REFLEKSI KASUS
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M.Kes, Sp. KJ
REFLEKSI KASUS
GANGGUAN PSIKOTIK NON ORGANIK YTT (F.29)
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Umur
: 26 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
Pekerjaan
: Mahasiswa
Agama
: Islam
1
Status Perkawinan
: Tidak Kawin
Warga Negara
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
ketakutan,
melihat
bayangan-bayangan
orang
besar
hitam,
B. Emosi Terkait
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien merupakan pasien lama yang
memiliki riwayat berobat ke psikiater, namun putus pengobatan.
C. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Kasusnya cukup menarik untuk ditelusuri.
b. Pengalaman Buruk
Karena informasi yang didapatkan dari pasien masih kurang, sehingga
dilakukan heteroanamnesis dari ibu pasien.
D. Analisis
Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke Poliklinik RSU
Anutapura dengan keluhan bicara sendiri yang dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu. Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari ibu pasien, pasien sering
berbicara sendiri, selain itu pasien juga sering menyanyi sendiri, banyak
bicara, sering tertawa sendiri, tidak bisa tidur di malam hari dan gelisah. Ibu
pasien mengaku, perubahan prilaku di alami pasien sejak 1 bulan yang lalu.
Menurut pengakuan ibu pasien, pasien sering berbicara sendiri siang dan
malam hari. Berbicara tidak jelas dan tidak nyambung ketika ditemani
berbicara. Pasien sering bernyanyi tidak jelas. Marah apabila dikatai gila
oleh keluarganya. Pasien telah melakukan pengobatan di bagian kejiwaan
sebelumnya, pada tahun 2011 berobat ke RSUD Undata. Dulunya, pasien
tampak seperti orang ketakutan, melihat bayangan-bayangan orang besar
hitam, mengatakan kalo ia didatangi oleh Tuhan sehingga ia merasa ingin
mati. Pasien sempat membaik setelah 2 tahun pengobatan. Kemudian
berhenti berobat. Akhir tahun lalu, pasien ingin merantau ke luar kota
(Jakarta) untuk mengikuti keinginannya dalam grup band-nya, namun tidak
diizinkan oleh ayahnya. Sejak saat itu, pasien mulai mengalami bicara
sendiri, menyanyi tidak jelas, banyak bicara dan susah tidur.
3
2
1
2
3
4
5
Jiwa (PPDGJ-III), gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau
psikologi seseorang, yang secara klinis cukup bermakna, dan yang khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (disstres) atau hendaya
(disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Pada
gangguan psikotik gejalanya seperti halusinasi, waham, perilaku kataton,
perilaku kacau, pembicaraan kacau yang pada umumnya (tidak selalu)
disertai tilikan yang buruk. Gejala psikotik mendominasi gambaran
klinisnya baik dalam intensitas dan lama perjalanan penyakit.
4
dalam menilai realita berupa waham, halusinasi, ilusi, bicara yang kacau,
mengamuk.
Psikosis
adalah
gangguan
jiwa
yang
ditandai
dengan
3
4
tindih dan telah ada sebagai gejala penyerta gangguan waham yang bermakna.
Situasi yang klinisinya menyimpulkan bahwa gangguan psikotik ada tetapi tidak
mampu menentukan apakah primer, disebabkan kondisi medis umum, atau akibat
zat.
Pada pasien ini diperlukan terapi yang dibagi menjadi 2, yaitu
ke
hipofisis
anterior.
Dalam
keadaan
normal
dapat
ditanggulangi
diberikan
obat
antikolinergik
seperti
DAFTAR PUSTAKA
1
Irawati, I,. Kristiana, S,. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Badan Penerbit FKUI :
Jakarta. 2013.
Benjamin, JS,. Virginia, AS,. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Penerbit
Syarif, dkk., Farmakologi dan Terapi. Ed.5. Badan Penerbit FKUI: Jakarta.
2011.
Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
10