Anda di halaman 1dari 9

k ons e ntras i fe no l di fas e e k s trak (ppm)

etanol ( 100 rpm )


etanol ( 150 rpm )
etanol ( 200 rpm )
kloroform ( 100 rp m )
kloroform ( 150 rp m )
klorofrom ( 200 rp m )

Suhu (0C)

Grafik 1.1 hubungan antara konsentrasi fenol di fase ekstrak terhadap suhu ekstraksi
Grafik 1.1 menunjukan pengaruh variasi suhu ( 30 0 C, 40 0 C, 500 C) yang digunakan
terhadap konsentrasi fenol di fase ekstrak denagan menggunakan pelarut etanol (hitam) dan
klorofrom (putih) teknik. Nilai konsentrasi fenol di fase ekstrak paling tinggi adalah pada saat
menggunakan solven etanol, saat suhu 500 C dan kecepatan pengadukan adalah 200 rpm sebesar
8,21951 ppm, sedangakn nilai konsentrasi fenol di fase eksrak yang paling kecil terpadat pada
solven kloroform, suhu 300 C dan kecepatan pengadukan 100 rpm sebesar 2,9 ppm.
Untuk ekstraksi senyawa fenol dengan pelarut etanol dan klorofrom konsentrasi fenol di
ekstrak semakin naik dengan di ikuti naiknya temperatur.

8.5

6.5

konse ntrasi fe nol di fase ekstrak (ppm)

4.5

2.5
200
50

etanol ( 30 C )
etanol ( 40 C )
etanol ( 50 C )
kloroform ( 30 C )
kloroform ( 40 C )
klorofrom ( 50 C )

Kecepatan Pengadukan (rpm)

Grafik 1.2 hubungan antara konsentrasi di fase ekstrak terhadap kecepatan pengadukan
Grafik 1.2 menunjukan pengaruh variasi kecepatan pengadukan ( 100 rpm, 150 rpm,
200 rpm) yang digunakan terhadap konsentrasi fenol di fase ekstrak dengan menggunakan
pelarut etanol (hitam) dan kloroform (putih). Nilai konsentrasi fenol di fase ekstrak yang paling
tinggi terdapat pada solven fenol dengan kondisi suhu 50 0 C dan kecepatan pengadukan sebesar
200 rpm adalah 8,21951 ppm, sedangkan nilai konsentrasi fenol di fase ekstrak yang paling
kecil terdapat pada solven kloroform dengan kondisi suhu 30 0 C dan kecepatan pengadukan
sebesar 100 rpm.
Untuk ekstraksi fenol menggunakan pelarut etanol dan kloroform konsentrasi
mengalami kenaikan di setiap kenaikan kecepatan pengadukan, karena besarnya kecepatan
pengadukan akan memperbesar gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya
proses ekstraksi atau mencampurnya pelarut dengan umpan sehingga pelarutan solut dari diluen
dapat berlangsung secara maksimal. Selain itu semakin besar kecepatan pengadukannya juga
maka akan memperbesar bidang kontak antara umpan dengan solven.

k ons e ntras i fe no l di fas e e k s trak (ppm)

etanol ( 100 rpm )


etanol ( 150 rpm )
etanol ( 200 rpm )
kloroform ( 100 rp m )
kloroform ( 150 rp m )
klorofrom ( 200 rp m )

perbandingan umpan-solven

Grafik 1.3 hubungan antara konsentrasi fenol di fase ekstrak dengan perbandingan umpansolven
Grafik 1.3 menunjukan bahwa pengaruh variasi perbandingan umpan-solven ( 1:1, 1:2,
2:1) terhadap konsentrasi fenol di fase ekstrak dengan menggunakan solven etanol (hitam) dan
kloroform (putih). Nilai konsentrasi fenol di fase ekstrak yang tertinggi terdapat pada solven
etanol dengan kondisi 200 rpm dan perbandingan umpan-solven 1 : 2 (0,5) adalah 5,78049 ppm,
sedangkan nilai konsentrasi fenol di fase ekstrak yang terendah terdapata pada solven klorofrom
dengan kondisi 100 rpm dan perbandingan umpan solven 2 : 1 (1,5) adalah 1,9 ppm.
Untuk ekstraksi senyawa fenol dengan menggunakan pelarut etanol dan kloroform seperti
di tunjukan pada grafik di atas, semakin sedikit perbandingan umpan-solven maka konsentrasi
yang di hasilkan semakin kecil. Ini di karenakan bahwa ketika solven yang di gunakan semakin
sedikit untuk mengambil solut yang ada di dalam diluen, ketika jumlah solven di perbanyak
maka hal yang berkebalikan terjadi yaitu semakin banyak solut yang dapat terambil di dalam
diluen.

