Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

LANDASAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DALAM KEPERAWATAN
A. Pengertian Kewirausahaan dalam Keperawatan
Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan
karir dari peran dan fungsi perawat. Pengembangan karir tersebut dapat
menjadi pengelola klinik atau sarana kesehatan lainnya. Misalnya manager
spa, manager fisioterapi, manager Nursing Center, manager Balai
kesehatan swasta, pemilik massage dan refleksi, meskipun dalam
pelaksanaan teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana,
dalam hal ini perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal, penggagas
ide, pemilik saham, atau owner yang akan menggaji karyawannya
(Winarto, 2005).
Kewirausahaan dalam keperawatan atau yang biasa disebut
nursepreneur terdiri dari dua kata yaitu nurse dan entrepreneur.
Entrepreneur adalah seorang individu yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa
yang diinginkan sesuai dengan yang diidealkan. Seorang entrepreneur
adalah seorang individu yang mengasumsikan tanggung jawab total dan
risiko untuk menemukan atau membuat peluang menggunakan bakat
pribadi, ketrampilan dan energi, dan seseorang yang mempekerjakan
proses perencanaan strategis untuk mentransfer peluang tersebut menjadi
sebuah layanan yang bernilai atau produk (ICN, 2004).
Nursepreneur merupakan istilah baru dalam mempopulerkan
entrepreneurship yang dikaitkan dengan perawat atau dunia keperawatan.
Seiring dengan gencarnya program gerakan nasional kewirausahaan pada
masyarakat luas, kalangan kampus adalah salah satu sasarannya. Para
calon intelektual yang tengah dalam studi pada berbagai bidang ilmu
berusaha dikenalkan pada dunia wirausaha. Hal ini merupakan langkah
usaha membekali wawasan dan pengetahuan dasar kepada mereka agar
kelak setelah meninggalkan kampus tidak selalu berorientasi pada

keinginan untuk menjadi pegawai atau karyawan, tapi justru menjadi


pencipta lapangan pekerjaan. Di beberapa kampus yang concern dalam
program ini bahkan sampai membentuk satu wadah resmi pusat pelatihan
dan riset bisnis yang tidak hanya ditujukan pada mahasiswa saja tapi untuk
masyarakat luas. Khusus untuk para mahasiswa ilmu keperawatan, maka
istilah

nursepreneur

dipakai

untuk

mengenalkan

dan

memberi

pengetahuan dasar tentang kewirausahaan. Hal ini diupayakan sebagai


sebuah upaya lompatan pola berpikir menanggulangi pengangguran
melalui dunia pendidikan. Lebih jauh lagi memang ditujukan agar dapat
membentuk jiwa-jiwa wirausaha baru yang dapat berkontribusi bagi
kesejahteraan masyarakat, di samping memiliki soft skill dan keterampilan
yang kompeten dalam bidang profesi keperawatan sesuai dengan disiplin
studi yang dijalani (Winarto, 2005).
Nurse entrepreneur adalah seorang pemilik bisnis yang menawarkan
pelayanan

keperawatan

meliputi

perawatan

lagsung,

pendidikan,

penelitian, administratif atau konsultasi. Perawat yang bekerja secara


mandiri atau perawat wirausaha bertanggung jawab langsung kepada klien,
kepada siapa, atau atas nama siapa, pelayanan keperawatan yang
disediakan (ICN, 2004).
Sebagian kecil perawat mereklamasi hak tradisional mereka untuk
praktek klinis secara independen dan menjadi wirausaha perawat yang
menyediakan perawatan jasa. Mereka memperluas peran dan menawarkan
berbagai layanan dengan fokus utama pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit dan kecelakaan, rehabilitasi dan layanan dukungan
tetapi termasuk praktik klinis khusus dan konsultan manajemen.
Wirausaha perawat memberikan dan menyediakan penelitian mengenai
kualitas dan efektivitas perawatan dan membangun gambaran publik yang
positif sebagai advokat pasien, penjaga, konselor dan pendidik di samping
dokter yang efisien (ICN, 2004).
Peramalan dan merespon kebutuhan perawatan kesehatan dan
kesenjangan dalam pelayanan telah menjadi kekuatan pendorong yang
memotivasi untuk memajukan profesionalisasi keperawatan. Lingkungan

sektor kesehatan semakin mendorong kompetisi antara penyedia layanan


yang pada gilirannya telah memfasilitasi pengembangan kewirausahaan
serta usaha intrapreneurship (ICN, 2004).
Kewirausahaan dalam keperawatan akan baik untuk perawat
professional

dan

perusahaan

pelayanan

kesehatan,

karena

akan

menciptakan kemandirian dan termotivasi untuk berpikir, lebih produktif,


kreatif, dan lebih dapat bersaing dalam pemasarannya. Mereka akan
seperti perusahaan lainnya mempunyai keinginan yang tinggi untuk
mengontrol kariernya sendiri (ICN, 2004).
B. Jenis-Jenis Kewirausahaan
a. Bidang Pelayanan Keperawatan
Dalam bidang ini perawat dapat berperan sebagai penggagas ide,
pengelola, pemilik modal, pemilik saham ataupun sebagai owner
1) Home Care
a) Definisi
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa
home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Selain itu, home care merupakan pelayanan yang dikelola oleh
suatu unit atau sarana ataupun institusi baik aspek administrasi
maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori
tenaga professional dibantu tenaga non professional dibidang
kesehatan maupun non kesehatan.
b) Tujuan
Tujuan dari home care terbagi menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dari home care adalah untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian, dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk

mencapai kemampuan individu secara optimal selama mungkin


yang dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan.
Sedangkan, tujuan khusus dari home care adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara
mandiri.
2. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan
dirumah
c) Prinsip
Prinsip dari home care adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan home care dilaksanaka oleh perawat/ tim
2. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil
keputusan dalam praktik.
3. Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan
komrehensif.
4. Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetakan
diagnosa keperawatan.
5. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada
diagnosa keperawatan.
6. Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan
rehabilitaif.
7. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam
intervensi keperawatan
8. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu
melalui manajemen kasus.
9. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara
anggota tim.
10. Mengembankan kemampuan professional
11. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan
home care
12. Menggunakan

kode

etik

keperawatan

melaksanakan praktik keperawatan.


d) Ruang Lingkup

daam

Ruang lingkup atau bidang pelayanan dalam home care


meliputi:
1.

Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

2.

Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan


yang terapeutik

3.

Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

4.

Pelayanan informasi dan rujukan

5.

Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan

6.

Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan

7.

Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial

e) Landasan Hukum Home Care


1. UU Nomor . 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah.
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan
praktik perawat
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar
puskesmas
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan Perkesmas
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang
jabatan fungsonal perawat.
9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik
swasta
11. Permenkes No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
12. SK Dirjen Pelayanan Medik Nomor HK.00.06.5.1.311
tanggal 25 Januari 2001 tentang Penerapan Pedoman
Perawatan Kesehatan di Rumah.
f)

Peran dan Fungsi Perawat dalam Home Care

1.

Sebagai

manajer

kasus

dalam

mengelola

dan

mengkolaborasikan pelayanan, dengan fungsi:

2.

Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.

Menyusun rencana pelayanan

Mengkoordinir aktifitas tim

Memantau kualitas pelayanan

Sebagai

pelaksana

dalam

memberikan

pelayanan

langsung dan mengevaluasi pelayanan yang diberikan,


dengan fungsi:

Melakukan pengkajian komprehensif

Menetapkan masalah

Menyusun rencana keperawatan

Melakukan tindakan perawatan

Melakukan observasi terhadap kondisi pasien.

Membantu pasien dalam mengembangkan prilaku


koping yang efektif.

Melibatkan keluarga dalam pelayanan

Membimbing

semua

anggota

keluarga

dalam

pemeliharaan kesehatan.

Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan.

Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

2) Konsultan Keperawatan
a) Definisi
Konsultan adalah

seorang

tenaga

profesional

yang

menyediakan jasa nasihat ahli dalam bidang keahliannya.


Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli biasa adalah
konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan, melainkan
seseorang yang menjalankan usahanya sendiri serta berurusan
dengan berbagai klien dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan

jasa, konsultan juga bisa memberikan layanan konsultasi atau


konseling secara langsung pada klien.
Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari
dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial, untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik, dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang dimana

didalamnya

diberikan dukungan emosional dan intelektual. (Mubarak dan Nur


Chayatin, 2009). Konseling dapat membantu dan memotivasi klien
untuk lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dalam
mengatasi masalahnya. Konseling diselenggarakan untuk mencapai
pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku
tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman
yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya know about
tetapi juga belajar how to sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
b) Ruang lingkup konseling
Blacher (2005) mengemukakan 5 asumsi dasar yang secara
umum dapat membedakan konseling dengan psikoterapi yaitu:
1.

Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang


sakit mental, tetapi dipandang sebagai orang yang memiliki
kemampuan untuk memilih tujuan, membuat keputusan dan
secara umum menerima tanggung jawab dari tingkah laku
dan perkembangannya dikemudian hari

2.

Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak


berfokus pengalaman masa lalunya.

3.

Klien adalah klien, bukan pasien. Dan konselor bukan figur


yang memiliki otoritas tetapi secara esensial sebagai guru
dan partner klien sebagaimana mereka bergerak secara
mutual dalam mendefinisikan tujuan.

4.

Konselor secara moral, tidak netral. Tetapi memiliki nilai,


perasan yang standar untuk dirinya. Konselor tidak
seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan standar itu dari

klien, dan dia tidak mencoba menyembunyikannya pada


klien
5.

Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan


bukan hanya membuat klien menjadi sadar

c) Kriteria Konselor / Konsultan


1.

Dapat mendefinisikan perannya secara jelas

2.

Menawarkan layanan yang unik

3.

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus

4.

Memiliki kode etik yang jelas

5.

Memiliki hak untuk menawarkan layanan kepada


masyarakat sesuai dengan deskripsi profesinya.

6.

Memiliki

kemampuan

untuk

memonitor

praktik

profesinya
d) Sikap yang harus dimiliki seorang konsultan / Konselor
Menurut Jones ada 7 sikap yang harus dimiliki oleh seorang
konselor, adalah sebagai berikut :
1. Tingkah laku yang etis
Sikap dasar seorang konselor harus mengandung ciri
etis, karena konselor harus memberikan informasi pribadi
yang bersifat sangat rahasia. Konselor harus dapat
merahasiakan kehidupan pribadi klien dan memiliki
tanggung jawab moral untuk membantu memecahkan
2.

masalah yang dihadapi klien.


