
cocok dengan deskripsi gangguan waham. Apakah subtipe ini terjadi dalam praktik klinis dan
perlu klasifikasi, masih diperdebatkan.
Seorang laki-laki berusia 51 tahun ditahan karena menganggu ketentraman. Polisi dipanggil ke
taman untuk menghentikan perbuatannya yaitu mengukir inisial namanya dan membuat bentuk
untuk pemujaan dari pohon yang ada disekitar taman. Ketika dikontfrontasi, dengan menghina, ia
beragumentasi bahwa ia telah dipilih untuk memulai kebangkitan kembali agama baru diseluruh
kota, sehingga ia perlu mempublikasikan maksudnya dengan cara yang tetap. Polisi tidak berhasil
mencegah laki-laki tersebut memotong pohon lain dan kemudian menahannya. Pemeriksaann
psikatri dilakukan di rumah sakit negara bagian, dan pasien di observasi selama beberapa minggu.
Ia menyangkal setiap kesulitan emosional dan tidak pernah menerima pengobatan psikiatri. Tidak
ada riwayat euforia atau mood swings. Pasien marah karena dirawat di rumah sakit dan hanya
mengizinkan dokter melakukan wawancara secata bertahap. Namun, dalam beberapa hari, ia sibuk
berkhotbah di depan pasien-pasien yang menjadi pengikutnya dan membiarkan mereka
mengetahui bahwa ia telah diberikan mandat khusus dari Tuhan untuk membawa penganut baru
melalu kemampuannya melakukan penyembuhan. Pada akhirnya, preokupasi pasien tentang
kekuatan khusus menghilang dan tidak ada tanda psikopatologi yang terlihat. Pasien dipulangkan,
tidak mendapatkan obat-obat sama sekali. Dua bulan kemudian, ia ditahan di teater setempat

karena mengganggu pertunjukan film yang menayangkan hal-hal yang menurutnya berhubungan
dengan setan.
Waham campuran. Kategori waham campuran ditetapkan pada pasien dengan dua atau lebih
tema waham. Namun, diagnosis tersebut harus dipersiapkan untuk kasus-kasus tanpa satu tipe
waham apa pun yang menonjol.
Waham tak terinci. Kategori tipe ini digunakan untuk kasus dengan waham yang meninjol tidak
dapat di subgolongkan dalam kategori sebelumnya. Contoh yang mungkin adalah suatu waham
yang salah mengidentifikasi, misalnya, sindrom capgras, diberi nama sesuai ahli psikiatri Prancis
yang menjelaskan illusion des sosies atau ilusi ganda. Waham pada sindrom capgras adalah
keyakinan bahwa orang yang dikenal telah digantikan oleh penipu yang lihai. Pendapat lain
menerangkan varian sindrom capgras, yaitu waham bahwa penyiksa atau orang yang dikenal dapat
berkedok sebagai orang asing (fenomena Frgoli) dan waham yang sangat langka bahwa orangorang yang dikenal dapat mengubah diri mereka menjadi orang lain sewaktu-waktu
(intermetamorfosis). Setiap gangguan tidak hanya jarang terjadi tetapi dapat disebabkan oleh
skizofrenia, demensia, epilepsi dan gangguan organik lain. Kasus yang dilaporkan lebih menonjol
pada perempuan, mempunyai gambaran paranoid, dan termasuk rasa depersonalisasi atau
derealisasi. Waham dapat berlangsun singkat, rekuren, atau persisten. Tidak jelas apakah gangguan
waham dapat tampak dengan waham seperti ini. Yang pasti, waham Frgoli dan intermetamorfosis
mempunyai isi yang aneh dan tidak sama, tetapi waham pada sindrom Capgras sanga mungkin
merupakan gangguan waham. Peran halusinasi atau gangguan persepsi pada keadaan tersebut
perlu ditegaskan. Kasus muncul setelah kerusakan otak mendadak.
pada abat ke-19, ahli psikiatri prancis jules cotard menguraikan beberapa pasien yg menderita
sindrom yang disebut dlire de ngation, kadang-kadang disebut gangguan waham nihilistik atau
sindrom cotard. pasien dengan sindrom ini mengeluh mengalami kehilangan tidak hanya hak
milik, status, dan kekuatan tetapi juga jantung, darah, dan ususnya. dunia di luar mereka
mengalami reduksi hingga tidak tersisa apa pun. sindrom yang relatif jarang tersebut biasanya
dianggap sebagai preskusor terhadap episode skizofrenik atau depresif dengan pemakaian obatobatan antipsikotik saat ini, sindrom terlihat lebih jarang daripada di masa lalu.
