Anda di halaman 1dari 19

PEMBULATAN ANGKA, ANGKA BERMAKNA DAN KOMPUTASI

MAKALAH STATISTIKA

Disusun oleh:
Kelompok I
Ahmad Syukron Arba’i 23020117130047
Armita Rachma Ayu Pramudiani 23020117140049
Yehezkiel Bobby Slamet 23020117140046
Putri Muhibah Zenati 23020117140055
Bagas Setyadi 23020117140056
Rani Widya Pramesthi 23020117140060
Raden Muhammad Mukhlis Fikri 23020117140064

PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI PANGAN


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pembulatan Angka

Pada bagian ini dijelaskan cara melakukan pembulatan terhadap angka yang

diperoleh dari hasil perhitungan dalam statistik. Dalam perhitungan akan banyak

hasil – hasil yang berbentuk bilangan decimal yang panjang, hingga kita

memerlukan pembulatan untuk menuliskannya. Ini diperlukan Karena jika nilai

dengan jumlah digit decimal yang panjang tersebut dituliskan dalam laporan

penelitian, bukannya kejelasan yang di dapat namun justru kebingungan bagi orang

yang membacanya. Berikut ini merupakan pembulatan angka hasil perhitungan:

1. Jika angka yang akan dibulatkan diikuti angka kurang dari 5, maka angka

yang akan dibulatkan tersebut tetap.

Contoh :

67,45 pembulatan ke satuan terdekat adalah 67

88,736 pembulatan ke persepuluhan terdekat adalah 88,7

23,62 pembulatan ke persepuluhan terdekat adalah 23,6

Angka yang digaris bawahi merupakan angka yang menjadi tujuan

pembulatan

2. Jika angka yang akan dibulatkan diikuti angka lebih dari 5, maka angka

yang akan dibulatkan tersebut ditambah 1.

Contoh :

54,8 pembulatan ke satuan terdekat adalah 55


97,46 pembulatan ke persepuluhan terdekat adalah 97,5

589,327 pembulatan ke perseratusan terdekat adalah 589,33

Angka yang digaris bawahi merupakan angka yang menjadi tujuan

pembulatan

3. Jika angka yang akan dibulatkan diikuti angka 5 namun setelah angka 5

tersebut ada angka selain nol maka angka yang akan dibulatkan tersebut

ditambah 1

Contoh :

8,51 pembulatan ke satuan terdekat adalah 9

67,657 pembulatan ke persepuluhan terdekat adalah 67,7

34,251 pembulatan ke persepuluhan terdekat adalah 34,3

Angka yang digaris bawahi merupakan angka yang menjadi tujuan

pembulatan

4. Jika angka genap mendahului 5, maka angka tersebut tetap, tetapi jika

angka ganjil mendahului angka 5, maka angka tersebut ditambahkan 1

pada angka ganjil tersebut

Contoh :

7,5 pembulatan ke satuan terdekat adalah 7

67,50 pembulatan ke saatuan terdekat adalah 67

34,5 pembulatan ke satuan terdekat adalah 34

87,350 pembulatan ke persepuluhan terdekat adalah 87,3

Angka yang digaris bawahi merupakan angka yang menjadi tujuan

pembulatan
1.2. Angka Penting

Angka penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang

terdiri dari angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu

angka terakhir yang ditafsir atau diragukan. Bila kita mengukur panjang suatu

benda dengan mistar berskala mm (mempunyai batas ketelitian 0,5 mm) dan

melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5 mm. Jika panjang benda

tersebut kita ukur dengan jangka sorong (jangka sorong mempunyai batas ketelitian

0,1 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka penting, misalnya 114,40 mm,

dan jika diukur dengan mikrometer sekrup (Mikrometer sekrup mempunyai batas

ketelitian 0,01 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 6 angka penting, misalnya

113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan

sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin

banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut.

Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup lebih teliti dari jangka

sorong dan mistar. Adapun aturan – aturan perhitungan angka penting :

1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.

2. Semua angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka penting.

3. Angka nol yang terletak disebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting,

kecuali terdapat penjelasan khusus.

4. Semua angka nol yang digunakan untuk menentukan letak desimal bukan

termasuk angka penting.

5. Semua angka puluhan, ratusan, dan seterusnya harus ditulis dengan

menggunakan aturan notasi ilmiah.


Berhitung dengan angka penting memiliki aturan-aturan seperti berikut:

a) Penjumlahan dan pengurangan banyaknya angka penting hasil operasi

ditentukan oleh banyaknya angka penting.

b) Perkalian dan pembagian banyaknya angka penting pada setiap operasi

ditentukan oleh jumlah angka penting yang paling sedikit oleh masing-masing

bilangan.

c) Pemangkatan dan penarikan akar banyaknya angka penting pada setiap operasi

baik pemangkatan maupun pengakaran sama dengan jumlah angka penting

yang dipangkatkan atau diakarkan.

d) Pembulatan hasil yaitu jika angka yang dibulatkan lebih dari 5 maka dibulatkan

ke atas sedangkan jika kurang dari 5 maka dibulatkan ke bawah. Sedangkan jika

angka yang dibulatkan tepat 5, maka dilihat dari angka sebelum angka 5

tersebut, jika angka sebelumnya ganjil maka dibulatkan ke atas dan jika angka

sebelumnya genap maka dibulatkan ke bawah.

Contoh :

7,18 (3 angka penting)

7712 cm (4 angka penting)

7,1800 m (5 angka penting)

0,0000718 (3 angka penting)

0,000007180 (4 angka penting)

71800,7001 (9 angka penting)

100 × 10-5 (2 angka penting)

12,5 × 10-9 (3 angka penting)


356,28 × 106 (9 angka penting)

0,228 × 103 (3 angka penting)

14,000 (5 angka penting)

7291 × 10-7 (4 angka penting)

280,50 nm (5 angka penting)

0,0001 (1 angka penting)

0,00089 × 10-5 (2 angka penting)

42,20 nm (4 angka penting)

1.3. Komputasi

Merupakan bilangan yang hasil kali, bagi, penjumlahan, dan

pengurangannya berkaitan dengan angka penting. Pada perkalian dan penjumlahan

hasil dari perkalian berdasarkan angka penting yang terdapat pada angngan, untuk

penjumlahan ka yang dikalikan, sedangkan pada penjumlahan dan penguraPada

proses perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan jika terdapat angka yang

berbunyi eksak, hasil dari perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan,

bilangan tersebut ditulis sesuai dengan jumlah bilangan angka penting yang tidak

terdapat angka eksak.

Contoh :

 12,51 X 111= 137,61 berdasarkan angka pada perkalian tersebut terdapat 3

angka penting (AP) maka hasilnya menjadi 138

 2,599 X 2,6799 = 6,9650601 berdasarkan angka dalam perkalian tersebut

terdapat 4 angka penting maka hasilnya 6,965


 1,848 / 0.023 = 80,34 berdasarkan angka pembagian tersebut terdapat 2

angka penting maka hasilnya menjadi 80

 2,52691 X 5 (eksak) X 1,2 = 1000 berdasarkan angka perkalian tersebut

terdapat 2 angka penting Karena terdapat kata eksak sehingga hasilnya

menjadi 15

 83,42 – 72 = 11,42 berdasarkan angka pengurangan tersebut terdapat 2

angka penting maka hasilnya menjadi 11

 97,88 + 1 (eksak) – 10 = 87,88 berdasarkan angka penjumlahan tersebut

terdapat 2 angka penting maka hasilnya menjadi 88

1.4. Distribusi frekuensi

Distribusi frekuensi adalah suatu daftar atau tabel yang mendistribusikan

data kedalam beberapa kelas. ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

distribusi frekuensi.

a. Kelas

Jumlah kelas dapat ditentukan menggunakan rumus sturges:

K = 1 + 3,322 log n, dimana n merupakan banyak data.

Hasil perhitungan tidak harus disajikan secara mentah, apabila dari rumus

sturges menghasilkan angka yang tidak genap maka diperbolehkan untuk

membulatkannya.

b. Interval kelas

Interval kelas adalah jarak antara satu kelas dengan kelas sebelumnya atau

setelahnya. Menentukan interval kelas perlu diketahui jumlah jangkauan yaitu jarak

antara angka data terbesar dengan yang terkecil, lalu menggunakan rumus
𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛
Interval kelas =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

c. Batas kelas dan tepi batas kelas

Batas kelas dibedakan menjadi dua yaitu batas kelas atas dan batas kelas

bawah yang terdiri dari dua angka sebagai pembatas kelas

Kelas Frekuensi

31-40 3

41-50 6

51-60 5

61-70 7

71-80 9

Misal pada tabel diatas, kelas ketiga yaitu 51-60 memiliki batas kelas bawah

51 dan batas kelas atas 60.

Tepi kelas adalah batas kelas yang nyata. Tepi batas kelas terletak diantara

batas kelas bawah suatu kelas dengan batas kelas atas kelas sebelumnya.