Kemampuan intelektual
Konselor yang baik harus memiliki kemampuan
intelektual dan dapat berpikir secara logis, kritis, dan
mengarah ke tujuan sehingga ia dapat membantu klien
mencapai tujuan,

memberikan alternatif-alternatif yang

harus dipertimbangkan oleh klien dan memberikan saransaran yang bijaksana. Semua kecakapan yang harus dimiliki

seorang

konselor

di

atas,

membutuhkan

tingkat

perkembangan intelektual yang cukup baik.


3.

Keluwesan (fleksibelity)
Hubungan dalam konseling yang bersifat pribadi
mempunyai ciri yang supel dan terbuka. Konselor
diharapkan tidak bersifat kaku dengan langkah-langkah
tertentu dan sistem tertentu. Konselor yang baik dapat
dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan
situasi konseling dan perubahan tingkah laku klien.
Konselor pada saat-saat tertentu dapat berubah sebagai
teman dan pada saat lain dapat berubah menjadi pemimpin.
Konselor bersama klien dapat dengan bebas membicarakan
masalah masa lampau, masa kini, dan masa mendatang yang
berhubungan dengan masalah pribadi klieni. Konselor dapat
dengan luwes bergerak dari satu persoalan ke persoalan
lainnya dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-

4.

perubahan yang mungkin terjadi dalam proses konseling.


Sikap penerimaan (acceptance)
Konselor harus dapat mengakui kepribadian klien
dan menerima klien sebagai pribadi yang mempunyai hak
untuk mengambil keputusan sendiri. Konselor harus
percaya bahwa klien mempunyai kemampuan untuk
membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Sikap penerimaan merupakan prinsip dasar yang harus

5.

dilakukan pada setiap konseling.


Pemahaman (understanding)
Seorang konselor harus dapat menangkap arti dari
ekspresi klien. Pemahaman adalah menangkap dengan jelas
dan lengkap maksud yang sebenarnya yang dinyatakan oleh
klien dan di pihak lain konseli dapat merasakan bahwa ia
dimengerti oleh konselor. Klien dapat menangkap bahwa
konselor mengerti dan memahami dirinya, jika konselor

dapat mengungkapkan kembali apa yang diungkapkan klien


dengan bahasa verbal maupun nonverbal dan disertai
dengan perasaannya sendiri. Memahami orang lain tidak
cukup hanya mengerti data-data yang terkumpul, tetapi
yang lebih penting konselor dapat mengerti bagaimana klien
memberikan arti terhadap data-data tadi. Memahami dalam
proses konseling jangan disamakan dengan memahami
suatu ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan orang
ingin menangkap arti yang objektif, sedangkan dalam
konseling justru karena ingin menangkap arti yang
subjektif, yaitu arti yang diberikan oleh klien. Seorang
konselor tidak perlu meneliti kebenaran kata-kata klien,
tetapi yang penting bagi konselor adalah menangkap cara
klien menyatakan kebenaran tersebut dan akhirnya konselor
dapat menangkap arti keseluruhan pernyataan kepribadian
klien.
Seorang

konselor

harus

mengikuti

perubahan

kepribadian klien dengan baik. Konselor harus dapat


menyatukan dirinya dengan dunia klien dan dapat
menyatukan kembali dengan cara yang wajar dan dengan
penuh perasaan agar klien mudah menangkap dan
mengertinya. Akhirnya, klien dapat melihat alternatifalternatif yang realistis dengan diri sendiri dan berani
merumuskan suatu keputusan yang bijaksana. Konselor
6.

sangat berperan dalam situasi puncak proses konseling ini.


Sikap jujur
Dalam segala hal konselor harus dapat menunjukkan
sikap jujur dan wajar sehingga ia dapat dipercaya oleh klien
dan klien berani membuka diri terhadap konselor.

7.

Komunikasi
Komunikasi merupakan kecakapan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap konselor. Dalam komunikasi, konselor

dapat mengekspresikan kembali pernyataan-pernyataan


klien secara tepat. Menjawab atau memantulkan kembali
pernyataan konseli dalam bentuk perasaan dan kata-kata
serta tingkah laku konselor. Konselor harus dapat
memantulkan perasaan klien

dan pemantulan ini dapat

ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai pernyataan


yang penuh penerimaan dan pengertian.
3) Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit
yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional
atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang
konvensional.
Terapi komplementer

pada

dasarnya

bertujuan

untuk

memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama Sistem


Kekebalan dan Pertahanan Tubuh, agar tubuh dapat menyembuhkan
dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh sebenarnya mempunyai
kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendir dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan
secara turun temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang
telah

ditetapkan

oleh

Departemen

Kesehatan

untuk

dapat

diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut:


1.

Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum


berdasarkan kompetensinya.

Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat


bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu
dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah
dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan
sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul
tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada
sistem tubuh.
2.

Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik merupakan suatu metode terapi dimana
pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki
tekanan udara 2 3 kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen
murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum,
atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat
tingginya tekanan udara.

3.

Terapi herbal medik,


Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan
obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan
pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal
terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell
line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun
efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan
diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seorang praktisi

komplementer, yaitu sebagai berikut :


a. Sumber daya manusia harus tenaga dokter, perawat dan atau
dokter gigi yang sudah memiliki kompetensi.
b. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam
bentuk sediaan farmasi.

c. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus


telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus menerus.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit
tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing masing
mempunyai teknik serta fungsinya sendiri sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien pasien dengan gangren
supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi
herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara,
terapi

akupunktur

berfungsi

memperbaiki

keadaan

umum,

meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare,


meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi
efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri,
seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.
Pada

beberapa

rumah

sakit

di

Indonesia,

pengobatan

komplementer ini pun mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau


sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak metode
pengobatan konvensional. Terapi komplementer ini juga dapat
dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan para
dokter lainnya. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan
konvensional dan pengobatan komplementer ini bisa didapatkan hasil
terapi yang lebih baik.
Terapi komplementer dapat digunakan bersama perawatan medis
ortodoks atau dengan diri mereka sendiri. Peningkatan jumlah general
practitioner (GP) klinik dan departemen rumah sakit di seluruh negeri
yang menawarkan terapi komplementer, beberapa memilih untuk
mempekerjakan praktisi independen.
Banyak perawat merasa bahwa latar belakang klinis mereka, bila
dikombinasikan dengan pelatihan dan pendidikan yang sesuai dengan

terapi komplementer, memungkinkan mereka untuk menawarkan


pelayanan berdasarkan prinsip-prinsip dan pengalaman.
Posisi

The

Nursing

and Midwifery

Council

di

terapi

komplementer diuraikan dalam Code of professional conduct


(Pedoman perilaku profesional) dan Guidelines for the administration
of medicines (Pedoman untuk pemberian obat-obatan). Pernyataan
dalam pedoman ini berarti menyatakan bahwa perawat, bidan dan
petugas kesehatan dapat memberikan terapi secara aman, hal ini
berlaku sama ketika bekerja secara independen.
Mereka yang tertarik dalam mengejar karir mandiri dalam terapi
komplementer, baik penuh atau paruh waktu, harus bertanya pada diri
sendiri tentang pertanyaan pertanyaan berikut :
Apakah saya:
nyaman bekerja sendiri ?
mampu membangun dan memelihara usaha ?
tangguh? Mampu menghadapi kesulitan dengan kepala dingin
dan tenang?
Apakah saya memiliki pandangan yang realistis tentang apa yang
akan ingin bekerja untuk diri sendiri?
Bagaimana kemungkinan saya untuk bekerja secara mandiri?

Dalam NHS :

Apakah terapi ini memiliki sebuah kecocokan terapeutik


(therapeutic fit) dengan filosofi dan lingkungan fisik daerah

klinis tertentu ?
Seberapa kuatkah bukti/evidence dari nilai terapeutik ?
Apakah otoritas komisi disiapkan untuk membeli terapi dari

praktisi mandiri ?
Apakah pegawai memiliki sebuah kebijakan mengenai terapi

komplementer ?
Apakah ada permintaan dari pasien?
Sumber daya apa yang akan disediakan?

Dalam praktek mandiri :

Apakah Anda telah melakukan beberapa riset pasar? Apakah

anda yakin ada permintaan klien di daerah anda?


Di mana Anda akan praktek?
Bagaimana Anda akan mempromosikan usaha anda?
Apakah Anda sudah menyiapkan leaflet iklan?
Berapa banyak biaya yang akan anda keluarkan?
Bagaimana Anda akan mengatur janji dan pembayaran ?
Apakah Anda memiliki modal ?
Bisakah Anda mendapatkan pinjaman bank untuk membiayai

hal ini?
Apakah anda harus menawarkan terapi komplementer sebagai

layanan paruh waktu, paling tidak pada awalnya?


Apakah Anda termasuk ke dalam badan profesional yang

mewakili terapi yang Anda tawarkan?


Apakah Anda punya asuransi yang memadai?
Apa jenis sistem yang akan Anda gunakan untuk menyimpan
catatan, dan bagaimana Anda menjaga mereka rahasia dan

aman?
Bagaimana Anda akan menangani keluhan pelanggan ?
Bagaimana Anda akan mengakses pengawasan ?
Sebelum dapat mendirikan praktek mandiri, seorang perawat

harus memiliki pendidikan yang cukup dan pelatihan skill yang akan
memastikan anda seorang praktisi yang aman dan efektif. Penting
untuk melakukan pendidikan dan pelatihan yang didukung oleh
organisasi

profesional,

yang

mengatur

lingkup

dan

tingkat

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk didaftarkan


sebagai praktisi kompeten. Organisasi tersebut juga harus memiliki
program yang jelas dari pengembangan profesional berkelanjutan
untuk mempertahankan standar perawatan. Berbagai organisasi
menawarkan pelatihan, termasuk :

Lembaga swasta dan/atau perguruan tinggi negeri


Program pendidikan komunitas

Perguruan tinggi untuk pendidikan lanjutan


Universitas- apakah program dasar,degrees atau master
Ketika memilih kursus, dianjurkan bahwa Anda mengajukan

pertanyaan berikut?

Bagaimana kriteria masuk ?


Apa kualifikasi yang dosen/pengajar miliki?
Apakah dosen memiliki pengalaman klinik dalam terapi ?
Berapa lama waktu kursus?
Apakah paruh waktu atau full time ?
Apakah kursusnya berjalan satu minggu full atau anda butuh

waktu cuti ?
Apakah Anda akan datang secara personal atau anda akan

mengambil distance learning?


Berapa biaya yang dibutuhkan, apakah jumlah tersebut wajar?
Apakah lembaga menyediakan Anda dengan prospektus dan

informasi yang cukup yang menjadi dasar pilihan Anda?


Apakah pengajaran dan strategi pembelajaran berdasarkan

prinsip-prinsip belajar orang dewasa?


Apakah hasil pembelajaran jelas?
Apakah penilaian yang digunakan

pengetahuan, keterampilan dan bakat?


Apakah kursus tersebut menggunakan berbagai macam metode

penilaian dan apakah mereka sesuai dengan hasil pembelajaran?


Apakah kursus ini meliputi penempatan klinis?
Apa bentuk pengawasan yang disediakan?
Apakah lingkungan pengajaran sesuai dan ada sumber daya

yang memadai?
Apakah lembaga mengatur setiap sesi tambahan atau akan Anda

harus melakukan ini sendiri?


Apa dukungan keuangan bisa Anda dapatkan?
Apakah Anda harus membayar untuk diri sendiri?
Apakah ada yang tersedia?
Apakah Anda memenuhi syarat untuk hibah jika program studi
penuh waktu?

4) Nursing Care Center

mencakup

pengujian

5) Fisioterapi
6) Klinik Kesehatan Swasta
b. Dalam Bidang Penelitian
Banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan terutama
yang dihadapi oleh lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan juga
membuka peluang usaha tersendiri bagi perawat. Dengan membentuk
tim riset profesional seperti:
1) Teknik perawatan luka
2) Terapi modalitas
c. Dalam Bidang Pendidikan
Semakin meningkatkan permintaan masyarakat tentang layanan
kesehatan dirumah dapat membuka peluang perawat untuk mendirikan
lembaga pelatihan ataupun konsultan yang bergerak dibidang
pendidikan seperti:
1) Lembaga pelatihan Baby Sister
2) Pelatihan perawatan Lansia atau Anak
C. Syarat-Syarat Perawat dalam Kegiatan Kewirausahaan
Entrepreneur memiliki berbagai pengertian dan sifat, salah satunya
yang disampaikan oleh John G. Entreprenuer memiliki sifat :
1.

Berhasrat mencapai prestasi

2.

Seorang pekerja keras

3.

Ingin bekerja untuk dirinya

4.

Mencapai kualitas

5.

Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan

6.

Optimis

7.

Berorganisasi

8.

Berorientasi kepada keuntungan


Seseorang yang berprofesi apapun, asal mampu menerapkan 8 aspek

sifat

entrepreneur

dalam

kehidupan

sehari-harinya,

maka

dapat

dikategorikan sebagai entrepreneur, termasuk seorang perawat. Dengan


jiwa entrepreneur masalah sehari-hari yang dihadapi perawat di ruangan
akan menjadi uang. Karena perawat yang berjiwa entreperneur memiliki
ciri berorientasi pada keuntungan. Sebagai contoh masalah menumpuknya

botol infus bekas, abocate yang tak terpakai, penunggu pasien, terpisahnya
orang tua yang sakit dengan anak.
Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :
1) Pengerahan Diri: Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa
nyaman bekerja untuk diri sendiri.
2) Pengasuhan Diri: Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat
tak seorang pun memilikinya.
3) Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan,
mengaktualisasikan dan mengubah ide-ide Anda menjadi kenyataan.
4) Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara
emosional, mental dan fisik.
5) Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu
menghadapi resiko
Agar konsep Entrepeneur dapat dipahami lebih jauh dalam kaitannya
dengan konsep nursepreneur, akan dicakup lima ciri entrepeneur unggulan
(Paulus Winarto, 2005):
1. Berani mengambil risiko.
Perawat berani memulai sesuatu yang serba tidak pasti dan penuh
risiko. Tentu tidak semua risiko diambil melainkan risiko yang telah
diperhitungkan dengan cermat (calculated risk).
2. Menyukai tantangan.
Segala sesuatu dilihat sebagi tantangan, bukan masalah. Perubahan
yang terus terjadi dan jaman yang terus berubah menjadi motivasi
kemajuan bukan menciutkan nyali seorang perawat entrepreneur
unggulan. Dengan demikian, ia akan terus memacu dirinya untuk
maju, mengatasi segala hambatan.
3. Punya daya tahan yang tinggi.
Seorang entreprenur harus banyak akal, kretaif dan tidak mudah
putus asa. Ia harus selalu mampu bangkit dari kegagalan serta tekun.
4. Punya visi jauh ke depan

Segala yang dilakukan perawat punya tujuan jangka panjang meski


dimulai dengan langkah yang amat kecil. Ia punya target untuk
jangka waktu tertentu. Bagaimana tahun berikutnya, 5 tahun lagi, 10
tahun lagi, dan seterusnya.
5. Selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Perawat entrepreneur akan mengerahkan semua potensi yang
dimilikinya. Jika itu dirasa kurang, maka ia akan merekrut orangorang yang lebih berkompeten agar dapat memberikan yang terbaik
kepada pelanggannya.
Jadi yang terpenting dari seorang nursepreneur adalah inovasi dan
keberanian untuk mengambil risiko serta siap bekerja keras mencapai
tujuan dengan optimis. Hal inilah yang membuat entreprenur selalu tampil
dengan gagasangagasan baru yang segar, melawan arus pemikiran orang
banyak

atau

kreatif.

Bahkan

terkadang

dicap

gila

pada

awal

kemunculannya karena bertentangan dengan kebiasaan umum (Winarto,


2005)
2.2 CONTOH PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN DI BIDANG PELAYANAN
KESEHATAN/KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejauh ini, bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat
dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat
jalan. Pada sisi lain, banyak anggota masyarakat yang menderita sakit dan
karena berbagai pertimbangan terpaksa di rawat di rumah dan tidak di rawat
inap di institusi pelayanan kesehatan, seperti kasus-kasus penyakit terminal,
keterbatasan kemampuan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan,

manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, banyak orang


merasakan bahwa di rawat inap membatasi kehidupan manusia, lingkungan di
rumah yang dirasakan lebih nyaman (Depkes RI ,2002). Maka dari itu
diperlukan pelayanan kesehatan yang murah serta aman di rumah seperti
home care. Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari
perawatan jangka panjang (long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga
profesional maupun non-profesional yang telah mendapatkan pelatihan.
Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan adalah suatu komponen tentang pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga

di

tempat

tinggal

mereka

dengan

tujuan

meningkatkan,

mempertahankan atau memulihkan kesehatan, serta memaksimalkan tingkat


kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit
terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien individual dan
keluarga harus direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh pemberi
pelayanan yang diorganisasi untuk memberi perawatan kesehatan dirumah
(homecare), melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau
kombinasi dari keduanya (C. Warhola, 1980).
Pelayanan
keperawatan
yang
diberikan

meliputi

pelayanan

primer,sekunder, dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien


melalui kerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawatan
kesehatan di rumah adalah spectrum kesehatan yang luas dari pelayanan
sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan
ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita penyakit kronis
(NAHC,1994).
Di Amerika Home care sudah terorganisasi mulai sekitar tahun 1880 an,
dimana pada saat itu banyak sekali pasien penyakit infeksi dengan angka
kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah
sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah, karena
masyarakat lebih menyukai perawatan di rumah. Kondisi ini berkembang
secara profesional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat terlatih
di seluruh USA (visiting nurse/VN) memberikan asuhan keperawatan di

rumah pada keluarga miskin, public health nurses, melakukan upaya promosi
dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta perawat praktik
mandiri yang melakukan asuhan keperawatan pasien di rumah sesuai dengan
kebutuhannya (Lerman D dan Eric B.L, 1993).
Di Indonesia layanan home care sebenarnya bukan merupakan hal yang
baru karena merawat pasien di rumah sudah dilakukan oleh anggota keluarga
maupun oleh perawat sejak zaman dahulu melalui kunjungan rumah. Dengan
jasa layanan home care ini banyak kemudahan yang akan dirasakan oleh
keluarga pasien, misalnya, keluarga pasien dapat dengan mudah memantau
perkembangan kesehatan pasien setiap harinya, tanpa perlu bolak balik ke
rumah sakit. Setidaknya pihak keluarga akan lebih tenang untuk dapat
mengerjakan hal lain. Dalam hal ini, seorang tenaga perawat profesional akan
menggantikan keluarga pasien sehari-harinya dalam menemani dan merawat
pasien di rumah, secara profesional, sabar, telaten, penuh dedikasi dan
bertanggung jawab.
Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan Bab V Pasal 28 ayat (2), Pasal 29 ayat (1), Pasal 30 ayat (1) dan
(2), serta Pasal 31 ayat (1) dan (2) kami sepakat untuk mengimplementasikan
peran sebagai perawat dalam bentuk mendirikan sarana pelayanan
keperawatan mandiri sehingga warga dapat lebih mudah menjangkau tempat
pelayanan kesehatan dan diharapkan warga dapat mencegah kemungkinan
penyakitnya menjadi lebih parah atau untuk mengurangi kemungkinan
komplikasi yang dapat ditimbulkan yang pada giliran dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

B. VISI DAN MISI


Nursing Home Care merupakan penyedia jasa layanan perawatan luka
klien post operasi setelah pasien di pulangkan dari rumah sakit yang
mempunyai visi yaitu mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya
komplikasi pada pasien post operasi melalui perawatan luka yang tepat dan
pengontrolan yang intensif di rumah pasien. Dengan perawatan luka secara
kontinyu serta pengontrolan secara intensif, akan mempercepat proses
penyembuhan luka dan meminimalkan terjadinya komplikasi pada luka
pasien post perawatan dari rumah sakit.
Nilai-nilai yang dianut oleh usaha ini adalah Caring with Love, kehangatan,
kepedulian dan inovatif.
Nursing Home Care memiliki keunikan dibandingkan dengan pemberi
pelayanan di masyarakat yang lain misalnya memberikan layanan perawatan
luka secara intensif dan kontinyu tanpa harus bingung mencari pelayanan
kesehatan yang mumpuni, tetapi tim Nursing Home Care yang akan
mengunjungi ke rumah pasien tersebut. Tim dari

Nursing Home Care

mempunyai tim yang mumpuni dalam perawatan luka sebab kita akan bekerja
sama dengan staf dari instansi rumah sakit yang berpengalaman. Selain itu,
alat yang digunakan dalam perawatan luka adalah alat perawatan luka yang
modern.
Keunikan lain yang terdapat dalam Nursing Home Care adalah adanya
konsultasi kesehatan, makanan dengan gizi seimbang, ambulasi dini pada
pasien

post

operasi.

