Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak
normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat
anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang
menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan
pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan
pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka akan dapat
memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.
Pada bagian unit ini saudara akan mengkaji beberapa prinsip pemahaman
tentang anak berkebutuhan khusus, yang dilengkapi dengan beberapa ilustrasi yang
akan memudahkan saudara untuk mengkajinya. Selain itu juga akan disampaikan
pengetahuan dasar tentang anak berkebutuhan khusus. Faktor penyebab dan hak anak
berkebutuhan khusus akan menjadi salah satu bahan kajian pada unit ini untuk
mendukung pengetahuan sauadara dalam memahami anak berkebutuhan khusus.
Untuk memperdalam kajian saudara dalam unit ini, saudara juga diminta
untuk mengerjakan latihan-latihan yang disediakan. Dengan demikian usai mengikuti
kajian ini saudara akan memiliki pengetahuan dalam memahami keberadaan anak
berkebutuhan khusus.

BAB II
PEMBAHASAN
MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Dalam makalah kami ini, akan dibahas mengenai bentuk layanan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus yang mengalami kecacatan fisik, yaitu tunanetra, tunarungu,
tunadaksa, tunamental, tunalaras,dan anak berbakat
Bentuk Layanan
Menurut Hallan dan Kauffman
Bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Reguler Class Only : kelas biasa dengan guru biasa


Reguler Class with Consultation : konsultan biasa dengan konsultanguru PLB
Itenerant Teacher : Kelas Biasa dengan guru kunjung
Resource Teacher : yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun dalam beberapa

kesempatan anak berada di ruang sumber dengan guru sumber


e. Pusat Diagnosik-Perspektif
f. Hospital or Homebond Instruction: pendidikan dirumah atau dirumahsakit, yakni
kondisi anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa
g. Self-contained Class: kelas khusus di sekolah bersama guru PLB
h. Spesial Day School : sekolah luar biasa tanpa asrama
i. Resedential School : sekolah luar biasa berasrama
Samuel A. Kirk
Membuat gradasi layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan Khusus dari model segredasi
ke model mainstreaming.

Dari kedua pendapat di atas, bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
a.Bentuk Layanan Pendidikan Segredasi
Yaitu penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus danterpisah dari sistem
pendidikan anak normal.Sistem pendidikan segregasi diselenggarakan karena:
1. Adanya kekhawatiran terhadap kemampuan anak berkebutuhan khususuntuk belajar
bersama dengan anak normal.
2. Adanya kelainan fungsi pada anak berkebutuhan khusus memerlukanlayanan
pendidikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengankebutuhan khusus
mereka.Ada empat penyelenggaraan pendidikan dengan sistem segregasi, yaitu
a. Sekolah Luar Biasa (SLB)Bentuk SLB merupakan bentuk unit pendidikan,
artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai
dengantingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan
satukepala sekolah.Pada awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit
ini berkembang sesuai dengan kelainan yang ada (satu kelainan saja),sehingga
ada SLB untuk tunanetra(SLB-A), SLB untuk tunarungu(SLB-B), SLB untuk
tunagrahita (SLB-C), SLB untuk tunadaksa (SLB-D), SLB untuk tunalaras
(SLB-E). Di setiap SLB tersebut adatingkat persiapan, tingkat dasar, dan
tingkat lanjut.Selain itu ada pula SLB-ABCD yaitu SLB untuk anak
tunanetra,tunarungu, tunagrahita, tunadaksa. Hal ini dikarenakan jumlah
muridyang sedikit dan fasilitas sekolah yang terbatas.
b. Sekolah Luar Biasa BerasramaPeserta didik SLB berasrama tinggal diasrama.
Pengelolahanasrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah,
sehingga diSLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat
lanjut,serta unit asrama.Bentuk satuan pendidikannya juga sama dengan
bentuk SLBsebelumnya.Pada SLB berasrama, terdapat kesinambungan
program pembelajaran yang ada di sekolah dengan diasrama, sehingga
asramamerupakan tempat pembinaan setelah anak di sekolah.
c. Kelas Jauh / Kelas KunjungMerupakan kebijakan pemerintah berupa lembaga
yang disediakanuntuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khususyang

tinggal

jauh

dari

dari

SLB

dan

SDLB.