Dimisalkan pada table diatas, bila digambarkan tepi batas kelas terletak diantara

batas atas kedua dengan batas bawah kelas ketiga.

Kelas kedua kelas ketiga

50 50,5 51

Tepi batas kelas


d. Titik tengah

Titik tengah merupakan rata-rata dari jumlah batas kelas atas dan bawah

pada suatu kelas kemudian dibagi 2. Titik tengah sebagai penaksir data asli yang

hilang karena pengelompokkan kelas.

1.5. Distribusi Frekuensi Relatif

Frekuensi data yang dinyatakan dalam bentuk relative dengan membagi

frekuensi masing-masing kelas dengan jumlah data. Distribusi frekuensi relative

juga dapat dinyatakan dalam presentase dengan hasil bagi frekuensi masing-masing

kelas dengan jumlah data dikalikan 100%.

1.6. Histogram

Histogram adalah salah satu grafik berbentuk grafik batang yang

digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi suatu data. Pada histogram

batang-batangnya saling berhimpitan. Pada pembuatan histogram digunakan

sistem salib sumbu. Sumbu mendatar (sumbu X) menyatakan interval kelas (tepi

bawah dan tepi atas masing-masing kelas) dan sumbu tegak (sumbu Y)

menyatakan frekuensi.
Dibawah ini adalah contoh tabel distribusi frekuensi hasil pengukuran

tinggi badan 50 siswa:

Interval Kelas Tepi Interval Frekuensi

(Tinggi (cm)) Kelas (Banyak Murid)

140 – 144 139,5 – 144,5 2

145 – 149 144,5 – 149,5 4

150 – 154 149,5 – 154,5 10

155 – 159 154,5 – 159,5 14

160 – 164 159,5 – 164,5 12

165 – 169 164,5 – 169,5 5

170 – 174 169,5 – 174,5 3

Σ𝑓 = 50

Histogram tinggi badan 50 siswa

16

14

12

10
Frekuensi

0
139,5 144,5 149,5 154,5 159,5 164,5 169,5

Tinggi badan
1.7. Poligon frekuensi

Grafik poligon frekuensi tidak jauh beda dengan grafik histogram.

Perbedaan antara polygon dan histogram terletak pada batas dan bentuk grafik.

Batas pada histogram menggunakan batas nyata sedangkan pada polygon

menggunakan titik tengah. Bentuk grafik pada histogram digambarkan dengan

balok balok sedangkan pada polygon berbentuk garis yang menghubungkan titik

tengah tiap-tiap interval kelas secara berturut-turut.

Berikut adalah contoh Tabel Distribusi Frekuensi nilai statistika mhasiswa

teknologi pangan undip dari 90 mahasiswa:

Nilai statistika Jumlah mahasiswa

31-40 2

41-50 7

51-60 8

61-70 21

71-80 27

81-90 19

91-100 9

Total 90
Nilai Statistika Mahasiswa Teknologi Pangan
UNDIP
30

25

20

15

10

0
30.5 40.5 50.5 60.5 70.5 80.5 90.5

Histogram Poligon

1.8. Ogive

Ogive adalah grafik yang menunjukkan data yang disusun dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi komulatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian dan Sugiarto (2006)

yang menyatakan bahwa ogive merupakan suatu gambaran data variabel dalam bentuk

tabel distibusi frekuensi komulatif. Ogive sendiri memiliki 2 jenis yaitu ogive positif dan

ogive negatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Puspitaningtyas (2017) yang menyatakan

bahwa ogive dibedakan menjadi 2, yaitu ogive positif dan ogive negatif.
Berikut contoh tabel penilaian terhadap sisiwa:

Nilai Frekuensi Frekuensi Tepi Frekuensi Frekuensi


Kumulatif Bawah Kumulatif Kumulatif
“Kurang dari” “Lebih dari”
2–5 4 4 1,5 0 35
6–9 5 9 5,5 4 31
10 - 13 7 16 9,5 9 26
14 - 17 11 27 13,5 16 19
18 - 21 4 31 17,5 27 8
22 - 25 3 34 21,5 31 4
26 - 29 1 35 25,5 34 1

f = 35 f = 35 29,5 35 0

Grafik Ogive
40
35
30
25
Nilai

20 Ogive Negative
15 Ogive Positive
10
5
0
1,5 5,5 9,5 13,5 17,5 21,5 25,5 29,5
BAB II

SOAL DAN JAWABAN

1. Pembulatan Angka

a. 0,56 ke persepuluhan terdekat ….. (jawaban 0,6)

b. 3,1157 ke perseribuan terdekat…. (Jawaban 3,116)

c. 5,7758888 ke perseratusan terdekat… ( Jawaban 5,78)

d. 31.655 ke ribuan terdekat…. (Jawaban 32.000)

e. 21,90 ke satuan terdekat….. (Jawaban 22)

2. Angka Bermakna

a. 0,00000001mm =….. (Jawaban 1 angka penting)

b. 301,15 X 10-5 = …. (Jawaban 5 angka penting)

c. 0,020 = …. (Jawaban 2 angka penting)

d. 40 X 104 = …. (Jawaban 6 angka penting)

e. 700 X 10-3 = …. (Jawaban 3 angka penting)

3. Komputasi

a. 43,173 X 1,98 = …. ( Jawaban 85,5)

b. 2000 : 100 = ….. ( Jawaban 20,0)

c. 43333 : 11,5 = …. ( Jawaban 3768 )

d. 9.999.999.999 : 110,05 =…. ( Jawaban 90,868)

e. 120 : 60 = ….. (Jawaban 2,0)


4. Distribusi frekuensi

Table berikut memperlihatkan distribusi frekuensi nilai statistika mahasiswa


teknologi pangan dari 40 mahasiswa.

Nilai statistika Jumlah mahasiswa


61-66 3
67-72 6
73-78 8
79-84 10
85-90 9
91-96 4
Total 40

Tentukan :
a. Tepi atas dan bawah kelas ke-4
b. Titik tengah kelas ke-1
c. Batas bawah dan batas atas kelas ke-5
d. Frekuensi relatif kelas ke-3
e. Frekuensi kelas ke-6

Jawab :
a. Tepi atas kelas ke-4 = 84,5
Tepi bawah kelas ke-4 = 78,5
61+66
b. Titik tengah kelas ke-1 =
2
127
=
2
= 63,5
c. Batas bawah kelas ke-5 = 85
Batas atas kelas ke-5 = 90
8
d. Frekuensi relatife kelas ke-3 = × 100%
40
= 20%
e. Frekuensi kelas ke-6 =4
5. Histogram, Poligon dan Ogive

Buatlah histogram, polygon dan ogive dari distribusi data tinggi badan

mahasiswa teknologi pangan sebagai berikut:

No Tinggi badan f fk< fk>


1 141-145 4
2 146-150 8
3 151-155 9
4 156-160 5
5 161-165 7
6 166-170 8
7 171-175 9
Total 50

Jawaban :

No Tinggi badan f fk< fk>


1 141-145 4 0 50
2 146-150 8 4 46
3 151-155 9 12 38
4 156-160 5 21 29
5 161-165 7 26 24
6 166-170 8 33 17
7 171-175 9 41 9
Total 50 50 0
Histogram yang menunjukkan Tinggi Badan
Mahasiswa Teknologi Pangan
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
140.5 145.5 150.5 155.5 160.5 165.5 170.5

Poligon yang menunjukkan Tinggi Badan


Mahasiswa Teknologi Pangan
10

0
140.5 145.5 150.5 155.5 160.5 165.5 170.5

Histogram Poligon
Ogive yang menunjukkan Tinggi Badan
Mahasiswa Teknologi Pangan
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
140.5 145.5 150.5 155.5 160.5 165.5 170.5

Series1 Series2
DAFTAR PUSTAKA

Awwaludin, J., L.F.N. Sudarnoto dan Y.A. Nugraheni. 2008. Statistika Pendidikan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hasan, I. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta : Bumi


Aksara.

Jaya, I. Ardat, dan I. R Karo-Karo. 2013. Penerapan Statistik Untuk Pendidikan.


Bandung: Citapustaka Media Perintis

Kosasih, P Buyung. Komputasi Numerik Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: ANDI,


2006

Kustituanto, B. dan R. Badrudin. 1994. Statistika 1 (Deskriptif). Gunadarma: Jakarta.


Marthen, fisika untuk SMA Kelas X halaman 8-11

Purwoko, Physics for High School year X halaman 16-17

Puspitaningtyas, I. H., S. Rudiyanti dan B. Sulardiono. 2017. ASPEK REPRODUKSI


BULU BABI (Sea Urchin) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL,
KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA. JOURNAL OF MAQUARES. 6
(4): 564-571.

Siagian, D. dan Sugiarto. 2006. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suryadhi, P. A. R dan N. J. Manurung. 2009. Model antrian pada pelayanan kesehatan


di rumah sakit. J. Teknologi Elektro 8(2): 86-93.

Anda mungkin juga menyukai