Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah : Pemodelan Sistem

Deduksi dan Induksi


Deduksi adalah pola berfikir dari umum ke khusus. Pola ini sering kita
pakai dalam kehidupan sehari-hari. Kita melihat gambaran besar sebelum ke
gambaran yang lebih spesifik.
Contoh :
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teh mempunyai banyak manfaat.
Mengonsumsi teh secara teratur dapat mencegah kanker meskipun tidak terlalu
besar. Teh juga menguatkan tulang dan mencegah pertumbuhan plak di
permukaan gigi sehingga mencegah gigi berlubang. Tidak hanya memenuhi
kebutuhan cairan tubuh seperti air putih, teh juga dapat melawan penyakit
jantung.
Penalaran deduksi ada dua macam, yaitu:
1. Silogisme, merupakan penarikan kesimpulan melalui dua premis (premis umum
dan premis khusus) guna menurunkan premis baru (simpulan).
PU : A = B
PK : C = A
S:C=B
Contoh:
Semua pemilik mobil wajib membayar pajak. Pak Budiman memiliki sebuah
mobil.
Maka kesimpulannya: Pak Budiman wajib membayar pajak
PU : Semua pemilik mobil wajib membayar pajak
A

PK : Pak Rizal memiliki sebuah mobil.

S : Pak Hendra wajib membayar pajak


C

2. Entimem, merupakan penarikan kesimpulan melalui dua premis (premis umum


dan premis khusus) guna menurunkan premis baru (simpulan). Namun, dalam
penarikan kesimpulan dalam entimem diberikan alasan sebagai penyebabnya.
PU : A = B
PK : C = A
S : C = B karena C = A
Contoh:
PU : Semua warga yang sudah berumur 17 tahun wajib memiliki KTP
A

PK : Monica sudah berumur 17 tahun


C

S : Monica wajib memiliki KTP, karena Monica sudah berumur 17 tahun


C=BC=A

Ciri ciri dari paragraf deduktif adalah :


1. kalimat utama berada di awal paragraf.
2. kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan
penjelasan.

Induksi sebaliknya yaitu pola pikir dari khusus ke umum. Artinya, berkebalikan
dari umum ke khusus dia melihat sesuatu secara kasus-kasus sebelum
menyimpulkan gambaran umum.
Contoh :
masalah logam. Kita meneliti mengenai logam. Lalu kita mengetes bagaimana
logam logam itu bereaksi terhadap panas. Logam emas, memuai, logam perak
memuai, logam besi memuai. Kesimpulannya logam memuai.
contoh karangan induktif :

Pada waktu anak didik memasuki pendidikan formal, pendidikan bahasa


Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan
baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerah. SEtelah anak didik
meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah dengan temantemannya atau orang tuanya. ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. jam
sekolah hanya berlangsung selama beberapa jam. Baik waktu istirahat ataupun
diantara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap digunakan. Ditambah
lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya penutur asli bahasa daeah itu.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa
daerahnya akan tetap maju.
Penjelasan & Catatan Penting Paragraf Induktif :
1. Kalimat utama berada di akhir paragraf.
2. Menyatakan dari hal yang khusus ke hal yang umum (luas).
Penalaran induksi ada tiga macam yaitu:
1. Generalisasi
Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa yang
khusus untuk diambil simpulannya secara umum.

Contoh:
Tembaga bila dipanaskan akan memuai
Perak bila dipanaskan akan memuai
Timah bila dipanaskan akan memuai
Emas bila dipanaskan akan memuai
Besi bila dipanaskan akan memuai
Alumunium bila dipanaskan akan memuai
Dari peristiwa-peristiwa itu dapat ditarik kesimpulan bahwa semua logam bila
dipanaskan akan memuai.