Gangguan Waham Terinduksi
(Shared Psychotic Disorder)
gangguan waham terinduksi (selama bertahun-tahun disebut juga shared paranoid disorder,
induced psyhotic disorder, folie a deux, folie impose, danb double insanity) pertama kali diuraikan
lasegue dan falret pada tahun 1877. kemungkinan gangguan tersebut jarang, tetapi gambaran
insiden dan prevalensi tidak ada dan kepustakaan hampir seluruhnya berisi laporan kasus.
gangguan ditandai dengan transfer waham dari satu orang ke orang lain. kedua orang tersebut
sangsat dekat dalam jangka waktu lama dan hidup bersama dalam isolasi sosial. pada sebagian
besar kasus, (yang dimasukan ke dalam kriteria DSM-IV-TR pada tabel 11.3-3), seseorang yang
pertama kali mengalami waham (kasus primer) seringnya menderita secara kronis dan biasanya
merupakan anggota yang berpengaruh dalam hubungan dekat dengan orang yang lebih mudah
tersugesti (kasus sekunder) yang juga mengalami waham. orang pada kasus sekunder sering

kurang cerdas, lebih mudah tertipu, lebih pasif atau kurang menghargai diri sendiri dari pada
orang pada kasus primer. jika kedua orang tersebut di pisahkan, orang dengan kasus sekunder
mungkin tidak lagi mengalmi lagi wahamnya, namun hal ini tidak selalu terjadi. waham terjadi
karena dengan pengaruh kuat anggota yang lebih dominan. usia tua, intelegensia rendah,
gangguan sensorik, penyakit serebrovaskular, dan kecanduan alkohol adalah faktor-faktor yang di
hubungkan dengan bentuk aneh gangguan psikotik tersebut. predisposisi genetik terhadap psikosis
idiopatik juga telah diusulkan sebagai faktor risiko yang mungkin.
bentuk khusus lain telah dilaporkan, seperti folie simultane; pada keadaan tersebut dua orang
menjadi psikotik secara bersamaan dan memiliki waham yang sama. kadang-kadang, lebih dari
dua orang terkena (cth., folie trois, quatre, cinq; juga folie famille), tetapi kasus-kasus tersebut
sangat jarang. hubungan yan paling sering pada folie deux adalah kakak-adik perempuan, suamiistri, dan ibu-anak, tetapi kombinasi lain juga telah ditemukan. Hampir semua kasus mengenai
anggota dalam satu keluarga.
Tabel 11.3-3
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Waham Terinduksi
A. Waham berkembang pada seseorang yang mempunyai hubungan dekat dengan orang lain, yang
sebelumnya tekah mempunyai waham.
B. Isi pikiran waham sama seperti orang yang telah mempunyai waham.
C. Gangguan tidak disebabkan oleh gangguan psikotik lain (misal, skizofrenia) atau gangguan
mood dengan gambaran psikoik dan tidak disebabkan oleh efek fisiologi direk suatu zat
(cth.,penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum.
DIAGNOSIS BANDING
Delirium, Demensia dan Gangguan Terkait zat
Delirium dan demensia sebaiknya dipertimbangkan dalam diagnosis banding pasien dengan
waham. Delirum dapat dibedakan berdasarkan adanya fluktuasi tingkat kesadaran atau gangguan
kemampuan kognitif. Waham pada awal perjalanan penyakit demensia, seperti pada demensia tipe
Alzheimer, dapat memberikan gambaran gangguan waham; namun, uji neuropsikologis biasanya
mendeteksi gangguan kognitif. Meskipun penyalahgunaan alkohol memberi gambaran yang mirip
dengan pasien gangguan waham, gangguan waham harus dibedakan dari gangguan psikotik
akibat alkohol dengan halusinasi. Intiksikasi obat simpatomimetik (termasuk amfetamin),
marijuana, atau L-dopa mungkin menyebabkan gejala waham.
