Anda di halaman 1dari 14

MODUL

SAMPLIN
G

5.1. PENDAHULUAN
Statistika sebagai sebuah pengetahuan terbagi atas dua fase yaitu statistika
deskriptif dan statistika induktif. Statistika deskriptif dikerjakan untuk melakukan
fase kedua. Statistika induktif berusaha menyimpulkan tentang karakteristik
populasi. Penyimpulan terhadap karakteristik populasi pada umumnya dilakukan
berdasarkan data sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan.
Tentu syarat yang harus dipenuhi dari suatu sampel agar tidak bias dalam
menyimpulkan populasi adalah bahwa sampel tersebut haruslah representatif dalam
arti sampel itu bisa mewakili populasi yang bersangkutan. Sampel yang representatif
haruslah diambil melalui cara-cara yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga kesimpulan yang dibuat dari data sampel mampu untuk menggambarkan
keadaan sebenarnya.
Saudara sekalian, untuk maksud tersebut diatas maka pengetahuan tentang
cara-cara yang benar dalam setiap langkah metode ilmiah termasuk cara-cara
pengambilan sampel atau sampling dapat anda pelajari melalui materi dalam Modul 5
ini.
Manfaat dari mempelajari materi Modul 5 ini adalah agar anda memahami
mengapa sampling diperlukan, bagaimana merancang sampling, macam-macam
sampling, dan kekeliruan dalam suatu penelitian.
Relevansi dari Modul 5 ini adalah bahwa pengetahuan anda tentang sampling
dapat digunakan dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah seperti penelitian.

Modul 5. Sampling

81

Tujuan pembelajaran/Kompetensi dari Modul 5 ini adalah bahwa setelah


selesai mempelajari Modul 5 ini anda diharapkan dapat dengan tepat: 1) Menjelaskan
alasan dilakukannya suatu sampling; 2) Membuat rancangan sampling; 3) Menyebut
dan menjelaskan macam-macam sampling; dan 4) Menjelaskan dua kekeliruan dalam
suatu penelitian.
Untuk memudahkan anda mempelajari isi Modul 5 serta mengetahui kaitan
antara materi-materinya, maka berikut ini dikemukakan urutan bahasan dan kaitan
materi Modul 5 yakni: pendahuluan, alasan sampling, rancangan sampling, macammacam sampling; dan kekeliruan sampling dan non sampling.

5.2. PENYAJIAN
Pada Modul 5 ini kita akan mempelajari empat aspek berikut: 1) Alasan
sampling; 2) Rancangan sampling; 3) Macam-macam sampling; dan 4) Kekeliruan
sampling dan non sampling. Keempat aspek tersebut masing-masingnya diuraikan
berikut ini:

5.2.1. Alasan Sampling


Penyimpulan terhadap karakteristik populasi pada umumnya dilakukan
berdasarkan data sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Tentu, syarat
yang harus dipenuhi dari suatu sampel agar tidak bias dalam menyimpulkan populasi
adalah bahwa sampel tersebut haruslah representatif dalam arti sampel itu bisa
mewakili populasi yang bersangkutan. Populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, hasil menghitung atau mengukur baik kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sedangkan Sampel adalah sebagian dari populasi
yang diambil melalui cara-cara tertentu dan dipakai untuk menjelaskan populasi.
Untuk melakukan analisis statistik diperlukan data. Data dapat diperoleh
melalui dua cara yaitu sensus dan sampling. Sensus atau cacah lengkap terjadi
apabila setiap anggota atau karakteristik yang ada di dalam populasi dikenai
penelitian. Sampling yaitu cara pengambilan data, dimana hanya sebagian dari
Modul 5. Sampling

82

populasi yang diambil datanya dan selanjutnya dianalisis untuk menyimpulkan


populasi itu.
Ada beberapa alasan mengapa sensus tidak dapat dilakukan, antara lain:
1.