Integrated System
Dalam konteks sistem informasi, sistem integrasi (integrated system)
merupakan sebuah rangkaian proses untuk mengubungkan beberapa sistem-sistem
komputerisasi dan software aplikasi baik secara fisik maupun secara fungsional.
Sistem integrasi akan menggabungkan komponen sub-sub sistem ke dalam satu
sistem dan menjamin fungsi-fungsi dari sub sistem tersebut sebagai satu kesatuan
sistem.
Sistem

integrasi

merupakan

tantangan

menarik

dalam

software

development karena pengembangannya harus terus mengacu pada konsistensi


sistem, agar sub-sub sistem yang sudah ada dan tetap dimanfaatkan secara
operasional masih tetap berfungsi sebagaimana mestinya baik ketika proses
mengintegrasikan sistem maupun setelah terintegrasi. Tantangannya adalah
bagaimana merancang sebuah mekanisme mengintegrasikan sistem-sistem
tersebut dengan effort paling minimal bahkan jika diperlukan, tidak harus
melakukan refactoringatau re-developing lagi sistem-sistem yang sudah ada.

IQ, EQ dan SQ
Kecerdasan Intelektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua
istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David
Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir

secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ
atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah
alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi
mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan
seseorang secara keseluruhan.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah
dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh
Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis
Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang
dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga
selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya
kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu
yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masingmasing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk
mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ
(Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam
belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat
ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis
keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor
gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang
dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan
kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami
berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar
pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah,
sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak
adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara

kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ


tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.
Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah :
Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman.
Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995)
berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran
rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan
intelektual atau Intelligence Quotient (IQ), sedangkan pikiran emosional
digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen,

dalam

bukunya Emotional

Intelligence (1994)

menyatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20


% dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut
Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau
IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang berEQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa
mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu
yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk
menjinakkan emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif.
Seorang

yang

mampu

mensinergikan

potensi

intelektual

dan

potensi

emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai


segi.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara
fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus
tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan
bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki
kecerdasan intelektual.
Kecerdasan Spiritual (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang
kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam
bukunya berjudul Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar

dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai
spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk
mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya,
dan juga bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti
mempunyai kelebihan dan juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa
melihat hal itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat
menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha
Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual
sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak
dapat menyelesaikan permasalahan, karena diperlukan keseimbangan pula dari
kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri
setiap orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwaraga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah
model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis)
and Soul (Spiritual).
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa
sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan
kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia
dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih
berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah,
bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia

mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang


positif.
Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak
mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan
jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak
bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi
menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
Thinking Process
Proses Berfikir adalah kecekapan menggunakan akal menjalankan proses
pemikiran / kemahiran berfikir. Seseorang yang memperolehi kemahiran berfikir
sanggup dan cekap dalam menyusun perbincangan, konsep atau idea secara yang
teratur dan membuat kesimpulan atau keputusan yang tepat untuk tindakan yang
terarah dan sewajarnya.
Berfikir melibatkan pengendalian operasi mental tertentu dalam minda
seseorang.
Operasi terbagi kepada 2 jenis iaitu :
1. Operasi Kognitif
Kemahiran berfikir yang sering kita gunakan setiap hari, seperti mengelas,
membanding, membuat urutan dan lain-lain.
2. Operasi Meta kognitif
Merupakan operasi yang mengarah dan mengawal kemahiran dalam
proses kognitif iaitu memandu dan membimbing segala aktiviti pemikiran
manusia di antara komponen-komponen berfikir.
Prinsip Kemahiran Berfikir :
1. Sentiasa bersikap kostektif iaitu mempunyai sikap positif bagi semua jenis
kemahiran berfikir dan elakkan dari bersikap negatif.
2. Berfikir secara perlahan-lahan dan sentiasa berfikir secara mudah.
3. Melupakan rasa ego, kita perlu mengikis perasaan ego kita jika inginkan
setiap kemahiran berfikir yang digunakan itu dapat manafaatnya.
4. Sentiasa menukar arah otak kita berfikir iaitu, bila kita perlukan berfikir
secara logik, kreatif dan lateral. Kita juga perlu menggunakan pelbagai
kemahiran berfikir untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
5. Tentukan tujuan kita berfikir dan sering bertanyakan diri sendiri tujuan dan
apakah hasil yang diharapkan.
6. Perlu mengambil kira emosi dan perasaan orang lain serta diri sendiri sewaktu
berfikir.