Gangguan lain
Diagnosis banding psikiatri untuk gangguan waham meliputi malingering dan gangguan bantuan
(facititious) dengan tanda dan gejala psikologis yang dominan. Gangguan yang tidak dibuat-buat
sebagai diagnosis banding adalah skizofrenia, gangguan mood, gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan somatoform, dan gangguan kepribadian paranoid. Gangguan waham dibedakan dari
gangguan skizofrenia berdasarkan tidak adanya gejala skizofrenik lain dan kualitas waham yang
tidak aneh; pasien dengan gangguan waham juga tidak mengalami gangguan fungsi seperti yang
terjadi pada skizofrenia. Gangguan waham tipe somatik dapat menyerupai gangguan depresif atau

gangguan somatoform. Tipe somatik pada gangguan waham dibedakan dengan gangguan depresif
berdasarkan tidak adanya tanda lain depresi dan tidak adanya kualitas pervasif terhadap depresif.
Gangguan waham dapat dibedakan dari gangguan somatoform berdasarkan tingkat keyakinan
somatik yang dipertahankan pasien. Pasien dengan gangguan somatoform menyadari
kemungkinan bahwa mereka tidak mengalami gangguan sedangkan pasien dengan gangguan
waham tidak meragukan keyakinan mereka. Memisahkan gangguan kepribadian paranoid dari
gangguan waham memerlukan perbedadaan klinis yang kadanag-kadang sulit antara kecurigaan
yang ekstrim dan waham yang nyata. Umumnya, jika klinisi meragukan bahwa gejala adalah suatu
waham, diagnosis waham sebaiknya tidak dibuat.
PERJALANAN DAN PROGNOSIS
Beberapa klinisi dan data penelitian menunjukan bahwa stresor psikososial yand dapat
diidentifikasi sering menyertai munculnya gangguan waham. Sifat stresor dapat sedemikian rupa
hingga menimbulkan kecurigaan atau perhatian pada pasien tersebut. Contoh stresor tersebut
adalah imigrasi yang baru saja dilakukan. contoh stresor tersebut adalah imigrasi yang baru saja
dilakukan. konflik sosial dengan anggota keluarga atau teman, dan isolasi sosial. awitan mendadak
biasanya dianggap lebih sering daripada awitan perlahan. beberapa klinisi percaya bahwa
seseorang dengan gangguan waham mungkin memiliki intelegensia di bawah rata-rata dan bahwa
kepribadian pramorbid orang tersebut mungkin ekstrover, dominan, dan hieper sensitif. kecurigaan
atau perhatian awal seseorang secara bertahap menjadi rumit, membutuhkan lebih banyak
perhatian orang tersebut, dan akhirnya menjadi waham. ia mulai bertengkar dengan rekan kerja,
mencari perlindungan dari FBI atau polisi, atau mulai mengunjungi banyak dokter umum atau
bedah untuk melakukan konsultasi. berkonsultasi dengan penasihat hukum untuk melakukan
gugatan, atau mendatangi polisi untukbkecurigaan wahamnya.
Gangguan waham di anggap merupakan diagnosis yang cukup stabil. kurang dari 25 persen
kasus gangguan waham akhirnya didiagnosis sebagai skizofernia, dan kurang dari 10 persen
pasien gangguan mood sekitar 50 persen pasien sembuh dengan follow-up jangka panjang, 20
persen mengalami gangguan gejala, dan 30 persen tidak mengalami perubahan gejala, faktor
berikut berkorelasi dengan prognosis baik: tingkat pekerjaan, sosial, dan penyesuaian fungsional
yang baik; jenis kelamin perempuan; awitan sebelum usia 30; awitan mendadak; durasi penyakit
singkat; dan adanya faktor presipitasi. meskipun data yang dapat diandalkan terbatas, pasien
dengan waham kejar, somatik, dan erotik dianggap mempunyai prognosis yang lebih baik
daripada pasien dengan waham cemburu dan kebesaran.
