Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karya Ilmiah


Ada berbagai definisi tentang karya ilmiah sebagai berikut :
1. Dalam buku yang di tulis Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang
Supriyadi disebutkan bahwa karya ilmiah merupakan serangkaian
kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis
berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara
ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
2. Menurut

Brotowidjoyo,

karya

ilmiah

adalah

karangan

ilmu

pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut Metodologi


penulisan yang baik dan benar.
Dari

berbagai

macam

pengertian

karya

ilmiah

di

atas,

dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini


adalah, suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara
sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan
pendekatan metode ilmiah.
Karya ilmiah, suatu tulisan yang didalamnya membahas suatu
masalah.

Pembahasan

itu

dilakukan

berdasarkan

penyedikan,

pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian,baik


penelitian lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka. Maka
dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan
pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan pemikiran ilmiah disini adalah
pemikiran yang logis dan empiris.

Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan


dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang
telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat
keilmuan.

B. Ciri-ciri Karya Ilmiah


Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya,
yaitu :
1. struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari
bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan
bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti,
sedangkan

inti

merupakan

sajian

gagasan

pokok

yang

ingin

disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik.


Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta
rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun
semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup,
dan

daftar

pustaka.

Artikel

ilmiah

yang

dimuat

dalam

jurnal

mempersyaratkan adanya abstrak.


3. Sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan
dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak

menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang


pertama atau kedua.
4. Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku
yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang
efektif dengan struktur yang baku.

C. Sikap Karangan Ilmiah


Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap
yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
a. Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan
bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang
kajiannya.
b. Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi
sebanyak

mungkin

dibanding-banding

berkaitan

dengan

bidang

kelebihan-kekurangannya,

kajiannya

untuk

kecocokan-tidaknya,

kebenaran-tidaknya, dan sebagainya,


c. Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau
mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang
lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan
keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham
atau tidak sesuai.

d. Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan


apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
e. Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya
orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara
jelas

sekiranya

pernyataan

atau

pendapat

yang

disampaikan

memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.


f. Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada
ketegaran

membela

fakta

dan

hasil

temuan

lapangan

atau

pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori


atau dalil yang ada.
g. Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin
membuktikan

hipotesis

yang

disusunnya

demi

pengembangan

bidang ilmunya.

D. Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah


Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat
penyelesaiannya adakan dikarenakan tidak konsisten dalam penulisan.
Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi,
teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.

Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian


ilmiah adalah sebagai berikut :
1. salah mengerti audience atau pembaca tulisannya
2. salah dalam menyusun struktur pelaporan,
3. salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan
menjiplak (plagiat),

4. salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,


5. penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
6. tata cara penulisan Daftar Pustaka yang kurang tepat (tidak standar
dan berkesan seenaknya sendiri),
7. tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah,
margin yang berubah-ubah).

E. Struktur Karya ilmiah


Secara umum, sebuah karya tulis ilmiah terbagi dalam tiga bagian
pokok, yaitu: pendahuluan, isi, dan penutup. Selain ketiga unsur inti ini,
terdapat unsur-unsur lain, antara lain halaman judul, prakata, judul,
daftar

isi,

daftar

tabel/skema,

bibliografi,

dan

lampiran,

yang

keberadaannya sangat tergantung pada keformalan tulisan.


Semakin tinggi tingkat keformalan sebuah karya ilmiah, semakin
lengkap pula unsur-unsur lain tersebut digunakan. Skripsi dan tesis,
misalnya, sebagai karya ilmiah yang sangat formal, harus menyertakan
seluruh unsur tersebut. Berikut adalah penjelasan ringkas bagi unsurunsur tersebut. Karena halaman judul, daftar isi, daftar tabel/skema dan
lampiran bersifat tidak begitu kompleks, ketiganya tidak turut diuraikan.
a) Pendahuluan
Seperti namanya, bagian ini memberikan gambaran mengenai topik
yang hendak disajikan.

Aspek-aspek yang biasanya disertakan pada bagian mencakup:

1. Latar belakang masalah


Pada bagian ini, penulis biasanya menguraikan latar belakang
ketertarikannya membahas obyek yang menjadi inti penulisan.
Namun yang menjadi inti bagian ini adalah topik atau pokok
permasalahan

yang

akan

dipaparkan.

Aspek

lain

yang

perlu

dikemukakan pada bagian ini ialah tinjauan pustaka. Penulis perlu


menyertakan beberapa penelitian yang relevan dengan topik yang
digumuli. Hal ini dilakukan untuk memperjelas pembaca bahwa
pembahasan yang dilakukan bukan mengulangi berbagai tulisan
lainnya.
2. Masalah dan batasannya
Dari fenomena yang menarik perhatian, penulis harus secara
eksplisit mengemukakan masalah yang hendak dibahas. Sebab
pada bagian latar belakang, masalah yang hendak dibahas biasanya
tidak dikemukakan secara eksplisit. Meskipun demikian, masalah
yang hendak dibahas atau diteliti itu masih harus dibatasi lagi. Hal
ini dilakukan agar pembahasan tidak meluas kepada aspek-aspek
yang tidak

relevan. Selain itu, pembatasan masalah juga akan

menjaga efektivitas penulisan.


3. Tujuan dan manfaat
Kemukakan tujuan dan manfaat penelitian yang dikerjakan.
Sedapat mungkin dijabarkan keduanya, baik bagi lingkungan
akademis maupun masyarakat secara umum.
4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Bagian ini menjelaskan bagimana data diperoleh dan teknik apa
yang digunakan untuk menganalisisnya.
5. Landasan Teori

Setiap kajian ilmiah harus memiliki dasar teoritis yang kuat.


Sehubungan
menentukan

dengan
dasar

itu,

teoritis

penulis
yang

harus

akan

benar-benar

mendukung

teliti

upayanya

mengkaji masalah dalam tulisan tersebut. Biasanya, penentuan


teori yang hendak dipakai akan lebih mudah jika karakteristik data
yang diperoleh sudah dipahami.
b) Isi
Setelah

bagian

pendahuluan,

penulisan

dilanjutkan

dengan

memaparkan informasi atau data yang telah diperoleh. Sub dari


bagian isi biasanya tergantung pada ruang lingkup masalah. Bila
masalah yang hendak dibahas terdiri dari tiga butir, sub bagian isi bisa
menjadi tiga. Jangan sampai empat apalagi lima, mengingat pada
bagian isi, penulis harus melakukan analisis berdasarkan pertanyaanpertanyaan yang muncul pada bagian pendahuluan.
c) Penutup
Sebagai penutup, pada bagian ini peneliti harus memberi simpulan
dari hasil penelitiannya. Simpulan tersebut harus disajikan secara
sederhana dan singkat agar pembaca bisa lebih menangkap hasil
penelitiannya secara ringkas. Salah satu bagian yang tampaknya
masih banyak digunakan sebagai sub-bagian dari penutup ialah saran.
Berbagai fakultas di beberapa perguruan tinggi belakangan ini mulai
menghapus bagian tersebut. Keputusan untuk membuat sub-bagian
saran pada bagian penutup tentu saja tergantung pada lembaga atau
jurnal tempat penerbitan tulisan yang sedang digarap.
d) Unsur-Unsur Lain
1. Daftar Pustaka (Bibliografi)
Setelah bagian penutup, karya tulis diakhiri dengan Daftar
Pustaka atau Bibliografi. Bagian ini termasuk bagian yang penting

karena sebuah karya ilmiah biasanya menggunakan referensireferensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal
dalam penggunaan referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti
bisa seenaknya mencantumkan referensi. Referensi yang terlalu
sedikit bisa menandakan peneliti tidak banyak membaca literatur
pendukung atau hasil penelitian terkait. Sementara bila terlalu
banyak, bisa-bisa dicurigai hasil tulisannya didominasi oleh pendapat
ahli

daripada

pendapat

peneliti

itu

sendiri.

Oleh

karena

itu,

pemanfaatan referensi harus dilakukan dengan wajar dan seperlunya


saja.
Tata cara penulisan bibliografi pun harus diperhatikan.

Secara umum, sumber referensi yang berasal dari buku dituliskan


dengan majalah dan surat kabar. Khusus untuk sumber referensi dari
internet, tata cara penulisannya sebagai bibliografi diperlakukan
seperti

layaknya

sebuah

artikel.

Mengingat

bahwa

tata

cara

penulisan bibliografi yang berlaku cukup beragam, penulis sebaiknya


mencermati sistem apa yang digunakan lembaga atau jurnal atau
media yang akan menerbitkan tulisan tersebut.
1. Judul
Judul tulisan ilmiah merupakan tema yang menggambarkan
secara singkat tentang masalah. Judul harus dirumuskan secara
jelas, singkat, relevan dengan isi tulisan. Dengan kata lain, judul
harus mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas dan
provokatif atau mempunyai daya tarik yang cukup kuat hingga
merangsang pembaca untuk membaca. Selain itu, judul juga perlu
mencerminkan gambaran kegiatan ilmiah yang dilakukan, di mana
variabel-variabel kegiatan ilmiah dan hubungan antar-variabel
serta informasi lain tercantum secara eksplisit dalam judul.

2. Abstrak
Abstrak juga merupakan bagian penting lain yang perlu
diperhatikan. Abstrak merupakan suatu bagian uraian yang sangat
singkat, jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris, dan
digunakan untuk menerangkan kepada para pembaca aspek-aspek
mana yang dibicarakan mengenai pokok permasalahan (Keraf
1984).
Pada

umumnya,

abstrak

merangkum

isi

tulisan

yang

mencakup masalah, tujuan, metode, dengan tekanan utama pada


hasil kegiatan ilmiah. Rangkuman itu biasanya disusun dalam satu
paragraf yang diketik dengan jarak satu spasi. Abstrak pada
umumnya diikuti tiga hingga lima kata kunci, yang terdiri dari
istilah-istilah yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang
terkait dalam artikel. Sedapat mungkin, kata kunci hendaknya
diambil dari bidang ilmu terkait.
Sebagian jurnal atau lembaga mempersyaratkan abstrak
ditulis dalam bahasa Inggris, walaupun artikelnya sendiri di tulis
dalam bahasa lain. Di lembaga atau jurnal lain, abstrak cukup
ditulis dalam bahasa yang digunakan artikel. Namun ada juga
jurnal yang mengharuskan abstrak ditulis dalam dua bahasa
bahasa Inggris dan bahasa yang digunakan dalam artikel. Oleh
karena itu, dalam bahasa apa abstrak ditulis sangat tergantung
pada ketentuan jurnal atau lembaga tempat tulisan dipublikasikan.
3. Prakata
Salah kaprah sering terjadi pada bagian ini. Masih banyak
penulis yang menggunakan kata pengantar daripada prakata.
Padaha, kata pengantar ditulis oleh seseorang dalam rangka
menyajikan karya tulis orang lain. Biasanya kata pengantar ditulis
seseorang

(bukan

penulis)

untuk

memberi

kesaksian

yang

menguatkan bagi pembaca, bahwa karya yang disajikan penulis

pantas

dibaca

atau

dijadikan

referensi.

Sebaliknya,

prakata

merupakan pengantar yang disajikan oleh penulis karya tersebut.


Pada bagian prakata, penulis biasanya memberi gambaran
singkat mengenai karya tulis yang digarapnya. Penyajiannya harus
dilakukan

dengan

variasi

yang

kreatif,

agar

tidak

dianggap

menjiplak bagian latar belakang masalah pada pendahuluan.

F.Proses Penulisan Karya Ilmiah


Seluruh aktivitas menulis, baik menulis puisi, novel, komentar di
facebook, mupun karya ilmiah merupakan suatu proses kreatif. Selama
mengerjakan tulisannya, penulis menggali ide-ide yang terdapat dalam
pikirannya serta memperkaya ide-ide tersebut dengan mengolah ide dan
fakta-fakta yang relevan, yang diperoleh dari berbagai referensi. Ide-ide
tersebut kemudian dipilah-pilah, dikombinasikan, diorganisasikan, dan
kemudian diungkapkan secara tertulis dengan menerapkan sistematika
dan metode atau teknik penulisan tertentu agar tulisan tersebut dapat
dipahami secara jelas serta mampu memenuhi tujuannya. Dengan
mengkombinasikan kedua kemampuan ini, barulah seseorang dapat
menghasilkan sebuah tulisan, baik kategori ilmiah maupun non ilmiah.
Dengan kata lain, hanya orang-orang kreatiflah yang akan dapat menjadi
penulis yang baik.
Menulis merupakan aktivitas yang tahapan prosesnya berbeda-beda
di antara seorang penulis dengan penulis lain. Meskipun demikian,
terdapat

beberapa

tahapan

logis

yang

perlu

ditempuh

untuk

menghasilkan tulisan yang bagus. Dalam praktik penulisan, tahapantahapan itu tidak ditempuh secara linier, melainkan melompat-lompat
dengan gerakan maju dan mundur dari satu tahapan ke tahapan lain.
Oleh karena itu, Gardner dan Johnson (1997) menggambarkan aktivitas
menulis sebagai suatu proses yang cair yang terdiri dari delapan tahapan

dan berlangsungdisadari atau tidak oleh penulisbolak-balik atau


melompat-lompat ke depan dan ke belakang.

