Alat Ukur PDF
Alat Ukur PDF
Untuk SMK
Penulis
: Sri Waluyanti
Djoko Santoso
Slamet
Umi Rochayati
Perancang Kulit
: TIM
Ukuran Buku
WAL
a
18,2 x 25,7 cm
WALUYANTI, Sri
Alat Ukur dan Teknik Pengukuran Jilid 1 untuk SMK oleh
Sri Waluyanti, Djoko Santoso, Slamet, Umi Rochayati ---- Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
xvii, 208 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Daftar Tabel
: Lampiran. B
Daftar Gambar : Lampiran. C
Glosarium
: Lampiran. D
ISBN
: 978-602-8320-11-5
ISBN
: 978-602-8320-12-2
Diterbitkan oleh
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah
melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari
penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi
siswa SMK.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat
untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat
memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar
dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK
DAFTAR ISI
BAB
KATA PENGANTAR PENULIS
1. PENDALULUAN
JILID 1
1.1. Parameter Alat Ukur
1.1.1. Sistem Satuan Dalam Pengkuran
1.1.2. Satuan Dasar dan Satuan Turunan
1.1.3. Sistem-sistem satuan
1.1.4. Sistem Satuan Lain
1.2.
Kesalahan Ukur
1.2.1. Kesalahan kesalahan Umum
1.2.2. Kesalahan-kesalahan sistematis
1.2.3. Kesalahan-kesalahan Tidak Sengaja
1.3.
Klasifikasi Kelas Meter
1.4.
Kalibrasi
1.4.1.
Kalibrasi Ampermeter Arus Searah
1.4.2.
Kalibrasi Voltmeter Arus Searah
1.5.
Macam-macam Alat Ukur Penunjuk Listrik
1.5.1. Alat Ukur Kumparan putar
1.5.2. Alat Ukur Besi Putar
1.5.2.1. Tipe Tarikan (Attraction)
1.5.2.2. Tipe Tolakan (Repolsion)
1.5.3. Alat Ukur Elektrodinamis
1.5.4. Alat Ukur Elektrostatis
1.6.
Peraga Hasil Pengukuran
1.6.1. Light Emitting Dioda (LED)
1.6.2. LED Seven Segmen
1.6.3. LCD Polarisasi Cahaya
1.6.4. Tabung Sinar Katoda (Cathode Ray Tube/CRT)
1.6.4.1. Susunan Elektroda CRT dan Prinsip Kerja
1.6.4.2. Layar CRT
1.6.4.3. Gratikulasi
2. MULTIMETER
2.1.
Multimeter Dasar
2.1.1. Ampermeter Ideal
2.1.2. Mengubah Batas Ukur
2.1.3. Ampermeter AC
2.1.4. Kesalahan Pengukuran
2.1.4.1. Kesalahan Paralaks
2.1.4.2. Kesalahan Kalibrasi
2.1.4.3. Kesalahan Pembebanan
2.2. Voltmeter
2.2.1. Mengubah Batas Ukur
2.2.2. Hambatan Masukkan Voltmeter
2.2.3. Kesalahan Pembebanan Voltmeter
2.3.
Ohmmeter
2.3.1. Rangkaian Dasar Ohmmeter Seri
2.3.2. Ohmmeter Paralel
2.4.
Multimeter Elektronik Analog
2.4.1. Kelebihan Multimeter Elektronik
Halaman
i
1
1
3
3
4
6
6
6
8
9
9
10
10
11
12
13
19
20
22
24
27
28
28
30
33
35
35
38
40
42
42
43
47
48
48
49
50
55
55
58
59
63
63
66
67
67
69
69
70
71
72
72
72
72
73
74
74
75
78
78
80
81
82
84
85
87
89
90
94
95
96
98
99
99
102
104
106
106
107
107
109
109
112
115
115
117
117
118
120
122
123
126
126
128
130
132
140
140
143
145
146
149
153
156
158
JILID 2
4. PENGUKURAN DAYA
4.1. Pengukuran Daya Rangkaian DC
4.2. Pengukuran Daya Rangkaian AC
4.2.1 Metoda tiga Voltmeter dan metode tiga Ampermeter
4.3. Wattmeter
4.3.1. Wattmeter satu fasa
4.3.2. Wattmeter tiga fasa
4.3.3. Pengukuran Daya Reaktif
4.3.4. Konstruksi dan Cara Kerja Wattmeter
4.3.4.1. Wattmeter tipe elektrodinamometer
4.3.4.2. Wattmeter tipe induksi
4.3.4.3. Wattmeter tipe thermokopel
4.3.4.4. Prinsip Kerja Wattmeter Elektrodinamometer
4.3.5.
Spesifikasi Alat
4.3.6.
Karakteristik
4.3.7.
Prosedur Pengoperasian
4.3.7.1. Pengukuran daya DC atau AC satu fasa
4.3.7.2. Pengukuran daya satu fasa jika arus melebihi nilai
perkiraan
4.3.7.3. Pengukuran daya satu fasa jika tegangan melebihi nilai
perkiraan
4.3.7.4. Pengukuran daya satu fasa jika tegangan dan arus
melebihi nilai perkiraan
4.3.7.5. Pengukuran daya tiga fasa (metode dua watt meter)
4.3.7.6. Pengukuran daya tiga fase jika tegangan dan arus
melebihi nilai perkiraan
4.3.8. Pemilihan Range
1.3.9. Keselamatan Kerja
4.3.10. Error (Kesalahan)
4.4.
Error Wattmeter
4.5.
Watt Jam meter
4.5.1. Konstruksi dan Cara Kerja Wattjam meter
4.5.2.
Pembacaan
4.6.
Meter Solid States
4.7.
Wattmeter AMR
4.8.
Kasus Implementasi Lapangan
4.9.
Faktor Daya
4.9.1. Konstruksi
4.9.2. Cara Kerja
4.9.3. Faktor Daya dan Daya
4.9.4. Prosedur Pengoperasian Cos Q meter
4.10.
Metode Menentukan Urutan Fasa
160
162
163
164
164
166
168
168
168
169
170
171
175
175
175
175
176
176
177
177
178
179
179
179
180
183
184
186
187
187
188
191
191
192
195
198
200
200
203
203
206
210
212
216
217
217
218
219
219
220
222
223
223
224
224
225
225
226
227
229
229
230
233
233
234
235
235
239
239
240
240
240
240
241
241
241
241
242
242
242
243
243
243
247
247
247
6.1.3. Spesifikasi
6.1.4. Prosedur Pengoperasian
6.1.4.1.Troubleshooting dengan teknik signal tracing
6.1.4.2. Troubleshooting menggunakan teknik sinyal pengganti
6.1.5. Penggunaan generator fungsi sebagai bias dan sumber
sinyal
6.1.5.1. Karakteristik beban lebih pada amplifier
6.1.5.2. Pengukuran Respon Frekuensi
6.1.5.3. Setting Peralatan Tes
6.1.5.4. Peraga Respons Frekuensi
6.1.5.5. Pengetesan Tone Control Sistem Audio
6.1.4.6. Pengetesan speaker dan rangkaian impedansi
6.1.4.7 Keselamatan Kerja
6.2.
Pembangkit Frekuensi Radio
6.2.1. Konstruksi dan Cara Kerja
6.2.1.1. Direct Digital Synthesis
6.2.1.2. Creating Arbitrary Waveform
6.2.1.3. Pembangkit Gelombang
6.2.1.4. Generasi Bentuk Gelombang Pulsa
6.2.2. Ketidaksempurnaan Sinyal
6.2.2.1. Cacat Harmonis
6.2.2.2. Cacat Non-Harmonis
6.2.2.3. Pasa Noise
6.2.2.4. Kesalahan Kuantisasi
6.2.2.5. Pengendali Tegangan Keluaran
6.2.3. Pengendali Tegangan Keluaran
6.2.3.1. Rangkaian Tertutup Ground
6.2.3.2. Atribut Sinyal AC
6.2.4. Modulasi
6.2.4.1. Modulasi Amplitudo (AM)
6.2.4.2. Frequency Modulation (FM)
6.2.4.3. Frequency-Shift Keying (FSK)
6.2.4.5. Sapuan Frekuensi
6.2.4.6. Sinyal Sinkron dan Marker
6.2.4.6.1. Burst
6.2.4.6.2. Gated Burst
6.2.5.
Spesifikasi Alat
6.2.6.
Prosedur Pengoperasian Pengukuran Pulsa noise
6.3.
Pembangkit Pulsa
6.4.
Sweep Marker Generator
6.4.1.
Prosedur Pengoperasian
6.4.1.1. Alignment penerima AM
6.4.1.2. Alignment penerima Komunikasi FM
249
250
250
251
252
253
253
254
254
255
256
258
258
259
259
262
265
265
266
266
267
267
268
268
270
270
271
273
274
274
275
276
277
277
279
279
280
282
282
282
282
284
7.1.
Pengantar
287
7.1.1.
287
7.1.2.
289
7.1.2.1.
291
7.1.2.2.
292
7.1.2.3.
292
7.1.2.4.
292
7.1.2.5.
292
7.1.2.6.
Gelombang kompleks
293
294
7.1.3.1.
294
7.1.3.2.
Tegangan
294
7.1.3.3.
Amplitudo
294
7.1.3.4.
Pasa
295
7.1.3.5.
Pergeseran Pasa
295
7.2.
295
7.2.1.
298
7.2.2.
Sensitivitas Tabung
300
7.3.
Jenis-Jenis Osiloskop
301
7.3.1.
Osiloskop Analog
301
7.3.2.
302
7.3.2.1.
302
7.3.2.2.
303
305
308
7.4.
313
Osiloskop Digital
313
314
314
316
316
318
318
318
319
7.6.
319
7.6.1.
319
7.6.2.
Pengukuran Tegangan DC
321
323
7.6.4.
326
Pengukuran Frekuensi
326
327
328
329
331
331
331
332
335
7.7.6. Probe
336
338
7.8.1. Pengesetan
338
338
339
339
339
342
342
343
344
8. FREKUENSI METER
8.1.
345
345
347
348
8.2.
349
349
353
8.3.
354
Metode Pengukuran
354
355
357
359
359
360
8.3.7. Totalizer
362
8.4.
Kesalahan pengukuran
365
365
366
368
JILID 3
9. PENGANALISA SPEKTRUM
9.1. Pengantar dan Sejarah Perkembangan Spektrum Analiser
370
372
372
373
373
374
377
381
381
383
384
9.3.4.
388
389
9.3.5.1.
390
9.3.5.2.
392
9.3.5.3.
392
9.3.5.4.
394
9.3.5.5.
395
9.3.5.6.
Baseband DSP
396
9.3.5.7.
Kalibrasi / Normalisasi
396
9.3.5.8.
Penyaringan
396
9.3.5.9.
397
401
404
9.4.
415
415
416
418
419
421
422
9.4.7.
423
Demodulasi Sinyal AM
431
10.2.
Sinyal Pengetesan
432
432
433
433
434
434
10.3.
435
Pola Standar
436
436
10.3.3. Pemusatan
436
437
439
439
439
10.3.7. Resolusi
440
10.4.
442
442
444
444
446
447
449
450
10.4.8. Jendela
450
10.5.
Pengembangan Pola
451
10.6.
Pembangkit Pola
453
455
458
10.7.
Spesifikasi
459
10.8.
Aplikasi
459
459
461
462
464
467
11.MESIN TESTER
11.1.
Pengantar
468
11.1.1. MSO
470
471
474
476
477
478
11.2.
479
11.2.1. Penghitungan
479
481
482
483
485
11.3.
486
Aplikasi
486
486
11.3.1.2.
486
11.3.1.3.
487
11.3.2.
487
11.3.3.
488
11.3.4.
490
11.3.5.
491
11.3.6.
Perlindungan Immobilizer
492
494
495
496
499
500
501
11.3.13. Spesifikasi
502
502
504
505
518
521
522
523
525
526
527
12.2.
528
528
529
531
532
533
12.3.
539
539
539
540
540
541
542
543
544
545
546
547
551
552
554
13.1.1.1.Scan MRI
556
557
13.1.1.3.
559
Resonansi Magnetik
561
562
563
13.1.2.
564
Mesin MRI
565
566
566
13.1.2.4.
567
13.1.3.
Kelemahan MRI
MRI Masa depan
568
568
568
13.13.3. Tata cara pemeriksaan dan apa yang akan dialami pasien saat
pemeriksaan MRI :
569
13.2.1.
Pengertian CT SCAN
569
3.2.1.1.
Penemuan Sinar X
571
572
13.2.2.
573
13.2.3.
Mesin Sinar X
Prosedur Scanning
576
577
579
581
581
13.3.1.
582
582
583
13.3.2.
584
Aplikasi Diagnostik
586
586
586
587
588
13.3.3.
Metoda Sonography
589
589
591
13.3.4.
594
13.3.5.
596
13.3.
597
13.4.1.
Prosedur Pengujian
597
13.4.2.
Prosedur Pelaksanaan
601
13.4.3.
Resiko
609
13.4.4.
609
13.4.5.
610
13.4.6.
Scanning Tulang
610
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
GLOSARIUM
BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan
Pembahasan bertujuan membekali
kemampuan :
1. Mendefinisikan sistem satuan
besaran listrik
2 Memilih dan menempatkan alat
ukur yang baik berdasarkan
parameter
3. Mampu menyebutkan macammacam peraga penunjukkan alat
ukur
Pokok Bahasan
1. Parameter Alat Ukur
2. Sistem Satuan
3. Klasifikasi kelas meter
dan kalibrasi
4. Macam-macam peraga
Kesalahan :
berupa
gerak
dengan
menggunakan alat ukur. Perlu
disadari bahwa untuk dapat
menggunakan berbagai macam
alat ukur listrik perlu pemahanan
pengetahuan
yang
memadai
tentang
konsep - konsep
teoritisnya. Dalam mempelajari
pengukuran
dikenal beberapa
istilah, antara lain :
sudah
dikalibrasi
dengan
membandingkan pada alat ukur
standar/absolut. Contoh dari alat
ukur ini adalah alat ukur listrik yang
sering dipergunakan sehari-hari.