Di

akhir

perawatan

akan

diberikan

laporan

perkembangan terakhir kondisi luka sehingga pasien tidak perlu khawatir


terlambat dalam penganan jika terjadi komplikasi pada luka.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. JASA
Nursing home care Poltekkes Banten merupakan tempat perawatan yang
berfokus pada perawatan luka post operasi maupun luka-luka yang lain post
perawatan dari rumah sakit. Perawatan yang akan kami lakukan merupakan

perawatan luka modern karena menggunakan alat modern, disamping itu


kami akan bekerja sama dengan tenaga ahli dibidangnya.
B. PROSES PELAYANAN
Masyarakat
pengguna

Nursing Home Care

Melengkapi
administrasi

Perawatan secara
kontinyu

Tim ke rumah
pasien

Adanya
komplikasi

Rujukan ke
supra sistem

C. PEMASARAN
Ruang lingkup pelayanan Nursing Home Care untuk sementara hanya
sebatas wilayah Sitanala Tangerang. Dalam perkembangannya segmen ini
akan diperluas, tidak hanya untuk daerah Sitanala yakni, akan di perluas
sampai Kabupaten dan Kota Tangerang.
D. LOKASI
Nursing Home Care berlokasi di Klinik Nursing Home Care dengan bentuk
kerjasama sebagai mitra dan suprasistem. Dengan pertimbangan jika terjadi
komplikasi yang parah, maka pasien dapat segera di rujuk ke Puskesmas
Sitanala atau RSU Sitanala. Luas bangunan yang disediakan adalah 8 m x 10
m, yang terdiri dari dari tiga ruangan. Ruangan I seluas 4 m x 5 m untuk
tempat pendaftaran dan administrasi, ruangan II seluas 6 m x 8 m untuk
tempat perawatan luka, dan 3 m x 4 m untuk tempat sterilisasi alat.

BAB III
TARGET LUARAN
A. TARGET PRODUK

Jasa yang kami berikan adalah pelayanan kesehatan yang berfokus pada
perawatan luka post operasi dan luka post perawatan di rumah sakit.
.
B. TARGET KONSUMEN
Masyarakat yang menjadi sasaran bidik adalah pasien sekitar Nursing
Home Care yang membutuhkan perawatan luka tiap bulan.
C. TARGET PENDAPATAN
Jumlah pendapatan yang ingin kami peroleh adalah Rp 800.000-,/ hari.

BAB IV
RENCANA KEUANGAN

A. SUMBER DANA
Sumber pendanaan Nursing Home Care ini berasal dari dana Kopertis
wilayah Banten.
B. RENCANA BIAYA USAHA
Rencana biaya yang akan kami lakukan adalah sebagai berikut:
1. Biaya Investasi
a. Tempat Usaha
Sewa Bangunan per tahun
Rp 6.000.000
b. Peralatan
1) Peralatan Administrasi
No
Uraian
1 Meja tulis
2 Kursi
3 Almari
TOTAL

Volume
2
2
1

Satuan
Bh
Bh
Bh

Harga/ sat
Rp 400.000
Rp 350.000
Rp 1.500.000

Jumlah
Rp 800.000
Rp 700.000
Rp 1.500.000
Rp 3.000.000

Harga/ sat
Rp 5.000.000
Rp 300.000
Rp 250.000
Rp 4.000.000
Rp 1.000.000
Rp 2.000.000

Jumlah
Rp 10.000.000
Rp 4.500.000
Rp 500.000
Rp 4.000.000
Rp 1.000.000
Rp 10.000.000

2) Peralatan kerja
No
1
2
3
5
4
7

Uraian
Bed pasien
Kursi
Meja
Komputer
Etalase
Set Medikasi

Vol
2
15
2
1
1
5

Sat
Bh
Bh
Bh
Bh
Bh
Bh

8
9

Stetoskop
Spignomano

5
5

Bh
Bh

Rp 80.000
Rp 200.000

Rp 400.000
Rp 1.000.000

12

meter
Timbangan

Bh

Rp 50.000

Rp 50.000

badan
TOTAL

Rp 31.450.000

2. Biaya Produksi
1) Bahan Habis Pakai/ bulan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Bahan
Betadine
Alkohol
Plester
Kassa
NaCl
Kapas
Hand Scrub
Handscoon
Obat-obatan

Vol
10
10
5
3
3
1
10
5

Sat
lt
lt
gulung
gulung
dus
gulung
botol
dus

Harga/ sat
Rp 175.000
Rp 55.000
Rp 5.000
Rp 75.000
Rp 200.000
Rp 25.000
Rp 30.000
Rp 40.000

Jumlah
Rp 1.750.000
Rp 550.000
Rp 250.000
Rp 225.000
Rp 600.000
Rp 25.000
Rp 300.000
Rp 200.000
Rp 800.000

TOTAL

Rp 4.700.000

3. Biaya Operasional
a. Kebutuhan biaya operasional/ bulan
No
1

Uraian
Rekening

listrik
PDAM

Vol

Satuan

Harga/sat

Jumlah
Rp 300.000
Rp 600.000

TOTAL

Rp 900.000

b. Gaji dan Upah Kerja/ bulan


No
1
2

Uraian
Medis
Non medis

Vol
5

Satuan
Orang

1
Orang
TOTAL

JUMLAH BIAYA PRODUKSI PERHARI


JUMLAH BIAYA PRODUKSI PERBULAN

Harga/sat

Jumlah
Rp Rp 6.000.000

1.200.000
Rp 650.000

Rp
Rp

Rp 650.000
Rp 6.650.000
157.000
4.700.000

BIAYA INVESTASI USAHA AWAL


BIAYA CADANGAN OPERASIONAL
JUMLAH TOTAL BIAYA USAHA

Rp
Rp

40.450.000
4.693.000
Rp
50.000.000

C. TARIF PELAYANAN
NO
URAIAN
1 Perawatan Luka Basah
Kecil
Sedang
Besar
2 Perawatan Luka Kering
Kecil
Sedang
Besar
3 Perawatan Luka Gangren
Kecil
Sedang
Besar
4 Perawatan Luka Terbuka
Kecil
Sedang
Besar
5 Perawatan Luka Tertutup
Kecil
Sedang
Besar
D. TITIK IMPAS PRODUKSI
Biaya pemasukan/ bulan
Perawatan Luka/ hari
Perawatan Luka/ bulan Rp 800.000 x 30
Tarif rata-rata kunjungan Rp 24.000.000 : 40 kali
Jumlah titik impas produksi :
Rp 50.000.000 : Rp 600.000 = 85 kunjungan

E. RENCANA ALIRAN KAS

TARIF
Rp 20.000
Rp 50.000
Rp 60.000
Rp 20.000
Rp 30.000
Rp 50.000
Rp 50.000
Rp 75.000
Rp 100.000

Rp 30.000
Rp 50.000
Rp 75.000
Rp 20.000
Rp 30.000
Rp 50.000

Rp
800.000
Rp 24.000.000
Rp
600.000

Uraian

Persiapan

Transaksi
Kas awal bulan

Rp 50.000.000

Bulan 1
Rp 7.000.000

Jumlah
kunjungan
Nilai penjualan
Pendapatan

Bulan 2
Rp 7.500.000

20

30

Rp 12.000.000

Rp 18.000.000

Bulan 3
Rp9.000.000
50
Rp 30.000.000
-

lain-lain
Jumlah

Rp 50.000.000

Rp 19.000.000 Rp 25.500.000

Rp 39.000.000

Pemasukan
Pembelian

Rp 31.450.000

peralatan kerja
dan kantor
Pembelian

Rp 4.700.000

Rp 4.700.000

Rp 4.700.000

Rp 4.700.000

Rp 900.000

Rp 900.000

Rp 900.000

Rp 900.000

Rp 6.650.000

Rp 6.650.000

Rp 6.650.000

Rp 6.650.000

Rp 43.700.000

Rp 12.250.000

Rp 12.250.000

Rp 12.250.000

Rp 1.560.000

Rp 6.750.000

bahan habis
pakai
Biaya
operasional
Gaji dan upah
Jumlah
Pengeluaran
Saldo Akhir

Rp 13.250.000 Rp 26.7500.000

Bulan
F. RANCANGAN PENGEMBANGAN & INVESTASI
Keuntungan yang diperoleh dari usaha adalah:
Uraian
Hasil Penjualan

Bulan 1
Rp 19.000.000

Bulan 2
Rp 25.500.000

Bulan 3
Rp 39.000.000

Biaya

Rp 12.250.000

Rp 12.250.000

Rp 12.250.000

Pengeluaran

Keuntungan

Rp 6.750.000

Rp 13.250.000

Rp 26.750.000

Keuntungan tersebut akan digunakan untuk:


Pengembalian

Rp 2.025.000

Rp 3.975.000

Rp 8.025.000

modal 30 %
Pengembangan

Rp 2.025.000

Rp 3.975.000

Rp 8.025.000

usaha 30 %
Tabungan 40 %

Rp 2.700.000

Rp 5.300.000

Rp 10.700.000

BAB V
ORGANISASI PELAKSANA
A. Personil
No
Nama
1
Agatha
Amorita
2
3
4
5
6
7

L.M.
Barkah Waladani
Evy Prihana
Novi Istiani
Putra Agina W.S.
Tri Hartato
Puput Dwi Utami

Jabatan
Perawat

Pendidikan
S1 Kep

Perawat
Perawat
Perawat
Perawat
Non medis
Non medis

S1 Kep
S1 Kep
S1 Kep
S1 Kep
SMA
SMA

B. Pendamping
Safrudin Agus Nursalim, S.Kep, Ns

BAB VI
POTENSI KHUSUS
A. Peluang Komersial
Pelayanan jasa home care untuk perawatan luka selama ini belum ada di
daerah Banten sehingga ini adalah usaha yang sangat bagus serta mempunyai
peluang pasar yang baik karena tanpa pesaing.
B. Peluang Legalitas
Peluang untuk mendapatkan legalitas usaha sangat tinggi karena selama ini
belum ada home care mengenai perawatan luka.

Anda mungkin juga menyukai