PENDAHULUAN
Burung Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh,
ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut
juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan
bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat, Tahun
1870 dikembangkan ke penjuru dunia, sedangkan di Indonesia puyuh mulai
dikenal, dan diternakkan akhir Tahun 1979 kini mulai tersebar di Indonesia
(Nugroho dan Mayun, 1986). Ternak puyuh adalah salah satu ternak unggas yang
perkembangannya belum terlalu signifikan, akan tetapi ternak puyuh memiliki
potensi besar untuk dijadikan sebagai usaha dimasa sekarang dan mendatang.
Ternak puyuh juga mempunyai sifat dan kemampuan untuk menghasilkan daging
dan telur yang relatif cepat, memiliki nilai gizi yang tinggi, digemari masyarakat,
serta harganya terjangkau (Tarigan, dan siregar. 1998). Hal inilah yang menjadi
pertimbangan peternak untuk mengembangkan usaha burung puyuh untuk
menjadi sumber pendapatan yang cukup baik, sehingga terbentuklah perusahaaan
peternakan puyuh maupun usaha pemeliharaan puyuh perorangan.
Pak Robi merupakan salah satu peternak puyuh perorangan yang memasok
kebutuhan telur maupun daging burung puyuh di kawasan kota Jambi, beliau
memulai usaha peternakan puyuh pada Tahun 2007 dengan menggunakan modal
sendiri dan berbekal pengalaman yang telah didapatkan dari seorang teman yang
telah memulai usaha ternak puyuh lebih dahulu. Salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan peternak dalam menjalankan usahanya adalah
menejemen pemeliharaan yang baik. Latar belakang inilah penulis melaksanakan
kegiatan Farm Experience di Peternakan Robi The Hok dengan judul “Menejemen
Pemeliharaan Ternak Puyuh Petelur Pada Peternakan Robi The Hok Di Kelurahan
Budiman Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi”.
1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Manfaat dari Farm Experience ini yaitu dapat menambah pengalaman dan
wawasan penulis mengenai menejemen usaha ternak puyuh, pengalaman kerja
dan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan maupun referensi kepada pembaca
dimasa mendatang.
2
BAB II
PROSEDUR KERJA
Materi yang digunakan dalam kegiatan Farm Experience ini adalah burung
puyuh petelur umur 16 minggu sebanyak 2100 ekor, bibit puyuh yang
diternakan berasal dari hasil penetasan sendiri. Alat yang digunakan antara lain
tempat pakan, tempat minum, piring telur (wadah penampung telur), troli
(membawa pakan/kotoran), sapu, sikat, drum penampung air (sanitasi),
Sedangkan ransum yang digunakan merupakan ransum komersil yang dibeli dari
Poultry Shop Alie Ingus di Kota Jambi.
3
Kegiatan yang dilakukan selama Farm Experience :
Pembersihan tempat pakan dan minum
Penimbangan pakan
Pemberian pakan dan minum
Pemungutan telur puyuh
Sanitasi kandang
Menghitung jumlah puyuh yang mati
Data yang dihimpun yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi jumlah pemberian pakan, konsumsi ransum, produksi telur perhari, bobot
telur, konversi ransum, serta mortalitas. Sedangkan data sekunder meliputi
keadaan umum Farm seperti kondisi perkandangan dan luas lokasi perkandangan.
Metode pengambilan data primer yaitu dengan pengamatan secara langsung
(penimbangan dan pencatatan), data sekunder diperoleh dari wawancara dengan
pengelola Farm.
Prosedur pengambilan dan pengolahan data primer adalah sebagai berikut :
Konsumsi Ransum merupakan selisih antara jumlah ransum yang diberikan
dengan jumlah ransum yang tersisa setiap akhir minggu dibagi dengan jumlah
ternak puyuh yang dinyatakan dalam satuan gram/ekor/minggu.
Produksi Telur Perhari (%) merupakan perbandingan jumlah produksi telur per
hari dengan jumlah puyuh betina produktif dikali 100%.
4
Jumlah produksi telur per hari (butir/hari) x 100 %
Produksi Telur/ hari =
Jumlah puyuh betina produktif (ekor)
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian pada suatu populasi dengan satuan
persentase
Jumlah Puyuh Mati(ekor)
Mortalitas = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑢𝑦𝑢ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Berikut ini adalah gambaran denah lokasi Peternakan Robi The Hok:
20
19 18 17 16
15
8 14
3 7 13
1 12
6
11
2 5
9 10
21
4
Keterangan :
1 : Rumah pemilik usaha
2 : kandang penetesan (1x2 m)
3 : Sumur
4 : Gudang pakan (1,5x2 m)
5 : Kandang unit indukan (100x60x30 cm)
6 s/d18 : Kandang unit puyuh petelur (100x60x30 cm)
19 : Kandang pembibitan (50x100x100 cm)
20 : Gudang penyimpanan feses (2x2 m)
21 : Selokan/ saluran buang
7
3.2 Pengalaman Farm Experience
8
dengan luas lantai 1m2 digunakan untuk 227 ekor burung puyuh umur 1-10 hari,
18 ekor untuk burung puyuh 10-42 hari dan 6 ekor untuk burung puyuh umur 42-
98 hari.
Pada peternakan Robi atap kandang burung puyuh terbuat dari seng,
penggunaan seng sebagai atap kurang baik karena seng sangat mudah terpengaruh
oleh suhu lingkungan terutama keadaan panas, namun dengan dinding kandang
yang terbuat dari jaring dan keadaan kandang yang terbuka maka situasi tersebut
bisa diatasi dengan baik dan kenyamanan ternak masih tetap bisa dijaga. Sirkulasi
udara disekitar kandang menjadi salah satu faktor yag harus diperhatikan, karena
apabila suhu lingkungan tinggi dan sirkulasi udara buruk ternak akan rentan
terhadap stres. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyatno (2002) bahwa ventilasi
adalah jalan keluar masuknya udara sehingga udara segar dari luar dapat masuk
untuk menggantikan udara yang kotor dari dalam kandang. Pendapat ini didukung
oleh Rasyaf (1995) bahwa pertukaran udara dalam kandang akan sangat penting
untuk membuang gas-gas amoniak yang dapat mengganggu produksi ternak.
Pola perkandangan yang diterapkan oleh peternakan Robi sudah cukup
baik karena pola perkandangan dibuat dengan, kokoh, ventilasi udara baik, dan
9
lantai yang terbuat dari semen sehinggga memudahkan dalam pembersihan
kandang.
10
ternak . Selain itu tempat pakan diberi jaring kawat diatas pakan dengan diameter
jaring kawat 1 cm yang berfungsi untuk mencegah ternak mengais pakan dan akan
menyebabkan pakan banyak terbuang.
Tempat minum yang digunakan berbentuk bulat dengan volume air antara
4-5L/tabungnya. Tempat minum diletakkan dibagian belakang kandang, ini
dimaksudkan agar air tidak akan tumpah didalam kandang dan akan menyebabkan
kandang menjadi lembab.
11
3.4 Manejemen Pakan
3.4.1 Pemberian Pakan
Pada peternakan Robi The Hok ini pemberian pakan dilakukan sekali
sehari secara rutin yaitu pada waktu pagi hari pukul 06.30-07.30 WIB, setiap satu
tingkat kandang unit diberi pakan sebanyak 1,05 kg dengan kapasitas 45 ekor
dengan konsumsi ransum berkisar antara 19-20 gr/ekor/hari atau 139-
141g/ekor/minggu hal ini sesuai dengan pendapat Kusumoastuti (1992) bahwa
konsumsi ransum puyuh berkisar antara 127,12-165,15 g/ekor/minggu.
Pakan yang diperlukan untuk seluruh ternak puyuh petelur dengan jumlah
2100 ekor satu kali pemberian ransum sebanyak 47,7 kg/hari. Kebutuhan pakan
untuk puyuh pedaging dengan 2 buah kandang unit kapasitas 50 ekor/tingkat ( 500
ekor) memerlukan pakan sebanyak 10 kg/hari. Sedangkan untuk bibit umur 1-21
belum terlalu banyak membutuhkan pakan yaitu sekitar 2 kg/kandang, terdapat 2
kandang untuk puyuh bibit ( 8 kg/hari ).
Pakan yang diberikan merupakan pakan komersil puyuh petelur umur enam
minggu, bahan baku yang digunakan adalah jagung, bekatul, bungkil kedelai,
tepung daging,garam, vitamin dan mineral dengan kandungan nutrisi seperti pada
Tabel 1:
12
Tabel 1. Kandungan Gizi Ransum Yang Diberikan
Air Maks 12 %
Protein Kasar Min 19 %
Lemak Kasar 3-7 %
Serat Kasar Maks 6 %
Abu Maks 13 %
Kalsium 2,5-3,0 %
Phospor 0,6-0,9 %
Coccidiostat +
Antibioika +
Sumber: PT.Japfa Comfeed Indonesia,Tbk
Dari Tabel 1 pada Peternakan Roby dapat dilihat bahwa ransum tersebut
sesuai dengan kebutuhan protein puyuh petelur sebesar 19%. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nugroho dan Mayun, (1986) bahwa Setelah dewasa kelamin
burung puyuh akan bertelur dengan tingkat kebutuhan proteinnya adalah 20%.
Burung puyuh yang diberi pakan mengandung protein bervariasi dari 18%-28%
selama periode pertumbuhan berpengaruh baik terhadap produksi telurnya. Bila
burung puyuh diberikan pakan dengan protein 24% selama periode pertumbuhan
dan periode bertelur diberikan pakan dengan protein 20% maka hasil produksi
terbaik adalah 80,2%
13
Gambar 8. Pakan Komersil
14
Rata-rata konsumsi pakan burung puyuh berkisar antara 127,12-165,15
g/ekor/minggu.
Konversi ransum pada peternakan Pak Robi sangat baik. Hal ini
dibuktikan dari Tabel 5 diamana rata-rata konversi ransum adalah sebesar 2,74
hasil konversi ransum ini lebih kecil dari hasil penelitian Wilson et al. (1961)
bahwa konversi ransum burung puyuh sebesar 3,0. Sedangkan menurut
Yuliesynoor (1985) konversi ransum puyuh berkisar antara 3,4184-5,1918.
15
Gambar 9. Drum Penampung Air
16
Gambar 11. Vita Stress
3.5 Sanitasi
Sanitasi merupakan pengendalian penyakit yang dilakukan dengan
memperhatikan kebersihan. Dengan sanitasi keganasan organisme yang
merugikan dapat ditekan. Sanitasi meliputi beberapa bagian yaitu :
1. Sanitasi Lingkungan : sanitasi ini meliputi lingkungan kandang/ sekitar
kandang. Pada Peternakan Robi sanitasi yang dilakukan yaitu
pembersihan kandang dari feces dilakukan 3 kali seminggu, namun pada
lingkungan kandang seperti dinding kandang tidak dilakukan
pembersihan secara rutin, penyemprotan desinfektan dilakukan secara
rutin 1 bulan sekali, penyemprotan yang dilakukan meliputi kandang
serta ternak puyuh. Menurut pendapat Rianto dan purbowati (2009)
sanitasi (higiene atau kesehatan lingkungan) ada hubungannya dengan
lingkungan dan kandang. Jadi, sanitasi berarti kesehatan yang lazim
dikaitkan dengan lingkungan kehidupan. Akan tetapi ada kekurangan di
peternakan ini pada saat sanitasi kandang tidak disemprotkan disinfektan
yang berfungsi membunuh organisme yang menimbulkan penyakit
sehingga angka kematian menjadi tinggi.
2. Sanitasi petugas. Petugas adalah orang yang melakukan aktivitas didalam
kandang. Selama melakukan Farm Experience di Peternakan penulis
17
tidak melihat adanya sanitasi petugas yang dilakuakn, karena setiap
orang bebas masuk ke dalam lingkungan kandang tanpa melakukan
kegiatan sanitasi terlebih dahulu. Menurut Sudarmono (2003) sanitasi
secara sederhana merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui
petugas dan lingkungan.
3. Sanitasi Terhadap Puyuh. Pada peternakan Robi sanitasi pada burung
puyuh dilakukan pada saat penyemprotan desinfektan yang dilakukan
sebulan sekali, akan tetapi tidak ada penanganan terhadap ternak yang
sakit. Seharusnya ternak yang sakit segera dikeluarkan dalam kandang
dan dimasukkan kekandang isolasi, namun pada peternakan ini ternak
yang sakit tetap dibiarkan menyatu dalam kandang dan tidak mendapat
pengobatan dan apibila ternak mati maka akan dikeluarkan dari kandang
dan dibuang begitu saja. Hal ini berbeda dengan pendapat Sudarmono,
(2003) bahwa sanitasi terhadap puyuh misalnya adalah karantina
terhadap puyuh sakit, pembakaran bangkai puyuh yang sudah mati.
Sebagai catatan, penguburan bangkai dan pemanfaatan bangkai puyuh
untuk pakan hewan lain adalah tidak benar, karena hal itu akan
membantu penyebaran bibit penyakit.
18
Tabel.4 Produksi Telur ( Hen day )
Jumlah
Minggu Rataan Jumlah
Puyuh petelur Hen - day (%)
Ke - Telur (Butir/Hari)
(Ekor )
I 2095 1659,86 79,23
II 2093 1631,71 77,96
III 2092 1577,57 75,41
IV 2073 1333,89 64,35
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi telur (Hen-day) berkisar antara
64,35%-79,23%. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliesynoor (1985) bahwa
produksi telur Hen-day burung puyuh yang baik berkisar antara 63,26%-76,88%.
Pendapat ini didukung oleh pendapat Kusumowati (1992) bahwa produksi telur
hen day berkisar dari 54,75%-78,31%.
Dari Tabel 4 dapat diketahui bobot rata-rata telur berkisar antara 9-9,41 gr/
hari. Bobot telur ini sedikit lebih rendah dari hasil penelitian Nugroho dan Mayun
(1986) yang menyatakan bahwa berat telur standar burung puyuh adalah 10gr.
Bobot telur yang lebih rendah tersebut kemungkinan terjadi karena pemberian egg
19
stimulan yang tidak teratur, karena pemberian egg stimulan dilakukan hanya jika
produksi telur sudah menurun drastis.
3.7 Mortalitas
Angka kematian pada peternakan Robi The Hok selama kurun waktu satu
bulan cukup tinggi, dengan angka mortalitas 1,29% selama satu bulan, jika dalam
waktu satu kali periode pemeliharaan selama satu Tahun yaitu 15,48% (1,29x12)
ini berarti angka kematian melebihi dari standar pemeliharaan yang hanya 5%
dalam satu periode pemeliharaan. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang ekstrim
pada saat itu sehingga burung puyuh menjadi stres sehingga ternak puyuh banyak
yang mati. Menurut North dan Bell (1990), pemeliharaan ternak unggas
dinyatakan berhasil jika angka kematian secara keseluruhan kurang dari 5% dalam
satu periode.
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 kesimpulan
4.2 Saran
Saran yang diberikan oleh penulis kepada peternak yaitu agar peternak lebih
memperhatikan kondisi ternak serta penanganan penyakit dan cara
pencegahannya.
21