Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

Implikasi dari Peningkatan Jual Beli Valas terhadap Indonesia

Oleh
IVA AMELYA PUTRI
1310551024

Dosen pembimbing

: Maruf, SE, M.Bus, M.Phil

Mata Kuliah

: Bisnis Internasional

Kode Mata Kuliah

: EKM 406

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS KAMPUS II PAYAKUMBUH
2016

Kamis, 15 September 2016 - 19:42 wib


Jual Beli Valas di Bali Tembus Rp14,6 Triliun

Ilustrasi : Reuters
DENPASAR - Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat perkembangan transaksi jual beli
valuta asing (valas) di daerah ini meningkat menjadi Rp14,6 triliun selama 2016 hingga Juni,
dengan total pembelian dan penjualan masing-masing sebesar Rp7,2 dan Rp7,4 triliun.
"Peningkatan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) di daerah ini dinilai wajar
sejalan dengan penambahan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali," kata
pengamat pariwisata Drs Dewa Nyoman Putra di Denpasar Kamis.
Dalam laman Bank Indonesia disebutkan berdasarkan data transaksi Penyelenggara KUPVA
badan berizin (BB) di Provinsi Bali, total transaksi jual beli valas pada tahun 2015 mencapai
Rp30,17 triliun, meningkat sebesar 8,84 persen (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Meningkatnya perkembangan transaksi jual beli valas tersebut sejalan dengan peningkatan
jumlah kunjungan wisman di sepanjang tahun 2015 dan 2016, yang selalu menunjukkan
pertumbuhan positif.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Bali, jumlah kunjungan wisman tahun 2016
hingga Juli tercatat 2,7 juta orang bertambah hingga 19,92 persen jika dibandingkan dengan
periode yang sama 2015 yang hanya sebanyak 2,2 juta orang.
Dewa Nyoman Putra menambahkan, implementasi kewajiban penggunaan rupiah di Provinsi
Bali juga ikut mendorong peningkatan transaksi penukaran valas di daerah ini, khususnya
transaksi yang dilakukan wisman di hotel-hotel yang telah bekerja sama dengan
Penyelenggara KUPVA BB.
Hal tersebut terkonfirmasi dari total transaksi salah satu KUPVA yang memiliki 49 Kantor
Cabang yang berlokasi di hotel-hotel di Bali, mencapai Rp114,83 miliar, meningkat 167,6
persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp6,46 miliar.
Berdasarkan data yang disampaikan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia meningkatnya
transaksi jual beli valas juga didorong oleh meningkatnya jumlah KUPVA Berizin Bali.
Berdasarkan jumlah kantornya, hingga Agustus 2016, terdapat 659 Kantor KUPVA yang
terdiri atas 139 Kantor Pusat (KP) dan 520 Kantor Cabang (KC), bertambah 48 Kantor
dibandingkan akhir tahun 2015, dengan sebanyak 7 KP dan 41 KC.
Dewa Nyoman Putra menjelaskan sesuai data yang ditunjukkan, berdasarkan jenis valasnya,
transaksi jual beli valas di Bali didominasi oleh lima mata uang asing, yaitu dolar AS (41,34
persen), dolar Australia (29,29 persen), Euro (EUR) (12,15 persen), Japanesse Yen (JPY)
(6,97 persen) dan dolar Singapura (SGD) (3,89 persen).
(rai)
sumber : http://economy.okezone.com/read/2016/09/15/278/1490331/jual-beli-valas-di-balitembus-rp14-6-triliun

Kesimpulan :
Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat perkembangan transaksi jual beli valuta asing (valas)
di daerah ini meningkat menjadi Rp14,6 triliun selama 2016 hingga Juni, dengan total
pembelian dan penjualan masing-masing sebesar Rp7,2 dan Rp7,4 triliun.
Berdasarkan data transaksi Penyelenggara KUPVA badan berizin (BB) di Provinsi Bali, total
transaksi jual beli valas pada tahun 2015 mencapai Rp30,17 triliun, meningkat sebesar 8,84
persen (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Meningkatnya perkembangan transaksi jual beli valas tersebut sejalan dengan peningkatan
jumlah kunjungan wisman di sepanjang tahun 2015 dan 2016, yang selalu menunjukkan
pertumbuhan positif. Selain itu, transaksi jual beli valas juga didorong oleh meningkatnya
jumlah KUPVA Berizin Bali.
Menurut Dewa Nyoman Putra, berdasarkan jenis valasnya, transaksi jual beli valas di Bali
didominasi oleh lima mata uang asing, yaitu dolar AS (41,34 persen), dolar Australia (29,29
persen), Euro (EUR) (12,15 persen), Japanesse Yen (JPY) (6,97 persen) dan dolar Singapura
(SGD) (3,89 persen).
Implikasi dari jual beli Valas di Bali yang selalu meningkat terhadap Indonesia :
1. Mempermudah pertukaran valuta asing (valas) serta pemindahan dana dari satu
negara ke negara lain. Dimana Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat perkembangan
transaksi jual beli valuta asing (valas) di daerah ini meningkat menjadi Rp14,6 triliun
selama 2016 hingga Juni, dengan total pembelian dan penjualan masing-masing
sebesar Rp7,2 dan Rp7,4 triliun. Sehingga terjadi pemindahan dana sebesar Rp14,6
triliun.
2. Hubungan perdagangan antar negara semakin berkembang. Dengan adanya
pertukaran kurs mata uang, hal ini akan memberi kemudahan bagi orang-orang yang
melakukan kegiatan perdagangan. Hal tersebut akan mengakibatkan kegiatan
perdagangan yang terus berlanjut dan berkembang di Indonesia.
3. Mempermudah pertukaran uang bagi seseorang yang memerlukan transaksi di luar
negeri. Sehingga, seseorang yang berada di luar negeri tidak mengalami kesulitan
dalam melakukan transaksi di negara asing. Berdasarkan data Dinas Pariwisata
Provinsi Bali, jumlah kunjungan wisman tahun 2016 hingga Juli tercatat 2,7 juta

orang bertambah hingga 19,92 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama
2015 yang hanya sebanyak 2,2 juta orang. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan
mancanegara ke Bali, maka hal ini akan meningkatkan pendapatan Indonesia.
4. Mendorong berkembangnya ekspor dan impor. Dengan adanya kemudahan dalam
transaksi valas, maka Indonesia

memperoleh kesempatan ekspor dan impor.

Indonesia bisa menentukan ekspor ke negara mana yang akan meningkatkan


pendapatan dengan adanya pertukaran kurs mata uang. Selain itu, Indonesia juga bisa
menilai dari negara manakah Indonesia akan mengimpor barang dengan harga yang
lebih murah dengan adanya perukaran kurs mata uang.
5. Terjadinya transaksi jual beli valas di Indonesia yang selalu berkembang. Dewa
Nyoman Putra menjelaskan sesuai data yang ditunjukkan, berdasarkan jenis valasnya,
transaksi jual beli valas di Bali didominasi oleh lima mata uang asing, yaitu dolar AS
(41,34 persen), dolar Australia (29,29 persen), Euro (EUR) (12,15 persen), Japanesse
Yen (JPY) (6,97 persen) dan dolar Singapura (SGD) (3,89 persen).
6. Meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia. Indonesia sebagai pusat
wisata, mengakibatkan banyak wisatawan mancanegara yang tertarik ke Indonesia.
Ditambah dengan adanya kemudahan dalam melakukan transaksi valas. Transaksi
valas (jual dan beli) secara tidak langsung dapat meningkatkan devisa negara.

Anda mungkin juga menyukai