Induksi sebaliknya yaitu pola pikir dari khusus ke umum. Artinya, berkebalikan
dari umum ke khusus dia melihat sesuatu secara kasus-kasus sebelum
menyimpulkan gambaran umum.
Contoh :
masalah logam. Kita meneliti mengenai logam. Lalu kita mengetes bagaimana
logam logam itu bereaksi terhadap panas. Logam emas, memuai, logam perak
memuai, logam besi memuai. Kesimpulannya logam memuai.
contoh karangan induktif :
Contoh:
Tembaga bila dipanaskan akan memuai
Perak bila dipanaskan akan memuai
Timah bila dipanaskan akan memuai
Emas bila dipanaskan akan memuai
Besi bila dipanaskan akan memuai
Alumunium bila dipanaskan akan memuai
Dari peristiwa-peristiwa itu dapat ditarik kesimpulan bahwa semua logam bila
dipanaskan akan memuai.
Integrated System
Dalam konteks sistem informasi, sistem integrasi (integrated system)
merupakan sebuah rangkaian proses untuk mengubungkan beberapa sistem-sistem
komputerisasi dan software aplikasi baik secara fisik maupun secara fungsional.
Sistem integrasi akan menggabungkan komponen sub-sub sistem ke dalam satu
sistem dan menjamin fungsi-fungsi dari sub sistem tersebut sebagai satu kesatuan
sistem.
Sistem
integrasi
merupakan
tantangan
menarik
dalam
software
IQ, EQ dan SQ
Kecerdasan Intelektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua
istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David
Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ
atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah
alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi
mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan
seseorang secara keseluruhan.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah
dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh
Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis
Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang
dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga
selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya
kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu
yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masingmasing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk
mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ
(Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam
belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat
ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis
keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor
gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang
dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan
kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami
berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar
pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah,
sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak
adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara
dalam
bukunya Emotional
Intelligence (1994)
yang
mampu
mensinergikan
potensi
intelektual
dan
potensi
dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai
spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk
mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya,
dan juga bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti
mempunyai kelebihan dan juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa
melihat hal itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat
menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha
Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual
sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak
dapat menyelesaikan permasalahan, karena diperlukan keseimbangan pula dari
kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri
setiap orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwaraga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah
model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis)
and Soul (Spiritual).
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa
sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan
kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia
dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih
berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah,
bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia
7. Kita perlu memikirkan alternatif lain sebelum kita membuat keputusan yang
lebih baik. Setiap idea perlulah dilihat secara global supaya perincian kita
tidak lari atau melencong dari skop atau landasan yang sebenar. Setiap
pemikiran haruslah di akhiri dengan tindakan yang seharusnya mendatangkan
kesan yang baik pada orang lain.
Photoreading
Photoreading adalah teknik membaca cepat menggunakan penglihatan
periferal dan menggunakan otak bawah sadar (preconscious mind, bukan
subconscious mind) untuk memroses informasi. Saya membuat ringkasan
langkah-langkah dari buku ini di bawah, tapi terlalu banyak istilah teknis yang
belum saya temukan padanan bahasa Indonesia-nya, jadi longkap saja istilahistilah sulitnya dan lanjutkan membaca untuk memperoleh gambaran besarnya. Di
bawah juga saya tuliskan sedikit keterangan mengenai apa itu penglihatan
periferal.
`Photoreading lahir dari studi tentang accelerative learning, rapid reading, neurolinguistic programming, dan preconscious mind. Bisa diterapkan pada berbagai
jenis materi bacaan dan berbagai subjek. Teknik PhotoReading whole mind
system sendiri terdiri dari 5 langkah:
1.
Prepare
Pertama-tama tetapkan tujuan membaca dengan jelas. Lalu masuk pada
kondisi
rileks
ideal
(ideal
state
of
relaxed
alertness), semacam
gambaran besar dan menyeluruh lalu masuk ke bagian lebih kecil, bagianbagian yang lebih detail.
Preview meliputi 3 hal: (1) Survei materi bacaan. Tujuannya untuk
memperoleh gambaran umum atau struktur isi buku. (2) Menarik kata-kata
kunci atau trigger words dari materi bacaan, yang menjadi konsep utama.
Trigger words memberi rangsangan awal akan hal-hal apa yang selanjutnya
ingin kita explore. (3) Review informasi dan gambaran yang diperoleh untuk
memperjelas tujuan yang telah ditetapkan. Putuskan apakah layak untuk terus
dibaca, atau sebaliknya. Lakukan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat
saja. Sebagai gambaran, 5-10 menit untuk sebuah buku, 3 menit untuk sebuah
laporan, 30 detik saja untuk sebuah artikel. Preview memberi gambaran
struktur isi buku, sehingga kita bisa memprediksi isi buku secara keseluruhan
3.
seeing
with
soft
eyes,
yaitu
dengan
mengoptimalkan
menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain
untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik
mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk
menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui
proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang
diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan
memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat
diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak
sadar.
Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan
keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip
realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan
untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id
itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan ego pada akhirnya akan
memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.
Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak
terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek
di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses
primer ids.
Superego
Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego.
superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi
moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat kami
rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
Dua Bagian Superego
Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik.
Perilaku ini termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua dan
pada
yang
dihasilkan
pada reaksi kimia. Rendemen absolut dapat ditulis sebagai berat dalam gram atau
dalam mol (rendemen
molar). Rendemen
relatif yang
digunakan
sebagai
atas
jasa
kegiatan
yang
dijalankannya.
Efektivitas