Satuan Dasar
meter
kilogram
sekon
amper
kelvin
kandela
Simbol
m
kg
s
A
K
Cd
Satuan
yang
diturunkan
Simbol
Frekuensi
Gaya
Tekanan
Enersi kerja
Daya
Muatan listrik
GGL/beda potensial
Kapasitas listrik
Tahanan listrik
Konduktansi
Fluksi magnetis
Kepadatan fluksi
Induktansi
Fluksi cahaya
Kemilauan
hertz
newton
pascal
joule
watt
coulomb
volt
farad
ohm
siemens
Weber
Tesla
Henry
Lumen
lux
Hz
N
Pa
J
W
C
V
F
:
S
Wb
T
H
lM
lx
Dinyatakan
dalam satuan SI
atau satuan yang
diturunkan
1 Hz = 1 s -1
1 N = I kgm/s 2
1 Pa = 1 N/m 2
1 J = 1 Nm
1 W = 1 J/s
1 C = 1 As
1 V = 1 W/A
1 F = 1 AsIV
1 = I V/A
1 S = 1 :- 1
1 Wb = I Vs
1 T = 1 Wb/m 2
1 H = 1 Vs/A
l m = 1 cd sr
l x = 1 lm/m 2
Sebutan
Nama
Tera
Giga
Mega
Kilo
Hekto
Deca
Deci
Centi
Milli
Micro
Nano
Pico
Femto
atto
Symbol
T
G
M
K
h
da
d
c
m
P
n
p
f
a
Tabel 1-4 Satuan bukan SI yang dapat dipakai bersama dengan satuan
Kuantitas
Waktu
Sudut datar
Massa
Nama Satuan
menit
jam
hari
derajat
menit
sekon
Ton
Simbol
menit
jam
hari
R
,
:
T
Definisi
1 menit = 60 s
1 jam = 60 menit
1 hari = 24 jam
10 = (JS/180 )rad
1, = ( 1/60 )o
1" = ( 1/60 )
1 t = 103 k9
Simbol
ft
In
Ft2
In 2
Ft3
lb
lb/ft3
ft/s
pdl
ft pdl
Hp
Ekivalensi metrik
30,48 cm
25,40 mm
9,2903 x 102 cm 2
6,4516 x 102
mm 2
0,0283168 m 3
0,45359237 kg
16,0185 kg/m 3
0,3048 m/s
0,138255 N
0,0421401 J
745,7 W
Kebalikan
0,0328084
0,0393701
0,0107639x10
2
0,15500 x 10-2
35,3147
2,20462
0,062428
3,28084
7,23301
23,7304
0.00134102
sebab
terjadinya
kesalahan
pengukuran.
Kesalahan
kesalahan dalam pengukuran
dapat digolongkan menjadi tiga
jenis, yaitu :
Hasil pembacaan
< harga
sebenarnya
Posisi
pembacaan
yang benar
Pembacaan
> harga
senearnya
Gambar 1-4 a Pembacaan yang salah Gambar 1-4 b Pembacaan yang benar
pegas
Letak
Tegak
Tanda
Datar
Miring
(misal
dengan
Sudut 600)
1.3. Klasifikasi Kelas Meter
Untuk
mendapatkan
hasil
pengukuran
yang
mendekati
dengan harga sebenarnya. Perlu
memperhatikan batas kesalahan
yang tertera pada alat ukur
tersebut. Klasifikasi alat ukur listrik
menurut Standar IEC no. 13B-23
menspesifikasikan
bahwa
ketelitian alat ukur dibagi menjadi 8
kelas, yaitu : 0,05; 0,1 ; 0,2 ; 0,5 ;
1,0 ; 1,5 ; 2,5 ; dan 5. Kelas-kelas
(1) Golongan dari kelas 0,05, 0,1,
0,2 termasuk alat ukur presisi yang
tertinggi. Biasa digunakan di
laboratorium yang standar. (2)
Golongan alat ukur dari kelas 0,5
mempunyai ketelitian dan presisi
tingkat berikutnya dari kelas 0,2
alat ukur ini biasa digunakan untuk
pengukuran-pengukuran
presisi.
Alat ukur ini biasanya portebel. (3)
Golongan
dari
kelas
1,0
mempunyai ketelitian dan presisi
pada tingkat lebih rendah dari alat
ukur kelas 0,5. Alat ini biasa
digunakan pada alat ukur portebel
yang kecil atau alat-alat ukur pada
panel. (4) Golongan dari kelas 1,5,
2,5, dan 5 alat ukur ini
dipergunakan pada panel-panel
yang tidak begitu memperhatikan
presisi dan ketelitian.
< 600
ampermeter
standar
(As).
Langkah-langkahnya ampermeter
(A) dan ampermeter standar (As)
dipasang secara seri perhatikan
gambar 1- 7 di bawah.
- +
IA
Is
+
Beban
-
D = IA - Is ............................. (1 1)
Perbandingan kesalahan alat ukur
(D)
terhadap
harga
arus
sebenarnya (Is), yaitu : D/ Is biasa
disebut kesalahan relatif atau rasio
kesalahan. DInyatakan
dalam
persen.
Sedangkan perbedaan
atau selisih antara
harga
sebenanya atau standar dengan
harga pengukuran disebut harga
koreksi dituliskan :
Is - IA = k ........................... (1 2)
Perbandingan
harga
koreksi
disebut rasio koreksi atau koreksi
terhadap arus yang terukur (k / IA )
relatif dinyatakan dalam persen
.
Contoh Aplikasi :
Ampermeter digunakan untuk mengukur arus yang
besarnya 20 mA, ampermeter menunjukan arus sebesar
19,4 mA. Berapa kesalahan, koreksi, kesalahan relatif, dan
koreksi relatif.
Jawab :
Kesalahan = 19,4 20 = - 0,6 mA
Koreksi = 20 19,4 = 0,6 mA
Kesalahan relatif = -0,6/20 . 100 % = - 3 %
Koreksi relatif = 0,6/19,4 . 100 % = 3,09 %
V
-
Beban
D = V - Vs ............................. (1 3)
Perbandingan besar kesalahan
alat ukur (D) terhadap harga
tegangan sebenarnya (Vs), yaitu :
D/ Vs
disebut kesalahan relatif
atau rasio kesalahan dinyatakan
dalam persen.
Sedangkan
perbedaan harga sebenanya atau
standar dengan harga pengukuran
disebut koreksi dapat dituliskan :
Vs - V = k ........................... (1 4)
Demikian
pula
perbandingan
koreksi terhadap arus yang terukur
(k / V ) disebut rasio koreksi atau
koreksi relatif
persen.
dinyatakan dalam
No
Jenis
Tanda
Gambar
Prinsip Kerja
Peng
Contoh
gunaan
Kumparan
putar
Penyearah
Tegangan
7
Frekuen
si
9
Daya
10
Gaya elektro
magnetik antar
medan magnit
suatu magnit tetap
& arus
DC
AVO
Kecil
Kombinasi suatu
pengubah memakai
penyearah semi
konduktor saat
suatu alat ukur
jenis kumparan
putar
Kombinasi suatu
pengubah memakai
termoMomen dan
alat ukur jenis
kumparan putar
AC
ratarata
AVOF
5 x 10-4 ~10-1
1~103
< 104
Kecil
AC
Efektif
DC
AVW
10 -3 ~5
5x10 -1 ~
1,5x102
< 103
Kecil
Gaya elektro
magnetik yang
bekerja pada suatu
inti besi dalam suatu
medan magnet
AC
Efektif
DC
AV
10 -2 ~
3x10 2
10~10 3
<5x10 2
Besar
Gaya elektro
magnetik yang
bekerja pada suatu
kumparan yang
dialiri arus dalam
medan elektro
maknet
Gaya elektro
magnetik yang
ditimbulkan oleh
medan bolak-balik
dan arus yang
terimbas oleh
medan
maknetmaknet
AC
Efektif
DC
AVMF
10 -2 ~ 50
1~10 3
< 103
besar
AC
Efektif
AVW
Wh
10 -1 ~ 10 2
1~10 3
< 103 x
10 ~
10 2
Besar
R
3
TermoMo
men
Besi Putar
Elektro
dinamo
meter
D
6
Induksi
penghantar
dialiri arus listrik
berada dalam medan magnet,
maka pada kawat penghantar
tersebut akan timbul gaya. Gaya
yang timbul disebut dengan gaya
Lorentz.
Arahnya
ditentukan
dengan kaidah tangan kiri Fleming.
medan
magnet
tetap.
Berdasarkan hukum tangan kiri
Fleming, kumparan tersebut akan
berputar sehingga jarum penunjuk
akan bergerak atau menyimpang
dari angka nol. Semakin besar
arus
yang
mengalir
dalam
kumparan, makin kuatlah gaya
tolak yang mengenai kumparan
dan menyebabkan penyimpangan
jarum bergerak semakin jauh.
3
4
5
6
7
8
1. Skala
2. Jarum penunjuk
3. Magnet tetap
4. Sepatu kutub
5. Kumparan putar
6. Inti besi lunak
7. Pegas
8. Poros
Dengan pengertian :
B = kerapatan fluks dalam Wb/m 2
l = panjang kumparan dalam meter
Apabila kumparan dengan N lilitan,
maka gaya pada masing-masing
kumparan adalah : N . B. I . l
Newton. Besarnya momen
penyimpang (Td) adalah gaya
TD5
TD4
TD3
K
O
P
E
L
TD2
TD1
?1
?2
?3
?4
?5
sebesar 5 mA mengakibatkan
kumparan berputar dengan sudut
Redaman kurang
C
Redaman kritis
Redaman lebih
Waktu
akan
mengakibatkan
jarum
penunjuk menyimpang.
Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar
1-17.
Pelat besi
Arah gaya
kumparan
F ~ I2 sin (. + ) .
Jika. gaya ini bekeria Pada jarak I
dari sumbu putar pelat, maka
(1-3)
besarnya
momen
penyimpang adalah :
Td = F.I.cos ( + ) ...
(Momen)
(1-4)
( 1 5 )
(1-7)
Gambar 1 20. Dua. buah lembaran besi yang berbentuk seperti lidah
B = k . I1 ....................... ( 1 - 8 )
Di mana : B : Rapat flux
k : kontanta
N . B . I2 . l Newton.
Momen penyimpang atau momen putarnya pada kumparan besarnya
adalah :
Td = N . B . I2 . l . b ------ > B = k . I1
Td = N . k . Il . I2 . l . b Nm .. ( 1 - 9 )
Keterangan :
Td : Momen Putar
N : Banyaknya lilitan
l : panjang kumparan
b : lebar kumparan
Kl . I1 . I2 = K2 .
~ I1 . I2 . ( 1 - 11 )
............................................................... ( 1 - 12 )
I~ v
Gambar 1 - 23
Rangkaian voltmeter
elektrodinamis
Apabila
instrumen
tersebut
digunakan sebagai voltmeter,
maka kumparan tetap F dan
sama.
akan
menimbulkan
Momen
penyimpang, bila beda tegangan ini
kecil, maka gaya ini akan kecil
sekali. Mekanisme dari alat ukur
elektrostatis ini mirip dengan
sebuah capasitor variabel; yang
mana tingkah lakunya bergantung
pada reaksi antara dua benda
bemuatan listrik (hukum coulomb).
adalah :
Jadi energi
adalah :
total
T x d joule.
tambahannya
T x d + V2. dC + CV . dV = V2 . dC + CV . dV
T x d = V2 . dC
T = V2 . dC/d Newton meter .. (1 17)
Ternyata Momen yang diperoleh
sebanding dengan kuadrat
tegangan yang diukur, baik dc
Tipe p
Tipe n
hole
elektron
Jalur konduksi
cahaya
Tingkat Fermi
Jalur terlarang
Jalur valensi
katoda
Dioda
Silikon
mempunyai
gelombang maksimum 900 mm
mendekati cahaya infra merah.
LED yang paling popular adalah
gallium
arsenide
(GaAsP)
mempunyai emisi cahaya merah.
Spektrum emisi merupakan fungsi
intensitas relative (%) terhadap
fungsi panjang gelombang (m)
dalam range 0,62 sampai 0,76 m
dengan puncak (100%) pada
panjang gelombang 0,66 m. Juga
tersedia LED warna oranye, kuning
R1
E
LED
Vcc
G
Resistor
pembatas
RB0
Dekoder / Driver
RB1
A
G
C
D
Vcc
Masukan BCD
Tes
l
Gnd
diantaranya
bawah ini.
seperti
gambar
di
Keadaan Keluaran
C
D
E
F
Peraga
G
Senapan
elektron
menghasilkan
suatu
berkas
elektron sempit dan terfokus
secara
tajam
pada
saat
meninggalkan senapan pada
kecepatan yang sangat tinggi dan
bergerak
menuju
layar
flourescent. Pada saat elektron
membentur layar energi kinetik
dari
elektron-elektron
berkecepatan
tinggi
diubah
menjadi pancaran cahaya dan
Anoda
Kumparan pembelok
Kisi pemusat
Layar flouresen
pemanas
katoda
Berkas
elektron
Kumparan pemfokus
Keterangan :
1. Senapan elektron
2 Berkas elektron
3. Kumparan pemfokus
4. Kumparan defleksi
5. Anoda
6. Lapisan pemisah berkas untuk
merah, hijau dan biru bagian
gambar yang diperagakan.
7. Lapisan pospor dengan zona
merah, hijau dan biru.
8. Lapisan pospor sisi bagian dalam
layar yang diperbesar.
