Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Itik merupakan jenis unggas air yang termasuk dalam class Aves seperti halnya
ayam. Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bahasa.Jawa). Nenek moyangnya berasal
dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas boscha) atau Wild mallard yang terus
menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang
disebut Anas domesticus (ternak itik). Itik di Indonesia awalnya berasal dari Jawa.
Sementara di Inggris dikenal dengan nama Indian Runner (Anas javanica).
Taksonomi itik adalah sebagai berikut:
Kingdom

Animalia

Subkingdom

Bilateria

Phylum

Chordata

Subphylum

Vertebrata

Infraphylum Gnathostomata
Superclass

Tetrapoda

Class

Aves

Subclass

Neornithes

Infraclass

Neoaves

Superorder

Anserimorphae

Order

Anseriformes

Infraorder

Anserides

Family

Anatidae

Genus

Anas

Species

Anas Platyhyncos

Sentra perternakan itik terdapat di berbagai negara, Secara internasional ternak


itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia,
Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan di
Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari),
Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok dan itik
yang merupakan plasma nutfah sumatra Selatan adalah itik pegagan (Rasyaf, 2002).

Dalam usaha

peternakan, pakan merupakan salah satu faktor yang sangat

penting untuk produksi temak oleh karena itu penyediaannnya sangat menentukan
keberhasilan suatu usaha petemakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam
bahan organic dan anorganik yang diberikan pada ternak untuk memenuhi kebutuhan
zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi.
Pertumbuhan dan produksi agar maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan
untuk fungsi essensial, seperti metabolisme tubuh, memelihara panas tubuh, mengganti
serta memperbaiki sel-sel tubuh, jaringan dan juga untuk kebutuhan produksi (Suprijtna,
2008).
Agar itik dapat tumbuh dengan optimal dan dapat berproduksi dengan baik
diperlukan pakan yang sesuai kandungan nutrisinya dengan kebutuhannya. Namun
harus diperhatikan factor lain karena konsumsi pakan tidak hanya sekedar makan dan
selesai. Selain kandungan nutrisi factor pemilihan bahan pakan dan bentuk ransum juga
harus diperhatikan agar agar ransum yang diberikan di konsumsi oleh itk.

BAB II
PERMASALAHAN
1. Bagaimana membedakan itik dengan bebek?
2. Apa keunggulan itik dibandingkanunggas air lainnya?
3. Pakan sangat penting bagi itik. Hal apa saja yang harus diperhatikan agar
kebutuhan itik terpenuhi?
4. Hal apa saja yang harus diperhatikan pada saat mengambil keputusan untuk
bahan pakan itik?.
5. Apa saja bentuk fisik ransum itik?
6. Apa saja factor yang mempengaruhi konsumsi pakan dari itik?
7. Bagaimana factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi konsumsi itik

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ciri-Ciri Itik Dan Keunggulannya
Unggas air banyak macamnya, dari unggas air liar sampai unggas air yang telah
diternakkan. Salah satu unggas air yang telah diternakkan adalah itik. Di masyarakat
kita banyak yang mengenal itik dengan nama bebek hal terjadi karena belum ada
bahasa Indonesia yang tepat utuk kedua unggas air yang mirip dan tetapi berbeda fungdi
itu. Kata bebek berasal dari daerah dan di banyak pedesaan Indonesia sama saja
antara itik dan bebek dengan sebutan bebek.
Jika dilihat dari tujuan produsi dan ciri-cirinya keduanya digolongkan pada dua
unggas yang berbeda tujuan produksi dan ciri tubuhnya. Itik merupakan unggas air
dengan tujuan produksi yang mengarah pada produksi telur sedangkan bebek tujuan
produksinya mengarah pada produksi daging. Dilihat dari ciri-ciri umum keduanya
memiliki perbedaan. Itik memiliki tubuh ramping, berdiri hampir tegak seperti botol dan
lincah sebagai ciri khas unggas petelur sedangkan bebek bertubuh gemuk, berjalan
horizontal dan bergerak lambat sebagai ciri khas pedaging.
Itik mempunyai beberapa keunggulan daripada unggas lain diantaranya: mampu
mepertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan dengan ayam, itik mampu
berproduksi dengan baik meskipun pemeliharaan dengan system pengelolaan yang
sederhana, itik lebih tahan penyakit sehingga memiliki tingkat kematian yang rendah
(Suharno, 2010).
3.2 Pakan Itik
Seperti unggas lainnya, pakan sangat penting bagi itik. Pakan merupakan
campuran berbagai macam bahan organic dan anorganik yang diberikan pada ternak
untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan reproduksi. Pertumbuhan dan produksi agar maksimal, jumlah dan
kandungan zat-zat makanan untuk fungsi essensial, seperti