G. Tahapan Penulisan Karya ilmiah


Kedelapan tahapan menulis yang diusulkan Gardner dan Johnson
(1997) adalah sebagai berikut.
1. Pra-menulis (prewriting), yang terdiri dari dua jenis aktivitas, yaitu: (a)
tahapan penggalian dan pengayaan ide yang dapat dilakukan melalui
perenungan (brainstorming), membaca bahan pustaka yang relevan,
pembuatan peta pikiran; dan (b) penentuan karakteristik pembaca
target, tujuan dan bentuk tulisan,
2. Pembuatan draf awal, atau penuangan ide ke atas kertas. Dalam
tahapan ini penulis tidak perlu merisaukan konvensi atau kaidahkaidah penulisan. Draf awal tidak perlu harus diulis rapi. Yang penting
ide-ide yang telah terakumulasi dalam pikiran dapat mengalir dan
dituangkan ke lembaran kertas.
3. Pembacaan ulang, yang dilakukan untuk mengoreksi draf awal dan
menuliskannya ke dalam bentuk yang memenuhi kaidah-kaidah
penulisan.
4. Pemeriksaan

mitra

bestari

(share

with

peer

revisor),

yang

dilaksanakan dengan meminta seseorang membaca naskah yang


sudah ditulis ulang untuk mengidentifikasi kelemahan (struktur, kosa
kata,

pengutipan,

kejelasan

ide,

tatabahasa)

untuk

melakukan

perbaikan.
5. Revisi (revise), atau perbaikan ulang terhadap naskah dengan cara
menambah atau mengurangi detil pendukung dan hal-hal lain yang
teridentifikasi melalui pemeriksaan mitra bestari.

6. Pengeditan (editing) atau perbaikan teknik penulisan dan ejaan.


7. Penulisan naskah akhir (final draft), atau penulisan naskah akhir.
8. Penerbitan (publishing), atau pengiriman naskah ke redaktur jurnal
untuk

diterbitkan.

Sebagai sebuah proses yang berlangsung tidak linier, melainkan bolak


balik, tahapan penulisan dapat diilustrasikan dengan gambar berikut

H. Jenis-jenis Karya ilmiah

1. Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut.
Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir
deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini
belaka. Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau
mahasiswa yang sifatnya paling soft dari jenis karya ilmiah lainnya.
Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya
lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding
skripsi mahasiswa.
Makalah

mahasiswa

lebih

kepada

memenuhi

tugas-tugas

pekuliahan. Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli.


Bisa jadi dibuat berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya
dengan kenyataan lapangan. Makalah lazim dibuat berdasrakan
kenyatan

dan

kemudian

ditandemkan

dengan

tarikan

teoritis;

mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau sebaliknya. Makalah


adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.
2. Kertas Kerja

Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja


dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis
untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya
dihadiri oleh ilmuwan. Pada perhelatan ilmiah tersebut kertas kerja
dijadikan acuan

untuk

tujuan tertentu.

Bisa

jadi,

kertas

kerja

dimentahkan karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris,


ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.
3. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi
syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit
semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing.
Dosen pembimbing berperan mengawal dari awal sampai akhir
hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya
pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat
tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan
penelitian

langsung;

observasi

lapanagn

atau

penelitian

di

laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan


metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa
penemuan baru.
4. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam
dan

tajam

dibandingkan

skripsi.

Ditulis

untuk

menyelesaikan

pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri,


menguji

satu

atau

lebih

hipotesis

dalam

mengungkapkan

pengetahuan baru.
Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi;
metodologi

penelitian

dan

metodologi

penulisan.

Standarnya

digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan

pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan;


menggunakan

instrumen,

mengumpulkan

dan

menjajikan

data,

menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.


Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan
istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi.
Artinya, kemampuan mandiri sekalipun dipandu dosen pembimbing
menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama
dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.
5. Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar
Doktor

(Ph.D)

dimungkinkan

manakala

mahasiswa

(S3)

telah

mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang


terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi
ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis
mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid
dengan

analisis

terinci.

Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian


yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3)
harus

mampu

berkemampuan

(tanpa
berpikikir

bimbingan)
abstrak

serta

menentukan
menyelesaikan

masalah,
masalah

praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan


baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai
cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
6. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis
berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau
penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat
pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada
penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai
keilmiahannya.

Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu, jurnal-jurnal


ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel
dapat dimuat.
Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot.
Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli
dibidangnya.

Jurnal-jurnal

ilmiah

terakredetasi

sangat

menjaga

pemuatan artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan


atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya
ditebitkan

pada

jurnal

internasional,

pertanda

keilmuawannya

diakui.
7. Artikel Ilmiah Popular
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat
secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih
bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer
karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam
menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan
ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di
surat kabar atau majalah.

I. Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah


Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat
penyelesaiannya adakan dikarenakan tidak konsisten dalam penulisan.
Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa
diksi,

teknik

mengutip,

atau

bahkan

alur

berpikir

sendiri.

Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah


adalah sebagai berikut :
a) Salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
b) Salah dalam menyusun struktur pelaporan,

c) Salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan


menjiplak (plagiat),
d) Salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
e) Penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
f) Tata cara penulisan Daftar Pustaka yang kurang tepat (tidak
standar dan berkesan
Seenaknya sendiri),
g) Tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah,
margin yang
berubah-ubah).

Anda mungkin juga menyukai