Sebuah
senapan
elektron
konvensional yang digunakan
dalam sebuah CRT pemakaian
umum, ditunjukan pada gambar
di bawah ini. Sebutan senapan
elektron berasal dari kesamaan
antara gerakan sebuah elektron
yang dikeluarkan dari senapan
elektron
CRT
mempunyai
kesamaan lintasan peluru yang
ditembakkan oleh senapan.
Fouresensi
Fosforisensi
Luminansi
P1
Kuninghijau
Kuning-hijau
50%
95
P3
Biru-hijau
Kuning-hijau
55%
120
P4
Putih
Putih
50%
20
P5
Biru
kuning -hijau
35%
1500
P11
Ungu-biru
Ungu-biru
15%
20
P31
Kuninghijau
Kuning-hijau
100%
32
Sejumlah
faktor
perlu
dipertimbangkan dalam memilih
fosfor agar sesuai kebutuhan.
Contoh fosfor P11 memliki
ketahanan singkat, sangat baik
untuk
pemotretan
bentuk
gelombang tetapi sama sekali tidak
sesuai untuk pengamatan visual
fenomena kecepatan rendah. P31
luminansi
tinggi,
ketahanan
sedang, merupakan kompromi
yang paling baik untuk penglihatan
gambar secara umum, banyak
dijumpai dalam kebanyakan CRO
standar tipe laboratorium.
Ada kemungkinan kerusakan berat
pada CRT yang dikarenakan
penanganan yang tidak tepat pada
pengaturan alat-alat kontrol yang
terdapat pada panel depan. Bila
sebuah fosfor dieksitasi oleh
Penurunan
ke 0,1%
Komentar
Untuk
pemakaian
umum
Kecepatan
rendah dan
kecepatan
tinggi,
peragaan
televisi
Pengamatan
fenomena
kecepatan
rendah
Pemakaian
fotografi
Pemakaian
umum fosfor
paling terang
1.6.4.3. Gratikulasi
Bentuk
gelombang
pada
permukaan CRT secara visual
dapat diukur pada sepasang tanda
skala horisontal dan vertikal yang
disebut gratikul. Tanda skala dapat
ditempatkan dipermukaan luar
tabung CRT dalam hal ini dikenal
sebagai eksternal gratikul. Gratikul
yang dipasang dipermukaan luar
terdiri dari sebuah plat plastik
bening atau berwarna dilengkapi
dengan tanda pembagian skala.
Gratikul di luar mempunyai
Gratikul
Daftar Pustaka :
Cooper, William D, 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik
Pengukuran. ((Terjemahan Sahat Pakpahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.(Buku asli diterbitkan tahun 1978)
Soedjana, S., Nishino, O. 1976. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Deboo and Burrous.1977. Integreted Circuit And Semiconductor Devices
: theory and application. Tokyo Japan : Kogakusha.Ltd
http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm
"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"
www.tpub.com
BAB 2
MULTIMETER
Pokok Bahasan
Fungsi multimeter
dapat untuk :
(1). Mengukur
hambatan
(Ohmmeter),
(2) Mengukur arus
(Ampermeter),
(3). Mengukur
tegangan
Pembahasan :
(1) Dasar AVO meter
(2) Multimeter Analog
(3) Multimeter Digital
(Voltmeter).
2.1.
Multimeter Dasar
Ampermeter ideal :
(1) Simpangan
jarum sebanding
arus (linier)
(2) Hambatan
dalam meter nol
Mikroampermeter sederhana
dapat dikembangkan fungsinya
sebagai AVO meter disebut Basic
mater mempunyai tahanan dalam
(Rm) tertentu yang dijadikan
sebagai dasar pengembangan
fungsi. Gambar di bawah ini
merupakan
mikroampermeter
dengan arus skala penuh (Ifs )
sebesar 100 A. dapat dijadikan
sebagai Basic Meter.
2.1.2.
ItIt
It
IRsh
Ifs
A
= Ish + If s .. (2 1)
= It - If s
atau Ish
Untuk menghitung besarnya hambatan shunt, dapat digunakan
persamaan tegangan:
Ish . Rsh
= If s - Rm
Sehingga :
Rsh
= If s / Ish . Rm ...(2 2)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2 1) ke persamaan (2 2), maka
diperoleh persamaan :
sh
Jika :
Rm
Rm
I
fs . R
}}}}}}}}}}}}}. (2 - 3)
m
I -I
t fs
: hambatan ampermeter sebelum dipasang Rsh
: hambatan ampermeter setelah dipasang Rsh
R
R
'
/ / R
sh
. R
sh . R
}}}}}. (2 - 4)
m
R
m
sh
I
fs . R
m
I
t
'
}.......... .......}}}}}}}}}}...... (2 - 5)
Contoh Aplikasi
1. Suatu ampermeter dengan hambatan 50 ohm dan arus simpangan
penuhnya 1 mA. Agar dapat untuk mengukur arus sebesar 5 mA,
berapakah besarnya hambatan shunt dan berapakah besarnya
hambatan ampermeter shunt (Rm ) ?
Jawab :
I
It
Ifs
ItI
fs
a). I
sh
IRsh
1 mA;
It
5 mA
I
fs
. R
m
I -I
t
fs
1
. 50
12.5 ohm
5 -1
a). R
atau
2.
m
R
'
I /I . R
fs t
m
1/ 5 . 50
R / /R
sh
m
12,5 . 50
12,5 50
'
10 ohm
10 ohm
I
fs
. R
m
I - I
t
fs
1
. 50
1000 - 1
sh
0,05 ohm
Rm = If s /It . Rm
= 1/1000 . 50 = 0.05 ohm
Dari contoh soal di atas, dapat disimpulkan bahwa.
bila
3.
Jawab :
It
Selektor
Ifs = 50 A
5mA
50mA
500mA
Rm = 2K?
Rm
a)
Rm =
b. Untuk ring 5 mA
If s /It . Rm
R
sh
20,2ohm
50
. 2000
5000- 50
50
. 2000 2,002ohm
50000- 50
= 20 ohm
R
sh
50
. 2000 0,2ohm
500000- 50
5mA
Selektor 50mA
RA
+
500mA
RB
Ifs=50A
Rm = 2K?
RC
Gambar 2-5. Ayrton shunt
2.1.3. Ampermeter AC
Mikroampermeter DC ini dapat
dikembangkan menjadi ampermeter AC
dengan
menambahkkan
komponen
penyearah masukan yang fungsinya
menyearahkan tegangan masukan AC
menjadi DC. Meskipun tegangan masukan
berupa tegangan AC tetapi tegangan
maupun arus yang masuk meter berupa
arus DC, sehingga proses pengukuran
sama sebagaimana dijelaskan diatas.
Sehingga ampermeter AC terbentuk atas
ampermeter ideal, Rm, Rsh dan rangkaian
penyearah, sebagaimana digambarkan
pada gambar 2-6 di bawah ini.
Rm
Tegangan masukan AC
1 F
Rsh
+
A
Sumber arus
I kenyataan
I Ideal
I kenyataan
mA
mA
0,97 mA
0,5
mA
0,5 mA
0,51 mA
0,25 mA
0,25 mA
0,26 mA
0
Gambar 2-9. Kalibrasi arus
Pada ampermeter ideal akan
terbaca secara tepat harga arus
sumber,
sedangkan
pada
ampermeter kenyataan (yang
akan dikalibrasi), yang mempunyai
tanda/skala
pada
permukaan
meter
yang
kurang
tepat
menghasilkan
kesalahan
pembacaan
sedikit.
Untuk
mengatasai kesalahan ini, maka
Contoh Aplikasi :
Suatu ampermeter mempunyai kesalahan kalibrasi 3% dari arus
simpangan penuh (full scale current). Jadi bila meter tersebut
mempunyai arus simpangan penuh 1 mA, kesalahan kalibrasinya
kurang lebih 0,03 mA. Sehingga untuk arus I mA pada ampermeter
akan terbaca antara 0,97 mA dan 1,03 mA. Di lain fihak, jika arus
yang mengalir pada ampermeter hanya 0,25 mA; meter akan
menunjuk antara 0,22 mA dan 0,28 mA. Dengan demikian semakin
besar, yaitu :
0,03/0,25 x 100% = 12%
Jika dibandingkan dengan 3% pada arus 1 mA.
Oleh karena itu, untuk praktek pengukuran sebaiknya dengan
simpangan arus
sebesar mungkin, karena kesalahan kalibrasi
ditentukan dari arus simpangan penuhnya.
hambatan
dari
ampermeter
tersebut.
Pemasangan
ampermeter
pada cabang
rangkaian,
akan
menambah
hambatan.
Penambahan
hambatan
menurunkan arus
yang mengalir dalam rangkaian.
Penurunan arus mungkin kecil
sehingga dapat diabaikan atau
A
A
Rangkaian DC
dengan
sumber dan
hambatan
Rangkaian
DC dengan
sumber dan
hambatan
Idm
B
Itm
Gambar 2-10a.
Rangkaian tanpa meter
Gambar 2-10b.
Rangkaian dengan meter
Pada
Gambar
2
10a
menunjukkan rangkaian tanpa
meter, arus mengalir sebesar It m .
Ini
merupakan
arus
sesungguhnya yang ingin diukur.
Dengan
dihubungkannya
ampermeter secara seri dengan
cabang tersebut Gambar 2 10 b;
akibat
adanya
hambatan
ampermeter, maka arus pada
Vo
Vo
Ro
Itm
Ro
Idm
(a)
(b)
Gambar 2-11. Rangkaian ekivalen Thevenin
Vo/Ro
Vo / ( Ro + Rm )
dm
I
tm
o
........................................................ ( 2 - 6)
R R
o
m
Persamaan
2-6
di
atas
membandingkan
antara
arus
dengan meter terhadap arus tanpa
meter dan ternyata perbandingan
1K?
500 ?
2V
1K?
Itm
Permasalahan :
Dari rangkaian pada Gambar 2 - 12, akan diukur besar arus
yang mengalir melalui hambatan 500 ohm.
(1) Berapa arus yang mengalir pada hambatan tersebut yang
sesungguhnya (arus tanpa meter) ?.
(2) Berapa pula arus yang terbaca pada meter, bila meter
tersebut mempunyai hambatan sebesar 100 ohm ?. Berapa
pula
prosentase
ketelitian
dan
prosentase
efek
pembebanannya ?.
Solusi :
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus dihitung
besarnya tegangan thevenin. (saat ujung-ujung A - B terbuka ) dan
besarnya hambatan thevenin (sumber tegangan dihubung singkat).
1000+100)?
Vo
1000
Ketelitian : _________ X 100 % = ----- X 100 % = 90,9 %
Ro +Rm
1100
Efek Pembebanan = 100 % - 90,9 % = 9,1%
Contoh Aplikasi 2
Suatau ampermeter dengan hambatan 1000 ohm, digunakan untuk
mengukur arus yang melalui A - B pada rangkaian di bawah.
4K?
2 K?
4 K?
2 K?
4 K?
Itm
Permasalahan :
Berapakah :
a) Arus tanpa meter (Itm )
b) Prosentase ketelitian
c) Prosentase efek pembebanan, bila ampermeter menuniuk 40 PA
dan kesalahan kalibrasi diabaikan,
Penyelesaian :
( 4/4 2 ) / / 4 2
Ro
I
/I
dm tm
a).
tm
4 K ohm
R / (R R )
o
o
m
R R
o
m . I
dm
R
o
4 1
. 40 A
4
50 A
Ro
A
Vo
Rm=1K?
A
B
R
b). Ketelitian
. 100%
R R
o
m
4
. 100% 80%
4 1
c). Efek pembebanan 100 % - 80 %
20 %
2.2. Voltmeter
2.2.1. Mengubah Batas Ukur
ujung-ujung masukan adalah V,
Suatu
voltmeter
DC
yang
arus yang mengalir melalui
sederhana dapat dibuat dengan
ampermeter I, hambatan yang
memasang hambatan secara seri
diseri adalah
Rs
dengan ampermeter (Gambar 2
maka
-16).
Bila
tegangan
pada
hubungannya dapat dituliskan :
V = ( R S + R m ) I .. ( 2 - 7)
Rs
I
ARm
Gambar 2-16.
Voltmeter DC sederhana
(dengan menggunakan ampermeter)
( Rs + Rm ) If s
= Vfs / If s - Rm (2 8 )
voltmeter
ialah
menandai
permukaan meter ke dalam satuan
volt dari satuan ampere, dengan
berpedoman pada persamaan 2
-7. Untuk suatu arus simpangan
penuh, besarnya hambatan seri
akan
menentukan
besarnya
tegangan maksimum yang dapat
diukur. Untuk arus simpangan
penuh, dari persamaan 2 -7
menjadi :
= Vfs / If s . (2 9)
Contoh Implementasi 1 :
Suatu ampermeter dengan If s = 1 mA, Rm = 50 ohm, diubah menjadi
suatu Voltmeter.
Permasalahan :
Berapakah besar hambatan seri yang diperlukan untuk mengukur
dengan tegangan skala penuh (Vf s ) atau batas ukur
= 15 Volt, 50 Volt dan 150 Volt ?
Penyelesaian :
Rs = Vf s / If s - Rm
=
50/1 mA - 50
= 50 K ohm
Untuk Vf s = 15 volt
15
R
s
50 . 10- 6
Untuk Vf s
R
- 2000
300 Kohm
= 50 volt
50
50 . 10 - 6
2000
M ohm
150
s
50 . 10- 6
- 2000
3 M ohm
Rs + Rm
V/I
Sedangkan harga Rin adalah tetap untuk suatu kondisi arus tegangan,
sehingga secara pasti dapat dituliskan dengan :
Rin = Vf s /If s ......................................................... ( 2 - 10 )
Hambatan
masukan
adalah
tegangan skala penuh dibagi arus
skala penuh. Dengan demikian,
bila suatu voltmeter mempunyai
gerakan arus I mA pada skala
tegangan
100
Volt,
maka
hambatan masukannya 100 kilo
ohm. Bila jangkauan (batas ukur)
S = 1/If s
........
