Anda di halaman 1dari 13

PENGENALAN PENGOLAHAN LAHAN SEKUNDER (GARU)

(Laporan Praktikum Mata Kuliah Mekanisasi Pertanian)

Oleh
Julianto Imantaka
1514121032
Kelompok 4

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada budidaya tanaman pertanian, diperlukan beberapa tahap hingga pada
akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca panen. Dalam prosesproses tersebut yang merupakan proses awal adalah pengolahan lahan (soil
tillage). Pada proses ini berfungsi untuk menggemburkan tanah,
menghilangkan kotoran-kotoran dan sampah pada tanah. Proses pengolahan
lahan meliputi tahap pembajakan dan penggaruan.
Pengolahan lahan dilakukan dalam dua tahap yaitu pembajakan dan
penggaruan. Pengolahan lahan ini dilakukan dengan melakukan pengolahan
lahan primer yang dimana pengolahan lahan primer ini bertujuan untuk
membuka tanah dahulu dengan menggunakan alat yang disebut bajak.
Sedangkan tahap kedua yang dilakukan dalam pengolahan lahan yaitu
pengolahan lahan sekunder yang dimana pengolahan lahan sekunder ini
bertujuan untuk mencacah tanah dan menggemburkan tanah agar tanah siap
untuk ditanami.
Sebelum menghasilkan tanah yang dapat langsung ditanam, tentu nya kita
harus mengetahui bagaimana cara kerja dari kedua alat pengolaahn lahan
secara primer dan sekunder ini. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini, yaitu
praktikum mengenai pengenalan lahan primer dan sekunder, kita akan
mengetahui bagaimana cara dan prinsip kerja dari kedua alat primer dan
sekunder ini yaitu bajak singkal dan garu.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui peran pengolahan lahan sekunder.
2. Mengetahui cara kerja dan prinsip kerja garu.
3. Mengetahui bagian-bagian garu yang digunakan pada pengolahan lahan
sekunder.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pengolahan Lahan


Pengelolaan Lahan atau tanah adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik
yang berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan
kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi),
iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan,
dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan.
Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat
tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur tanah ) yang
dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan
terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat
ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah
akibat pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam
keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih
riskan terhadap, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan
tanah. Metode atau cara pengolahan lahan dibagi menjadi dua yaitu secara
tradisional (konvensional), dan secara modern(Sitalana, 2006).
B. Peranan Pengolahan Lahan
Dalam bercocok tanam, tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan
pertumbuhan tanaman, karena tanah memiliki peranan penting antara lain :
1. Sebagai tempat tumbuh dan tempat perkembangan akar.
2. Menyediakan unsur hara dan air bagi tanaman.
3. Menyediakan air bagi tanaman.

4. Merupakan media bagi pertumbuhan flora dan fauna, khususnya


mikroflora dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. (Hakim.1986)

C. Fungsi Pengolahan Lahan


Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memecahkan gumpalan tanah menjadi
gembur dan mengatur kesuburan tanah sehingga sesuai untuk ditanami.
Pengolahan tanah bertujuan untuk :
1. Menciptakan struktur yang ideal bagi tanaman sehingga pertumbuhan
tanaman menjadi baik.
2. Membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman.
3. Memperbaiki aerasi dan drainase. Untuk mencapai tujuan tersebut
biasanya pengolahan tanah dilakukan beberapakali. Cara dan saat
pengolahan tanah disesuaikan dengan kondisi lingkungan antara lain :
1. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia.
2. Pengolahan tanah dengan tenaga hewan. 3.Pengolahan tanah dengan
tenaga mesin(Sosroatmojo,1980).

III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksankannya praktikum ini adalah pada hari
Kamis, tanggal 27 Oktober 2016 di Labratorium Daya dan Alat Mesin
Pertanian
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bajak
singkal, pena dan buku.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah :
1. Mendengarkan asisten yang sedang menjelaskan alat pengolahan lahan
sekunder yaitu garu pada pertanian
2. Mencatat apa yang telah dijelaskan oleh asisten
3. Mengukur dimensi dari bagian-bagian alat garu
4. Mencatat hasil pengukuran

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah :
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Keterangan
Panjang Kerangka Utama
Lebar Kerangka Utama
Panjang Kerangka Disc
Lebar Disc
Jarak Antar Disc
Diameter Piringan
Tinggi Implement