Dalam

penyelenggaraankelas jauh ini menjadi tanggung jawab SLB terdekatnya,


mereka berfungsi sebagai guru kunjung, administrasinya di SLB tersebut.

d. Sekolah Dasar Luar BiasaMerupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai
kelainan yangdididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak
tunanetra,tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa.Tenaga kependidikannya
terdiri dari kepala sekolah, guru untuk masing-masing kelainan pada anak,
guru agama dan guru olahraga,serta tenaga ahli yang berkaitan dengan
kelainan mereka juga penjagasekolah.Kurikulum dan pendekatan yang
digunakan juga disesuaikandengan ketunaan masing-masing, selain itu di
SDLB diselenggarakan pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak.
b. Bentuk Layanan Terpadu/Integrasi
Adalah

sistem

pendidikan

yang

memberikan

kesempatan

kepada

anak berkebutuhan khusus untuk bbelajar bersama-sama dengan anak normal


disekolah umum.Jumlah anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10%
dari jumlah siswa keseluruhan. Hal ini untuk menjaga agar beban guru tidak
terlalu berat, dibanding jika guru harus melayani berbagai kelainan.Untuk membantu
kesulitan yang di alami anak berkebutuhan khusus, disekolah terpadu disediakan Guru
Pembimbing Khusus (GPK), fungsinyasebagai konsultan bagi guru kelas, kepala
sekolah, atau anak berkebutuhankhusus itu sendiri, juga sebagai pembimbing di ruang
bimbingan khusus atauguru pada kelas khusus.
Sekolah Dasar Luar BiasaMerupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan
yangdididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tunanetra,tunarungu, tunagrahita,
dan tunadaksa.Tenaga kependidikannya terdiri dari kepala sekolah, guru untuk masingmasing kelainan pada anak, guru agama dan guru olahraga,serta tenaga ahli yang berkaitan
dengan kelainan mereka juga penjagasekolah.Kurikulum dan pendekatan yang digunakan
juga

disesuaikandengan

ketunaan

masing-masing,

selain

itu

di

SDLB

diselenggarakan pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak.


Ada 3 bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
menurut Depdiknas, ketiga bentuk tersebut adalah :
1. Bentuk Kelas Biasa (keterpaduan penuh)Dalam bentuk keterpaaduan ini, anak
berkebutuhan khusus belajar dikelas biasa secara penuh dengan menggunakan
kurikulum

biasa.Dalam

berfungsisebagai

keterpaduan

konsultan

dan

ini

guru

penasihat,

pembimbing
baik

khusus

mengenai

hanya

kurikulum,

maupun permasalahan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus, sehingga perludi


buatkan ruangan tersendiri.Pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan
pada kelas biasa ini tidak berbeda dengan kelas pada sekolah umum, tetapi
untuk beberapa mata pelajaran di sesuaikan dengan kebutuhan anak.
2. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus (keterpaduan sebagian)Pada
keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasadengan menggunakan
kurikulum biasa serta mengikuti pelayanan khususuntuk mata pelajaran tertentu yang
tidak bisa diikuti anak berkebutuhankhusus bersama dengan anak normal. Pelayanan
khusus tersebut diberikandi ruang bimbingan khusus oleh guru pembimbing khusus,
denganmenggunakan pendekatan individu dan metode peragaan yang sesuai.
3. Bentuk Kelas khusus (keterpaduan lokal)Dalam keterpaduan ini, anak berkebutuhan
khusus mengikuti pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh pada
sekolahumum yang di laksanakan program pendidikan terpadu.

GPK berfungsi sebagai pelaksana program di kelas khusus, pendekatan,metode, dan cara
penilaian yang biasa digunakan di SLB.

Anda mungkin juga menyukai