( 2 - 11 )
1
I
1
Ampere
fs
arus
skala
penuh.
Satuan
sensitivitas adalah 1 dibagi
dengan ampere, atau ohm per
volt.
1
Volt/Ohm
suatu
Ohm
Volt
voltmeter
dengan
arus
1mA,
Rin = V fs /Ifs
S . V fs .............................................. ( 2 - 12 )
voltmeter
perlu
diketahui
besarnya, karena
besar atau
kecilnya hambatan
akan
berpengaruh terhadap besar atau
kecilnya kesalahan pembebanan.
Besarnya kesalahan pembebanan
lebih tergantung pada besarnya
hambatan masukan voltmeter dari
pada hambatan rangkaian. Hal ini
akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya.
Contoh Aplikasi 1
Suatu voltmeter menggunakan arus skala penuh 1 mA.
Hitunglah hambatan masukrun (Rin) pada batas ukur: 5 V ; 50 V dan
500 V.
Penyelesaian :
S = 1/If s = 1/1 mA = 1000 Ohm per Volt
Untuk
BU
5 Volt ------- > Vf s
5 Volt
= S . Vfs = 1000.5 = 5 K ohm
Rin
Untuk
BU
50 Volt ------- > Vf s
50 Volt
Rin
= S . Vfs = 1000.50 = 50 K ohm
500 Volt
Untuk
BU
500 Volt ------ > Vf s
Rin = S.Vfs = 1000 . 500 = 500 K ohm
Contoh Apikasi 2
Suatu voltmeter dengan arus skala penuh 50PA, mempunyai
ukur 5 V ; 50 V; 500 Volt.
Hitunglah hambatan masukan pada setiap ba-tas ukur.
Penyelesaian :
S = 1/Ifs = 1 / (50A) = 20 KO per Volt
batas
V
dm
V
tm
in
in
R
. V ................................................( 2 - 13 )
tm
R
R
in
in
R
ketelitian.......................................( 2 - 14 )
o
Keterangan :
Rm = Tahanan dalam voltmeter
Rin = Tahanan masukan rangkaian dalam hal ini = Rm
Vtm = Tegangan beban tanpa meter
Vdm = Tegangan dengan meter
200
. 100 V
200 200
200 K / / 200 K
50 V
100 K Ohm
= S . Vf s = 20 K . 50 V = 1 M Ohm.
Ketelitian
V
dm
V
tm
1/1,1
R
R
in
in
R
1M
1 M 100 K
91 %
V
tm
R
800
. 50 V
25 V
800 800
800
400 K Ohm
800 800
V
dm
= 20 K/V . 50 V
= 1 M Ohm
1000000
1000000 400000
. 25 V
17,9 Volt
Rin
= 20 K/V . 5 V
= 100 K Ohm
100000
100000 400000
V
dm
. 25 V
5 Volt
2.3. Ohmmeter
2.3.1. Rangkaian Dasar Ohmeter Seri
Suatu ohmmeter sederhana dapat
dibuat dengan menggunakan
baterai, ammeter dan hambatan ;
seperti ditunjukkan pada Gambar
2-23. RO merupakan hambatan
thevenin dari ohmmeter, yang
mencakup hambatan ammeter Rm .
merupakan
tegangan
Vo
ohmmeter pada ujung-ujung AB
saat terbuka. Rangkaian ini jenis
ohmmeter seri Rx dipasang
secara seri dengan meter, identik
dengan
pengukuran
arus.
Ro
A
A
Vo
B
Rx
Gambar 2-23
Dasar ohmeter seri
hambatannya,
dengan
cara
ujung-ujung AB dihubung singkat
dan hambatan Ro diatur, untuk
menghasilkan arus skala penuh
yang mengalir melalui ammeter.
Ini berarti :
( 2 - 15 )
Vo
V R
o
x
......................................................................( 2 - 16 )
Ro
R R
o
x
I
fs
fs
(D = deflection),
......................................................(2 - 17 )
1- D
D
R .......... ......................................................( 2 - 18 )
o
Ro/4
Ro/3
Ro/2
Ro
2 Ro
3 Ro
4 Ro
9 Ro
4/5
3/4
2/3
1/3
1/4
1/5
1/10
R
R
o
x
V
6
o
120 K Ohm
6
I
50 . 10
fs
1- D
1 - 1/4
. R
. 120 360 K Ohm
o
D
1/4
Catatan :
harga Ro sudah meliputi harga Rm nya.
Bila ditanyakan berapa harga Rv (Variabel), maka :
Rv = R o - Rm = 120 - 2 = 118 K Ohm.
Ohmmeter dari contah 1 di atas,
dishunt dengan hambatan 20
Ohm. Secara pendekatan, berapa
R
I
fs
sh
R
. I
t
m
sh
R R
m
sh . I
fs
R
sh
2000 20
. 50 A
20
5,05 mA
Rm / Rsh . Ifs
2000/20 . 50 A = 5 mA
Sehingga :
Ro =
=
Vo / It
6/5 . 10-3
= 1,2 K Ohm
1- D
.R
o
D
1 - 1/2
. 1,2
1/2
1,2 K Ohm
.
Sumber arus konstan
Rx
V
Gambar
junction
BJT
merusakkan transistor.
tanpa
elektronik
seimbang
seperti
ditunjukkan pada gambar 2-31 di
bawah ini.
Vin
Attenuator
PreAmplifier
Penguat
Beda
Tegangan
Referensi
Tegangan
masukan
Vin
1A
DC Balance
Circuit
Spesifikasi
Rangkaian dilindungi dengan sekering
bila tegangan AC di atas 230V
UM-3 1,5V x 2
0,5A/250V 5,2mm x 20mm
dan 23 r 2 o C 45-75% rRH
dan 0-40 o C 80% retmark tanpa kondensasi
3KV AC antara terminal input dan case
159,5 x 129 x 41,5 mm / mendekati 320
gr
Salinan pedoman instruksi (instruction
manual)
DC 25KV
1000 pada cakupan x
10
HV
probe
10
HFE 6T probe
10 / 50 /250
50 uA
DC A
2K/20K/2M
(1x) (10x)
200M
(x100K)
dB
L
(x1K)
Akurasi
r 5% dari skala penuh
r 3% dari skala penuh
Catatan
Zi 20K? / V
9K?/V
Zi 9K? /V
30Hz-100KHz dalam 3%
fs (cakupan AC 10V)
Tegangan drop 0,1V
Tegangan drop 0,25V
Nilai tengah 20?
Harga maks 2 K?
Pengeluaran tegangan 3V
-10dB
22dB
Untuk 10VAC
62 dB
0-150mA pd cakupan x 1
0-15mA pd cakupan x 10
0-150uA pd cakupan 1K?
0-15uA pd cakupan x 100
8. Setiap
kali
melakukan
pengukuran yakinkan cakupan
pengukuran tepat. Pengukuran
dengan pengaturan cakupan
salah atau melebihi cakupan
pengukuran sebenarnya adalah
berbahaya.
9. Jaga jangan sampai beban
lebih terutama pada saat
pemilih
Colok
meter
negatip
Colok meter
positip
Posisi
VDC
Posisi
VAC
Colok
meter
negatip
Colok
meter
positip
digunakan
gelombang
pada
AC
bentuk
lainnya
ketelitian
tinggi
yang
sudah
diketahui. Karena kalibrasi dengan
meter
standar
mahal
maka
mengkalibrasikan meter tidak perlu
semua meter dikalbrasikan pada
lembaga
yang
berkompeten. 2. Rangkaian kalibrasi tegangan
disusun seperti gambar di
Kalibrasi dapat dilakukan sendiri
bawah ini.
dengan membandingkan tingkat
ketelitiannya dengan meter yang 3. Batas ukur meter ditetapkan
misal pada batas ukur 10 Volt
telah dikalibrasi. Prosedur kalibrasi
dilakukan dengan langkah-langkah 4. Sumber tegangan diatur pada
10 Volt.
di bawah ini.
5. Membuat tabel pengamatan
6. Tegangan sumber divariasi
1. Pilih meter standar dengan
sepanjang harga dari 0 sampai
tingkat ketelitian 0,1 % sampai
10 Volt misal dengan jangkah
0,5 %.
pengaturan 2 Volt.
2.4.7.4.1. Kalibrasi Uji Kelayakan Meter
laboratorium
tentu
berbeda
Meter dikatakan layak digunakan
dengan meter yang digunakan di
jika mempunyai kelas kesalahan
bengkel. Meter hasil rakitan
yang diijinkan tergantung tempat
sebelum digunakan juga perlu diuji
meter digunakan. Meskipun meter
kelayakannya untuk dilihat tingkat
pabrikasi
mempunyai
kelas
kesalahannya.
Misal
hasil
kesalahan kecil sejalan dengan
pengujian dalam tabel di bawah
umur
pemakaian
akan
ini.
mempengaruhi ketelitian meter.
Tuntutan
ketelitian
meter
Meter yang
dikalibrasi
Tegang
an
dapat
di
atur
Meter standar
dengan kelas
kesalahan +
0,5%
V2
V3
9.8
9.9
9.7
V
rerata
9.8
Selisih
(V)
Mutlak
-0.2
0.2
10
7.8
7.9
8.0
7.9
-0.1
0.1
5.95
5.90
6.0
5.95
-0.05
0.05
4.0
3.9
3.8
3.9
-0.1
0.1
2.0
1.8
1.9
1.9
-0.1
0.1
0.2
0.4
0.2
0.2
0.2
-0.35
0.75
Jumlah
Rerata
Kelas
Kes
2.50%
No
Meter
standar
(V)
0.25
Keterangan :
V rerata = (V1+V2+V3)/3
Meter dikalibrasi
Meter
standar
V1
V2
V3
Vrerata
Kesala
han
Kesalahan
relatif (%)
Koreksi
Koreksi
relatip (%)
10
9.9
9.8
9.7
9.8
-0.2
-2.00
0.2
2.04
8,0
7.9
7.8
7.9
-0.1
-1.25
0.1
1.27
5.95
6.0
5.90
5.95
-0.05
-0.83
0.05
0.84
4.0
3.8
3.9
3.9
-0.1
-2.50
0.1
2.56
1.8
2.0
1.9
1.9
-0.1
-5.00
0.1
5.26
0.3
0.3
0.2
0.2
0.2
-0.2
-100
Rerata
2.4.7.5.
-1.93
-14.67
Pengukuran Arus DC
Posisi
selektor
Diputar pada
nilai lebih kecil
Yang dikalibrasi
Pilih batas
ukur 0.25 A
Meter
standar
7. Melakukan
pengaturan
tegangan
sumber
dan
mencatat penunjukkan pada
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Selisih
(mA)
Mutlak
A1
A2
A3
rerata
250
260
255
250
255
225
229
227
228
228
200
202
204
203
203
175
178
179
177
178
150
152
152
154
153
125
127
128
126
127
100
98
99
97
98
-2
75
71
73
72
72
-3
50
50
48
49
49
-1
25
25
27
29
27
0.5
0.8
0.8
0.7
0.7
0.7
15.7
27.7
Jumlah
Rerata
Keterangan :
A1 = hasil pengukuran ke -1
A2 = hasil pengukuran ke 2
Kelas
Kes
1.01%
No
Meter
standar
(mA)
2.52
penunjukkan
dikalibrasi.
meter
yang
Meter
standar
(mA)
No
Kesalahan
Kesalahan
Relatif (%)
Koreksi
Koreksi
relatif
(%)
A1
A2
A3
rerata
250
250
255
260
255
2.00
-5
-1.96
225
229
228
227
228
1.33
-3
-1.32
200
200
203
206
203
1.50
-3
-1.48
175
177
178
179
178
1.71
-3
-1.69
150
152
153
154
153
2.00
-3
-1.96
125
126
127
128
127
1.60
-2
-1.57
100
99
98
97
98
-2
-2.00
2.04
75
72
73
74
72
-3
-4.00
4.17
50
50
49
48
49
-1
-2.00
2.04
10
25
28
27
26
27
8.00
-2
-7.41
11
0.6
0.8 0.8
Jumlah
0.7
0.7
0.00
-0.7
-100.00
15.7
10.15
-109.13
1
2
3
4
5
6
7
Rerata
0.92
-9.92
Skala
penunjukan
pengukuran dB
Posisi
Arus DC
emitor
basis
Gambar 2-70.
Rangkaian
pengetesan LED
dengan ohmmeter
Posisi
selektor
Anoda
Katoda
Posisi
jarum
jarum
menunjuk
harga
maksimum pada skala C(F).
Katoda
Anoda
Pososi
Ohmmeter
Gambar 2-81. Pengetesan transistor NPN emitor negatip meter nunjuk nol
jika jarum
menuju
meter
bergerak
nol.
Gambar 2-82. Pengetesan transistor NPN kolektor negatip meter nunjuk nol
G
K
2.4.14. Perawatan
2.4.14.1. Mengganti Sekering
Jika beban lebih di atas tegangan
penyalaan (kira-kira 100 V)
diberikan pada DC A dan range,
sekering tidak berfungsi sebagai
pelindung rangkaian.
Sekering
3.
cakupan
pengukuran
dan
polaritas
sehingga
dapat
mengurangi
kesalahan
pengukuran dan lebih jauh lagi
tidak ada kemungkinan kerusakan
meter yang disebabkan oleh
adanya beban lebih atau terbalik
polaritasnya. Dalam beberapa
kasus disediakan hard copy hasil
pengukuran dalam bentuk kartu
atau pita berlubang. Digital
multimeter
sampai
sekarang
masih terbatas dalam parameter
non linier tidak dapat diukur.Lebih
jauh lagi keakuratan sekarang ini
tidak sebanding dengan harganya.
clock
Keluaran digital
A3
A2
Reset
A1
Keluaran komparator
=1 bila Va= Vb
Ao
Vb
Pengubah Digital
ke Analog (DAC)
+
Masukan
analog
Sampel
& hold
Va
6
Keluaran
pencacah 0101
5
4
3
2
1
0
Display
Memory
control
logic
Attenuattor
Input
wave
shaper
Pencacah
Master
clock
1
n
10
Maka suatu display 4 digit mempunyai sebuah resolusi sebesar
4
1
atau 0,0001 atau 0,01 persen. Resolusi ini juga dianggap
10
sebagai satu bagian dalam 10.000.
2. Sensitivitas Meter Digital
Sensitivitas adalah perubahan
terkecil dari suatu input meter
digital
yang mudah dilihat.
Dengan demikian sensitivitas
merupakan tegangan terendah
dari skala penuh dikalikan oleh
resolusi alat ukur (meter).
Sensitivitas s = (f.s)min x R.
Dimana (f.s)min = nilai terendah
dari skala penuh alat ukur dan
R
= Resolusi yang ditulis
sebagai desimal.
Contoh kasus 1
a. Berapa resolusi dari display 3 digit ?
b. Cari resolusi alat ukur 3 digit pada cakupan 1
V (berapa pabrik dapat menentukan cakupan
seperti 2V dari 3 digit dapat mencacah
sampai 1999 mV.
c. Cari resolusi alat ukur untuk cakupan 10V ?
Penyelesaian :
Angka digit penuh pada 3 digit = 3 jadi % resolusi =
1
1
=
=
n
10
10 3
0,001 (0,1%).
Jadi meter (alat ukur) tidak dapat membedakan antara nilai yang
dibedakan dari yang lain bila kurang dari 0,001 skala penuh.
a.
jadi dalam cakupan 1V, ini tidak akan dapat membedakan antara
pembacaan yang berbeda kurang dari 0,001 V.
b. Pembacaan skala penuh 10V ini akan terjadi kesalahan baca kurang
dari 0,01 V (tidak dapat membedakan perbedaan kurang dari 0,01V).
Contoh kasus 2
Sebuah voltmeter 4 digit digunakan untuk mengukur tegangan.
a. Berapa resulusinya ?
b. Berapa penunjukan untuk mengukur 1298 pada cakupan 10V ?
c. Berapa pula jika 0,6973 didisplaykan pada cakupan 1V ?
d. Berapa akan didisplay 0,6973 pada cakupan 10V ?
Penyelesaian :
a. Pada digit penuh, 4 digit terbaca 4 angka
Jadi resulusi =
1
= 0,0001 atau 0,01 %
10 4
Contoh kasus 3
Spesifikasi ketepatan 3 digit DVM adalah 5% pada pembacaan 1
digit.
a. Kemungkinan apa yang terjadi pada kesalahan Volt, apabila pada
instrumen terbaca 5,00 V pada cakupan 10 V?
b. Apa yang mungkin terjadi kesalahan pada Volt, apabila terbaca
0.10 V pada cakupan 10 ?
c. Berapa persenkah pembacaan kesalahan ini yang diperbolehkan ?
Penyelesaian :
a. 0,5% terbaca = 0,005 x 5,00 = 0,025
didisplay untuk pembacaan 5,00 V Pada skala 10 V pada treter 3
digit adalah 05,00 dengan kedudukan 4 digit. Digit pada LSD bernilai
0.01.Jadi kemungkinan kesalahan total adalah 0,025+0,01 = 0,035 V.
b. Jika pembacaan 0,10 V pada cakupan 10 V kita peroleh 5%,
pembacaannya = 0,005 x 0,10 = 0,0005 V 1 digit = 0,01 V
x Kemungkinan kesalahan seluruhnya = 0,0105
c. Persen kesalahan adalah =
00105
0,100
10,5 %
.. (2 - 19 )
Decoder
saklar
Ein V-
Pembangkit
clock
1
R1
Intgtr
A1
3
Ref pos
V+
C1
D
Com p
A2
Penghitung
E
Store
Control
logic
A
Pembagi
:2
20 ms
A
pewaktuan
t1
T1
t2
T2
B
Keluaran
Integrato r
Vy
Keluaran
Komparator
Store
0,2%
dari
harga
pembacaan.
2.5.3.2. Ohmmeter
Sistem pengukuran resistansi
ditunjukkan pada gambar 2-97.
Metode yang digunakan dengan
melewatkan arus pada R yang
tidak
diketahui
besarnya,
kemudian
diukur
besarnya
tegangan drop pada R tersebut.
I tetap
Voltmeter
R tak
diketahui
pembangkit
pulsa
untuk
membangkitkan komando store
atau reset. Asumsikan bahwa
pencacah telah diatur nol, urutan
operasinya
sebagai
berikut.
Gerbang pencacah dilumpuhkan
untuk satu perioda clock dengan
keluaran dibagi dua. Shaped input
waveform
dihubungkan
ke
pencacah sehingga menghitung
junlah siklus selama satu perioda
clock. Pada akhir perioda sinyal
pewaktu berada pada ujung
menuju negatip ( C) menyebabkan
generator pulsa membangkitkan
dua pulsa berturut turut. Pulsa
pertama
mengkomando
(E)
pencacah untuk menyimpan dan
memperagaan keadaan bagian
penghitung. Pulsa kedua (F)
mereset
bagian
penghitung
sehingga keadaan nol untuk
operasi pada siklus berikutnya.
Proses ini akan restart bila sinyal
pewaktu ( C) kembali berayun ke
Vin
Sinus
Decoder /
BCD
Gerban
g
AND
kotak
Pencacah
Store
Clock
generator
Pembagi
frekuen
Reset
Pembangkit
pulsa
C
Masukan
B
C
D
E
Clock
generator
Gerbang
Pencacah
A
Masukan
Sinus
B
Pembagi
frekuensi
kotak
Decoder /
BCD
C
Pencacah
save
Pembangkit
pulsa
reset
Masukan
B
C
D
E
Gerbang
AND
Pencacah
store
run
stop
Pencacah
reset
Pembangkit
pulsa
Timer control
Prime
2.5.3.5. Kapasitansimeter
Jika arus I dan tegangan V
konstan mempunyai hubungan C
= (I t /V), juga kapasitansi C = kt, k
adalah konstanta dan t waktu.
Hubungan
sederhana
ini
memberikan
gambaran
kemungkinan
mengukur
kapasitansi dengan membuat
Decoder /
BCD
Pembangkit
Clock
Pencacah
C
B
d/dt
Tegangan
acuan
komparator
Pembagi
frekuensi
Pewaktuan
20 ms
Pewaktuan
Tegangan
acuan
Keluaran
komparator
B
C
store
Pengukuran Tegangan DC
x
x
x
x
2. Pengukuran Tegangan AC
* Selektor di tempatkan pada posisi
tegangan AC.
* Cakupan batas ukur dipilih pada
posisi terbesar jika pembatas
cakupan tidak otomatis.
* Colok merah ditempatkan pada
polaritas positip dan hitam pada
negatip.
* Bila sudah yakin benar, baru power
di onkan.
* Satuan diperhatikan agar tidak salah
dalam membuat data pengukuran.
4. Fungsi Lain-lain
Selain sebagai AVO meter tiap multimeter mempunyai variasi
pengukuran yangberbeda-beda. Secara umum penggunaan
multimeter digital dengan langkah sebagai berikut :
x Sisipkan probe ke dalam hubungan yang benar sesuai
fungsinya. Langkah ini diperlukan karena kemungkinan ada
sejumlah hubungan berbeda yang dapat digunakan.
x Atur saklar pada jenis pengukuran dan cakupan pengukuran
yang benar. Pada saat memilih cakupan yakinkan bahwa telah
diantisipasi pada cakupan maksimum. Cakupan pada multimeter
digital dapat direduksi bilamana diperlukan. Oleh karena itu
dengan pemilihan cakupan yang terlalu tinggi dapat mencegah
pembebanan meter.
x
x
x
Peraga Mati
Dilakukan pengecekan polaritas
baterai
kemungkinan
salah
dalam
pemasangan.
Pengawatan hubungan peraga
dan periksa meter.
Dilakukan pengecekan baterai
apakah masih dalam kondisi
baik.
Dilakukan pengecekan peraga,
diuji secara tersendiri.
range
Titik acuan kemungkinan open
kemungkinan sinyal masukan
mengambang
masukan tegangan bukan dc
Meliputi :
Sensor tes, pengetesan ground, baterai,
alternator,
tes sistem pengisian, Pengukuran RPM
Multimeter Otomotif
LCR METER
BAB 3
Tujuan
Pokok Bahasan :
A
I2
I1
R1
E
C
I3
R2
D
G
R3
R4
I4
B
I1 R1 = I 2 R 2............................................................... ( 3 1 )
Jika arus galvanometer menunjuk nol, maka :
E
I1 = I 3 =
---------------------------------------
(32)
---------------------------------------
(33)
R1+ R 3
E
I2 = I 4 =
R2+ R 4
Dengan mensubstitusikan persamaan ( 3 2 ) , ( 3 3 ) dan (3 1 ),
maka didapatkan :
I1
E /(R1+R3)
=
I2
E / (R2+R4)
I1
R2 + R4
=
I2
R1 + R3
I1 ( R 1 + R 3 ) = I 2 ( R 2 + R 4 )
Jika I2 dari persamaan (3 -1) dimasukam, didapatkan :
I1 R1
I1 ( R 1 + R 3 ) =
. R2 + R4
R2
I1R1R4
I1 R1 + I1 R3 = I1 R1 +
R2
I1R2R3 = I1R1R4
R2 R3 = R1 R4
...................... ( 3 4)
Persamaan 3 4 merupakan
bentuk kesetimbangan jembatan
Weatstone.
Apabila
ketiga
tahanan tersebut diketahui dan
Rx =
R2 R3
-------R1
.......(3 5)
R2
R1
Keterangan :
R1 : tahanan lengan 1
R2 : tahanan lengan 2
R3 : tahanan lengan 3
Rx : Tahanan yang diukur
Ry : tahanan variable dari
seutuas kawat yang
terminalkan pada titik m,
p dan n
R3
n RX
Ry
E
Gambar 3 2 Jembatan Kelvin
Gambar 3-2
Ry menyatakan
tahanan kawat penghubung dari
R3 ke Rx . Jika galvanometer
dihubungkan ke titik m, tahanan
Ry dari kawat penghubung
dijumlahkan ke tahanan Rx yang
tidak diketahui dan menghasilkan
Rx yang lebih besar. Jika
dihubungkan ke titik n, Ry
dijumlahkan
dengan
lengan
Rnp
----------
Rmp
R1
= ------R2
dan
hasil
jembatan
R3
pengukuran Rx akan lebih kecil
dari yang sebenarnya. Apabila
galvanometer dihubungkan ke
titik p (diantara titik m dan n)
sehingga perbandingan tahanan
dari n ke p dan dari m ke p sama
dengan
perbandingan
tahanan-tahanan R1 dan R2 atau
jika ditulis :
(3 6)
R
R1
np
R2
( R
R
mp
) .................. (3 - 7)
R
R
R
np
mp
R1
np
R2
R
R
mp
Keterangan :
R1
(R R )
y
np
R2
R1
R
R2 y
R
R
np
np
R1
R
R 2 np
R1 R y
np
R2
R1
R
R 2 np
R1
R2
R1
)
R2
(1
R1 R 4
R2
.
1
1 R1/ R 2
R1 R y
R 2 R1
np
sedangkan Rmp bila dihitung dengan cara yang sama akan didapatkan :
R1 R y
R1 R 2
mp
Jika harga Rnp dan Rmp dimasukkan dalam persamaan (3 7), maka
didapatkan :
R1 Ry
R
x R R
1 2
R2 Ry
R1
(R
).........
..........
..........
....(3- 8)
3 R R
R2
1 2
R1 R y
R1 R 2
R1 R 3
R2
R1 R 2 R y
R 1R 2 R 2R 2
R
R
R1 R 3
x
R2
R1 R 3
R2
R 1 R 2R y
R1 R 2
R1 R y
R1 R 2
...................................................................(3 - 9)
k
R2
R1
l
p
R3
R
b
n
Ry
E
sama
R2
R1 R 2
kl
E
(a b) R
y
I^ R 3 R
x
(a b R )
y
(a b) R
b
y
I [ R3
{
}]
ab
(a b R )
y
2
R R
1
2
kl
lmp
Ekl = E lmp,
R
2
I
R R
1
2
I
^ R3
R
(a b) R
(a b R )
y
(a b) R
b
y
R3
.
a b (a b R )
y
(a b) R
(a b R )
y
(a b) R
y
R3 Rx
(a b R )
y
Rx
Rx
Rx
Rx
R R
1
2
R
2
^ R3
bR
y
(a b R )
y
bR
R R
R R
y
1 3 R
1
2 .
3
(a b R )
R
R
y
2
2
(a b) R
bR
bR
R
R R
y
y
y
1 3 1 .
R
(a b R ) (a b R ) (a b R )
R
y
y
y
2
2
- aRy - b R
bR
bR
R
R R
y
y
y
1 3 1 .
(a b R ) (a b R ) (a b R )
R
R
y
y
y
2
2
-a R
bR
R
R R
y
b
y
1 3 1 .
.
(a b R ) (a b R ) b
R
R
y
y
2
2
bR
R R
R
y
a
1 3
( 1 - )..........................(3 10)
(a b R )
R
b
R
y
2
2
R1 R 3
R2
R2
R1
Detekt
LS
Lx
Rs
Keterangan :
Ls : Induktansi
standar
Lx : Induktansi yang
diukur
RX
Z3 = RS + j? LS
Z2 = R2
Z4 = Rx + j? Lx
dinyatakan
dalam
kompleks, maka :
bentuk
adalah
sama.
Dengan
menyamakan bagian-bagian nyata
dari persamaan (3 12), maka :
R1 Rx = R2 RS
Rx =
R2
R . (3 13)
R1 S
R2
L ..(3 14)
R1 S
kapasitansi
yang
diketahui.
Gambar 3 5 menggambarkan
rangkaian jembatan Maxwell.
R1
R2
C1
Detektor
Keterangan :
LX
Rs
RX
Lx induktansi yang
diukur
Rx adalah tahanan
kumparan Lx
Z2 = R 2
Z4 = RX + jwl x
+ R2R3jwC1 (3 15)
R1
Jika bagian nyata dan bagian khayalnya dipisahkan, maka didapatkan
R2R3
RX =
(3 - 16)
R1
J w Lx = R2 R3 jwC1
Lx = R2R3 C1
3.1.2.3. Jembatan Hay
Jembatan Hay digunakan untuk
mengukur induktansi yang belum
diketahui dengan membandingkan
terhadap
kapasitansi
yang
diketahui. Jadi pada prinsipnya
sama dengan jembatan maxwell,
bedanya pada jembatan maxwell
lengan pertama C1 paralel dengan
R1, sedang pada jembatan hay C1
seri dengan R1. Pada jembatan
maxwell terbatas pada pengukuran
kumparan dengan Q menengah (
(3 17)
R1
R2
C1
~
Detektor
Lx
Rs
Rx
Gambar 3 6 Jembatan Hay
Z
1
Z
2
R - j/ C
1
1
R
2
3
Z
4
3
R jL
x
x
Z Z
Z Z
1 4
2 3
(R - jC )( R
1
1
x
R R R j L 1 x
1
x
jL )
x
jR
L
x x
C
C
1
1
R R
2 3
R R .................(3 18)
2 3
R R
1 x
R
x
C
1
x
C
1
R R .............................................( 3 19)
2 3
L R ........................................................(3 20)
x 1
x
C
1
L R - - - - - - - - - - - - - -- ! L
x 1
x
L
R R x
1 x
C
1
2C R
1 1
R R
2 3
R R
1 x
R
R3R
2
2
C 2R
1 1
1
( R1
)
R R
2 3
2
C 2R
1 1
R R
2 3
(R 1 / 2 C 2 R )
1
1 1
R R
2 3
2
R ( C 2R ) 1
1
1 1
2
C R
1 1
R R R 2C 2
1 2 3
1
........................................(3 - 21 )
2
2
2
C R 1
1 1
R
x
2
C R )
1 1
Catatan : ? = 2 p f
Bila harga Rx dimasukkan maka didapatkan :
R R R 2C 2
1
1 2 3
1 .
2C 2R 2 1
2C R
1 1
1 1
R R C
2 3 1
........................................(3 - 22)
2
2
2
C
R
1
1 1
R1
R2
E
C1
~
Detektor
Rx
Rs
Cx
Gambar 3 7 Jembatan pembanding kapasitansi
Z3 = RS j /? Cs
Z2 = R2 Z4= RX j /? Cx
Dalam keadaan setimbang, maka :
Z1 Z4 = Z2 Z3
j
R 1 ( RX -
j
)=
R2 ( Rs -
? Cx
j
R1 RX R1
j
=
? Cx
)
? Cs
R2 Rs R2
.. (3 - 23)
? Cs
Sama
dengan
jembatan
pembanding induktansi, dua
bilang kompleks adalah sama
bila bagian-bagian nyata dan
bagian-bagian khayalnya adalah
R1 Rx = R2 Rs
Rx = (R2/R1) Rs (3 -24)
Bagian-bagian khayalnya
(jR1/?Cx) = (JR2/? Cs) sehingga diperoleh hubungan :
Cx = (R1/R2) Cs
..(3 - 25)
C1
R2
R1
Detektor
C3
Cx
Rx
Z
1
1
( 1/R j C )
1
1
j
C
3
R
- j/ C
Z Z
1 4
Z
Z Z
2 3
Z Z
2 3
Z
1
j
C
j
1
R (
)(
j C )
2 C
1
R
3
1
jR
j
C
j
C
j
C
2(
C
3
jR
2
C R
3 1
R C
2 1 C
3
1
jC )
1
R
1
R C
2 1
C
3
jR
2 ............................(3 - 26)
C R
3 1
j
C
x
C
R C
2 1 ..............................................................(3 - 27)
C
3
jR
2
C R
3 1
C R
3 1 ............................................................ .(3 - 28)
R
2
Pengukuran Resistansi
Range
Resoluai minimum
Akurasi
o
o
Pada (20 sampai 5 C)
Resistansi terminal residu
Pengukuran Kapasitansi
Range
Resoluai minimum
Akurasi
o
o
Pada (20 sampai 5 C)
Resistansi terminal residu
Pengukuran Induktasi
Range
Resoluai minimum
Akurasi
f.s.)
100 H (1% +0,1 % f.s.)
10 H (3 % +0,1 % f.s.)
Mendekati 0,3 H
Akurasi
Sumber pengukuran
6
7
5
8
4
10
11
2
12
13
14
1
2.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
resistansi
seri)
yang
dikalibrasi pada frekuensi 1
kHz.
Harga
ekuivalen
resistansi
seri
yang
sebenarnya harus dihitung
Rs
=
RE/(CF)
=
(REX106)/(CpF)
yang
mana RE adalah pembacaan
dial.
Saklar X1 X10 untuk
memilih
pengali
untuk
pembacaan D dan RE pada
dial D,Q .
Saklar
SOURCE
untuk
memilih sumber internal
rangkaian jembatan, DC
untuk pengukuran resistansi
DC dan AC pada frekuensi
1kHz untuk pengukuran
resistansi, kapasitansi dan
induktansi.
RED HI
BLUE EXT + DC
untuk
dihubungkan
dengan
komponen yang akan diukur
keduanya
merupakan
terminal
mengambang
terhadap ground.
Terminal
BLACK
untuk
grounding case.
16
15
17
18
19
3.2.2 Pengoperasian
3.2.2.1. Tindakan Pencegahan Kerusakan
1. Saklar power posisikan off selama perioda standby atau bila
jembatan tidak digunakan. Ini akan memberi dampak baterai lebih
tahan lama.
Tepat nol
Indikasi RCL
6,85
6,85
6,85
6,8
6,85
6,85
0,68
6,85
6,85
9,00
9,01
10,01
9,5
Gambar 3 17 Posisi DC R
NORMAL +1,00 PADA NORMAL
Posisi
On
Gambar 3 19 Posisi on
RANGE MULTIPLIER digunakan sesuai komponen yang akan
diukur, bila belum diketahui atur pada range yang lebih tinggi agar
memberi keleluasaan ayunan penunjuk kekanan dan kekiri.
3. Putar knob RCL sampai indikator meter NULL berada ditengah. Jika
diperlukan atur RANGE MULTIPLIER.
Diputar
sampai
indikator
meter nol
Gambar 3 21 Pengaturan indikator meter nol
4. Baca indikasi RCL dan terapkan range multiplier dalam menentukan
harga resistansi.
Catatan :
a. Jika menggunakan range 1MO penunjuk null
mungkin tidak terdefinisikan dengan baik, dalam
kasus demikian dapat digunakan tegangan DC
eksternal. Alternatifnya jika resistor atau
komponen yang diukur non induktif, dapat
digunakan tegangan internal AC pada frekuensi 1
kHz. Yang berubah hanya saklar SELECTOR
pasa R dan SOURCE pada AC /RCL
b. Pada pengukuran range 0,1 O, resistansi residu
terminal harus diperhitungkan.
Posisi
nol
On
Putar ke
kanan
Kapasitor
yang
diukur
Dipilih
Control
Sensitivitas
Atur
dial DQ
Gambar 3 32 Mengatur dial D Q
5. Atur kembali knob RCL dan dial D, Q untuk mendapatkan kondisi
pengenolan paling baik.
Knob RCL
Atur
kembali
Dial DQ
Pindahkan
ke posisi
X10
Posisi
1mH
Posisi
0,3
Diatur
2,5
Putar ke
kanan
Perhatian
Pengenolan nilai induktansi dengan memutar dial DQ
minimum pada arah berlawanan jarum jam 4. Bila
resistansi dc komponen induktansi yang diuji sangat
besar, atau Q kumparan kurang dari 0,1 pengukuran
dilakukan dengan
frekuensi pengukuran (1kHz).
Sebaliknya nilai maksimum dial Q diputar maksimum
searah jarum jam 1X 10X. Jika saklar sudah diatur pada
posisi X10 ternyata Q lebih besar dari 30 diluar range
pengukuran, maka tambahkan resistor seri beberapa ohm
sampai beberapa ratus ohm ke inductor
sehingga
mengurangi Q sampai kurang dari 30.
ke
sumber
tegangan
Off
jangan
sampai 3.4.2.Langkah-langkah
Pengukuran :
1. Atur saklar POWER (knob
control SENSITIVITY) pada
posisi off.
2. Atur supply DC eksternal
pada posisi off.
3. Hubungkan colok negatip
meter ke terminal hitam dan
colok positip meter ke biru
(Ext
+DC)
perhatikan
gambar.
4. Hubungkan komponen yang
akan diukur pada terminal
merah dan biru.
5. Putar knob RCL dan baca
penunjukkan,
pembacaan
dengan
multiplier
sama
seperti pengukuran dengan
sumber tegangan dalam.
Resistor
HI
EXT
+DC
R pelindung
Sumber
Tegangan
DC Luar
1 kO
10 kO
100 kO
1 MO
30V
70V
220V
500V
>180O
>2,2 kO
> 27kO
> 56kO
Audio Osilator
1-5Vrms
1F
Keluaran
EXT, SIG, IN
Gambar 3 - 45 Pengukuran C, L dengan sumber dari luar
LAMPIRAN. A
DAFTAR PUSTAKA
Agilent.2007. Agilent Automotive Electronics 10 Aplication Note on
Design Debug and Function. Agilent Test. USA. Agilent
Technologies,Inc. www.agilent.com
Basic oscilloscope operationCreative Commons Attribution License,
version 1.0. To view a copy of this license, visit
http://creativecommons.org/licenses
Bernard Grob. 1984. Basic Television And Video Sistem. Singpore. Mc
Graw Hill International Edition Singapore
Carson Kennedy.1999. Introduction to GPS (Global Position System).
Leica Geosystem AG. Switzerland. www.leica-geosystems.com
Cooper, William D, 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik
Pengukuran. (Terjemahan Sahat Pakpahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.(Buku asli diterbitkan tahun 1978)
Creative Commons 559 Nathan Abbott Way, Stanford, California 94305,
USA
David Matzke dkk. USE OF THE OSCILLOSCOPE. Science Learning
Center. Data University Of Michigan-Dearbon.
Deboo and Burrous.1977. Integreted Circuit And Semiconductor Devices
: theory and application. Tokyo Japan : Kogakusha.Ltd
Fluke. Principles testing methods and applications.
http://www.newarkinone.thinkhost.com/brands/p
romos/ Earth_Ground_Resistance.pdf
Garmin.(2000). GPS Guide for beginner. Garmin Corporation. USA.
www.garmin.com
Gekco. 2002. A Video Tutorial. Copyright Gekco.
http://www.gekco.com/vidprmr.htm tanggal 1 Oktober
Hai Hung Chiang. (1984). Electrical And Electronic Instrumentation. A
wiley Interscience New York. Publication Jhn Wiley And Son.
http://www.duncaninstr.com/images
http://www.humminbird.com/images/ PDF/737.pdf
http://www.eaglesonar.com/Downloads/Manuals/Files/IntelliMap640c_01
43-881_121305.pdf tanggal 20 Desember 07
http://www2.tek.com/cmswpt/tidownload.lotr?ct=TI&cs=wpp&ci=3696&lc=
EN&wt=480&wtwi=3696&wtla=EN&wtty=TI&wtsty=White+Paper&wt
pt=DOWNLOAD&wtbu=Instrumens+Business&wtpl=Real+Time+Sp
ektrum+Analyzers&wtlit=37W-192850&wtsize=27+KB&wtver=1.0&wtcat=tektronix&wtnbrp=0&wtmd=RS
A2203A%2CRSA2208A%2CRSA3303A%2CRSA3308A%2CRSA3
408A&wtti=EMI+Measurements+Using+Tektronix+RealTime+Spektrum+Analyzers
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR
http://www.tek.com/Measurement/App_Notes/37W_18400/eng/37W_184
00_0.pdf
http://productsearch.machinedesign.com/featuredproducts/Industrial_Co
mputers_Embedded_Computer_Components/Data_Acquisition/Spe
ktrum_Analyzers_Signal_Analyzers
http://www2.tek.com/cmswpt/tidownload.lotr?ct=TI&cs=wpp&ci=3696&lc=
EN&wt=480&wtwi=3696&wtla=EN&wtty=TI&wtsty=White+Paper&wt
pt=DOWNLOAD&wtbu=Instrumens+Business&wtpl=Real+Time+Sp
ektrum+Analyzers&wtlit=37W-192850&wtsize=27+KB&wtver=1.0&wtcat=tektronix&wtnbrp=0&wtmd=RS
A2203A%2CRSA2208A%2CRSA3303A%2CRSA3308A%2CRSA3
408A&wtti=EMI+Measurements+Using+Tektronix+RealTime+Spektrum+Analyzers
http://images.mycdmm.de/file/353bb62d149fcebb6f5537f0c8f152203b41f
7c9 Manual stargass
(www.wikimediafoundation.org/ Oktober 2007)
http://www.aboutniclear.org/view
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR
http://www.healthline.com\CTscan\ Ctimaging equipment Information
http://health.howstuffworks.com/mri1.htm
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26b.html CT ijo
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26c.html sumber CAT
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1
http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.html
http://en.wikilipedia.org/wiki/Functional_magnetik_resonance_imaging
http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_imaging
http://www.aboutnuclear.org/view.cgi?fC=The_Atomhttp://www.radiologyi
nfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/P
art2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR
http://www.healthline.com\CTscan\ Ctimaging equipment Information
http://health.howstuffworks.com/mri1.htm
http://www.DiagnostikMedicalIS/Medicalultrasonography-Wikipedia,the
freeencyclopedia.mht.
http://www.humminbird.com/images/PDF/737.pdf
LAMPIRAN B
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Tabel 1-1
Tabel 1-2
Tabel 1-3
Tabel 1-4
Tabel 4-3
Tabel 5-1
Nama Tabel
Besaran-besaran satuan dasar SI
Beberapa contoh satuan yang diturunkan
Perkalian desimal
Satuan bukan SI yang dapat dipakai bersama
dengan satuan
Konversi Satuan Inggris ke SI
Letak alat ukur waktu digunakan
Beberapa Contoh Alat Ukur Penunjuk Listrik
Tabel kebenaran decoder BCD
Karakteristik beberapa fosfor yang lazim
digunakan
Kalibrasi Arus
Harga Rx dan D
Spesifikasi Umum Meter Elektronik Analog
Probe Multimeter Pengukuran Tegangan Tinggi
Range Pengukuran dan Akurasi
Kalibrasi Voltmeter
Kesalahan dan Koreksi Relatip
Kalibrasi Arus
Kesalahan dan Koreksi Relatip
Spesifikasi Multimeter Digital
Pembacaan nilai pengukuran
Pengaturan saklar NORMAL pada +1,00
Range multiplier
Rating, Internal Impedance, and rated power loss
Konstanta Pengali (Tegangan perkiraan
120/240V, arus perkiraan 1/5A
Range Tegangan dan Arus
Tahanan pentanahan
Tabel 5-2
Tabel 5-3
Tabel 5-4
Tabel 5-5
Tabel 6-1
Tabel 6-2
Tabel 6-3
226
239
243
246
250
272
273
Tabel 9-1
388
Tabel 1-5
Tabel 1-6
Tabel 1-7
Tabel 1-8
Tabel 1-9
Tabel 2-1
Tabel 2-2
Tabel 2-3
Tabel 2-4
Tabel 2-5
Tabel 2-6
Tabel 2-7
Tabel 2-8
Tabel 2-9
Tabel 2-10
Tabel 3-1
Tabel 3-2
Tabel 3-3
Tabel 4-1
Tabel 4-2
Tabel 9-2
Tabel 9-3
Tabel 9-4
Tabel 9-5
Tabel 9-6
Tabel 10-1
Tabel 11-1
Halaman
3
4
5
5
6
9
13
33
39
50
64
72
72
73
84
85
89
90
114
145
146
158
175
179
194
221
389
414
415
415
416
456
502
Tabel 11-2
Tabel 11-3
503
515
Tabel 12-1
Faktor-faktor kesalahan
538
LAMPIRAN C
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Gambar 1-1
Gambar 1-2
Gambar 1-3
Gambar 1-4a
Gambar 1-4b
Gambar 1-5
Gambar 1-6
Gambar 1-7
Gambar 1-8
Gambar 1-9
Gambar 1-10
Gambar 1-11
Gambar 1-12
Gambar 1-13
Gambar 1-14
Gambar 1-15
Gambar 1-16
Gambar 1-17
Gambar 1-18
Gambar 1-19
Gambar 1-20
Gambar 1-21
Gambar 1-22
Gambar 1-23
Gambar 1-24
Gambar 1-25
Gambar 1-26
Gambar 1-27
Gambar 1-28
Gambar 1-29
Gambar 1-30
Gambar 1-31
Gambar 1-32
Gambar 1-33
Gambar 1-34
Gambar 1-35
Gambar 1-36
Gambar 1-37
Gambar 1-38
Gambar 1-39
Gambar 2-1
Gambar 2-2a
Gambar 2-2b
Gambar 2-3
Nama gambar
Alat ukur standar galvanometer
Alat ukur sekunder
Posisi pembacaan meter
Pembacaan yang salah
Pembacaan yang benar
Pengenolan meter tidak tepat
Posisi pegas
Kalibrasi sederhana ampermeter
Kalibrasi sederhana voltmeter
Hukum tangan kiri Fleming
Prinsip kerja alat ukur
Momen penyimpang
Penentuan dari penunjukkan alat ukur kumparan
putar
Skala alat ukur kumparan putar
Peredaman alat ukur kumparan putar
Gerakan jarum penunjuk dari suatu alat ukur
Prinsip kerja instrumen tipe tarikan
Beberapa bagian instrumen tipe tarikan
Besarnya momen gerak
Beberapa bagian penampang jenis repulsion
Dua buah lembaran besi yang berbentuk seperti
lidah
Prinsip alat ukur elektrodinamis
Rangkaian ampermeter elektrodinamis
Rangkaian voltmeter elektrodinanmis
Skema voltmeter elektrostatis
Rekombinasi elektron
Polaritas dan simbol LED
LED
Rangkaian LED
Skematik seven segmen
Peraga seven segmen
Rangkaian dekoder dan seven segmen
Macam-macam peragaan seven segmen
Konstruksi LCD
Contoh peraga LCD pada multimeter
Perkembangan LCD pada implementasi monitor
TV
Skema CRT
Cutaway rendering of a color CRT
Senapan elektron
Tanda skala gratikul
Basic meter unit
Ampermeter shunt
Ampermeter dengan basic meter unit
Contoh soal ampermeter shunt
Halaman
2
3
7
7
7
7
8
10
11
14
15
16
17
17
18
19
20
21
21
23
23
25
26
26
27
29
29
30
30
31
31
32
32
33
34
35
36
36
37
40
42
43
43
44
Gambar 2-4
Gambar 2-5
Gambar 2-6
Gambar 2-7
Gambar 2-8
Gambar 2-9
Gambar 2-10a
Gambar 2-10b
Gambar 2-11
Gambar 2-12
Gambar 2-13
Gambar 2-14
Gambar 2-15
Gambar 2-16
Gambar 2-17
Gambar 2-18
Gambar 2-19a
Gambar 2-19b
Gambar 2-20a
Gambar 2-20b
Gambar 2-21
Gambar 2-22
Gambar 2-23
Gambar 2-24
Gambar 2-25
Gambar 2-26
Gambar 2-27
Gambar 2-28
Gambar 2-29
Gambar 2-30
Gambar 2-31
Gambar 2-32
Gambar 2-33
Gambar 2-34
Gambar 2-35
Gambar 2-36
Gambar 2-37
Gambar 2-38
Gambar 2-39
Gambar 2-40
Gambar 2-41
Gambar 2-42
Gambar 2-43
Gambar 2-44
Gambar 2-45
Gambar 2-46
Gambar 2-47
Gambar 2-48
Gambar 2-49
45
46
47
48
49
49
50
51
51
52
52
54
54
55
56
57
60
60
60
60
61
62
63
65
65
66
67
67
68
69
69
70
71
74
74
75
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
Gambar 2-50
Gambar 2-51
Gambar 2-52
Gambar 2-53
Gambar 2-54
Gambar 2-55
Gambar 2-56
Gambar 2-57
Gambar 2-58
Gambar 2-59
Gambar 2-60
Gambar 2-61
Gambar 2-62
Gambar 2-63
Gambar 2-64
Gambar 2-65
Gambar 2-66
Gambar 2-67
Gambar 2-68
Gambar 2-69
Gambar 2-70
Gambar 2-71
Gambar 2-72
Gambar 2-73
Gambar 2-74
Gambar 2-75
Gambar 2-76
Gambar 2-77
Gambar 2-78
Gambar 2-79
Gambar 2-80
Gambar 2-81
Gambar 2-82
Gambar 2-83
Gambar 2-84
Gambar 2-85
Gambar 2-86
Gambar 2-87
Gambar 2-88
Gambar 2-89a
Gambar 2-89b
Gambar 2-90
Gambar 2-91
Gambar 2-92
Gambar 2-93
Gambar 2-94
81
83
85
86
86
87
87
88
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
107
108
108
110
111
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
2-95
2-96a
2-96b
2-97
2-98
Gambar 2-99
Gambar 2-100
Gambar 2-101
Gambar 2-102
Gambar 2-103
Gambar 2-104
Gambar 3-1
Gambar 3-2
Gambar 3-3
Gambar 3-4
Gambar 3-5
Gambar 3-6
Gambar 3-7
Gambar 3-8
Gambar 3-9
Gambar 3-10
Gambar 3-11
Gambar 3-12
Gambar 3-13
Gambar 3-14
Gambar 3-15
Gambar 3-16
Gambar 3-17
Gambar 3-18
Gambar 3-19
Gambar 3-20
Gambar 3-21
Gambar 3-22
Gambar 3-23
Gambar 3-24
Gambar 3-25
Gambar 3-26
Gambar 3-27
Gambar 3-28
Gambar 3-29
Gambar 3-30
Gambar 3-31
Gambar 3-32
Gambar 3-33
Gambar 3-34
Gambar 3-35
Gambar 3-36
Meter Digital
Sistem Pengukuran Tegangan
Bentuk Gelombang Tegangan
Pengukuran Resistansi dengan Voltmeter Digital
Sistem dan Bentuk Gelombang Pengukuran
Frekuensi
Sistem dan Bentuk Gelombang Pengukuran
Perioda
Sistem Pengukuran Interval Waktu
Sistem dan Bentuk Gelombang pengukuran
kapasitansi
Macam-macam Meter Digital
Multimeter Digital dengan Selektor dan Otomatis
Macam-macam Multimeter Digital di Pasaran
Jembatan Wheatstone
Jembatan Kelvin
Jembatan Ganda Kelvin
Jembatan Pembanding Induktansi
Jembatan Maxwell
Jembatan Hay
Jembatan Pembanding Kapasitansi
Jembatan Schering
Panel-panel LCR Meter
Sisi Atas Case
Panel Belakang LCR Meter
Posisi Saklar Off
Posisi Nol Meter
Panel Depan LCR Meter
Cara Mengukur Resistansi
Posisi Selector
Posisi DC R
Posisi Normal
Posisi On
Range Multiplier
Pengaturan Indikator Meter Nol
Pembacaan Indikator RCL
Selector pada Posisi C
Saklar Source pada AC/RL
Dial D Q pada 0
Saklar D Q pada posisi x 1
Saklar Normal +1,00 pada posisi Normal
Saklar Power pada posisi On
Kontrol Sensitivity
Posisi Kapasitor yang diukur
Mengatur Saklar Range Multiplier
Mengatur Dial D Q
Mengatur Knob RCL dan Dial D Q
Mengatur Saklar D Q pada Posisi x 10
Pembacaan Hasil Pengukuran
Saklar Pemilih pada Posisi L
111
115
116
117
118
119
120
121
122
124
125
126
128
130
132
133
135
137
138
141
142
143
144
144
145
146
146
147
147
147
147
148
148
149
149
149
150
150
150
150
151
151
151
152
152
152
153
Gambar 3-37
Gambar 3-38
Gambar 3-39
Gambar 3-40
Gambar 3-41
Gambar 3-42
Gambar 3-43
Gambar 3-44
Gambar 3-45
Gambar 4-1
Gambar 4-2
Gambar 4-3
Gambar 4-4
Gambar 4-5
Gambar 4-6
Gambar 4-7
Gambar 4-8
Gambar 4-9
Gambar 4-10
Gambar 4-11
Gambar 4-12
Gambar 4-13
Gambar 4-14
Gambar 4-15
Gambar 4-16
Gambar 4-17
Gambar 4-18
Gambar 4-19
Gambar 4-20
Gambar 4-21
Gambar 4-22
Gambar 4-23
Gambar 4-24
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
4-25
4-26
4-27
4-28
153
154
154
154
155
155
157
158
158
160
163
165
167
168
169
170
170
171
172
173
174
174
176
176
177
177
178
178
180
181
184
185
186
187
191
192
193
Gambar 4-29
Gambar 4-30
Gambar 4-31
Gambar 4-32
Gambar 4-33
Gambar 4-34
Gambar 4-35
Gambar 4-36
Gambar 4-37
Gambar 4-38
Gambar 4-39
Gambar 4-40
Gambar 4-41
Gambar 4-42
Gambar 4-43
Gambar 4-44
Gambar 4-45
Gambar 4-46
Gambar 5-1
Gambar 5-2
Gambar 5-3
Gambar 5-4
Gambar 5-5
Gambar 5-6
Gambar 5-7
Gambar 5-8
Gambar 5-9
Gambar 5-10
Gambar 5-11
Gambar 5-12
Gambar 5-13
Gambar 5-14
Gambar 5-15
Gambar 5-16
Gambar 5-17
Gambar 5-18
Gambar 5-19
Gambar 5-20
Gambar 5-21
193
194
196
196
196
199
200
200
201
201
202
202
203
205
206
207
208
209
211
212
213
213
214
214
214
215
215
216
217
218
218
219
221
222
222
222
222
224
Gambar 5-22
Gambar 5-23
Gambar 5-24
Gambar 5-25
Gambar 5-26
Gambar 5-27
Gambar 5-28
Gambar 5-29
Gambar 5-30
Gambar 5-31
Gambar 5-32
Gambar 5-33
Gambar 5-34
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5-35
5-36
5-37
5-38
5-39a
Gambar 5-39b
Gambar 5-40
Gambar 5-41
Gambar 5-42
Gambar 5-43
Gambar 5-44
Gambar 5-45
Gambar 5-46
Gambar 5-47
Gambar 6-1
Gambar 6-2
Gambar 6-3
Gambar 6-4
Gambar 6-5
Gambar 6-6
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
6-7
6-8
6-9a
6-9b
Gambar 6-10
225
227
228
229
230
230
231
232
232
233
235
235
235
235
236
237
237
238
238
239
240
240
241
242
244
245
245
247
249
251
252
253
255
255
256
257
257
259
Gambar 6-11
Gambar 6-12
Gambar 6-13
Gambar 6-14
Gambar 6-15
Gambar 6-16
Gambar 6 -17
Gambar 6-18
Gambar 6-19
Gambar 6-20
Gambar 6-21
Gambar 6-22
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
6-23
6-24
6-25
6-26
6-27
6-28
Gambar 6-29
Gambar 6-30
Gambar 6-31
Gambar 6-32
Gambar 6-33
Gambar 6-34
Gambar 7-1
Gambar 7-2
Gambar 7-3
Gambar 7-4
Gambar 7-5
Gambar 7-6
Gambar 7-7
Gambar 7-8
Gambar 7-9
Gambar 7-10
Gambar 7-11
Gambar 7-12
Gambar 7-13
Gambar 7-14
Gambar 7-15
Gambar 7-16
Gambar 7-17
Gambar 7-18
260
261
262
264
264
265
266
266
269
269
271
272
274
275
275
276
277
278
278
280
281
281
283
284
288
289
290
290
291
291
291
292
293
293
294
295
296
298
298
299
301
303
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
7-19
7-20
7-21
7-22
7-23
Gambar 7-24
Gambar 7-25
Gambar 7-26
Gambar 7-27
Gambar 7-28
Gambar 7-29
Gambar 7-30
Gambar 7-31
Gambar 7-32
Gambar 7-33
Gambar 7-34
Gambar 7-35
Gambar 7-36
Gambar 7-37
Gambar 7-38
Gambar 7-39
Gambar 7-40
Gambar 7-41
Gambar 7-42
Gambar 7-43
Gambar 7-44
Gambar 7-45
Gambar 7-46
Gambar 7-47
Gambar 7-48
Gambar 7-49
Gambar 7-50
Gambar 7-51
Gambar 7-52
Gambar 7-53
Gambar 7-54
Gambar 7-55
Gambar 7-56
Gambar 7-57
Gambar 7-58
Gambar 7-59
Gambar 7-60
Gambar 7-61
Gambar 7-62
305
055
305
306
308
310
310
314
315
315
316
316
320
322
322
323
323
324
324
324
325
325
326
326
327
328
329
329
330
330
331
332
333
334
334
334
334
335
335
335
335
337
337
338
Gambar 7-63
Gambar 7-64
Gambar 7-65
Gambar 7-66
Gambar 7-67
Gambar 7-68
Gambar 7-69
Gambar 7-70
Gambar 8-1
Gambar 8-2
Gambar 8-3
Gambar 8-4
Gambar 8-5
Gambar 8-6
Gambar 8-7
Gambar 8-8
Gambar 8-9
Gambar 8-10
Gambar 8-11
Gambar 8-12
Gambar 8-13
Gambar 8-14
Gambar 8-15
Gambar 8-16
Gambar 8-17
Gambar 8-18
Gambar 8-19
Gambar 8-20
Gambar 8-21
Gambar 8-22
Gambar 8-23
Gambar 8-24
Gambar 8-25
Gambar 8-26
Gambar 9-1
Gambar 9-2
Gambar 9-3
Gambar 9-4
Gambar 9-5
338
340
340
340
341
341
341
343
345
346
346
347
348
348
349
350
351
351
351
352
352
353
355
356
357
358
359
360
361
361
362
365
367
368
372
374
375
376
377
Gambar 9-6
Gambar 9-7
Gambar 9-8
Gambar 9-9
Gambar 9-10
Gambar 9-11
Gambar 9-12
Gambar 9-13
Gambar 9-14
Gambar 9-15
Gambar 9-16
Gambar 9-17
Gambar 9-18
Gambar 9-19
Gambar 9-20
Gambar 9-21
Gambar 9-22
Gambar 9-23
Gambar 9-24
Gambar 9-25
Gambar 9-26
Gambar 9-27
Gambar 9-28
Gambar 9-29
Gambar 9-30
Gambar 9-31
Gambar 9-32
RSA
Penganalisa spektrum waktu riil blok akuisisi dan
pemrosesan
Penggunaan topeng frekuensi pada pemicuan
ranah frekuensi waktu riil
Topeng frekuensi pada level burst rendah
Penggunaan topeng frekuensi untuk memicu
sinyal berada pada sinyal besar sinyal tertentu
dalam lingkungan spectrum kacau
Peraga spektogram
Pandangan waktu dikorelasikan, peraga daya
terhadap frekuensi (kiri) dan spektogram (kanan)
Ilustrasi dari beberapa waktu dikorelasikan
disediakan untuk pengukuran pada RTSA
Pandangan multi ranah menunjukan daya
terhadap waktu, daya terhadap frekuensi dan
demodulasi FM
Pandangan multi ranah menunjukan spektogram
daya terhadap frekuensi, daya terhadap waktu
Blok diagram pemrosesan sinyal digital pada
penganalisa spektrum waktu riil
Diagram pengubah digital turun
Informasi passband dipertahankan dalam I dan
Q terjadi pada setengah kecepatan sampel
Contoh lebar band pengambilan lebar
Contoh lebar band pengambilan sempit
Pemicuan waktu riil
Pemicuan sistem akuisisi digital
Proses pemicuan penganalisa spektrum waktu
riil
Definisi topeng frekuensi
Spectrogram menunjukkan sinyal transien diatur
pada pembawa. Kursor diatur pada titik picu
sehingga data sebelum picu ditampilkan, diatas
garis kursor dan data setelah picu diperagakan
dibawah garis kursor. Garis sempit putih pada
sisi kiri daerah biru dinotasikan data setelah
picu.
Satu bingkai spektogram yang menunjukkan
kejadian picu dimana sinyal transien terjadi
disekitar topeng frekuensi
Tiga bingkai sampel Sinyal Ranah Waktu
Diskontinuitas yang disebabkan oleh ekstensi
periodic dari sampel dan bingkai tunggal
Profil jendela Blackman-Harris 4B (BH4B)
Sinyal akuisisi, pemrosesan dan peraga
menggunakan bingkai overlap
Vektor besaran dan Pasa
Typical Sistem Telekomunikasi digital
Blok diagram analisa modulasi RSA
378
379
380
380
381
381
382
383
383
385
386
387
388
388
390
391
393
395
395
398
398
398
399
400
401
402
403
Gambar 9-33
Gambar 9-34
Gambar 9-35
Gambar 9-36
Gambar 9-37
Gambar 9-38
Gambar 9-39
Gambar 9-40
Gambar 9-41
Gambar 9-42
Gambar 9-43
Gambar 9-44
Gambar 9-45
Gambar 9-46
Gambar 9-47
Gambar 9-48
Gambar 9-49
Gambar 9-50
Gambar 9-51
Gambar 9-52
Gambar 9-53
Gambar 9-54
Gambar 9-55
405
405
406
406
408
408
408
409
409
410
410
410
410
411
411
412
412
412
413
413
414
417
418
Gambar 9-56
Gambar 9-57
Gambar 9-58
Gambar 9-59
Gambar 9-60
Gambar 9-61
Gambar 9-62
Gambar 9-63
Gambar 9-64
Gambar 9-65
Gambar 9-66
Gambar 9-67
Gambar 9-68
Gambar 9-69
Gambar 10-1
Gambar 10-2
Gambar 10-3
Gambar 10-4
Gambar 10-5
Gambar 10-6
Gambar 10-7
Gambar 10-8
Gambar 10-9
Gambar 10-10
Gambar 10-11
Gambar 10-12
Gambar 10-13
Gambar 10-14
Gambar 10-15
Gambar 10-16
Gambar 10-17
Gambar 10-18
Gambar 10-19
Gambar 10-20
Gambar 10-21
Gambar 10-22
Gambar 10-23
Gambar 10-24
Gambar 10-25
Gambar 10-26
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
10-27
10-28
10-29
10-30
10-31
11-1
11-2
11-3
419
420
420
422
423
425
425
426
426
426
427
429
429
430
432
435
436
437
438
439
440
441
443
445
446
447
447
448
449
449
450
451
451
452
453
454
454
457
458
460
461
464
465
466
467
468
469
470
Gambar 11-4
Gambar 11-5
Gambar 11-6
Gambar 11-7
Gambar 11-8
Gambar 11-9
Gambar 11-10
Gambar 11-11
Gambar 11-12
Gambar 11-13
Gambar 11-14
Gambar 11-15
Gambar 11-16
Gambar 11-17
Gambar 11-18
Gambar 11-19
Gambar 11-20
Gambar 11-21
Gambar 11-22
Gambar 11-23
Gambar 11-24
Gambar 11-25
Gambar 11-26
Gambar 11-27
Gambar 11-28
Gambar 11-29
Gambar 11-30
Gambar 11-31
Gambar 11-32
Gambar 11-33
Gambar 11-34
Gambar 11-35
Gambar 11-36
Gambar 11-37
Gambar 11-38
Gambar 11-39
Gambar 11-40
Gambar 11-41
Gambar 11-42
Gambar 11-43
471
473
475
476
477
478
480
481
482
483
484
485
486
487
488
488
489
490
491
492
492
494
495
496
497
498
499
500
501
504
505
505
507
507
507
508
509
510
511
512
Gambar 11-44
Gambar 11-45
Gambar 11-46
Gambar 11-47
Gambar 11-48
Gambar 11-49
Gambar 12-1
Gambar 12-2
Gambar 12-3
Gambar 12-4
Gambar 12-5
Gambar 12-6
Gambar 12-7
Gambar 12-8
Gambar 12-9
Gambar 12-10
Gambar 12-11
Gambar 12-12
Gambar 12-13
Gambar 12-14
Gambar 12-15
Gambar 12-16
Gambar 12-17
Gambar 12-18
Gambar 12-19
Gambar 12-20
Gambar 12-21
Gambar 12-22
Gambar 12-23
Gambar 12-24
Gambar 12-25
Gambar 12-26
Gambar 12-27
Gambar 12-28
Gambar 12-29
Gambar 12-30
Gambar 12-31
Gambar 12-32
Gambar 12-33
Gambar 12-34
Gambar 12-35
Gambar 12-36
Gambar 12-37
Gambar 12-38
Gambar 12-39
Gambar 12-40
Gambar 12-41
Gambar 12-42
Gambar 12-43
513
513
514
515
516
517
519
520
521
521
522
522
523
523
524
526
527
527
528
528
529
529
530
530
531
531
532
532
534
535
536
536
536
537
538
539
540
540
541
542
543
544
544
545
545
546
547
548
549
Gambar 12-44
Gambar 12-45
Gambar 12-46a
Gambar 12-46b
Gambar 12-47
Gambar 12-48
Gambar 12-49
Gambar 12-50
Gambar 12-52
Gambar 12-53
Gambar 13-1
Gambar 13-2
Gambar 13-3
Gambar 13-4
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
13-5
13-6
13-7
13-8
13-9
13-10
Gambar 13-11
Gambar 13-12
Gambar 13-13
Gambar 13-14
Gambar 13-15
Gambar 13-16
Gambar 13-17
Gambar 13-18
Gambar 13-19
Gambar 13-20
Gambar 13-21
Gambar 13-22
Gambar 13-23
Gambar 13-24
Gambar 13-25
Gambar 13-26
Gambar 13-27
Gambar 13-28
Gambar 13-29
Gambar 13-30
550
551
551
551
552
552
552
553
553
553
555
556
557
557
557
557
558
559
560
561
562
563
564
565
565
567
569
569
569
570
570
571
572
572
573
573
574
575
576
576
Gambar 13-31
Gambar 13-32
Gambar 13-33
Gambar 13-34
Gambar 13-35
Gambar 13-36
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
13-37
13-38
13-39
13-40
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
13-41
13-42
13-43
13-44
13-45
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
13-46
13-47
13-48
13-49
13-50
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
13-51
13-52
13-53
13-54
13-55
Gambar 13-56
Gambar 13-57
Gambar 13-58
Gambar 13-59
Gambar 13-60
Gambar 13-61
Gambar 13-62
Gambar 13-63
Gambar 13-64
Gambar 13-65
578
579
579
580
582
583
584
594
585
585
587
588
590
590
590
592
594
599
600
600
601
601
602
603
603
604
604
604
605
605
606
606
606
607
608
LEMBAR PENGESAHAN
LAMPIRAN D
GLOSSARY
airbag deployment
akuisisi
amniocentesis
anti-aliasing
anti-lock brake
Anti-lock brakes
dirancang
untuk mencegah
peluncuran
dan
membantu
pengendara
mempertahankan kendali kemudi selama situasi
pemberhentian darurat
attenuator
Attenuator merupakan
piranti elektronik yang
mengurangi amplitudo atau daya sinyal tanpa
membuat bentuk gelombang cacat. Attenuator
biasanya biasanya berupa piranti pasip terdiri dari
resistor.
Bandpass Filter
chip
claustrophobic
Common Mode
Rejection Ratio
cyclotron
Debug
densifying
distorsi
Cacat gelombang
ECU test
throughput
efek piezolistrik
elektron gun
electrocardiogram
encrypte code
fisiologi
gastrointestinal
Glitch
Penyaring frekuensi
frekuensi tinggi
Immoblizer
Interlace
yang
hanya
melewatkan
terpisah.
Interpolasi
Indomitabel
interferensi
intravascular
Intermittent
Intuitif
kompatibel
Penyaring frekuensi
frekeunsi rendah.
luminansi
neonatal
yang
hanya
melewatkan
noise
noise figure
osteoporosis
Partikel
Patologi forensic
pacemaker
Penomena
peripheral
peripheral
neuropathy
portable
dapat
protocol
adalah
koneksi
pseudo-range
Cakupan pengukuran semu digunakan bersamasama dengan estimasi posisi SV yang didasarkan
pada data empiris yang dikirim oleh masing-masing
SV. Data orbital (empiris) memungkinkan penerima
untuk menghitung posisi SV dalam tiga dimensi pada
saat pengiriman sinyal secara berunyun.
radio isotop
radiactive decay
real time
Resolution
retrace
rise time
ringing
scrambling
shadow mask
S/N Ratio
sweep vernier
tomography
Transduser
transceiver
transien
troubleshooting
Vasodilatation
Virtual