PENGOBATAN
Gangguan Waham
Gangguan waham umumnya dianggap resisten terhadap pengobatan dan intervensi sering
difokuskan pada penanganan morbiditas gangguan dengan mengurangi efek waham terhadap
kehidupan pasien (dan keluarga). Namun pada tahun-tahun terakhir, pandangan menjadi kurang
pesimitik atau terbatas pada perencanaan pengobatan yang efektif untuk keadaan tersebut. Tujuan
pengobatan adalah menegakkan diagnosis, memutuskan intervensi yang sesuai, dan menangani
komplikasi. Dasar keberhasilan tujuan tersebut adalah hubungan pasien dokter yang terapeutik dan
efektif, yang sebenarnya tidak mudah ditegakkan. Pasien tidak mengeluh mengenai gejala psikiatri
dan sering memulai pengobatan berlawanan dengan keinginannya; bahkan ahli psikiatri dapat

ditarik dalam jaringan waham mereka.


Psikoterapi
Unsur penting dalam psikoterapi yang efektif adalah menegakkan suatu hubungan yang
menyebabkan pasiren mulai mempercayai terapis. Terapi individual tampaknya lebih efektif
daripada terapi kelompok; terapi perilaku, kognitif, dan suportif yang berorientasi pemahaman
sering efektif. Awalnya, seorang terapis sebaiknya tidak menyetujui maupun menentang waham
pasien. Meskipun ahli terapi harus menanyakan waham untuk menegakkan luasnya. Pertanyaan
persisten mengenai kemungkinan tersebut ada sebaiknya dihindari. Dokter dapat merangsang
motivasi pasien agar menerima bantuan dengan menekankan keinginan untuk membantu pasien
terhadap ansietas atau iritabilitasnya, tanpa menunjukkan bahwa waham diobati, tetapi terapis
ebaiknya mendukung secara aktif gagasan bahwa waham benar-benar ada.
Dalam psikoterapi, seorang terapis harus memiiki sikap dapat dipercaya. Terapis sebaiknya tepat
waktu dan membuat janji seteratur meungin dengan tujuan mengembangkan hubungan yang kuat
dan saling percaya dengan pasien. Kepuasan berlebih sebenarnya meningkatkan meningkatkan
kekerasan dan kecurigaan pasien karena akhirnya mereka harus menyadari bahwa tidak semua
permintaannya dapat terpenuhi. Terapis dapat menghindari kepuasan berlebih dengan tidak
memperpanjang waktu perjanjian yang telah dirancang dengan tidak memberikan janji lebih
kecuali jika sangat diperlukan dan tidak lunak terhadap biaya.
Pendektan yang berguna dalam membangun persekutuan terapeutik adalah membentuk empati
terhadap pengalaman internal pasien yang dipenuhi oleh perasaan dikejar-kejar. Terapis mungkin
dapat membantu dengan berkomentar anda psti lelah karena hal yang telah anda lalui. Tanpa
menyetujui setiap kesalahan persepsi waham, seorang terapis dapat mengetahui bahwa dari
perspektif pasien, persepsi tersebut menyebabkan keadaan distres. Tujuan akhir adalah membantu
pasien meragukan persepsinya. Oleh karena kurang kaku, rasa lemah dan inferior, disertai depresi
dapat muncul. Bila pasien membiarkan perasaan rentannya masuk ke dalam terapi, gabungan
terapeutik positif telah ditegakkan dan terapi konstruktif menjadi mungkin.
Bila ada anggota keluarga, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan merkan dalam rencana
pengobatan. Tanpa terlihat sebagai musuh menurut waham pasien, seorang klinisi harus mencoba
mencari keluarga yang dapat dijadikan sebgai rekan dalam proses pengobatan. Akibatnya, baik
pasien maupun anggota keluarga perlu memahami bahwa ahli terapi mempertahankan
kerahasiaan dokter-pasien dan bahwa komunikasi dari keluarga dibahas dengan pasien. Keluarga
mungkin beruntung mendaoatkan bantuan ahli terapi sehungga mendukung pasien.
Hasil terapi yang baik bergantung pada kemampuan seorang psikiater memberikan respon atas
ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik interpersonal, frustasi, dan kegagalan
yang terjadi. Tanda pengobatan yang berhasil dapat berupa penyesuaian sosial yang memuaskan
nukan pengurangan waham pasien.
Rawat Inap di Rumah Sakit
Pasien dengan gangguan waham biasanya dapat menajalani pengobatan sebagai pasien rawat
jalan, tetapi klinis harus mempertimbangkan rawat inap untuk beberapa alasan. Pertama, pasien
mungkin memerlukan evaluasi neurologis dan medis lengkap untuk menentukan apakah keadaan
medis nonpsikiatri menyebabkan gejala waham. Kedua, pasien memerlukan penilaian kemampuan
pasien mengontrol impuls kekerasan, seperti melakukan pembunuhan dan bunuh diri, yang

mungkin disebabkan oleh isi waham. Ketiga, perilaku pasien mengenai waham secara signifikan
dapat mempengaruhi kemampuannya berfungsi dalam keluarga atas pekerjannya; mereka
mungkin memerlukan intervensi profesional untuk menstabilkan hubungan sosial dan pekerjaan.
Jika seorang dokter yakin bahwa pasien akan menerima pengobatan terbaik dirumah sakit, maka
dokter tersebut harus mencoba membujuk pasien agar mau dirawat dirumah sakit; jika gagal,
mungkin akan terjadi masalah hukum. Jika seorang dokter meyakinkan pasien bahwa rawat inap
tidak dapat dihindarkan, pasien sering secara sukarela masuk ke rumah sakit untuk menghindari
masalah hukum.
Farmakoterapi
Dalam situasi gawat darurat, pasien yang teeragitasi berat harus diberikan obat antipsikotik
intramusukular. Meskipun belum dilakukan uji coba klinis secara adekuat terhadap banyak pasien,
sebagian besar klinisi berpikir bahwa obat antipsikotik adalah pengobatan pilihan gangguan
waham. Pasien mungkin menolak pengobatan karena dengan mudah dapat memasukan pemberian
obat ke dalam sistem waham mereka; dokter sebaiknya tidak memaksa memberikan obat segera
setelah rawat inap tetapi sebaiknya habiskan beberapa hari membina rapport dengan pasien.
Dokter harus menjelaskan efek simpang potensial kepada pasien sehingga pasien tidak mencurigai
dokter berbohong.
Riwayat pasien terhadap respons pengobatan adalah petunjuk terbaik untuk memilih obat.
Dokter harus memulai dengan dosis rendah ( misalnya 2 mg haloperidol [haldol] ) dan menaiakan
dosis perlahan. Jika seorang pasien gagal memberikan respons terhadap obat pada rentang dosis
terapeutik setelah uji coba 6 minggu, obat antipsikotik golongan lain harus diberikan dalam uji
coba klinis. Beberapa peneliti mengindikasikan bahwa pimozide (orap) dapat efektif pada
gangguan waham, terutama pada pasien dengan waham somatik. Penyebab lazim kegagalan obat
adalah ketidakpatuhan, yang harus dievaluasi. Kepatuhan terhadap pemberian obat dipermudah
jika pasien menerima psikoterapisecara bersamaan.
Jika pasien tidak sembuh dengan pengobatan antipsikotik, obat harus dihentikan. Pada pasien
yang tidak berespons terhadap obat antipsikotik, beberapa data menunjukkan bahwa dosis rumatan
dapat rendah. Meskipun secara esensial tidak ada studi yang mengevaluasi pemakaian
antidepresan, litium (eskalith)
atau anti kejang
(seperti karbamazepin [tegretol] dan
valproat[depakenel] ), pada pengobatan gangguan waham uji coba dengan obat-obat tersebut dapat
dibenarkan pada pasien yang tidak memberikan respons terhadap obat antipsikotik. Uji coba
dengan obat tersebut juga harus dipkirkan bila pasien mempunyai gambaran gangguan mood
maupun riwayat keluarga yang mengalami gangguan mood.
11. Gangguan Psikotik Sementara, Gangguan Psikotik Non-Organik YTT, dan Gangguan
Psikotik Sekunder
GANGGUAN PSIKOTIK SEMENTARA
Gangguan psikotik sementara ( brief psychotic disorder ) merupakan suatu sindrom psikotik
akut dan transien. Berdasarkan revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-IV-TR) , gangguan berlangsung dari 1 hari sampai 1 bulan, dan gejala
dapat menyerupai skizofrenia (cth., waham dan halusinasi) . selain itu, gangguan dapat
berkembang sebagai respons terhadap stresor pskososial berat atau sekelompok stresor. Karena

sifat gangguan yang berbeda-beda dan tidak stabil, kadang-kadang sulit menegakkan diagnosis
dalam praktik klinis.