Ukuran
155 cm
54 cm
130 cm
178 cm
20 cm
45 cm
103 cm

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai pengolahan lahan
sekunder dengan menggunakan alat garu. Didapatkan data pengukuran
bagian-bagian pada alat garu tersebut. Pengukuran dilakukan pada beberapa
bagian komponen penyusun garu, denganpanjang kerangka utama sebesar
155 cm, lebar kerangka utama sebesar 54 cm, panjang kerangka disc sebesar
130 cm, lebar disc sebesar 178 cm, jarak antar disc sebesar 20 cm, diameter
piringan sebesar 45 cm, dan tinggi implement sebesar 103 cm.
Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan
tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata menjadi baik, sisa-sisa
tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan
lapisan tanah atas, kemudian diberikan kepadatan tertentu pada permukaan

tanah, dan mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman.
Alat pengolah tanah kedua yang menggunakan daya traktor antara lain: 1)
garu (harrow), 2) perata dan penggembur (land roller dan pulverizer), dan 3)
alat-alat lainnya.
Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah : a)
garu piring (disk harrow), b) garu palcu (splice tooth harrow), c) garu pegas
(spring tooth harrow), d) garu rotari, dan e) garu khusus (special harrow).
a. Garu Piring.
Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumputrumput pada permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah
sehingga keratan tanah ( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah
dasar. Juga dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup bijibijian yang ditanam secara sebar. Secara umum garu piring dibagi atas : 1)
garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2) garu piring tipe angiat
(mounted disk harrow).
Garu piring dapat mempunyai aksi tunggal (single action) apabila pada
saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu arah saja. Juga dapat
mempunyai aksi ganda (double action ) apabila piringan yang di depan
berlawanan arah dengan yang di belakang dalam melempar tanah.. Apabila
posisi garu piring dalam penggandengannya dengan traktor menyamping,
maka garu tersebut disebut garu offset. Bagian-bagian dari garu piring
adalah : piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan
(bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).
Piringan dap at bersisi rata atau bergerigl Piringan yang bergerigi biasanya
digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran
umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat
(heavy duty) antara 65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as
yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25
sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong
(spool). Masing-masing as (gang) diikat ke rangka melalui standar yang

berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu as mempunyai dua
bantalan, sedangkan yang berat lebih dari dua bantalan.
Pada ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan bumber berupa
besi tuang yang eukup berat untuk menambah tekanan ke samping.
Apabila garu piring tidak cukup berat untuk memecah tanah, maka dapat
ditambah beban yang ditempatkan pada kotak pemberat.
Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan, biasanya setiap
piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah (scraper) yang diikat pada
rangka.
b. Garu paku
Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari
beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk
menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat
digunakan untuk penyiangan pada tanainan yang baru tumbuh.
c. Garu Pegas
Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai
banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting
(memegas) apabila mengenai gangguan. Kegunaan garu ini sama dengan
garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat
masuk ke dalam tanah lebih dalam.
d. Garu Rotari
Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul (rotary hoe harrow)
dan garu rotari silang (rotary cross harrow). Garu rotari cangkul
merupakan susunan roda yang dikelilingi oleh gigi-gigi berbentuk pisau
yang dipasangkan pada as dengan jarak tertentu dan berputar vertikal.
Putaran roda garu ini disebabkan oleh tarikan traktor. Garu rotari silang
terdiri dari gigi-gigi yang tegak lurus terhadap permukaan tanah dan
dipasang pada rotor. Rotor diputar horisontal, yang gerakannya diambil
dari putaran PTO. Dengan menggunakan garu ini, penghancuran tanah
terjadi sangat intensif.
e. Garu Khusus
Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil

surgeon. Weeder-mulche adalah alat yang digunakan untuk penyiangan,


pembuatan mulsa dan pemecahan tanah di bagian permukaan. soil surgeon
adalah alat yang merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada
suatu rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkahbongkah tanah di permukaan dan untuk meratakan tanah.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :


1. Pengolahan lahan berperan agar mempermudah proses penanaman.
2. Pengolahan lahan secara sekunder dilakukan untuk lebih mencacah tanah agar
lebih gembur.
3. Komponen dari bajak singkal yaitu piringan (disk), as (gang/arbor bolt),
rangka (frame), bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih
tanah (scaper).

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.


Lampung.
Sitanala, Arsyad. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Sosroatmodjo, P.L.A. 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah.
Penunjang Pembangunan Nasional. Jakarta.

L A M P I R AN

Anda mungkin juga menyukai