7. Kita perlu memikirkan alternatif lain sebelum kita membuat keputusan yang
lebih baik. Setiap idea perlulah dilihat secara global supaya perincian kita
tidak lari atau melencong dari skop atau landasan yang sebenar. Setiap
pemikiran haruslah di akhiri dengan tindakan yang seharusnya mendatangkan
kesan yang baik pada orang lain.
Photoreading
Photoreading adalah teknik membaca cepat menggunakan penglihatan
periferal dan menggunakan otak bawah sadar (preconscious mind, bukan
subconscious mind) untuk memroses informasi. Saya membuat ringkasan
langkah-langkah dari buku ini di bawah, tapi terlalu banyak istilah teknis yang
belum saya temukan padanan bahasa Indonesia-nya, jadi longkap saja istilahistilah sulitnya dan lanjutkan membaca untuk memperoleh gambaran besarnya. Di
bawah juga saya tuliskan sedikit keterangan mengenai apa itu penglihatan
periferal.
`Photoreading lahir dari studi tentang accelerative learning, rapid reading, neurolinguistic programming, dan preconscious mind. Bisa diterapkan pada berbagai
jenis materi bacaan dan berbagai subjek. Teknik PhotoReading whole mind
system sendiri terdiri dari 5 langkah:
1.

Prepare
Pertama-tama tetapkan tujuan membaca dengan jelas. Lalu masuk pada
kondisi

rileks

ideal

(ideal

state

of

relaxed

alertness), semacam

kondisi konsentrasi tinggi namun rileks. Membaca yang efektif dimulai


dengan sebuah tujuan yang jelas. Nyatakan dengan jelas apa yang ingin
diperoleh dari kegiatan membaca. Lakukan ini dengan penuh kesadaran
dalam pengertian, membaca tidak asal membaca. Contohnya, apakah kita
hanya ingin mengetahui gambaran umum isi buku, atau ingin mengetahui isi
buku secara detail, misalnya untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Atau
barangkali sekedar mencari poin-poin tertentu yang kita perlukan. Tujuan
ibarat radar yang menuntun pikiran kita untuk menemukan apa yang kita cari.
2.
Preview
Preview didasarkan pada sebuah prinsip penting bahwa pembelajaran efektif
seringkali memiliki pola from whole to parts. Yaitu, dimulai dari sebuah

gambaran besar dan menyeluruh lalu masuk ke bagian lebih kecil, bagianbagian yang lebih detail.
Preview meliputi 3 hal: (1) Survei materi bacaan. Tujuannya untuk
memperoleh gambaran umum atau struktur isi buku. (2) Menarik kata-kata
kunci atau trigger words dari materi bacaan, yang menjadi konsep utama.
Trigger words memberi rangsangan awal akan hal-hal apa yang selanjutnya
ingin kita explore. (3) Review informasi dan gambaran yang diperoleh untuk
memperjelas tujuan yang telah ditetapkan. Putuskan apakah layak untuk terus
dibaca, atau sebaliknya. Lakukan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat
saja. Sebagai gambaran, 5-10 menit untuk sebuah buku, 3 menit untuk sebuah
laporan, 30 detik saja untuk sebuah artikel. Preview memberi gambaran
struktur isi buku, sehingga kita bisa memprediksi isi buku secara keseluruhan
3.

(content). Hasilnya, pemahaman dan kenikmatan membaca yang meningkat.


PhotoReading. Konsep photoreading adalah menggunakan kemampuan
alami otak dalam memroses informasi pada level preconscious, menggunakan
teknik

seeing

with

soft

eyes,

yaitu

dengan

mengoptimalkan

penggunaan penglihatan periferal.


Pada kondisi photofocus inilah penglihatan periferal kita terbuka dan siap mementally photograph halaman demi halaman materi bacaan. Dalam kondisi
ini, informasi diproses pada level preconscious dan dimasukkan ke dalam
sistem penyimpanan memori nonconscious dari otak. Upayakan seminimal
mungkin menggunakan pikiran sadar (conscious), dan semaksimal mungkin
menggunakan pikiran bawah sadar (preconscious).
o Pertahankan kondisi ini sampai selesai mem-photoreading keseluruhan bahan
bacaan. Lakukan dengan kecepatan satu halaman per detik, flip.
o Di akhir kegiatan photoreading, pikiran sadar Anda mungkin akan merasa tidak
mendapatkan apa-apa. Maka langkah selanjutnya adalah mengaktifkan apa
yang dibutuhkan oleh pikiran sadar.
4.
Activate.
Tahap ini melibatkan semua bagian otak, melihat teks dengan pikiran sadar,
dan mendapatkan hasil akhir yang ingin kita capai dari kegiatan membaca.

(1) Idealnya, tunggu beberapa waktubisa beberapa menit atau sampai


semalaman, untuk mulai aktivasi setelah photoreading. Tahap ini disebut
inkubasi.
(2) Rangsang pikiran dengan pertanyaan, explore bagian-bagian yang dianggap
menarik dan dibutuhkan. Super read bagian-bagian penting itu dengan menscanning cepat dari atas ke bawah setiap halaman. (3) Selami bagian-bagian
yang dianggap paling penting. (4) Lalu, buat mind map. Otak kita tidak
pernah berhenti bekerja. Ia tetap bekerja selama 24 jam sehari. Bahkan ketika
tidur, otak membuat hubungan-hubungan antara berbagai persoalan yang kita
hadapi dengan pengetahuan yang telah tersimpan di memori otak, untuk
5.

mencari solusi terhadap apa-apa yang kita hadapi.


Rapid Read
Membaca cepat kembali seluruh bahan bacaan.

Id, Ego dan Superego


Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga
elemen. Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego yang
bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
Id
Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir.
Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan
primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga
komponen utama kepribadian.
Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan
segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak
puas langsung, hasilnya adalah kecemasan negara atau ketegangan.
Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya
segera untuk makan atau minum. id ini sangat penting awal dalam hidup, karena
itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak
nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi.
Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan
mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin

menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain
untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik
mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk
menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui
proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang
diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan
memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat
diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak
sadar.
Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan
keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip
realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan
untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id
itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan ego pada akhirnya akan
memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.
Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak
terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek
di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses
primer ids.
Superego
Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego.
superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi
moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat kami
rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
Dua Bagian Superego
Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik.
Perilaku ini termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua dan

lainnya. Mematuhi aturan-aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai dan


prestasi.
Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh
orang tua dan masyarakat. Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk,
konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak
untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk
menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk
membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada prinsip-prinsip
realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.
Interaksi dari Id, Ego dan superego
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat
bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud
menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego
berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego
yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan
kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati
atau terlalu mengganggu.
Menurut Freud, kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara
id, ego, dan superego.
Rendemen
Rendemen merujuk

pada

jumlah produk reaksi

yang

dihasilkan

pada reaksi kimia. Rendemen absolut dapat ditulis sebagai berat dalam gram atau
dalam mol (rendemen

molar). Rendemen

relatif yang

digunakan

sebagai

perhitungan efektivitas prosedur, dihitung dengan membagi jumlah produk yang


didapatkan dalam mol dengan rendemen teoritis dalam mol:
Untuk mendapatkan rendemen persentase, kalikan rendemen fraksional dengan
100%. Satu atau lebih reaktan dalam reaksi kimia sering digunakan berlebihan.
Rendemen teoritisnya dihitung berdasarkan jumlah mol pereaksi pembatas. Untuk
perhitungan ini, biasanya diasumsikan hanya terdapat satu reaksi yang terlibat.
Nilai rendemen kimia yang ideal (rendemen teoritis) adalah 100%, sebuah nilai
yang sangat tidak mungkin dicapai pada preakteknya. menghitung persen

rendemen yaitu dengan menggunakan persamaan berikut persen rendemen = berat


hasil/berat rendemen dibagi berat sampel dikali 100%.
Efektif dan Efisien
Efektif adalah pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan seperti yang
telah ditetapkan.
Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut :
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkansejumlah
barang

atas

jasa

kegiatan

yang

dijalankannya.

Efektivitas

menunjukankeberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.


Jika hasilkegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Abdurahmat (2003:92) : Efektivitas adalah pemanpaatan sumber daya,
sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkansejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa Efektifitas adalah suatu ukuran
yang menyatakan seberapa jauh target(kuantitas,kualitas dan waktu) telah
tercapai. Dimana makin besar presentasetarget yang dicapai, makin tinggi
efektifitasnya
Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu kegiatan dengan
hasilnya. Menurutdefinisi ini, efisiensi terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil
dari kegiatan tersebut.
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnyasumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai