Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

GEOMETRI PELEDAKAN BATUAN


Oleh:
SAHRUL
1309055036
S1 Teknik Pertambangan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peledakan merupakan bagian penting dari siklus pertambangan. Hampir semua bentuk
pertambangan, batu dipecahkan oleh pengeboran dan peledakan. Teknologi peledakan
adalah proses patahan (fracturing) material dengan menggunakan sejumlah perhitungan
dari ledakan sehingga volume material pecah dapat ditentukan. Sejak awal peledakan
dengan menggunakan bubuk hitam (black powder), telah terjadi banyak perkembangan
dalam penggunaan: bahan peledak, detonator, teknik penundaan dan dalam pemahaman
tentang mekanisme pecahnya batuan dengan bahan peledak. Desain ledakan dan
pelaksanaan yang baik, sangat penting untuk operasi pertambangan yang sukses.
Praktek/pelaksanaan tidak benar atau buruk dalam peledakan memiliki dampak sangat
negatif pada ekonomi tambang. Penggunaan bahan peledak yang berlebihan di lokasi
tambang dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur batuan dan menyebabkan lubang
bukaan yang tidak diinginkan dan menambah peningkatan besar dalam biaya pendukung
Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang diinginkan, maka
perlu suatu perencanaan peledakan dengan memperhatikan besaran-besaran geometri
peledakan. Dan salah satunya dengan menggunakan teori coba-coba atau yang sering
disebut dengan Geometri Peledakan Rules of Thumb Dasar dari penggunaan Teori
Rules of Thumb adalah dari percobaan para praktisi di lapangan maupun dari produsen
bahan peledak yang tujuannya ingin mempermudah dalam menentukan geometri
peledakan karena geometri yang selama ini digunakan seperti R.L. Ash (1963) dan
C.J.Konya (1972) menyajikan batasan range/konstanta untuk menentukan dan
menghitung geometri peledakan, terutama menentukan ukuran burden berdasarkan
diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat dan jenis bahan peledak., sehingga para
praktisi dilapangan mencetuskan pendesainan geometriRules of Thumb yang
penggunaannya lebih simpel dan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui manfaat geometri peledakan

BAB 2
DASAR TEORI
Geometri Peledakan
Untuk mencapai target produksi pembongkaran over burden tiap peledakan dilakukan
pemboran dan peledakan yang terdiri dari burden, spacing, subdrilling, stemming dan
kedalaman lubang bor.
Formula geometri peledakan yang digunakan penulis adalah formula berdasarkan teori
Anderson.
Burden adalah jarak terdekat antara bidang bebas (free face) dengan lubang tembak atau
ke arah mana batuan yang diledakkan akan terlempar (Fragmentasi atau arah hamburan
material yang diledakkan).
Besarnya burden dipengaruhi oleh factor koreksi batuan yang akan diledakkan dan factor
koreksi bahan peledak yang digunakan serta besarnya diameter bit, secara teoritis
besarnya burden dapat ditentukan dengan persamaan yang dikemukakan oleh Anderson:

B = 0,11 d.h atau B = 0,1 d .h


Dimana

: B = Burden (Feet, meter)


h = Kedalaman Lubang Tembak (meter)
d = Diameter Lubang Tembak

Geometri Peledakan
Keterangan :
H = Tinggi Lubang Tembak
J = Subdrilling
Pc = Tinggi Isian ANFO
T = Tinggi Stemming
L = Tinggi Jenjang
Spacing
Spacing adalah jarak antara lubang-lubang bor dirangkai dalam satu baris (row) dan
diukur sejajar terhadap pit wall, biasanya spacing tergantung pada burden, kedalaman
lubang bor, letak primer, dan delay. Besarnya spacing dapat digunakan persamaan
sebagai berikut :
S = 1,25
Besarnya spacing ratio (Ks) menurut waktu delay yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:

Long interval delay

Ks = 1

Short periode

Ks = 1 2

Normal

Ks = 1,25 1,8

Prinsip dasar penentuan spacing adalah sebagai berikut:

Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris (row) diledakan


secara sequence delay maka Ks =1, maka S = B

Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris (row) diledakan secara simultan
(serentak), maka Ks = 2 jadi S = 2B
Apabila dalam banyak baris (multiple row) lubang-lubang bor dalam satu baris
diledakan secara sequence delay dan lubang-lubang bor dalam arah lateral dari
baris yang berlainan di ledakan secara simultan maka pemborannya harus
dibuat squard arregement.

Apabila dalam multiple row lubang-lubang bor dalam satu baris yang satu dengan yang
lainnya di delay, maka harus digunakan staggered pattern.
Besarnya spacing dipengaruhi oleh Burden, diameter lubang ledak dan struktur bidang
batuan. Penentuan bisanya spacing pada spacing ratio yang biasanya ditentukan (1
1,5meter). Atau dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut:
S = (1 1,5 ) B
Dimana:
S = Spacing (meter)
B = Burden (meter)
Steaming
Steaming (T) adalah bagian dari lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan dengan
material hasil pemboran (Cutting).
Fungsi stemming adalah untuk mengurung gas yang terbentuk pada saat peledakan dan
untuk mencegah terjadinya flyrock ( batuan yang beterbangan dari suatu peledakan )
yang tinggi pada saat peledakan. Pengisian stemming harus padat dan rapat agar dapat
menghindari terjadinya air blast yang akan mengakibatkan tekanan peledakan pada
lubang ledak berkurang.
Panjang isian stemming tergantung pada stemming ratio (0,5 1,0 ) dan burden yang
digunakan. Stemming dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

T = (0,5 1,0 ) B
Dimana:
T = Stemming (meter)
Sub Drilling
Sub Drilling adalah penambahan kedalaman pada suatu lubang bor di luar rencana lantai
jenjang. Penggunaan sub drilling dimaksudkan agar batuan dapat terbongkar tepat pada
suatu kedalaman yang ditentukan atau dengan kata lain batuan dapat terbongkar
secarafull facesebagaimana yang diharapkan. Apabila batuan tidak terbongkar secara
full faceakan mengakibatkan lantai jenjang yang tidak rata atau adanya tonjolan
tonjolan (toes) akan menyulitkan setelah dilakukan peledakan terutama pada kegiatan
pemuatan dan pengangkutan.
Untuk menghitung sub drilling, perlu diketahui struktur batuan yang akan diledakkan
sehingga dapat menentukan sub drilling ratio. Sub drilling ratio yang digunakan pada
tambang terbuka / Surface Mining (0,2 0,3 ). Dalam kondisi batuan tertentu, seperti
banyaknya crack tidak perlu menggunakan banyak sub drilling.

Sub drilling dapat ditentukan dengan persamaan berikut :


J = (0,2 0,3 ) B
Dimana:
J = Sub Drilling (meter)
Kedalaman Lubang Bor
Secara teoritis, kedalaman lubang bor tidak boleh lebih kecil daripada burden. Hal ini
untuk mencegah terjadinya over break ataucratering . Di samping itu juga
diperhitungkan alat bor yang dipakai.
H = Kh x B
Dimana :
Kh = Hole Depth Ratio
H = Kedalaman Lubang Bor (meter)

Contoh Aktivitas Penambangan Batugamping

BAB 3
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah untuk meperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai
yang diinginkan, maka perlu suatu perencanaan peledakan yang memperhatikan besaranbesaran geometri peledakan seperti rasio powder factor,fragmentasi pada batuan,
steaming,kedalaman lubang tembak dan diameter lubang ledak

DAFTAR PUSTAKA

1. NN, Pengantar Teknik Peledakan Yang Efisien, ITB


2. Dosen
&
Asisten,
Modul
Teknik
Peledakan
Batuan,Labaoratorium Teknologi Mineral & Batubara,Fakultas
Teknik,Universitas Mulawarman

Anda mungkin juga menyukai