20
17.5
15
12.5

Koofisie n Distribusi

etanol ( 100 rpm )


etanol ( 150 rpm )
etanol ( 200 rpm )
kloroform ( 100 rpm )
kloroform ( 150 rpm )
klorofrom ( 200 rpm )

10
7.5
5
2.5
0
20 30 40 50
Suhu (0C)

Grafik 1.4 hubungan antara koofisien distribusi terhadap suhu ekstraksi


Grafik 1.4 menunjukan bahwa pengaruh variasi suhu ( 30 0 C, 400 C, 500 C) terhadap
koofisien distribusi dengan menggunakan solven etanol (hitam) dan kloroform (putih). Nilai
koofisien distribusi yang paling tinggi terdapat pada solven etanol dengan kondisi suhu 50 0 C
dan kecepatan pengadukan sebesar 200 rpm adalah 17,94, sedangkan yang mempunyai nilai
koofisien distribusi yang paling kecil terdapat pada solven kloroform dengan kondisi suhu 30 0 C
dan kecepatan pengadukan 100 rpm adalah 0,594.
Untuk ekstraksi senyawa fenol dengan menggunakan pelarut etanol dan kloroform, grafik
di atas menunjukan bahwa semakin besar nilai koefisien distribusinya di ikuti dengan naiknya
suhu ekstraksi. Karena salah satu syarat untuk mempengaruhi koofisien distribusi adalah suhu.

20
17.5
15
12.5
10
Koofisie n Distribusi 7.5
5
2.5
0

etanol ( 30 C )
etanol ( 40 C )
etanol ( 50 C )
kloroform ( 30 C )
kloroform ( 40 C )
100 200
50 150 250

klorofrom ( 50 C )

Kecepatan Pengadukan (rpm)

Grafik 1.5 hubungan antara koofisien distribusi terhadap kecepatan pengadukan


Grafik 1.5 menunjukan bahwa pengaruh variasi kecepatan pengadukan ( 100 rpm, 150
rpm, 200 rpm) terhadap koofisien distribusi menggunakan solven etanol (hitam) dan kloroform
(putih). Nilai koofisien distribusi yang paling tinggi terdapat pada solven etanol dengan kondisi
suhu 500 C dan kecepatan pengadukan sebesar 200 rpm adalah 17,94 , sedangkan nilai koofisien
distribusi yang paling tinggi terdapat pada solven kloroform dengan kondisi suhu 30 0 C dan
kecepatan pengadukan sebesar 100 rpm adalah 0,594.
Untuk ekstraksi senyawa fenol dengan menggunakan pelarut etanol dan kloroform, grafik
di atas menunjukan bahwa tingginya koefisien distribusi di sebabkan dengan naiknya kecepatan
pengadukan.

etanol ( 100 rpm )


etanol ( 150 rpm )
etanol ( 200 rpm )
kloroform ( 100 rpm )
kloroform (150 rpm )
klorofrom ( 200 rpm )

Koofisie n Distribusi
2

0
0 0.5 1 1.5 2
perbandingan umpan-solven

Grafik 1.6 hubungan antara koofisien distribusi terhadap perbandingan umpan-solven


Grafik 1.6 menunjukan pengaruh variasi perbandingan umpan-solven ( 1:1, 1:2, 2:1 )
terhadap koofisien distribusi dengan menggunakan solven etanol (hitam) dan kloroform (putih).
Nilai koofisien distribusi yang paling tinggi terdapat pada solven etanol dengan kondisi 200 rpm
dengan perbandingan umpan-solven 2:1 (1,5) adalah 5,93, sedangkan nilai koofisien distribusi
yang paling rendah terdapat pada solven kloroform dengan kondisi 100 rpm dan perbandingan
umpan-solven 1:1 (1) adalah 0,594.
Untuk ekstraksi senyawa fenol menggunakan pelarut etanol dan kloroform, grafik di atas
menunjukan bahwa ada ketidak stabilan koofisien distribusi dimana pada perbandingan umpan
solven 1 : 2 (0,5) menuju perbandingan 1 : 1 (1) mengalami penurunan dan menuju 2 : 1 (1,5)
mengalami kenaikan kembali ini di sebabkan bahwa perbandingan umpan-soven tidak
mempengaruhi naik atau turunnya suatu koofisien distribusi.

1
0.8

Rande me n

etanol ( 100 rpm )


etanol ( 150 rpm )
etanol ( 200 rpm )
kloroform ( 100 rpm )
kloroform ( 150 rpm )
klorofrom ( 200 rpm )

0.6
0.4
0.2
20

30

40

50

60

Suhu (0C)

Grafik 1.7 hubungan antara randemen terhadap suhu ekstraksi


Grafik 1.7 menunjukan bahwa pengaruh variasi suhu ( 30 0 C, 400 C, 500 C) terhadap
randemen dengan menggunakan solven etanol (hitam) dan kloroform (putih). Nilai koofisien
distribusi yang paling tinggi terdapat pada solven etanol dengan kondisi suhu 50 0 C dan
kecepatan pengadukan sebesar 200 rpm adalah 0,528 (52,8%), sedangkan yang mempunyai
nilai koofisien distribusi yang paling kecil terdapat pada solven kloroform dengan kondisi suhu
300 C dan kecepatan pengadukan 100 rpm adalah 0,304 (30,4%).
Untuk ekstraksi senyawa fenol dengan menggunakan pelarut etanol dan kloroform seperti
di tunjukan pada grafik di atas menyatakan bahwa randemen semakin meninggkat dengan ikuti
oleh kenaikan suhu. Hal ini berbanding lurus dengan konsentrasi karena randemen mempunya
rumus dasar dimana masa solut di fase ekstrak di bagi masa solut di fase rafinat, kenaikan
konsentrasi ini bisa jadikan pedoman bahwa akan bertambah juga masa solut di fase ekstrak dan
berkurangnya masa solut di fase rafinat.

1
0.8
etanol ( 30 C )

Rande me n

etanol ( 40 C )

0.6

etanol ( 50 C )
kloroform ( 30 C )

0.4

kloroform ( 40 C )
klorofrom ( 50 C )

0.2
50

100 150 200 250

Kecepatan Pengadukan (rpm)

Grafik 1.8 hubungan antara randemen terhadap kecepatan pengadukan


Grafik 1.8 menunjukan bahwa pengaruh variasi kecepatan pengadukan ( 100 rpm, 150
rpm, 200 rpm) terhadap randemen menggunakan solven etanol (hitam) dan kloroform (putih).
Nilai koofisien distribusi yang paling tinggi terdapat pada solven etanol dengan kondisi suhu 50 0
C dan kecepatan pengadukan sebesar 200 rpm adalah 0,528 (52,8%) , sedangkan nilai koofisien
distribusi yang paling tinggi terdapat pada solven kloroform dengan kondisi suhu 30 0 C dan
kecepatan pengadukan sebesar 100 rpm adalah 0,304 (30,4%).
Untuk ekstraksi senyawa fenol dengan menggunakan pelarut etanol dan kloroform seperti
grafik yang di tunjukan di atas bahwa kenaikan randemen di ikuti dengan besarnya kecepatan
pengadukan yang digunakan. Hal ini berhubungan dengan gaya dorong (driving force) yang
menyebabkan terjadinya proses ekstraksi atau mencampurnya pelarut dengan umpan sehingga
pelarutan solut dari diluen dapat berlangsung secara maksimal. Selain itu semakin besar
kecepatan pengadukannya juga maka akan memperbesar bidang kontak antara umpan dengan
solven.

0.6

0.45

etanol ( 100 rpm )


etanol ( 150 rpm )
etanol ( 200 rpm )
kloroform ( 100 rpm )
kloroform ( 150 rpm )
klorofrom ( 200 rpm )

Ramde me n
0.3

0.15
0

0.5

1.5

perbandingan umpan-solven

Grafik 1.9 hubungan randemen terhadap perbandingan umpan-solven


Grafik 1.3 menunjukan bahwa pengaruh variasi perbandingan umpan-solven ( 1:1, 1:2,
2:1) terhadap randemen dengan menggunakan solven etanol (hitam) dan kloroform (putih).
Nilai konsentrasi fenol di fase ekstrak yang tertinggi terdapat pada solven etanol dengan kondisi
200 rpm dan perbandingan umpan-solven 1 : 2 (0,5) adalah 0,784 (78,4%), sedangkan nilai
konsentrasi fenol di fase ekstrak yang terendah terdapata pada solven klorofrom dengan kondisi
100 rpm dan perbandingan umpan solven 2 : 1 (1,5) adalah 0,201 (20,1%).
Untuk ekstraksi senyawa fenol dengan menggunakan pelarut etanol dan kloroform, grafik
di atas menunjukan bahwa perbandingan umpan-solven dimana perbandingan solven yang
semakin besar terhadap solut maka semakin besar juga solut yang akan larut di dalam pelarut
tersebut hal ini akan mengaibatkan laju ekstraksi akan semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai