Disusun Oleh :
Michelle Hendrayanta (07120110086)
Pembimbing :
dr.Vonny F. Goenawan, Sp.S
BAB 1
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. K
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 48 tahun
Status
: Menikah
Agama
: Kristen
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat
: KH Agus Salim, Tangerang
Pekerjaan
: Pegawai swasta
No. Rekam medis
: 00-73-21-**
Tanggal masuk RS : 22 Oktober 2016
II.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
:
:
:
:
:
:
Kepala
Mata
: Normosefali
: Pupil isokor, ukuran 3mm/3mm,
Refleks cahaya langsung (RCL) +/+
Refleks cahaya tidak langsung (RCTL) +/+
: Lidah tampak bersih, deviasi (-), tonsil dan faring tenang, telinga dalam
batas normal
: Pembesaran KGB (-), JVP 5+3 cm, kuduk kaku (-), kaku kuduk (-),
massa (-)
: Simetris, bekas operasi (-), spider navi (-)
: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, tactile vocal fremitus
simetris kiri dan kanan, sonor di kedua lapang paru, suara nafas vesicular
+/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
: Iktus kordis tidak terlihat.
Iktus kordis tidak teraba.
Batas jantung : batas atas ICS 2 parasternal kiri, batas bawah ICS 5,
batas kanan ICS 5 parasternal kanan, batas kiri ICS 5 midclavicula kiri.
Bunyi jantung S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
: Cembung (+), tidak terlihat penonjolan massa, bekas operasi (-), caput
medusa (-). Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan di seluruh lapang
abdomen (-), teraba massa (-), hepatomegaly (-), splenomegaly (-), asites
(-). Bising usus (+) 4x/menit di seluruh lapang abdomen.
: Tampak massa sebesar +- 15 cm x 8 cm di region torakal 7-9, batas
tegas, immobile, hiperemis (-), kulit diatasnya tampak tenang.
: Edema (-), CRT < 2 detik
THT
Leher
Thoraks
Paru
Jantung
Abdomen
Punggung
Ekstremitas
STATUS NEUROLOGIS
GCS
: E4M5V6
Saraf Kranialis
Nervus
N. I
N. II
N. III, IV,
VI
N. V
N. VII
N. VIII
Pemeriksaan
Gangguan menghidu
Visus
Tes Konfrontasi
Warna
Fundus
Pupil : ukuran bentuk
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya tidak langsung
Sikap bola mata
Celah palpebral
Refleks konvergensi
Pergerakan bola mata
Nistagmus
Motorik :
Inspeksi
Palpasi
Membuka mulut
Gerakan rahang
Sensorik
Sensibilitas V1
Sensibilitas V2
Sensibilitas V3
Refleks kornea
Sikap mulut istirahat
Angkat alis, kerut dahi, tutup mata dengan
kuat
Kembung pipi
Menyeringai
Rasa kecap 2/3 anterior lidah
Nervus Cochlearis :
Suara bisikan/ suara gesekan jari
Rinne
Weber
Schwabach
Nervus Vestibularis
Nistagmus
Berdiri dengan 1 kaki
Mata tertutup
Mata terbuka
Berdiri dengan 2 kaki
Kanan
Tidak dilakukan
6/60
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
3mm (isokor)
+
+
Ortoforia
Dbn
+
Kiri
6/60
3mm (isokor)
+
+
Ortoforia
Dbn
+
Eutrofi
Normotonus
Dbn
Dbn
Eutrofi
Normotonus
Dbn
Dbn
+
+
+
Tidak dilakukan
dbn
dbn
Dbn
Dbn
dbn
dbn
Tidak dilakukan
Dbn
Dbn
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
dbn
dbn
dbn
dbn
Mata tertutup
Mata terbuka
N. IX, X Arkus faring
Uvula
Disfoni
Disfagi
Reflex Faring
N. XI
Sternocleidomastoid
Trapezius
N. XII
Sikap lidah dalam mulut
Deviasi
Atrofi
Fasikulasi
Tremor
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Motorik
Ekstremitas atas
Inspeksi
Atrofi (-)/(-)
Fasikulasi (-)/(-)
Palpasi
Tonus : normotonus/normotonus
Kekuatan
Sendi bahu
: 5/5
Biceps
: 5/5
Triceps
: 5/5
Pergelangan tangan
: 5/5
Ekstensi jari
: 5/5
Menggenggam
: 5/5
Gerakan involunter (-)/(-)
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Atrofi (-)/(-)
Fasikulasi (-)/(-)
Palpasi
Tonus : normotonus/normotonus
Kekuatan
Gluteus
: 4/3
Hip flexor
: 4/3
Quadriceps hamstring : 4/3
Ankle dorsi flexi
: 4/3
Gastrocnemius
: 4/3
Gerakan involunter (-)/(-)
Refleks fisiologis
Biceps (++)/(++)
Triceps (++)/(++)
dbn
dbn
Simetris, tidak ada yang jatuh
Di tengah
Tidak dilakukan
dbn
dbn
Tidak dilakukan
dbn
dbn
dbn
dbn
-
KPR (+++)/(+++)
APR (+++)/(+++)
Refleks patologis
Babinski (+)/(+)
Chaddock (-)/(-)
Oppenheim (-)/(-)
Gordon (-)/(-)
Hoffman Trommer (-)/(-)
Sensorik
Eksteroseptif
Raba (-) mulai dari umbilicus hingga seluruh ekstremitas bawah
Nyeri (-) mulai dari umbilicus hingga seluruh ekstremitas bawah
Suhu (tidak dilakukan)
Propioseptif
Posisi sendi (+)/(+)
Getar (tidak dilakukan)
Koordinasi
Tes tunjuk-hidung (+)/(+)
Tes tumit-lutut (+)/(+)
Disdiadokokinesis (+)/(+)
Otonom
Miksi : terpasang kateter
Defekasi (dbn)
Sekresi keringat (dbn)
Fungsi Luhur :
MMSE (tidak dilakukan)
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
21/10/2016
Tes
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
11.60
g/dl
13.20 17.30
Hematokrit
36.0
40.00 52.00
Eritrosit
4.53
10^6/l
4.40 5.90
Leukosit
13.20
10^3/l
3.80 10.60
LED
24
mm/jam
<10
Darah Lengkap
Basofil
01
Eosinofil
13
Segmen neutrofil
50 70
25 40
Limfosit
85
9
Monosit
28
401.00
10^3/l
150,000 - 440,000
Trombosit
MCV,MCH,MCHC
MCV
MCH
MCHC
Fungsi Ginjal
Ureum
Creatinine
78.00
26.00
33.00
18.0
fL
pg
g/dL
mg/dl
0.80
mg/dl
0.50-1.3
147.0
mg/dL
<200.0
Sodium (Na)
142
mmol/l
137-145
Potassium (K)
4.0
mmol/l
3.6-5.0
Chloride (Cl)
102
mmol/l
98-107
Blood Random
Glukose
Elektrolit
80-100
26.00-34.00
32.00-36.00
< 50
Kesan :
-Kompresi anterior wedging TB (gibbus formation?), dengan destruksi endplate dan penyempitan
celah diskus T8-9
-Opasitas samar, kesan curve shape pada anterior dan leteral paravertebral T 8-9-10, suspek
paravertebral mass, dd/ vascular paru
suspek gambaran spondilodiscitis, kemungkinan suatu Potts disease belum dapat disingkirkan
gambaran spondilosis lumbalis
Straight thoracal spine
MRI Thoracic Contrast 28/10/16
Kesan :
Destruksi corpus vertebra Th8 dan Th9 (terutama destruksi endplate segman Th8/9) serta diskus
vertebralis segmen tersebut. Tampak pula abses paravertebral ke anterior dan posterior setinggi vertebra
Th10, yang mengakibatkan penekanan terhadap thecal sac - medulla spinalis, selanjutnya tampak
myelopati medulla spinalis setinggi Th8/9 serta penekanan terhadap struktur radiks segmen Th8/9
bilateral (terutama kanan). Abses paravertebra tampak meluas ke jaringan lunak subkutis posterior
setinggi Th9 terutama sisi kanan.
sugestif spondylitis TB.
Degenerasi diskus intervertebralis dan spondyloarthritis cervicothoracolumbalis ringan serta erosi end
plate anterior korpus L1-L5.
Pada segmen C7-Th1 tampak buldging diskus intervertebralis dan spur ke posteromedial disertai spur/
hipertrofi prosesus uncinatus bilateral segmen tersebut, yang mengindentasi thecal sac dan kemungkinan
iritasi radiks C8 bilateral.
Pada segmen L5-S1 tampak protrusio ringan diskus intervertebralis ke posteromedial dominan ke kiri,
disertai hipertrofi ringan facet joint bilateral, namun tidak menekan radiks.
Pada segmen L1-2, L2-3, L3-4, L4-5 tampak buldging diskus intervertebralis ke posteromedial, disertai
hipertrofi ringan facet joint bilateral segmen tersebut, yang mengindentasi thecal sac, namun tidak
menekan radiks.
Tidak tampak herniasi diskus interverebralis segmen lainnya.
V.
RESUME
Pasien datang dengan keluhan lemah kedua tungkai bawah 4 hari SMRS. Lemah
bertahap, hari pertama dirasakan telapak kedua kaki terasa baal dan lemas, hari kedua dan ketiga
mulai sulit berjalan, hari keempat tidak bisa berjalan sama sekali. Pasien juga mengeluhkan rasa
baal mulai dari perut ke bawah. Pasien merasakan benjolan di punggungnya 1 bulan SMRS yang
bertambah besar dengan cepat. Pasien tidak bisa BAB sejak 4 hari SMRS karena pasien tidak
merasakan rangsangan untuk BAB. Pasien merasakan sulit untuk BAK .Pasien juga mengeluh
terdapat penurunan berat badan, Pasien merokok selama kurang lebih 30 tahun, 6 batang dalam
sehari
Pada pemeriksaan fisik, di daerah punggung tampak massa sebesar +- 15 cm x 8 cm di
regio torakal 7-9, batas tegas, immobile, hiperemis (-), kulit diatasnya tampak tenang. Pada
pemeriksaan neurologis, kekuatan motorik tungkai bawah kanan 4, kiri 3. Sensorik rabaan dan
nyeri menurun dari umbilicus hingga seluruh ekstremitas bawah.
Pada pemeriksaan darah lengkap, terdapat penurunan hb, serta peningkatan leukosit
dan LED. Pada foto x-ray vertebra Thorakalis AP-Lateral, didapatkan kesan suspek gambaran
VI.
DIAGNOSIS
Klinis
: Paraparese inferior spastik, hipestesi setinggi level vertebra T8 kebawah, retensio
urin et alvi
Topis
: Thorakal T8-9-10
Etiologi
: Massa
Patologis : Kompresi
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Myelopati thorakal e.c spondylitis TB
X.
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam
: ad bonam
: dubia ad bonam
: ad bonam
SARAN TERAPI
Methylprednisolon IV 3 x 125 mg
Ranitidine IV 2 x 1 amp
Alpentin 2 x 300 mg
Regimen OAT (
Observasi paraparese dan deficit neurologis lainnya
Konsul TBS -> rencana op laminektomi
BAB 2
FOLLOW UP
Tgl dan TTV
Keluhan
Px. Fisik
Pf. Penunjang
Terapi
26/10/16
TD : 110/70
mmHg
T : 36.2 C
N : 88x/menit
RR : 18
x/menit
KU: composmentis
Kepala : Normosefali
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Telinga : hiperemis (-/-)
sekret (-/-)
Bibir : sianosis (-)
Leher pembesaran KGB (-)
Thorak : Simetris (+) Rh
(-) Wh (-)
Abdomen : Distensi(+) BU
menurun NT (-)
Ekstremitas :
Motorik : ekstremitas atas
5/5, ekstremitas bawah 4/3
Sensorik :
Hipestesi setinggi vertebrae
T8 kebawah
Refleks fisiologis:
KPR +++/+++
APR +++/+++
Refleks patologis :
Babinski +/+
Chaddock +/+
KU: composmentis
Kepala : Normosefali
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Telinga : hiperemis (-/-)
sekret (-/-)
Bibir : sianosis (-)
Leher pembesaran KGB (-)
Thorak : Simetris (+) Rh
Thorax AP/PA
Kesan : Cor dan
pulmo dalam
batas normal
Methylprednisolon
IV 3 x 125 mg
Ranitidine IV 2 x 1
amp
Alpentine 2 x 300 mg
Rencana
MRI
thorakolumbal
dengan kontras
27/10/2016
TD : 130/80
mmHg
T : 36.5 C
N : 80x/menit
RR : 18
x/menit
EKG : sinus
rhythm, tidak
tampak kelainan
X-ray
Thoracolumbal :
suspek
gambaran
spondilodiscitis
T8-9-10
Methylprednisolon
IV 3 x 125 mg
Ranitidine IV 2 x 1
amp
Alpentine 2 x 300 mg
28/10/2016
TD : 120/70
mmHg
T : 36.2 C
N : 85x/menit
RR : 20
x/menit
(-) Wh (-)
Abdomen : Distensi(+) BU
menurun NT (-)
Ekstremitas :
Motorik : ekstremitas atas
5/5, ekstremitas bawah 4/3
Sensorik :
Hipestesi setinggi vertebrae
T8 kebawah
Refleks fisiologis:
KPR +++/+++
APR +++/+++
Refleks patologis :
Babinski +/+
Chaddock +/+
Daerah baal mulai KU: composmentis
membaik,bisa
Kepala : Normosefali
merasakan
sentuhan Mata : CA (-/-) SI (-/-)
halus. Kekuatan kaki Telinga : hiperemis (-/-)
kanan membaik.
sekret (-/-)
Belum bisa BAB
Bibir : sianosis (-)
Leher pembesaran KGB (-)
Thorak : Simetris (+) Rh
(-) Wh (-)
Abdomen : Distensi(+) BU
menurun NT (-)
Ekstremitas :
Motorik : ekstremitas atas
5/5, ekstremitas bawah 4/3
Sensorik :
Hipestesi setinggi T9
kebawah
Refleks fisiologis:
KPR +++/+++
APR +++/+++
Refleks patologis :
Babinski +/+
Chaddock +/+
MRI
thorakolumbal
dengan
kontras :sugestif
spondylitis TB
T8-9-10
Methylprednisolon
IV 3 x 125 mg
Ranitidine IV 2 x 1
amp
Alpentine 2 x 300 mg
BAB III
ANALISA KASUS
ANALISA DIAGNOSIS
Pasien datang dengan keluhan lemah kedua tungkai bawah 4 hari SMRS. Lemah
bertahap, hari pertama dirasakan telapak kedua kaki terasa baal dan lemas, hari kedua dan
ketiga mulai sulit berjalan, hari keempat tidak bisa berjalan sama sekali. Pasien juga
mengeluhkan rasa baal mulai dari perut ke bawah. Gejala yang dialami pasien ini termasuk
akut, karena hanya dalam 4 hari didapatkan progresivitas penyakit yang cukup cepat. Pasien
tidak bisa BAB sejak 4 hari SMRS karena pasien tidak merasakan rangsangan untuk BAB.
Pasien merasakan sulit untuk BAK Hal ini menunjukkan keterlibatan fungsi otonom yang
terganggu. Pasien merasakan benjolan di punggungnya 1 bulan SMRS yang bertambah besar
dengan cepat. Benjolan yang semakin membesar dengan cepat ini idealnya dapat bukanlah
tumor ataupun keganasan. Karena tumor ataupun keganasan tidak akan berkembang secepat ini,
dan tidak akan menimbulkan gejala dengan progresivitas secepat pada pasien ini, tetapi masih
dapat dijadikan diagnosa banding. Benjolan tersebut bisa berupa abses yang terbentuk dari
infeksi pada vertebrae. Infeksi yang paling sering adalah infeksi TB. Pasien merokok selama
kurang lebih 30 tahun, 6 batang dalam sehari. Menurut indeks brinkman 30 x 6 = 180
(perkokok ringan).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan paraparese inferior spastik, hipestesi setinggi level
vertebrae T7 kebawah, retensio urin et alvi. Paraparese inferior spastik dan adanya hipestesi
yang mengikuti dematom menunjukkan bahwa lesi ini merupakan lesi UMN. Adanya
keterlibatan otonom juga mendukung pernyataan tersebut. Hipestesi setinggi vertebrae T8
kebawah artinya hipestesi dimulai dari dermatomal T10 kebawah, yaitu dari umbilikus ke
bawah. Pada pemeriksaan refleks fisiologis, KPR dan APR meningkat mendukung lesi UMN,
dan refleks patologis Babinski dan chaddock positif menandakan lesi UMN. Pada inspeksi dan
palpasi masa, tampak massa sebesar +- 15 cm x 8 cm di regio torakal 7-9, batas tegas,
immobile, hiperemis (-), kulit diatasnya tampak tenang, fluktuasi (-). Masa ini masih mungkin
merupakan sebuah abses ataupun tumor, walaupun tidak ditemukan fluktuasi yang jelas. Infeksi
atau tumor ini lah yang kemungkinan mendestruksi korpus vertebrae dan menimbulkan gejala
paraparese inferior spastik, hipestesi setinggi level vertebrae T8 kebawah, dan retensio urin et
alvi.
ANALISA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan x-ray thorakal untuk melihat keadaan tulang vertebrae, apakah ada destruksi atau
erosi yang dapat menimbulkan gejala klinis pada pasien ini. Pada pemeriksaan x-ray ditemukan
gambaran spondilosis lumbalis pada T8-9. Terlihat kompresi anterior wedging TB dengan
destruksi endplate dan penyempitan celah diskus, terlihat juga opasitas samar, kesan curve
shape pada anterior dan leteral paravertebral T 8-9-10, suspek paravertebral mass. Karena hasil
x-ray thorakal belum konklusif, maka untuk memastikan diagnosis dan menyingkirkan
diagnosis banding tumor, maka dilakukan pemeriksaan MRI thorakal dengan kontras. Kontras
diperlukan untuk menilai bila ada masa, apakah masa tersebut menyengat kontras atau tidak.
Kontras diserap oleh pembuluh darah, dan vaskularisasi tumor yang ganas akan lebih banyak
dibanding jaringan lunak normal. Dari MRI thorakal ditemukan hasil kesan spondylitis TB pada
level T 8-9-10, dan Tampak pula abses paravertebral ke anterior dan posterior setinggi vertebra
Th10, yang mengakibatkan penekanan terhadap thecal sac - medulla spinalis.
ANALISA TERAPI
Methylprednisolon diberikan untuk mengurangi inflamasi pada medula spinalis. Steroid
efektif diberikan pada masa akut (3-4 hari pertama) dimana reaksi inflamasi masih berjalan.
Pada pasien ini gejala baru timbul 4 hari, maka penggunaan steroid masih bermanfaat. Ranitidin
diberikan karena steroid dapat menyebabkan iritasi gaster. Alpentin (gabapentin) merupakan
anti-konvulsan yang memiliki efek analgesik untuk nyeri sedang-berat. Gabapentin efektif
untuk mengatasi neuropathic pain. Pada pasien ini juga diberikan regimen OAT selama 6-9
bulan. Regimen tersebut berupa Rifampisin, Isoniazid, Etambutol, dan Pirazinamid. Setelah
kurang lebih 2 minggu penggunaan OAT, baru dapat dilakukan operasi laminektomi pada
pasien.