Ukuran Populasi. Ada dua macam ukuran populasi yaitu populasi berhingga
dan populasi tak berhingga. Populasi tak berhingga ialah populasi yang
banyaknya anggota tidak berhingga banyaknya. Dengan demikian sensus tidak
mungkin dapat dilakukan. Sementara itu populasi berhingga adalah populasi yang
jumlah anggotanya terbatas/berhingga banyaknya.

2.

Masalah Biaya. Makin banyak obyek yang diteliti makin banyak pula biaya
yang diperlukan. Dalam suatu kegiatan penelitian, apabila biaya yang tersedia
terbatas maka sampling merupakan satu-satunya pilihan yang rasional, kecuali
kalau jika ukuran populasinya sedikit sekali, maka sensus bisa dilaksanakan.

3.

Masalah Waktu. Sensus memerlukan waktu yang lebih lama bila


dibandingkan dengan sampling. Kalau kita menginginkan suatu kesimpulan yang
segera, maka sampling benar-benar terasa manfaatnya. Disamping itu, analisis
data sampling dapat dilakukan dalam tempo yang singkat.

4.

Percobaan yang Sifatnya Merusak. Jika penelitian terhadap obyek yang


sifatnya merusak, maka jelas sampling harus dilakukan. Contoh: untuk
mengetahui kemanjuran obat, kekuatan daya ledak granat, kekuatan ban mobil,
keadaan darah pasien, dan lain-lain.

5.

Masalah Ketelitian. Ketelitian merupakan hal yang sangat penting dalam


membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Harus diingat bahwa
makin banyak obyek yang diteliti, maka makin kurang ketelitian yang dihasilkan.
Pada umumnya, menguasai obyek yang sedikit hasilnya lebih baik daripada
menguasai obyek terlalu banyak.

6.

Faktor Ekonomis. Faktor ekonomis disini mengandung arti bahwa apakah


manfaat penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang dikorbankan
atau tidak. Jika tidak, mengapa sensus dilaksanakan padahal banyak menyedot
biaya waktu dan tenaga?

Modul 5. Sampling

83

5.2.2. Rancangan Sampling


Jika kita telah menetapkan bahwa sampling harus dilaksanakan, maka perlu
kita membuat rancangan terhadap sampling itu sendiri. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1.

Tentukan dengan jelas batas populasi mengenai persoalan yang ingin


diketahui.

2.

Rumuskan persoalan yang ingin diketahui.

3.

Definisikan dengan jelas dan tepat segala unit dan istilah yang digunakan.

4.

Tentukan unit sampling yang diperlukan.

5.

Tentukan dan rumuskan cara-cara pengukuran dan penilaian yang akan


dilakukan.

6.

Kumpulkan segala keterangan tentang hal yang ingin diteliti yang pernah
dilakukan pada masa yang lampau.

7.

Tentukan ukuran sampel.

8.

Tentukan cara sampling yang akan dilakukan untuk memperoleh sampel


representatif.

9.

Tentukan cara pengumpulan data yang mana yang akan dilakukan.

10.

Tentukan metode analisis mana yang akan digunakan.

11.

Sediakan biaya dan minta bantuan ahli (pembantu tetap atau konsultan).

5.2.3. Cara-cara Sampling


Ada dua perlakuan terhadap populasi kalau sampling dilakukan:
1. Sampling Dengan Pengembalian. Maksudnya anggota yang telah diambil untuk
dijadikan sebagai anggota sampel disimpan kembali dan disatukan dengan
anggota lainnya. Dengan demikian anggota yang sudah diambil tadi masih ada
kesempatan untuk diambil kembali pada pengambilan berikutnya.

Modul 5. Sampling

84

Ketentuan: jika dari populasi berukuran N diambil sampel berukuran n dengan


pengembalian, maka semuanya ada Nn buah sampel yang akan
diambil.
Cara sampling ini hampir tidak digunakan dalam praktek kecuali untuk tujuan
simulasi.
2. Sampling Tanpa Pengembalian. Maksudnya anggota yang telah diambil untuk
dijadikan sampel tidak disimpan kembali ke dalam populasi. Dengan demikian
setiap anggota hanya bisa diambil satu kali.
Ketentuan: banyak sampel berukuran n yang dapat diambil dengan cara tanpa
pengembalian dari sebuah populasi berukuran N adalah:

formula 5.1 .....

N N!

n !(Nn n)!

Secara garis besar ada tiga cara sampling untuk memperoleh sampel yang
representatif:
1.

Sampling Seadanya
a.

Pengambilan sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data atau


kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan apapun mengenai derajat
kerepresentatifannya.

b.

Sampelnya syah tapi lemah/samar-samar.

c.

Kesimpulan yang dibuat bersifat kasar dan sementara (hubungan


sampel dan populasi masih samar-samar).

2.

Sampling Purposif/Pertimbangan
Nama lainnya disebut sampling pertimbangan atau sampling secara sengaja.
Sampling

purposif

ialah

pengambilan

sampel

dilakukan

berdasarkan

pertimbangan perorangan /peneliti. Cara sampling ini sangat cocok untuk studi
kasus (case study).
Contoh:
Modul 5. Sampling

85

Penelitian hanya mendapat kembali 30% dari kuesioner yang dikirimkan.


Berdasarkan pertimbangan tertentu, ia memutuskan untuk menggunakan yang
30%

sebagai

sampel

yang

representatif.

Ia

menganggap

atas

dasar

pertimbangannya, bahwa mereka yang tidak mengembalikan kuesioner dan yang


mengembalikan mempunyai karakteristik yang sama dengan yang diteliti.
3. Sampling Peluang
Sampling peluang ialah sampling dengan menggunakan peluang sehingga
sampel yang diperoleh disebut Sampel Peluang. Sampel peluang adalah sebuah
sampel yang anggota-anggotanya diambil dari populasi berdasarkan peluang yang
dketahui. Jika tiap anggota mempunyai peluang yang sama untuk diambil menjadi
anggota sampel, maka sampelnya disebut sampel acak dan caranya disebut
Sampling acak.
Sampel acak paling penting dibandingkan dengan sampel lainnya. Hal itu
disebabkan karena:
a. Dengan demikian peneliti mempunyai cara obyektif untuk menilai ketepatan
hasil penelitiannya.
b. Memungkinkan untuk menaksir dan menghitung besarnya variasi sampling
atau kekeliruan sampling.
Yang dimaksud dengan variasi sampling adalah perbedaan antara statistik
sampel dan parameter populasi darimana sampel itu diambil secara acak. Sampel bisa
terjadi bila beberapa anggota populasi yang diambil mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk diambil sebagai anggota sampel.
Dikenal ada dua cara mengambil sampel acak, yaitu:
1.

Dengan lotre/undi.

2.

Gunakan daftar angka acak.

Cara-cara Sampling Untuk Mendapatkan Sampel Reperesentatif


Untuk memperoleh sampel yang representatif, maka kita harus memperhatikan

jenis populasi yang mau dikaji tersebut. Diketahui bahwa ada dua jenis populasi yaitu
populasi homogen dan populasi heterogen. Populasi homogen adalah populasi yang
Modul 5. Sampling

86

anggotanya berada dibawah penyebab yang sama sedangkan Populasi heterogen


adalah populasi yang anggotanya berada dibawah penyebab yang tidak sama.
Untuk populasi yang bersifat homogen, beberapa cara sampling yang sering
digunakan adalah:
1.

Simpel Random Sampling


a.

Setiap unit populasi memiliki peluang yang sama untuk diambil


sebagai contoh/sampel.

b.

Cara pengambilannya dengan lotrei atau tabel bilangan acak (random


digit table).

c.
2.

Diterapkan pada populasi yang homogen.


Sistematik Random Sampling
Yaitu

sampel

yang

pemilihannya

dilakukan

secara

sistematis

dari

populasinya. Anggota populasi diambil dari populasi pada jarak, interval waktu,
ruang atau urutan yang uniform. Interval itu adalah N/n (N populasi, n sampel).
Anggota pertama diambil secara acak/random, sedangkan anggota selanjutnya
diambil pada jarak N/n.
Untuk populasi yang bersifat heterogen beberapa cara sampling yang sering
digunakan adalah:
1. Sampling Petala/Berstrata. Populasi

heterogen tadi dibuat strata/petala

berdasarkan karakteristik tertentu. Dengan demikian setiap unit dalam


strata/petala tersebut menjadi homogen. Dari tiap petala secara acak diambil
anggota yang diperlukan.
2. Sampling Proporsional. Banyaknya anggota dari setiap petala diambil
sebanding dengan ukuran tiap petala.
3. Sampling Kluster. Pada sampling kluster populasi dibagi menjadi beberapa
kelompok atau kluster. Selanjutnya kluster-kluster tersebut dipilih secara acak.
Setiap anggota dari kluster terpilih merupakan sampel yang diperlukan.
4. Sampling Area. Sampling area terjadi jika kluster terdiri dari area tanah. Cara
sampling sama seperti sampling kluster.
Modul 5. Sampling

87

Disamping cara-cara sampling diatas, dikenal pula beberapa cara sampling


lain untuk mendapatkan sampel yang representatif:
1.

Sampling Ganda
a.

Penelitian dilakukan dimulai dengan menggunakan sebuah sampel


yang ukurannya relatif kecil.

b.

Kesimpulan mengenai populasi diadakan.

c.

Jika hasilnya memenuhi kriteria yang telaah ditentukan, stop sampling


dan kesimpulan dibuat.

d.

Kalau tidak, maka sampling kedua diambil dan digabungkan dengan


sampel pertama, lalu buat kesimpulan.

2.

Sampling Multipel
a. Sampling dilakukan lebih dari dua kali dimana tiap kali digabungkan menjadi
sebuah sampel.
b. Pada tiap gabungan, analisis dilakukan dan kesimpulan dibuat.
c. Sampling berhenti bila hasilnya sudah memenuhi kriteria yang telah
direncanakan.

3.

Sampling Sekuensial
a. Sama dengan sampling multipel.
b. Tiap anggota diambil satu demi satu; setiap kali selesai pengambilan, analisis
dilakukan dan kesimpulan dibuat untuk mengetahui apakah sampling berhenti
atau dilanjutkan.
c. Setiap anggota yang diambil disatukan dengan anggota-anggota yang diambil
terlebih dahulu sebelum kesimpulan diadakan pada tingkat itu.

5.2.4. Kekeliruan Sampling dan kekeliruan Non Sampling


Dalam suatu penelitian, ada dua macam kekeliruan yang pokok yang bisa
terjadi, yaitu kekeliruan sampling dan non sampling.

Modul 5. Sampling

88

1.

Kekeliruan Sampling
a. Terjadi karena adanya pemeriksaan tidak lengkap terhadap populasi (Abis .
kok hanya sampel sana).
b. Kekeliruan sampling adalah perbedaan antara hasil sampel dan hasil yang
akan dicapai bila prosedur yang sama yang digunakan dalam sampling juga
digunakan dalam sensus.
c. Kekeliruan ini dapat dikontrol melalui sampling acak dan memperbesar
ukuran sampel.

2.

Kekeliruan Non Sampling


a. Kekeliruan ini bisa terjadi dalam setiap penelitian baik secara sampling
maupun secara sensus.
b. Penyebab terjadinya kekeliruan non sampling:
1.

Populasi tidak didefenisikan sebagaimana mestinya.

2.

Populasi yang menyimpang yang seharusnya dipelajari.

3.

Kuesioner tidak dirumuskan sebagaimana mestinya.

4.

Istilah-istilah tidak didefinisikan secara tepat/tidak digunakan


secara konsisten.

5.

Responden tidak menjawab secara akurat/menolak untuk


menjawab/tidak ada ditempat ketika akan diwawancarai.

6.

Kesalahan pada waktu catat data, tabulasi, dan analisis.

Kekeliruan ini paling fatal dalam suatu penelitian dan berakibat


dibatalkannya seluruh hasil penelitian yang sudah ditulis. Oleh karena itu, harus
dapat dihindari.

Modul 5. Sampling

89

5.2. PENUTUP
5.2.1. Ringkasan
Penyimpulan terhadap karakteristik populasi pada umumnya dilakukan
berdasarkan data sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Tentu syarat
yang harus dipenuhi dari suatu sampel agar tidak bias dalam menyimpulkan populasi
adalah bahwa sampel tersebut haruslah representatif dalam arti sampel itu bisa
mewakili populasi yang bersangkutan.
Data dapat diperoleh melalui dua cara yaitu sensus dan sampling. Sensus atau
cacah lengkap terjadi apabila setiap anggota atau karakteristik yang ada di dalam
populasi dikenai penelitian. Sampling yaitu cara pengambilan data dimana hanya
sebagian dari populasi yang diambil datanya dan selanjutnya dianalisis untuk
menyimpulkan populasi itu.
Jika kita telah menetapkan bahwa sampling harus dilaksanakan, maka perlu
kita membuat rancangan terhadap samlping itu sendiri. Ada dua perlakuan terhadap
populasi kalau sampling dilakukan yaitu sampling dengan pengembalian dan
sampling tanpa pengembalian. Secara garis besar ada tiga cara sampling untuk
memperoleh sampel yang representative yaitu sampling seadanya; sampling
surposif/pertimbangan; dan sampling peluang.
Untuk memperoleh sampel yang representatif, maka kita harus memperhatikan
jenis populasi yang mau dikaji tersebut. Diketahui bahwa ada dua jenis populasi yaitu
populasi homogen dan populasi heterogen. Populasi homogen adalah populasi yang
anggotanya berada dibawah penyebab yang sama, sedangkan populasi heterogen
adalah populasi yang anggotanya berada dibawah penyebab yang tidak sama.
Untuk populasi yang bersifat homogen, beberapa cara sampling yang sering
digunakan adalah: simpel random sampling; sistematik random sampling; sampling
petala/berstrata; sampling proporsional; sampling kluster; sampling area; sampling
ganda; sampling multipel; dan sampling sekuensial.
Haruslah diingat bahwa dalam suatu penelitian, ada dua macam kekeliruan
yang pokok yang bisa terjadi, yaitu kekeliruan sampling dan non sampling.
Modul 5. Sampling

90

Kekeliruan non sampling adalah paling fatal dalam suatu penelitian dan berakibat
dibatalkannya seluruh hasil penelitian yang sudah ditulis. Oleh karena itu, harus dapat
dihindari.

5.2.2. Evaluasi
5.2.2.1.

Soal latihan

1. Jajagi pengetahuan anda dengan menjelaskan konsep-konsep berikut:


Sensus dan Sampling; Populasi dan Sampel; Sampling Dengan Pengembalian;
Sampling Tanpa Pengembalian; Sampling Peluang; Sampling Non Peluang;
Sampling Seadanya; Sampling Purposif; Sampling Acak; Sampling Petala;
Sampling Area; Sampling Sistematik; Sampling Ganda; Sampling Multipel;
Sampling Sekuensial; Sampling Kluster; dan Sampling Proporsional.
2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek semacam obat tetanus. Sekumpulan
tikus yang sengaja ditulari tetanus diobati dengan obat itu lalu dicatat berapa tikus
yang sembuh selama periode tertentu. a) mana populasinya? b) mana sampelnya?
c) karakteristik apa yang didapat? d) dapatkah populasi disampel?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sampel bias dan sampel tak bias?
4. Mengapa kekeliruan non sampling harus dihindari dalam sebuah penelitian?
5. Bagaimana cara menghindari bias dalam suatu sampling?
5.2.2.2.

Test Formatif 5.

1. Teknik pengumpulan data dimana hanya sebagian unit dalam populasi tersebut
dikenai penelitian dinamakan:
a.

Sensus

b.

Sampling

c.

Survei

d.

Studi Kasus

2.

Sebuah populasi berukuran N=6 dengan anggota A,B,C,D,E,F hendak


diambil sampel berukuran n=2. Kalau dilakukan sampling dengan pengembalian,
maka jumlah sampel yang diperoleh sebanyak:
a.

36

b.

12

Modul 5. Sampling

91

c.

15

d.

64

3. Lihat soal no.2. Kalau dilakukan sampel tanpa pengembalian, maka jumlah sampel
yang diperoleh adalah:
a.

36

b.

12

c.

15

d.

64

4. Mengumpulkan pendapat atau opini masyarakat dari orang-orang yang lewat untuk
keperluan peramalan tentang partai mana yang akan menang dalam suatu
pemilihan merupakan:
a. Sampling Pertimbangan
b. Sampling Acak
c. Sampling Kuota
d. Sampling Seadanya
5.

Diperlukan sampel berukuran 169 tentang pelajar laki-laki SLTA. Misalnya,


seluruhnya ada tiga SLTA dengan banyaknya pelajar sebagai berikut: SMA =2758
pelajar, SPG = 3826 pelajar, dan STM 1473 pelajar. Kalau dilakukan sampling
acak proporsional, maka jumlah pelajar SMA yang dipilih sebagai sampel
sebanyak:
a. 31
b. 80
c. 58
d. 85

6.

Jumlah pelajar SPG yang dipilih (lihat soal no. 5) sebagai sampel adalah:
a. 31
b. 80
c. 58
d. 85

7.

Lihat soal no. 5, Jumlah siswa STM yang terpilih sebanyak:


a. 31
b. 80
c. 58
d. 85

Modul 5. Sampling

92

8.

Manakah pernyataan di bawah ini yang benar?


a. Pada sampling petala, anggota didalam tiap petala diambil secara acak untuk
dijadikan sebagai sampel.
b. Apabila pengambilan anggota dari tiap petala tidak dilakukan dengan cara
acak, maka cara tersebut disebut sampling kuota.
c. Pada sampling klaster, setiap anggota yang ada didalam klaster yang dipilih
secara acak tersebut dijadikan sebagai sampel penelitian.
d. Jawaban a, b, dan c benar.

9.

Berikut ini adalah penyebab terjadinya kekeliruan non sampling, kecuali:


a. Populasi tidak didefenisikan sebagaimana mestinya.
b. Populasi yang menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari.
c. Istilah-istilah tidak dirumuskan sebagaimana mestinya.
d. Adanya pemeriksaan yang tidak lengkap tentang populasi karena digunakan
sampling.

10. Apabila dalam suatu penelitian proses pengambilan sampel dilakukan lebih dari
dua kali dan tiap kali digabungkan menjadi sebuah sampel. Selanjutnya dianalisis
dan dibuat kesimpulan dan sampling akan berhenti bila hasilnya sudah memenuhi
kriteria yang sudah direncanakan maka proses tersebut dinamakan:
a. Sampling Ganda
b. Sampling Sekuensial
c. Sampling Multipel
d. Sampling Sistematik

5.2.2.3.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif 3.

Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan formula dibawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda atas Modul 5 ini.f
formula: Tingkat Penguasaan

Jumlah Jawaban Benar


x100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan yang dicapai:


90 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
Modul 5. Sampling

70 79% = cukup
<70%
= kurang

93

Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, anda dapat meneruskan ke Modul
berikutnya. BAGUS. Tetapi bila hasilnya <80% maka anda harus mengulang kembali
terutama pada kegiatan belajar yang belum anda kuasai.
5.2.2.4.

Kunci Jawaban Test Formatif 3


1. B

6.

2. A

7. A

3. C

8.

4. D

9.

5. C

10. C

5.3.3. Daftar Pustaka


Sudjana, 1992. Metoda Statistika. Edisi ke-5. Penerbit Tarsito, Bandung.
Sugiyono dan Wibowo R., 2002. Statistika Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS
10.0 for Windows. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2008. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sugiarto, D.S.,2002. Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Modul 5. Sampling

94

Anda mungkin juga menyukai