OPENING SPEECH
MUKTAMAR TOKOH UMAT 2016
Assalamualaikum Wr Wb
Alhamdulillahiladzi arsala Rasullahu bil huda wa diinil Haq,
Asyhadualaa ilaha illallah wahdahu la syarikalah, wa asyhaduanna
muhammadan abduhu wa rasuluhu, ALLAHuma shali wasallim
Pertama-tama, mewakili pimpinan pusat Hizbut Tahrir
Indonesia, saya ingin menyampaikan selamat datang kepada
seluruh peserta dan tamu undangan, terima kasih, syukran
jazakumullah khayran jaza atas kehadirannya pada acara
Muktamar Tokoh Umat 1437 H. Acara ini dilaksanakan oleh
HTI selain di Jakarta juga di 63 kota besar lain di seluruh
Indonesia di sepanjang bulan Rajab yang bertepatan dengan
bulan April - Mei ini, mulai dari Aceh hingga Papua. Kita
pantas merasa sangat bersyukur dan berbahagia, bahwa di
tengah berbagai berbagai tekanan ideologis, politis dan
ekonomis masih ada bagian dari umat Islam yang tetap
peduli terhadap apa yang ALLAH wajibkan kepada kita
semua, yaitu kegiatan dakwah.
tokoh
umat
yang
Pada bulan Rajab lebih dari 1400 tahun lalu, Allah SWT
memperjalankan baginda Rasulullah Muhammad saw pada
suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil
Aqsha di Palestina, kemudian naik ke Sidratul Muntaha.
Inilah peristiwa Isra Miraj yang sangat monumental, yang
kelak sangat berpengaruh pada perjalanan hidup Rasulullah
dan umatnya. Tapi kita juga harus ingat bahwa pada bulan
Rajab pula, persisnya pada tahun 1342 Hijirah 95 tahun
lalu - khilafah Utsmani yang berpusat di Turki diruntuhkan
oleh tangan-tangan kafir penjajah.
Peristiwa yang kemudian menjadi pangkal dari timbulnya
berbagai malapetaka yang menimpa kaum muslimin di
seluruh dunia atau ummul jaraaim memang layak untuk terus
mendapat perhatian. Tapi kita hadir disini tidak untuk
meratapi momen menyedihkan itu. Kita hadir di sini justru
untuk bangkit dan mengokohkan pendirian bahwa
perjuangan penegakan syariah dan Khilafah memang tidak
boleh surut sedikitpun. Bila runtuhnya khilafah dulu menjadi
pangkal hancurnya dunia Islam dan timbulnya berbagai
malapetaka yang menimpa dunia Islam, maka kita di sini
yakin bahwa bangkitnya kembali dunia Islam dari
keterpurukannya pun hanya mungkin melalui tegaknya
kembali al Khilafah itu. Khilafahlah yang akan menyatukan
kaum muslimin di seluruh dunia, menerapkan syariah secara
kaffah dan menghadapi adikuasa jahiliah darimanapun
Muktamar Tokoh Umat 2016 | 5
[ : ]
Prof. Dr. Muhammad Rawwas Qalah Jie, Mujam Lughat al-Fuqaha: ArabiInjelisi-Inransi, Dar an-Nafais, Beirut, cet. I, 1426 H/1996 M, hal. 48.
Al-Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Nidzam al-Islam, Dar al-Ummah,
Beirut, edisi Muktamadah, cet. VI, 1422 H/2001 M, hal. 70.
[ : ]
Al-Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah alJuzu at-Tsalits, Dar al-Ummah, Beirut, edisi Muktamadah, cet. III, 1426 H/2005
M, hal. 381.
sebagai
satu
kesatuan.
Karena
itu,
terwujudnya
dan
tercegahnya
kemaslahatan
[jalb
al-mashlih]
kemafsadatan [daru al-mafsid], dalam konteks ini, tidak bisa
disebut sebagai illat [alasan hukum] pensyariatan hukum
syariah.
Dengan kata lain, terwujudnya kemaslahatan [jalb almashlih] dan tercegahnya kemafsadatan [daru al-mafsid]
merupakan hasil dari penerapan syariah Islam secara kffah,
bukan illat [alasan hukum] pensyariatan hukum syariah.
Hasil [natjah] jelas berbeda dengan alasan [sabab]
pensyariatan hukum. Sebab, hasil merupakan konsekuensi
dari penerapan syariah. Adapun alasan pensyariatan hukum
ada sebelum hukum tersebut disyariatkan dan menyertainya
setelah hukum itu ada, bukan hasil yang menjadi
konsekuensi dari penerapannya.4
Karena itu kerahmatan Islam bagi alam semesta [Islm
rahmat[an] li al-lamn] merupakan konsekuensi logis dari
penerapan Islam secara kffah dalam seluruh aspek
kehidupan manusia. Kerahmatan Islam tidak akan terwujud
jika Islam hanya diambil sebagai simbol, slogan, asesoris dan
pelengkap penderita yang lain. Kerahmatan Islam tidak
akan ada jika Islam hanya diambil ajaran spiritual dan
ritualnya saja, sementara ajaran politiknya ditinggalkan.
Pada saat yang sama, paham politiknya diambil dari
Kapitalisme maupun Sosialisme, yang nota bene bertentangan
dengan Islam.
4
Al-Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah alJuzu at-Tsalits, Dar al-Ummah, Beirut, edisi Muktamadah, cet. III, 1426 H/2005
M, hal. 381.
KHILAFAH MENJAGA
AQIDAH UMMAT DAN MENJAMIN
KEBUTUHAN RAKYAT
kafir, maka dia akan bisa masuk neraka untuk selamalamanya, sebagaimana Firman Allah SWT:
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu
dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS al-Baqarah [2]: 217).
Bagaimana cara Negara Khilafah menjaga aqidah
umatnya? Ada beberapa cara yang harus dilakukan Negara
Khilafah dalam menjaga aqidah umatnya, diantaranya
adalah:
1.
2.
3.
4.
Siapa saja yang murtad dari agamanya, bunuhlah! (HR atTirmidzi).
Cara Islam ini akan menjadi semacam imunitas bagi
seluruh kaum Muslim. Dengan cara ini pula pemurtadan
akan menghadapi tembok tebal. Virus kemurtadan yang
ingin ditularkan oleh orang-orang murtad seperti saat ini
tidak akan terjadi. Mengapa? Karena tak akan ada orang
murtad yang hidup dan menjadi misionaris.
Penjagaan Negara Khilafah yang luar biasa terhadap
agama ini tidak akan memungkinkan munculnya aliranaliran sesat, seperti yang terjadi di negeri ini. MUI Pusat
mencatat ada lebih dari 300 aliran sesat di Indonesia. Tidak
mungkin ada Gafatar yang menipu ribuan orang dengan
nabi palsunya. Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya juga
tidak akan bisa hidup dan menyebarkan ajaran sesatnya
seperti sekarang. Negara Khilafah pasti akan menghentikan
dan menghabisi ajarannya sampai ke akar-akarnya.
Tidak ada paksaan dalam memeluk agama [Islam] (QS alBaqarah [2]: 256).
Jika mereka mau tunduk hukum hukum Islam dan
membayar jizyah sebagai bukti kesediaanya menjadi kafir
dzimmi, maka darah, harta, dan kehormatannya pun
dilindungi. Nabi saw. bersabda:
Rasulullah saw. pernah menulis surat kepada penduduk Yaman,
bahwa siapa saja yang tetap memeluk Yahudi atau Nasrani, dia
tidak boleh dihasut [untuk meninggalkan agamanya], dan dia wajib
membayar jizyah (HR Ibn Hazm dalam kitabnya, AlMuhalla).
Ketentuan ini dipraktikkan sejak masa Nabi saw. Di
Madinah ketika itu hidup beberapa komunitas berbeda yakni
Islam, Yahudi, dan orang-orang musyrik. Demikian pula
kekuasaan Islam meluas ke seluruh Jazirah Arab, terdapat
komunitas Nasrani di Najran. Kondisi itu terus berlangsung
hingga masa Khilafah di sepanjang masa keberadaannya.
Ketika Islam berkuasa di Spanyol, Islam bisa mengayomi
Nasrani dan Yahudi sehingga saat itu Andalusia dikenal
dengan sebutan negara dengan tiga agama. Pengakuan Islam
terhadap pluralitas masyarakat ini tentu saja tidak lepas dari
ajaran Islam itu sendiri.
Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu (QS al-Hasyr: 7).
Bagaimana cara Khilafah menjamin agar harta kakayaan
itu dapat terdistribusi secara adil di tengah-tengah manusia?
Peran Negara Khilafah yang penting dalam mewujudkan hal
itu adalah dengan menerapkan konsep kepemilikan dalam
Islam yang membagi kepemilikan menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
2.
3.
2.
3.
4.
Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang
rumput, air dan api (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Kedua,
harta
yang
tabiat
pembentukannya
menghalanginya untuk dikuasai oleh individu. Misalnya,
laut, sungai, danau, jalan umum, masjid dan sebagainya.
Ketiga, barang tambang yang jumlah depositnya besar. Hal
itu berdasarkan penuturan Abyadh bin Hamal.
-
- -
-
.
Ia datang kepada Rasulullah saw. Ia meminta (tambang)
garam Ibn al-Mutawakkil berkata yang ada di Marib-. Maka
Beliau memberikannya kepadanya. Ketika ia pergi, seseorang di
majelis itu berkata: apakah Anda tahun apa yang Anda berikan,
melainkan Anda memberinya (sesuatu laksana) air yang terus
mengalir. Ibn al-Mutawakkil berkata: maka Rasul menarik
kembali darinya (Abyadh bin Hamal) (HR Abu Dawud, atTirmidzi, al-Baihaqi).
Dengan hukum-hukum ini, maka harta milik umum itu
akan tetap menjadi milik seluruh rakyat secara hakiki,
dimana seluruh rakyat bisa mendapatkan dan merasakan
manfaat dari harta-harta milik umum itu.
Selain semua itu, sistem Islam akan menerapkan sistem
moneter berbasis emas dan perak atau Dinar dan Dirham.
Emas dan perak (Dinar dan Dirham) memiliki nilai intrinsik
sehingga nilainya senantiasa terjaga. Negara dalam sistem ini
tidak bebas mencetak uang. Akan tetapi negara boleh
mencetak uang asalnya ada emas atau perak yang
membackupnya secara penuh. Kekuatan mata uang berbasis
emas dan perak ini bersandar pada nilai intrinsiknya, bukan
pada kekuatan perekonomian negara. Sehingga, sistem mata
uang ini justru bisa menjadi faktor untuk menguatkan
perekonomian negara. Berbeda dengan sistem moneter saat
ini yaitu sistem uang kertas fiat money yang tidak memiliki
nilai intrinsik sebaliknya nilainya ada karena ditetapkan
dengan undang-undang. Kekuatan nilainya bergantung pada
kekuatan perekononomian negara. Negara juga bisa
mencetak uang kapan saja dan berapa saja. Akibatnya, mata
uang kertas fiat money ini terus menerus mengalami inflasi
karena nilainya menurun akibat jumlahnya yang terus
bertambah selain karena pencetakan juga karena sistem
reserve banking, riba transaksi di sektor non riil dan transaksi
derivatif. Maka mata uang kertas fiat money tidak bisa menjadi
faktor untuk mengokohkan perekonomian, sebaliknya justru
menjadi faktor ketidakstabilan perekonomian.
Itulah beberapa contoh bagaimana Negara Khilafah akan
menjaga aqidah dan menjamin kebutuhan rakyanya dengan
sangat sempurna. Dengan itu kehidupan masyarakat pun
menjadi tenang, tenteram dan bahagia serta dijauhkan
sejauh-jauhnya dari hal-hal yang bisa merusak ketenteraman
dan kebahagiannya. Itulah kerahmatan Islam bagi
masyarakat, dari urusan agama hingga harta benda. []
KHILAFAH MEMBERANTAS
KRIMINALITAS,
MENJAGA KEUTUHAN NEGARA DAN
MENGEMBAN DAKWAH
Artinya, Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh Syara yang diancam oleh Allah dengan hukuman hadd atau
tazir".
Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup
bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu
bertakwa [TQS al-Baqarah ayat 179].
Al-Alusi berkata dalam tafsirnya, Ruhul Maani (2/1130),
mengatakan, Makna qishash sebagai jaminan kelangsungan
hidup adalah kelangsungan hidup di dunia dan di akhirat. Jaminan
kelangsungan hidup di dunia telah jelas karena dengan
disyariatkannya qishash berarti seseorang akan takut melakukan
pembunuhan. Dengan demikian, qishash menjadi sebab
berlangsungnya hidup jiwa manusia yang sedang berkembang.
Adapun kelangsungan hidup di akhirat adalah berdasarkan alasan
bahwa orang yang membunuh jiwa dan dia telah diqishash di
dunia, kelak di akhirat ia tidak akan dituntut memenuhi hak orang
yang dibunuhnya.
Sanksi dalam Islam juga merupakan jawabir. Ini berarti
sanksi tersebut merupakan penebus dosa bagi pelaku yang
dikenai sanksi hukum Islam. Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa melakukan pelanggaran batas (hukum Allah) lalu
dijatuhi sanksi maka itu merupakan kafaratnya (penebus dosa)
(HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban).
Kriminalitas
Salah satu bentuk kriminalitas adalah pergaulan bebas.
Sistem kufur tak memerhatikan sama sekali soal ini. Sistem
itu justru mempertuhankan hawa nafsu. Nafsu seks diumbar
sedemikian rupa tanpa mengindahkan aturan sama sekali.
Bagi sistem tersebut, hubungan seks boleh selama tidak
merugikan orang lain. Jangan heran, jika tidak ada aturan di
negeri ini yang mengharamkan zina, homoseks maupun
lesbian.
Tak ayal, seks bebas dan homoseks angkanya terus
meningkat. Yang sungguh mengkhawatirkan, perilaku ini
menghinggapi para remaja. Banyak survei membuktikan.
Menurut hasil survei 2008 oleh satu lembaga, 63 persen
remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah
melakukan hubungan seksual di luar nikah, dan 21 persen di
antaranya melakukan aborsi. Bagaimana dengan tahun ini?
Survei-survei berikutnya membuktikan peningkatan yang
signifikan dengan pelakunya makin muda, bahkan ada yang
masih sekolah dasar (SD).
Prostitusi pun bak jamur di musim hujan. Jika dulu
perbuatan maksiat itu terjadi di warung remang-remang atau
lokalisasi pelacuran, kini tempatnya di hotel berbintang. Cara
menggaet konsumennya pun kian canggih, menggunakan
media sosial. Pelacurnya pun tak lagi kelas kere (miskin),
tetapi artis-artis papan atas. Spektrum hidung belangnya pun
kian lebar, dari miskin hingga konglomerat.
Setali tiga uang dengan seks bebas, LGBT pun terus
berkembang. Kalau dulu sembunyi-sembunyi, kini mereka
2.
3.
4.
Perintah
menjaga
pandangan
(ghadhul
bashar),
sebagaimana dinyatakan dalam surat an-Nur ayat 30 dan
31.
5.
8.
9.
10. Negara
melarang
pornografi
dan
mengontrol
tayangan/media agar tidak merusak masyarakat.
Islam mewujudkan kemaslahatan dalam hal ini seperti
adanya perintah menikah serta larangan melakukan
zina, sodomi dan homoseksual. Allah SWT berfirman:
..
Karena itu nikahilah wanita-wanita yang menyenangkan hati
kalian (QS Ali Imran [3]: 14).
Pada saat yang sama, Allah SWT juga mengharamkan
zina:
..
Janganlah kalian mendekati zina karena sesungguhnya zina
itu merupakan perbuatan keji dan jalan [memenuhi naluri
seksual] yang buruk (QS al-Isra [17]: 32).
Ayat ini juga memberi pengertian melalui dalalah iltizam
bahwa negara harus menutup semua jalan yang bisa
mendekatkan ke arah perzinaan. Karena itu negara
- -
Seorang laki-laki berzina dengan seorang perempuan lalu nabi
saw memerintahkan agar dia dijilid maka dia pun dijilid, kemudian
diberitahukan bahwa ia muhshan maka Beliau memerintahkan agar
dia dirajam. (HR Abu Dawud, an-Nasai)
Hukuman itu bagi orang yang terbukti dengan
pembuktian syariy telah melakukan zina. Pembuktian syariy
untuk kasus zina itu diantaranya dengan pengakuan pelaku
seperti dalam kasus Maiz al-Aslami dan al-Ghamidiyah, ada
empat orang saksi yang memberi kesaksian terjadinya
perzinaan itu secara pasti tanpa ada keraguan sedikitpun.
Allah telah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan
kaum Nabi Luth. Allah telah melaknat siapa saja yang berbuat
seperti perbuatan kaum Nabi Luth. Allah telah melaknat siapa saja
yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth (HR Ahmad).
Orang yang melakukan sodomi dan homoseksual, Islam
dengan tegas menegaskan pelakunya dibunuh. Nabi saw.
bersabda:
Siapa saja yang kalian temukan sedang melakukan perbuatan
kaum Nabi Luth, bunuhlah pelaku dan pasangannya (HR
Ahmad).
Lesbianisme (as-sihq) diantara wanita adalah [bagaikan] zina
di antara mereka (HR ath-Thabrani).
Lesbianisme menurut Imam adz-Dzahabi merupakan
dosa besar (Dzahabi, Az-Zawjir an Iqtirf al-Kabir, II/235).
Para fuqaha sepakat akan keharamannya berdasarkan hadis
dari Watsilah bin Al Asqa ra., bahwa Rasulullah saw.
bersabda:
Perbuatan lesbian di antara wanita adalah [bagaikan] zina. (HR
Abu Yala. Lihat juga: Majma az-Zawid, VI/256).
Dalam riwayat lain yang semakna, Rasulullah saw
bersabda:
Lesbianisme diantara wanita adalah [bagaikan] zina di antara
mereka. (HR ath-Thabrani, dalam Al-Mujam al-Kabr,
XXII/63; Saud al-Utaibi, Al-Mawsah al-Jin`iyah al-
Islmiyyah, 1/427 dan 452; Al-Mawsuah al-Fiqhiyyah alKuwaytiyyah, 24/162; Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu, VII/291).
Imam Ibnu Hazm menyebut dalil-dalil lain yang
mengharamkan lesbianisme. Di antaranya hadis dari Ibnu
Masud ra. yang berkata bahwa Nabi saw. telah melarang
perempuan bersentuhan kulit (mubsyarah) dengan
perempuan lain dalam satu selimut karena bisa jadi
perempuan itu akan menceritakan keadaan temannya itu
kepada suaminya sehingga seakan-akan suaminya melihat
perempuan teman istrinya itu (HR al-Bukhari). Imam Ibnu
Hazm menjelaskan bahwa dalil ini telah mengharamkan
mubsyarah, yakni persentuhan kulit dengan kulit tanpa
penghalang antarwanita di bawah satu selimut. Jika
persentuhan itu terjadi antar kemaluan (farji), yaitu
lesbianisme, maka tentu lebih haram lagi dan merupakan
kemaksiatan yang berlipat ganda (mashiyah mudhafah)
(Ibnu Hazm, Al-Muhalla, VI/547; Ibnu Bathal, Syarh Shahh alBukhari, VII/366).
Namun demikian, hukuman untuk lesbianisme tidak
seperti hukuman zina, melainkan hukuman tazr, yaitu
hukuman yang tidak dijelaskan oleh sebuah nash khusus.
Jenis dan kadar hukumannya diserahkan kepada qdhi
(hakim). Tazr ini bentuknya bisa berupa hukuman cambuk,
penjara, publikasi (tasyhr), dan sebagainya (Saud al-Utaibi,
Al-Mawsah
al-Jin`iyyah
al-Islmiyah,
hlm.
452;
Abdurrahman Al-Maliki, Nizhm al-Uqbt, hlm. 9).
Agama dan kekuasaan (ibarat) saudara kembar. Agama adalah
pondasi dan kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu yang tanpa pondasi
niscaya runtuh dan sesuatu tanpa penjaga niscata lenyap (Imam
al-Ghazali, al-Iqtishd f al-Itiqd).
Dengan demikian, negara perlu dijaga.
Dijaga
bagaimana? Negara dijaga agar tetap utuh dan tetap
menerapkan syariat Islam. Untuk itu, khilafah menerapkan
beberapa hukum syariat Islam yang apabila diterapkan akan
dapat menjaga negara. Di antara syariat yang dilakukan oleh
khilafah adalah:
1.
Kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan
untuk manusia, yang menyuruh kepada yang maruf dan
mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah?
(QS Ali Imrn [3]: 110).
2.
Sesungguhnya mukmin terhadap mukmin yang lain laksana
suatu bangunan yang saling mengokohkan satu sama lain
(HR. Bukhari).
3.
b.
42 | Bogor, 24 April 2016 M / 17 Rajab 1437 H
Bila dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang
terakhir dari keduanya (HR. Muslim).
d.
Memberikan
kemudahan
pembentukan
parpol/organisasi/kelompok masyarakat untuk
mengoreksi penguasa selama didasarkan pada
Islam. Hal ini ditegaskan di dalam al-Quran:
Hendaklah ada di antara kalian sekelompok umat yang
menyeru kepada kebaikan (Islam) dan menyuruh berbuat
maruf serta mencegah berbuat munkar dan merekalah
orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran [3]:
104).
4.
a.
Melarang separatisme
b.
Melarang disintegrasi
c.
Melarang bughat
d.
5.
Menyampaikan dakwah ke luar negeri sehingga negaranegara lain paham akan keadilan Islam dan tidak cobacoba memporakporandakan negara
6.
7.
b.
2.
3.
Dan jika dua golongan dari orang-orang mukmin berperang,
maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya (zalim) maka perangilah golongan
yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada
perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah
Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan
berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil (TQS al-Hujurat [49]: 9).
Syaikhul Islam Zakariyya Al-Anshari (w.925 H) dalam
Fathul Wahhab (II/153) mengatakan,Dalam ayat ini memang
tidak disebut membangkang kepada imam secara sharih, akan
tetapi ayat tersebut telah mencakupnya berdasarkan keumuman
maknanya, atau karena ayat tersebut menuntutnya. Sebab jika
perang dituntut karena kezaliman satu golongan atas golongan
Siapa saja yang memisahkan diri dari jamaah dan keluar dari
ketaatan (kepada khalifah) lalu ia mati, maka matinya adalah mati
jahiliyyah. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah)
Pembangkangan kepada imam itu tidak harus dalam
bentuk mereka memulai terlebih dahulu angkat senjata.
Itulah yang menjadi ijmak sahabat dalam kasus
pembangkangan sekelompok orang arab untuk menunaikan
zakat kepada Abu Bakar. Tentang perang Abu Bakar ra
terhadap orang-orang yang tidak mau membayar zakat
karena kebakhilan mereka atau karena syubhat anggapan
mereka bahwa mereka tidak wajib membayar zakat kecuali
kepada orang yang doanya membuat mereka tenteram yaitu
Nabi saw sedangkan Beliau sudah wafat sehingga mereka
tidak harus membayarnya, Imam asy-Syafii di dalam al-Umm
(II/215) menyatakan, Siapa yang tidak mau menunaikan
apa yang telah diwajibkan oleh Allah SWT sementara imam
tidak mampu mengambilnya karena pembangkangan
mereka, maka imam memeranginya. Jika membangkang
menunaikannya atau yang lain dengan berkelompok
(jamaah) dan jika dikatakan kepada mereka tunaikan ini
mereka menjawab: saya tidak akan menunaikannya, dan
Barangsiapa yang membawa senjata untuk memerangi kami,
maka ia bukanlah golongan kami. (Muttafaqun alayhi)
Ayat diatas telah menyatakan bahwa hukuman terhadap
pelaku bughat adalah diperangi sampai mereka kembali
kepada perintah Allah, yaitu kembali taat kepada khalifah
atau negara dan menghentikan pembangkangan mereka.
Namun sebelum sampai kepada perang tersebut, imam atau
khalifah harus mengontak mereka dan menanyakan apa
yang mereka tuntut dari negara. Jika mereka menyebutkan
Siapa saja yang mendatangi kalian dan urusan kalian
berhimpun pada satu orang (imam/khalifah), ia ingin memecah
belah persatuan kalian maka bunuhlah dia (HR. Muslim).
Begitu pula, apabila ada pihak kafir penjajah yang
berupaya memporak-porankan kesatuan umat Islam maka
tidak boleh didiamkan. Allah SWT melarang umat Islam
memberikan peluang kepada orang kafir untuk menguasai
kaum Muslim. Allah SWT berfirman:
Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada
orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang Mukmin. (TQS
An Nisaa [4]:141).
Bahkan, negara kafir yang hendak menguasai negeri
Muslim dan hendak menimbulkan fitnah di dalam negeri
maka dilawan dengan jihad. Khalifah akan menyerukan
jihad melawan mereka. Allah SWT berfirman:
Perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah
(kekufuran) dan adalah agama bagi Allah semata-mata. (QS
al-Baqarah [2]:193).
PIDATO POLITIK:
MENEGAKKAN DAULAH KHILAFAH,
MEWUJUDKAN RAHMAH
Para Tokoh yang Dirahmati Allah Swt,
Telah maklum, Islam adalah dn al-rahmah. Agama yang
ketika diterapkan secara kaffah akan mewujudkan rahmat
bagi seluruh alam. Dan telah maklum pula, syariah secara
kaffah itu hanya bisa ditegakkan dengan Khilafah Islamiyyah.
Karena itu, Khilafah Islamiyyah sebagai institusi pelaksana
syariah adalah dawlah al-rahmah. Daulah yang mewujudkan
dan menebarkan rahmat dalam kehidupan.
Siapa pun yang membuka catatan sejarah tentang
Khilafah Islamiyyah, niscaya akan menemukan realitas ini.
Kehidupan penuh rahmat benar-benar terwujud dalam
kehidupan. Bukan hanya dirasakan oleh kaum Muslimin,
orang-orang kafir pun turut merasakannya. Maka, tidak
heran jika manusia dari berbagai bangsa berbondongbondong masuk Islam dengan sukarela.
Bukan seperti negara sekular yang menolak hukum
syariah. Kalaupun ada yang boleh diamalkan, hanya hukum
Dan imam atau pemimpin adalah pemelihara urusan [rakyat],
dan dia ditanya tentang orang-orang yang diurusnya (HR alBukhari).
Daulah Khilafah bukan daulah al-jibyah (negara pemalak),
seperti negara Kapitalis yang gemar memalak rakyatnya
dengan pajak mencekik dan aneka pungutan yang
memberatkan. Bukan pula negara yang melepaskan
tanggung jawabnya dalam urusan pendidikan dan
kesehatan, mengharamkan subsidi sekalipun rakyatnya
sudah sengsara dan makin menderita.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi
Mahaperkasa. (QS. Al-Hajj [22] : 40).
Kami juga mengajak para tokoh untuk bergabung
dalam gerakan yang sungguh-sungguh berjuang untuk
mengembalikan tegaknya khilafah. Sebab, metode syari
untuk menegakkan khilafah adalah dengan berjamaah.
Jamaah yang konsisten dengan Islam dan tidak mau bergeser
sedikit pun darinya. Jamaah yang memiliki konsep yang
jelas, detail, dan benar tentang khilafah beserta semua sistem
yang dibutuhkan. Jamaah yang meneladani thariqah
Rasulullah saw dalam menegakkan daulah. Jamaah yang
tanpa henti berjuang di tengah umat dan bersama mereka
untuk menegakkan khilafah.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi kehidupan kepada kamu (QS al-Anfal [8]: 24).
Mari kita tegakkan Daulah Khilafah, wujudkan rahmah!
SEKILAS TENTANG
HIZBUT TAHRIR
Latar Belakang
Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang
berideologi Islam. Partai ini didirikan untuk memenuhi
perintah Allah SWT:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. (Qs. Ali 'Imran [3]: 104)
CATATAN