Anda di halaman 1dari 10

1.

5 Uraian Proses
Proses pembuatan bioethanol dibagi dalam empat tahap, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Tahap penyimpanan bahan baku


Tahap persiapan bahan baku
Tahap proses reaksi
Tahap pemurnian produk

1.5.1 Tahap Penyimpanan Bahan Baku


Bahan baku dalam pabrik bietanol ini ada 5, yaitu sampah organik,
H2SO4, Aspergillus niger, Saccharomyces cerevisiae dan n-pentana. Sampah
sebagai bahan baku utama diterima dari pengepul merupakan sampah daundaun, sayur dan buah yang sudah dibersihkan dan kering. Sampah organik
diangkut masuk pabrik dengan menggunakan truk, kemudian disimpan
dalam gudang bata betom bertulang dalam bentuk pile (gundukan). H2SO4
dikirimkan dari PT Petrokimia Gersik, Gersik dalam bentuk cair dan
disimpan pada alat slupe drum. Urea dan asam sulfat didapatkan dari PT
Petrokimia Gersik, Gersik kemudain urea dan asam sulfat disimpan dalam
tangki berbentuk silinder. Sedangkan untuk Aspergillus niger dan
Saccharomyces cerevisiae diinokulasi sendiri mulai dari skala laboraturium
hingga dalam tangki prefermentor dengan kondisi operasi aerob dan tekanan
1 atm, suhu 30 0C hingga akhirnya digunakan dalam reaktor main fermentor.
n-Pentana yang dipakai dalam proses pemurnian didapat dari PERTAMINA
RU IV yang berada di Cilacap akan disimpan dalam alat tangki
penyimpanan.

1.5.2 Tahap Persiapan Bahan Baku


Sampah organic yang telah disimpan pada tangki dibawa dengan
menggunakan belt conveyor untuk proses penggilingan terlebih dahulu
dengan menggunakan cutter mill agar ukuran sampah menjadi homogen,

sekitar 8 mm. Setelah digiling, bahan baku tersebut ditimbang menggunakan


weighing feeder untuk mengatur laju alirnya.
Sampah organik yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam reaktor
delignifikasi untuk dihilangkan kadar ligninnya. Ada banyak metode
penghilangan lignin, perlakuan pendahuluan biomassa lignoselulosa yang
sudah mapan untuk medegradasi lignin adalah dengan menggunakan asam
sulfat encer.
Di dalam reaktor delignifikasi, sampah organic yang diumpankan
dari weighing

feeder ditambahkan H2SO4 0,75 % (v/v) kemudian

dipanaskan menggunakan steam hingga suhu 121 oC, 2 atm selama 1 jam
sehingga larutan mengalami pemecahan lignin.
Setelah proses delignifikasi pada reaktor delignifikasi, bahan baku
didinginkan menggunakan heat exchanger hingga memiliki suhu yang sesuai
dengan kondisi optimum mikroorganisme yaitu suhu 30-35 0C sebelum
digunakan dalam proses pembibitan serta digunakan untuk proses hidrolisis
dan fermentasi serentak (simultaneous saccharification and fermentation)
pada reaktor main fermentor.

1.5.3 Tahap Persiapan Saccharomyces Cerevisiae


Untuk memproduksi etanol secara fermentasi, digunakan biomassa
aktif, yaitu ragi Saccharomyces cerevisiae. Proses ini merupakan proses
persiapan yeast Saccharomyces cerevisiae agar produksi alkohol pada proses
fermentasi dapat berjalan secara maksimal. Pada perancangan ini, media
yang digunakan adalah filtrat (mengandung glukosa dan air) 10% dari filtrat
hasil proses sakarifikasi yang dengan tambahan nitrogen dan phospat dari
urea berfungsi sebagai sumber makanan dan nutrisi bagi ragi.

Tahap persiapan Saccharomyces cerevisiae ini melewati tiga tahapan,


yaitu tahap pembibitan pada skala laboraturium, tahap pembibitan di seed
fermenter dan tahap pengambangbiakan yeast di pre fermenter.

1.5.3.1 Pembibitan pada Skala Laboraturium


Tahap awal persiapan bibit Saccharomyces cerevisiae dilakukan di
laboraturium. Pembibitan starter di laboratorium bertujuan untuk
memperbanyak jumlah yeast. Pengembangbiakkan ragi Saccharomyces
cerevisiae dilakukan pada agar miring yang disebut juga liofilisasi.
Pertama, dengan teknik aseptik, tabung reaksi yang berisi sekitar 10 cc air
steril diinokulasikan dengan kultur murni ragi untuk kemudian dituangan
pada media agar. Setelah inkubasi selama beberapa hari pada temperatur
20-30 0C, kultur bisa digunakan sebagai bibit pada mash steril.
Untuk
diregenerasi

mempertahankan
setelah

keaktifannya,

disimpan

beberapa

stock

culture

waktu.

ini

Proses

pengembangbiakkan ini dilakukan secara bertahap selama 72 jam, terdiri


dari 3 tingkat. Untuk tingkat pertama waktu pemindahannya adalah
selama 24 jam. Timbulnya gelembung udara di permukaan medim dan
pengamatan di bawah mikroskop menandai adanya pertumbuhan yeast.
Prosedur pembuatan starter adalah sebagai berikut:
Mula-mula menyiapkan erlenmeyer 50 ml sebanyak 18 buah.
Kemudian diisi dengan filtrat hasil proses sakarifikasi sebanyak 30 ml
yang telah diberi nutrisi dan diasamkan dengan H 2SO4 hingga pH 4,8.
Nutrisi yang ditambahkan berupa 1 gram urea dan 0,3 gram NPK.
Campuran tersebut disterilkan dalam waterbath hingga mendidih
selama 3 jam dan dibiarkan pada suhu kamar. Ke dalam setiap erlenmeyer
ditambahkan yeast murni sebanyak 3 ose (1ose= 1 kali goresan kawat
inokulasi). Kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu 25C. Jika di

dalam erlenmeyer terdapat gelembung-gelembung udara berarti yeast


yang ditambahkan hidup.
Campuran tersebut yang terdapat dalam erlenmeyer 50 ml
kemudian dipindahkan ke 6 buah erlemneyer 1 L yang didalamnya telah
berisi tetes filtrat hasil proses sakarifikasi dan pH 4,8 sehingga volume
total dalam 1 tabung erlenmeyer 1 L adalah 1090 ml. Kemudian disimpan
selama 24 jam dalam suhu 25C.

1.5.3.2 Pembibitan pada Seed Fermenter


Seed fermenter merupakan tempat yang digunakan untuk proses
pembibitan dari yeast. Sebelum digunakan, tangki ini harus dicuci dan
disterilisasi terlebih dahulu menggunakan steam selama 1 jam pada
suhu 98-100 0C.
Bahan utama yang masuk ke dalam seed fermenter yaitu filtrat
hasil proses sakarifikasi, dan air. Bahan pendukung yang digunakan yaitu
udara dan urea sebagai nutrisi.
Filtrat hasil proses sakarifikasi dan air proses dari tangki
penyimpanan di dipompa ke tangki seed fermenter dengan bantuan
pompa ulir. Bahan nutrisi berupa asam phospat dan urea juga dimasukkan
ke dalam tangki seed fermenter. Media yang berupa tetes, air proses, dan
nutrisi disterilisasi menggunakan steam pada suhu 1000 C. Media tersebut
didinginkan dengan pendingin jaket sampai suhu 32 0C. Setelah media
tersebut dingin, yeast diinokulasikan dimana pada tahap ini proses
berlangsung secara aerob.
Jika media sudah diinokulasikan dengan yeast culture maka
diaerasi menggunakan blower. Temperature dijaga tetap pada suhu 32
0

C selama waktu inkubasi media 14 jam. Pengambilan sampel

dilakukan setiap 2 jam sekali untuk analisa sehingga diperoleh jumlah sel

awal 2,5x108 sebesar 3-5%, jumlah sel akhir 3,5x108, kadar alkohol
sebesar 3-5%.
Hasil akhir dari seed fermenter diambil sebanyak 16 liter sebagai
yeast culture untuk inokulum batch selanjutnya, sedangkan sisanya
dialirkan ke tangki pre fermenter secara gravitasi.

1.5.3.2 Pembibitan pada Seed Fermenter


Pre fermenter merupakan tempat yang digunakan untuk proses
pembiakan lebih lanjut dari yeast. Sebelum digunakan, tangki ini harus
dicuci dan disterilisasi terlebih dahulu menggunakan steam selama 1
jam pada suhu 98-100

C. Bahan utama yang masuk ke dalam pre

fermenter yaitu Filtrat hasil proses sakarifikasi dan air. Bahan pendukung
yang digunakan yaitu udara dan urea sebagai ragi.
Filtrat hasil proses sakarifikasi dan

air proses dari tangki

penyimpanan dipompa ke tangki pre fermenter dengan bantuan pompa


ulir. Bahan nutrisi berupa asam phospat dan urea juga dimasukkan ke
dalam tangki pre fermenter. Media yang berupa tetes, air proses, dan
nutrisi dipasteurisasi menggunakan steam pada suhu 78 0C. Media
tersebut didinginkan dengan pendingin system surface area sampai suhu
32 0C. Selanjutnya yeast culture dari seed fermenter dipindahkan
kedalam pre fermenter secara gravitasi.
Setelah media tersebut dingin, yeast diinokulasikan dan diaerasi
dan temperature dijaga tetap 32 0C. Media diinkubasi selama 16 jam.
Pengambilan sampel dilakukan setiap 2 jam sekali untuk analisa. Jumlah
sel awal 2x108/cc, jumlah sel akhir 3,5x108/cc dan kadar alkohol
sebesar 5-7%.
Hasil akhir dari pre fermenter dialirkan ke tangki main fermenter.

1.5.4 Tahap Proses Simultan Sakarifikasi dan Fermantasi


Main fermenter berfungsi sebagai tempat proses fermentasi utama
untuk menghasilkan mash dengan kadar alkohol 9%. Proses fermentasi ini
berlangsung

secara

anaerob.

Sebelum

digunakan,

fermenter

harus

dibersihkan terlebih dahulu dengan air pembersih dan kemudian disterilisasi


dengan steam.
Proses yang digunakan adalah Simultaneous Saccharification and
Fermentation (SSF), dimana proses sakarifikasi dan fermentasi berlangsung
dalam satu reaktor, tetapi waktu keduanya tidak bersamaan. Pada proses
reaksi hidrolisis, selulosa dan hemiselulosa diubah menjadi gula heksosa.
Proses hidrolisis dilakukan dengan menggunakan enzim Selulose sebagai
katalis. Enzim selulose dihasilkan oleh mikroorganisme Aspergillus niger
yang diumpankan dari tangki inokulasi.
Pada reaktor main fermentor dimasukkan fraksi padat yang
mengandung selulosa (hasil reaktor hidrolisis) ditambahkan nutrisi yaitu
urea dari tangki silinder untuk memenuhi kebutuhan mikrroorganisme akan
unsur C, unsur N dan unsur P. Pada proses hidrolisis menggunakan enzim
selulose, dilakukan dengan menambahkan Aspergilus niger sebanyak 0,01%
volum dari umpan total dan diaduk selama 30 menit kemudian didiamkan
selama 12 jam dengan suhu 38 0C. Hasil dari proses hidrolisis selama 12 jam
sebagian diambil untuk digunakan sebagai media pembibitan.
Setelah dihidrolisis menggunakan enzim selulose, proses reaksi
fermentasi dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme Saccharomyces
cerevisiae yang diumpankan dari tangki inokulasi. Fermentasi dilakukan
dengan suhu 380C selama 60 jam dan menggunakan Saccharomyces
cerevisiae sebanyak 2 gr/L. Setelah fermentasi selesai maka perlu
dilakukannya pemisahan antara etanol yang dihasilkan, air, enzim selulose,
mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae dan padatannya.

Pada dasarnya proses hirolisis dan fermentasi akan menghasilkan


panas, sehingga apabila kondisi tersebut terjadi secara terus-menerus, maka
mikroorganisme tidak akan bekerja secara maksimal. Salah satu cara yg
dipilih untuk menghindari masalah ini, maka pada reaktor R-001 dilengkapi
dengan jaket pendingin untuk menjaga panas rector tetap 30-350C.

1.5.5 Tahap Pemurnian Produk


Hasil proses fermentasi di reaktor R-001 kemudian dipisahkan antara
padatan dan cairannya dengan menggunakan alat rotary vacuum filter drum
(I-002). Rotary vacuum filter drum adalah suatu alat pemisah yang
menggunakan tekanan dalam keadaan vacuum untuk mengambil fasa
cairnya yang akan tersedot masuk melewati kain filter dan fasa padatannya
akan tertahan pada filternya. Kemudian lapisan padatannya akan diambil
dengan garuk dan dikirim ke alat pnampung dengan menggunakan konveyor
sabuk.
Setelah padatan dan cairannya terpisah, fasa cairan yang berisi air
dan etanol dapat dipisahkan menggunakan alat distilasi. Alat distilasi akan
memanfaatkan perbedaan titik didih masing-masing komponen untuk
memisahkan kedua komponen tersebut. Distilasi dilakukan pada suhu antara
80 hingga 90 0C. Proses pemurnian dengan menggunakan distilasi ini
dilakukan hingga menghasilkan etanol dengan kamurnian hampir 100%.
Pada proses ini digunakan empat buah menara distilasi dengan jenis baki
berupa baki berlubang-lubang yang dioperasikan pada tekanan 1 atm.
Menara distilasi C-001 berfungsi untuk memisahkan sejumlah besar air dan
sisa glukosa sebagai hasil bawah. Sedangkan hasil atas berupa air-etanolfurfural di umpanakan ke menara distilasi C-002. Di menara distilasi ini, air
dan furfural dihilangkan sebagai hasil bawah, sehingga dihasilkan etanol
95% sebagai distilat. Kemudian untuk mendapatkan etanol dengan
kemurnian >99% dengan menggunakan alat distilasi ekstraktif. Dalam
proses pemurnian lanjutan ini etanol dimurnikan dengan menggunakan zat

ketiga yaitu n-pentana yang dipompakan menggunakan pompa P-002 dari


tangki T-005. Adanya zat ketiga ini menyebabkan air dapat dipisahkan dari
etanol sehingga dapat diperoleh etanol dengan kadar hampir 100% sebagai
hasil bawah menara distilasi C-003, sedangkan hasil atasnya yang
mengandung n-pentana-air-etanol akan dipisahkan menggunakan dipisahkan
menggunakan bak pemisahan T-008 berdasarkan atas dasar densitasnya.
Menara distilasi C-003 menggunakan jenis kolom distilasi dengan baki
penyaring dan kondisi operasi bagian atas 38,60 0C, umpan dengan
temperatur 35,72 0C dan bagian bawah 78,31 0C dalam tekanan operasi 1
atm. Hasil atas bak pemisah berupa campuran dominan etanol didaur ulang
sebagai umpan bak pemisah T-008 tadi. Hasil bawah bak pemisah T-008
mengandung n-pentana dan etanol (komponan dominan n-pentana) diumpan
ke menara distilasi C-004. Menara distilassi C-004 menggunakan kolom
distilasi dengan jenis baki penyaaring. Kondisi operasi pada menara ini
dengan temperatur bagian atas sebesar 56,70 0C, umpan masuk 111,24 0C,
bagian bawah 120,68 0C dan tekanan operasi yang berjalan adalah 1 atm.
Hasil atas menara distilasi C-004 merupakan n-pentana dan didaur ulang
sebagai umpan menara distilasi C-003. Sementara hasil bawah menara
distilasi C-004 merupakan etanol dengan kadar 99,56%, yang dapat
dicampurkan dengan hasil bawah menara distilasi C-003 sehingga produk
etanol dengan kemurnian 99,94 dan selanjutnya dikirim ke tangki
penampungan T-009.

Anda mungkin juga menyukai