metabolisme tubuh,

memelihara panas tubuh, mengganti serta memperbaiki sel-sel tubuh, jaringan dan juga
untuk kebutuhan produksi (Suprijtna, 2008).

Secara garis besar dalam pakan itik harus mengandung sumber energy dan
sumber protein. Sumber energy memegang peranan terpenting dan porsi terbesar dalam
ransum itik. Seperti jagung kuning, jagung putih, bekatul dan sorgum. Sumber protein
sangat berperan pada masa awal dan masa produksi, seperti: tepung ikan, bungkil
kacang kedelai, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan sisa rumah potong. Dari
kedua kategori itu umumnya sudah memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral.
Bahan pakan itu banyak sekali, tetapi tidak semua dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi itik. Sekalipun dapat memenuhi ada factor lain yang menjadi kendala, antara
lain: kandungan serat kasar, ketersediaan bahan pakan, dan harga bahan pakan (Rasyaf,
1992).
Kandungan serat kasar dalam bahan pakan harus diperhatikan karena itik tidak
mampu mencerna bahan pakan dengan kandungan serat kasar tinggi. Bahan pakan
berserat tinggi seperti daun-daunan dan hijauan hanya dapat digunakan sangat rendah
dalam ransum itik.
Ketersediaan bahan pakan harus continue. Bila bahan pakan itu dua bulan ada
dan bulan berikutnya menghilang tentu tidak layak digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi itik itu sendiri, sekalipun kandungan gizinya baik. Inilah yang
menyebabkan beberapa bahan pakan yang tidak tersedia terus menerus disebut bahan
pakan tidak biasa digunakan. Contoh bahan pakan tidak biasa digunakan antara lain
bungkil kacang tanah, sorgum dan limbah udang.
Harga bahan pakan unggas di Indonesia memang labil dan mahal, sehingga
banyak peternak marginal yang sering gulung tikar pada saat harga pakan naik. Harga
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pakan dipasaran. Jika dipasaran bahan
pakan itu ada tersedia sepanjang waktu maka harga akan lebih stabil.
Setelah bahan pakan itik memenuhi syarat hal lain harus diperhatikan adalah
gangguan jamur dan kandungan racun dalam ransum. Hal ini sering terjadi karena
bahan pakan dan ransum disimpan dalam ruang yang lembab dan dalam waktu yang
lama.
Untuk itik dapat diberikan tiga jenis bentuk fisik ransum yaitu bentuk halus
seperti tepung atau disebut juga all mass, bentuk butiran kecil atau lebih dikenal dengan

bentuk pellet, dan terakhir dikenal dengan crumble atau ransum dengan bentuk fisik
butiran pecah.
Ransum dengan bentuk fisik berbentuk halus seperti tepung sudah lama dan
banyak digunakan para peternak itik. Dahulu peternak itik di Jawa Barat sering
membuat ransum bentuk halus ini menjadi bubur hangat dan itik gemar sekali
memakannya. Namun cara ini sudah lama ditinggalkan, karena sisa pakan bubur ini
akan menjadi bau dan mengandung racun sehingga berbahaya bagi itik bila tempat
pakannya tidak dicuci terlebih dahulu.
Ransum berbentuk seperti tepung ini mudah dibuat sebab dari awal bentuknya
sudah halus dan tinggal dicampurkan saja untuk membuat formulasi ransum. Dan juga
ransum yang dijual oleh pabrik umumnya berbentuk tepung. Bentuk ini juga lebih
mudah diserap oleh usus itik tetapi juga mudah tercecer. Sekitar 7,8% dari ransum yang
diberikan pada itik tercecer akibat cara makan itik. Itik makan dengan cara bergantiganti antara tempat pakan dan tempat minum. Cara demikian ini menyebabkan
paruhnya penuh oleh tepung dan wajar jika tempat minum jadi kotor penuh dengan
ceceran ransum. Karena itu pemberian ransum bentuk tepung halus sebaiknya benarbenar kering atau dalam bentuk bubur dengan resiko harus rajin membersihkan tempat
pakan tiap kali hendak mengganti pakan baru.
Bentuk fisik ransum yang kedua adalah butiran kecil atau lebih dikenal dengan
pellet. Ransum bentuk ini asal usulnya juga dari ransum bentuk halus yang dicetak
melalui proses tekanan uap panas seperti membuat cendol. Sehingga wajar jika harga
ransum ini lebih mahal dari ransum bentuk tepung, karena memerlukan proses lanjutan
setelah ransum bentuk tepung terbentuk.
Ransum pellet ini baik untuk itik, bahkan kini ransum bentuk inilah yang
popular untuk itik. Pakan bentuk ini tidak menyebabkan tempat pakan dan tempat
minum kotor, tidak menyebabkan pakan tercecer dimana-mana dan sekali makan semua
nutrisi yang diperlukan tubuh terpenuhi. Hanya perlu minuman yang cukup dan tempat
minum yang tersedia cukup untuk itik yang ada karena ada kecenderungan itik minum
lebih banyak pada pada pemberian ransum bentuk pellet ini.
Bentuk fisik ransum yang terakhir adalah bentuk butiran pecah atau crumble.
Bentuk ini merupakan kelanjutann dari bentuk pellet, hanya butirannya lebih kecil dan

cocok untuk anak itik. Ransum bentuk crumble dan pellet ini cocok untuk peternakan
itik yang ada saai ini.
3.3 Faktor yang mempengaruhi konsumsi itik
Pakan yang tersedia harus memiliki kandungan gizi yang sesuai kebutuhan itik.
Namun harus diperhatikan faktor lain karena konsumsi pakan tidak hanya sekedar
makan dan selesai. Berbagai faktor dapat mempengaruhi konsumsi pakan dari itik
antara lain kesehatan itik, kandungan energy dalam ransum, macam bahan pakan,
kondisi ransum yang diberikan, kebutuhan produksi dan hidup itik sesuai
pertumbuhannya, selera serta metode pemberian pakan yang diterapkan (Rasyaf, 1992).
Kesehatan itik sangat berpengaruh terhadap konsumsi itik. Jika itik sedang sakit
atau mulai terserang penyakit maka itik tidak memiliki gairah makan. Gairah makan
yang berkurang akan mengurangi konsumsi dan pada akhirnya tidak mau makan.
Hampir semua penyakit memperlihatkan gejala tidak mau makan dan tidak bergairah
sekalipun ransum yang diberikan itu baik dan jumlahnya cukup.
Dasar inilah pengawasan awal penyakit perlu dilakukan. Bila ada itik yang
berdiam diri, sementara yang lain sedang sibuk makan maka ada dua kemungkinan yang
dialami oleh itik itu, yaitu ia sudah kenyang lebih dulu atau memang awal serangan
penyakit.
Faktor kedua adalah kandungan energy dalam ransum. Bila energinya terlalu
tinggi maka itik akan makan lebih sedikit dari biasanya. Memang banyak hal yang
terjadi pada itik ini berasal dari kandungan nutrisi yang diberikan. Misalnya ransum itik
diberi tambahan garam padahal dalam ransum ada tepung ikan. Ini akan menambah
kadar garam dalam ransum karena di tepung ikan sudah mengandung garam ini tentu
akan mempengaruhi konsumsi ransum.
Macam bahan pakan kodisi ransum yang diberikan juga mempengaruhi
konsumsi dari itik. Bila ransum yang diberikan bau tengik atau ada bahan pakan yang
tidak disukai maka ransum tidak dimakan, seolah-olah jumlah yang diberikan berlebih
atau konsumsi itik menurun.
Faktor berikutnya yang ikut mempengaruhi konsumsi itik adalah kebutuhan
produksi dan hidup itik sesuai pertumbuhannya. Itik yang baru mulai bertumbuh tentu

memiliki kebutuhan yang berbeda dengan itik yang telah berproduksi. Pada itik yang
baru mulai bertumbuh ransum yang dikonsumsi difokuskan untuk pertumbuhannya saja.
Sedangkan untuk itik yang sudah berproduksi konsumsi ransumnya akan bertambah
karena ransum yang dikonsumsinya tidak hanya untuk hidup tetapi juga untuk
berproduksi. Perbedaan ini berkaitan dengan kebutuhan nutrisi itik.
Faktor terakhir adalah selera dan pemberian pakan yang diterapkan. Itik lebih
suka makan dengan pakan yang basah dan itik yang diberikan pakan dalam bentuk
pellet memiliki kebiasaan untuk konsumsi air lebih banyak. Memang metode pemberian
makan yang digunakan akan mempengaruhi konsumsi. Semua itu berkaitan dengan
selera. Jika itik diberi pakan tepung dan kering, itik akan makan sedikit kemudian
minum agar pakan tadi bisa masuk keperutnya.

BAB IV
KESIMPULAN
Pakan sangat penting bagi itik. Pakan yang diberikan pada itik harus memenuhi
kebutuhan energy dan protein untuk itik. Itik memanfaatkan kandungan zat-zat
makanan untuk fungsi essensial, seperti metabolisme tubuh, memelihara panas tubuh,
mengganti serta memperbaiki sel-sel tubuh, jaringan dan juga untuk kebutuhan
produksi.
Hal yang harus diperhatikan saat mengambil keputusan untuk bahan pakan itik
antara lain: kandungan serat kasar, ketersediaan bahan pakan, dan harga bahan pakan.
Itik tidak bisa mencerna pakan dengan kandungan serat kasar tinggi. Bahan pakan yang
tidak tersedia terus menerus tidak bisa dijadikan bahan pakan utama. Harga bahan
pakan harus stabil dan terjangkau.
Bentuk fisik pakan atau ransum untuk itik dikenal ada tiga yaitu bentuk halus
seperti tepung atau disebut juga all mass, bentuk butiran kecil atau lebih dikenal dengan
bentuk pellet, dan terakhir dikenal dengan crumble atau ransum dengsn bentuk fisik
butiran pecah. Bentuk pellet dan crumble sangat popular untuk itik saat ini.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi konsumsi pakan dari itik antara lain
kesehatan itik, kandungan energy dalam ransum, macam bahan pakan, kondisi ransum
yang diberikan, kebutuhan produksi dan hidup itik sesuai pertumbuhannya, selera serta
metode pemberin pakan yang diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Haqiqi, Sohibul Himam.2008.Mengenal Beberapa Jenis Itik Petelur Lokal.
Https://Tinggimendalam.Files.Wordpress.Com/2009/02/Mengenal-Beberapa-ItikPetelur-Lokal.Pdf. Diakses 29 September 2016
Rasyaf, I.P. 2002. Formulasi, Pemberian Dan Evaluasi Pakan Unggas. Forum
Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Peternakan:Yogyakarta.
Rasyaf.1992.Beternak Itik Komersial Edisi Kedua.Kanisius:Yogyakarta
Suharno, 2010. Tinjauan Umum Tentang Itik. Http:/ Tinjauan-Umumm-TentangItik.Diakses 29 September 2016
Suprijtna, 2008. Tinjauan Umum Tentang Itik. Http:/ Tinjauan-Umumm-TentangItik.Diakses 29 September 2016

10

Anda mungkin juga menyukai