Epidemiologi
Gangguan jarang terjadi dan lebih sering terjadi pada pasien muda ( usia 20-an dan 30-an)
daripada pasien tua. Data dapat diandalkan berdasarkan determinan jenis kelamin dan
sosiokultural terbatas, meskipun beberapa gejala menunjukkan bahwa insiden lebih tinggi pada
perempuan dan penduduk negara berkembang. Pola epidemiologi tersebut sangat berbeda dengan
pola pada skizofrenia.
Beberapa klinisi menunjukkan bahwa gangguan paling sering terjadipada pasien golongan
sosioekonomi rendah dan mereka yang mengalami musibah atau perubahan budaya yang nyata
(seperti imigran . orang yang mengalami stresor psikososial yang berat dapat beresiko lebih tinggi
mengalami gangguan psikotik singkat.
Komorbiditas
Gangguan sering terjadi pada pasien dengan gangguan kepribadian ( paling sering gangguan
histrionik, paranoid, skizoid, skizotipal, dan kepribadian borderline ).
Etiologi
Penyebab gangguan psikotik sementra tidak diketahui. Pasien yang menderita gangguan
kepribadian mungkin mempunyai kerentanan biologis atau psikologis mengalami gejala psikotik ,
terutama mereka dengan kualitas borderline , skizoid, skizotipal, atau paranoid . beberapa pasien
gangguan psikotik sementara mempunyai riwayat keluarga skizofrenia atau gangguan mood tetapi
tidak bersifat konklusif. Formulasi psikodinamik menekan adanya mekanisme koping yang tidak
adekuat dan mungkin adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Teori
psikodinamik tambahan menunjukkan bahwa gejala psikotik merupakan suatu pertahanan
melawan fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak diperoleh, atau pelarian dari situasi
psikososial yang menekan.
Diagnosis
DSM-IV-TR menguraikan kelanjutan diagnosis gangguan psikotik, terutama didasarkan pada
durasi gejala. Untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangf-kurangnya 1 hari tetapi kurang
dari 1 bulan dan bukan merupakan gejala gangguan mood, gangguan terkait zat, atau gangguan
psikotik akibat kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik sementara mungkin sesuai
( Tabel 11.4-1) . DSM-IV-TR menjelaskan tiga subtipe : (1) ada stresor , (2) tidak ada stresor, dan
(3) awitan pascapartus dibahas setelah ini.
Gambaran klinis
Gejala gangguan psikotik sementara selalu mencakup sekurang-kurangnya satu gejala utama
psikologis, biasanya dengan awitan mendadak, tetapi tidak selalu mencakup seluruh pola gejala
yang Terjadi pada skizof renia. Beberapa klinisi mengobservasi bahwa mood labil, kebingungan ,
dan gangguan perhatian dapat lebih sering terjadi pada awitan gangguan psikotik sementara
daripada awitan gangguan psikotik kronik. Gejala khas gangguan psikotik sementara mencakup
emosi mudah berubah, perilaku aneh atau bizar, berteriak atau terdiam, dan gangguan memori

terhadap kejadian yang baru saja terjadi. Beberapa gejala menunjukkan diagnosis delirium dan
memerlukan penanganan medis , terutama untuk menyingkirkan reaksi simpang obat.

Tabel 11. 4-1


Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR
Gangguan Psikotik Sementara
A. adanya satu ( atau lebih) gejala berikut :
(1) waham
(2) halusinasi
(3) bicara kacau (cth., inkoheren atau frekuent derailment)
(4) perilaku katatonik atau kacau secara keseluruhan
Catatan: jangan memasukkan gejala jika merupakan pola respons yang sesuai budaya.
B. durasi episode gangguan sekurang-kurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan, dan akhirnya
kembali ketingkat fungsi sebelum sakit.
C. gangguan tidak disebabkan gangguan mood dengan gambaran psikotik, gangguan skizoafektif ,
atau skizofrenia dan tidak disebabkan efek fisiologi langsung suatu zat (cth., penyalagunaan obat,
pengobatan) , atau kondisi medis umum.
Tentukan apakah :
Dengan stresor nyata ( psikosis reaktif singkat) : jika gejala terjadi segera setelah dan tampak
sebagai respons terhadap peristiwa yang , secara sendiri-sendiri atau bersamaan, secara nyata
menekan hampir setiap orang dalam situasi yang sama dalam budaya seseorang.
Tanpa stresor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau tidak tampak sebagai
respons terhadap peristiwa yang, secara sendiri-sendiri atau bersamaan , secara nyata akan
menekan hampir semua orang dalam situasi yang sama dalam budaya seseorang.
Dengan awitan pascapartus: jika awitan dalam 4 minggu pascapartus.

Stresor pemicu . Contoh stresor pemicu yang paling jelas adalah peristiwa penting yang
menyebabkan kesedihan emosional yang signifikan bagi seseoran. Peristiwa tersebut mencakup
kehilangan anggota keluarga dekat atau kecelakaan kendaraan bermotor yang parah. Beberapa
klinisi memperdebatkan bahwa keparahan peristiwa harus dipikirkan dalam hubungannya dengan
kehidupan pasien. Pandangan tersebut, meskipun masuk akal, dapat memperluas definisi stresor
pemicu untuk mencakup peristiwa yang tidak terkait dengan episode psikotik. Yang lain
memperdebatkan bahwa stresor mungkin suatu rangkaian peristiwa yang bertekanan sedang dan
bukan satu peristiwa bertekanan berat, namun, evaluasi jumlah stres yang disebabkan oleh
rangkaian peristiwa memerlukan tingkat keputusan klinis yang hampir tidak mungkin.
Diagnosis banding

Klinisi seharusnya tidak menganggap bahwa diagnosis yang tepat untuk pasien psikotik singkat
adalah gangguan psikotik sementara. Bahkan ketika faktor psikossosial pemicu jelas
teridentifikasi. Faktor tersebut mungkin hanya kebetulan. Jika gejala psikotik lebih dari 1 bulan,
diagnoss ganguan skizofreniform, gangguan skizoafektif , skizofrenia, ganguan mod dengan
gambaran psikotik, ganguan waham, dan gangguan psikotik yang tidak tergolongkankan perlu
dipertimbangkan. Namun, jika gejala psikotik dengan awitan mendadak terjadi kurang dari 1
bulan sebagai respons terhadap stresor yang nyata , dignosis yang harus dipertimbangkan adalah
gangguan psikotik sementara. Diagnosis lain yang dipkirkan dalam dignosis banding meliputi
gangguan buatan dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol. Malingering, ganguan
psikotik yang disebabkan kondisi medis umum , dan gangguan psikotik akibat gas. Pada
gangguan buatan, gejala timbul dengan tujuan ; pada malingering terdapat tujuan khusus dibalik
munculnya gejala psikotik (cth., ingin dirawat dirumah sakit) , dan bila disebabkan obat-obatan
atau keadaan medis,penyebab ditemukan melalui pemeriksaan medis atau obat. Jika pasien
mengaku menggunakan zat terlarang, klinisi dapat membuat penilaian intoksikasi zat atau
keadaan putus zat tanpa pemeriksaan laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau delirium juga
dapat memperlihatkan gejala psikotik yang menyerupai gangguan psikotik singkat. Gangguan
psikiatri tambahan yang dipkirkan dalam diagnosis banding meliputi gangguan identitas disosiatif
dan episode psikotik akibat gangguan kepribadian borderline dan skizotipal.
Perjalanan dan prognosis
Berdasarkan definisi , gangguan psikotik singkat berlangsung kurang dari 1 bulan. Meskipun
demikian , perkembangan gangguan psikiatri yang signifikan tersebut dapat menandakan
kerentanan mental pasien. Sekitar separuh pasien yang pertama kali digolongkan sebagai
penderita gangguan psikotik sementara kemudian menunjukkan sindrom psikiatri kronik seperti
skizofrenia atau gangguan mod. Namun, pasien dengan gangguan psikotik sementara biasanya,
mempunyai prognosis yang baik, dan studi di Eropa menunjukkan bahwa 50 sampai 80 persen
pasien tidak lagi mempunyai masalah pskiatri berat. Lamanya gejala akut dan residual sering
hanya beberapa hari. Kadang- kadang , gejala depresif terjadi setelah resolusi gejala psikotik, dan
bunuh diri menjadi masalah yang harus diperhatikan selama fase psikotik dan fase depresif
pascapsikotik.
Beberapa indikator telah menghasilkan prognosis yang baik ( tabel 11.4.2). Pasien dengan
gambaran tersebut mungkin tidak mengalami episode berikutnya, dan skizofrenia atau gangguan
mod mungkin tidak berkembang pada waktu selanjutnya.
Tabel 11. 4-2
Gambaran prosnotik baik untuk gangguan
Psikotik sementara
Penyesuaian yang baik sebelum sakit
Sedikit ciri skizoid sebelum sakit
Steresor pemicu berat
Awitan gejala mendadak

Gejala afektif
Bingung dan limbung selama psikosis
Sedikit penumpulan afektif
Durasi gejala singkat
Tidak ada keluarga skizofrenik
Pengobatan
Rawat inap. Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang singkat baik
untuk evaluasi maupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan gejala yang ketat dan
penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan orang lain. Selain itu, rawat inap yang
tenang dan terstruktur dapat membantu pasien mendapatkan kembali kesadarannya terhadap
realita. Sementara klinisi menunggu efek perawatan atau obat-obatan , mungkin diperlukan
pengasingan,pengendalian fisik, atau pemantauan satu pasien oleh satu pemeriksa.
Farmakoterapi. Dua golongan utama obat yang dipertimbangkan diberikan dalam pengobatan
gangguan psikotik singkat adalah obat-obat antipsikotikdan ansiolitik. Bila obat anti psikotik
yang dipilih , obat antipsikotik potensi tinggi atau antipikal seperti haloperidol ( haldol) atau
resperidon (risperdal) dapat digunakan. Sebagai alternatif , ansiolitik seperti benzodiasepin dapat
digunakan pada pengobatan psikosis jangka pendek. Obat-obat tersebut dapat dapat efektif untuk
waktu singkat dan disertai efek simpang yang lebih sedikit daripada obat antipsikotik. Pada kasus
jarang, benzodiasepin menyebabkan peningkatan agitasi dan, yang lebih jarang, bangkitan kejang
akibat keadaan putus zat. Klinisi harus menghindari penggunaan jangka panjang setiap obat pada
pengobatan pada gangguan tersebut. Jika diperlukan obat rumatan, seorang klinisi dapat
memikirkan ulang diagnosis.
Psikoterapi. Meskipun rawat inap dan farmakoterapi cenderung mengendalikan situasi jangka
pendek, bagian pengobatan yang sulit adalah integrasi psikologis pengalaman ( dan kemungkinan
trauma pemicu, jika ada) ke dalam kehidupan pasien dan keluargannya. Psikoterapi digunakan
untuk memberikan kesempatan membahas stresor dan episode psikotik. Eksplorasi dan
perkembangan strategikoping adalah topik utama psikoterapi. Masalah terkait meliputi membantu
pasien menangani rasa harga dirinya yang hilang dan mendapatkan kembali rasa percaya diri.
Setiap strategi pengobatan didasarkan pada peningkatan keterampilan menyelesaikan maslah,
sementara memperkuat struktur ego melalui psikoterapi tampaknya merupakan cara yang paling
efektif. Keterlibatan keluarga dalam proses pengobatan mungkin penting untuk mendapatkan
keberhasilan.
GANGGUAN PSIKOTIK NON-ORGANIK YANG TAK TERGOLONGKAN
Kategori gamgguan psikotik non-organik yang tak tergolongkan digunakan untuk pasien yang
mempunyai gejala psikotik (cth., waham halusinasi, dan perilaku serta bicara kacau) tetapi yang
tidak memenuhi kriteria diagnostik gsngguan psikotik lain yang mempunyai definisi spesifik. Pada
beberapa kasus, diagnosis,

Anda mungkin juga menyukai