Anda di halaman 1dari 17

Pengantar Manajemen

Budaya Organisasi (PT. Garuda Indonesia Persero Tbk)

Disusun Oleh:
Kelompok I

Iva Amelya Putri (1310551024)


Bagas Alfinando Pratama (1410551012)
Deni Aprika (1410551014)
Adril Aziz (1410551022)
Ahmad Najron (1410552006 )
Imelda Vita Sari (1410552010)
Nia Gusna (1410552016)
Riska Dwi Wahyuni (1410552020)
Silvia Mahyudin (1410552022)
Ramadhoni (1410552032)
Siska Magdalena S (1410552030)
Desfiaranti Dwi Fentyna (1610551001)
Aktiva Maharani (1610551003)
Susi Sumitra (1610551005)
Yolanda Gustika (1610551007)

Dosen Pembimbing: Jauharry, SE., MM


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS KAMPUS II PAYAKUMBUH
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah satu
pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah organisasi ada
yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga
seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut
harus dapat menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan
lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung
organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan
lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan zaman.
Dalam keadaan inilah yang akan menentukan kelangsungan perusahaan tersebut. Oleh
karena itu, budaya organisasi sangat penting untuk dipelajari. Misalnya budaya
Organisasi PT. Garuda Indonesia Persero Tbk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskanlah profil PT. Garuda Indonesia Persero Tbk?
2. Bagaimanakah budaya organisasi yang diterapkan oleh PT. Garuda Indonesia Persero
Tbk?
3. Bagaimanakah kinerja organisasi dari PT. Garuda Indonesia Persero Tbk?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi profil PT. Garuda Indonesia Persero Tbk.
2. Mengidentifikasi budaya organisasi PT. Garuda Indonesia Persero Tbk.
3. Mengidentifikasi kinerja organisasi PT. Garuda Indonesia Persero Tbk.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Perusahaan
Seiring semakin meningkatnya permintaan jasa industri penerbangan, Perusahaan terus
mengembangkan jaringan penerbangan hingga ke kota-kota pertumbuhan ekonomi dan
wisata baru di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Sejarah penerbangan komersial Indonesia
dimulai saat bangsa Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaannya. Penerbangan
komersial pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari
Calcutta ke Rangoon dan diberi nama Indonesian Airways dilakukan pada 26 Januari 1949.
Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan
registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo Garuda Indonesian Airways, terbang dari
Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Inilah penerbangan yang
pertama kali dengan nama Garuda Indonesian Airways. . Nama Garuda diberikan oleh
Presiden Soekarno dimana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair
terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels
uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, Saya Garuda, burung Vishnu yang
melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda.
Tahun 1980
Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan restrukturisasi
berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini mendorong perusahaan untuk
mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk awak kabin dan awak darat
Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama
Garuda Indonesia Training Center.
Tahun 1990
Armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami revitalisasidan
restrukturisasi besar-besarandi sepanjang tahun 1980-an. Hal ini menuntut Perusahaan
merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong Perusahaan
mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Indonesia Training Center di Jakarta Barat.
Tahun 2000
Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia
memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan
Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi
Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional,
membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam
menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam
memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat
karyawan Garuda Indonesia.
Tahun 2010
Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia
siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi
menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham
Perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting ini
dilakukan setelah Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta
dedikasi berbagai pihak. Per 31 Desember 2013, struktur kepemilikan saham Garuda
Indonesia sebagai emiten dan Perusahaan publik adalah Negara Republik Indonesia
(69,14%), karyawan (0,4%), investor domestik (24,34%), dan investor internasional (6,12%).

Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 5 (lima) Entitas


Anak yang fokus pada produk/jasa pendukung bisnis Perusahaan induk, yaitu PT Abacus
Distribution Systems Indonesia, PT Aero Wisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia,
PT Aero Systems Indonesia, dan PT Citilink Indonesia. Dalam menjalani kegiatan
operasionalnya, Perusahaan didukung oleh 7.861 orang karyawan, termasuk 2.010 orang
siswa yang tersebar di Kantor Pusat dan Kantor Cabang.

Garuda Indonesia, pada Januari 2015, mengoperasikan 134 pesawat yang terdiri dari 2
pesawat Boeing 747-400, 11 pesawat Airbus A330-300, 11 pesawat Airbus A330-200, 5
pesawat Boeing 737 Classic (seri 300/500), 76 pesawat Boeing 737-800NG, 15 pesawat
CRJ1000 NextGen, 8 pesawat ATR72-600, 6 pesawat Boeing 777-300ER, dan 30 pesawat
Citilink yang terdiri dari 24 pesawat Airbus A320-200, 5 pesawat Boeing 737-300 serta 1
pesawat Boeing 737-400.

Menghadirkan standar baru kualitas layanan dalam industri air travel, Garuda Indonesia
saat ini melayani penerbangan ke 64 destinasi pilihan yang terdiri dari 44 kota di area
domestik dan 20 kota di area internasional.

Selain melayani penerbangan di rute-rute tujuan yang dioperasikan, saat ini Garuda
Indonesia juga melaksanakan perjanjian code share dengan 14 maskapai internasional.

Selain itu, pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia secara resmi bergabung dengan
aliansi global, SkyTeam, sebagai bagian dari program perluasan jaringan internasionalnya.
Dengan bergabung bersama SkyTeam, penumpang Garuda Indonesia kini dapat terbang ke
1.064 tujuan di 178 negara yang dilayani oleh semua maskapai anggota SkyTeam dengan
lebih dari 15.700 penerbangan per hari dan akses ke 564 lounge di seluruh dunia.

Sebagai bagian dari upaya Perusahaan untuk terus meningkatkan layanan kepada
pengguna jasa, Garuda Indonesia memperkenalkan layanan khas Garuda Indonesia
Experience, yang menghadirkan kerahmahtamahan, budaya, dan segala hal terbaik dari
Indonesia melalui kelima panca indera, yaitu sight, sound, taste, scent, dan touch, untuk
diimplementasikan dalam layanan pre-journey, pre-flight, in-flight, post-flight, dan post-
journey.

Garuda Indonesia juga merupakan salah satu maskapai yang terdaftar sebagai IATA
Operational Safety Audit (IOSA) Operator dan menerapkan standar kemanan dan
keselamatan yang setara dengan maskapai internasional besar anggota IATA lainnya. Garuda
Indonesia menerima sertifikat IOSA pada tahun 2008 lalu.

Visi dan Misi PT. Garuda Indonesia Persero Tbk


Visi:
Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang
berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.

Misi:
Sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang
mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional
dengan memberikan pelayananan yang professional.

Struktur Organisasi
Struktur organisasi dimiliki oleh setiap organisasi maupun perusahaan. Salah satunya
adalah PT. Garuda Indonesia (persero) yang merupakan maskapai penerbangan pertama dan
terbesar di Indonesia dengan visinya menjadi perusahaan penerbangan pilihan utama di
Indonesia berdaya saing internasional serta memiliki lima anak perusahaan yaitu PT
Aerowisata yang bergerak di bidang Travel, Hotel, Transportasi & Katering Pesawat; PT
GMF Aero Asia yang menyediakan jasa pemeliharaan pesawat terbang; PT ABACUS
Distribution System, penyedia jasa reservasi via komputer; PT Gapura Angkasa (Ground
Handling) serta PT Lufthansa System Indonesia yang bergerak di bidang IT Provider &
Solution.

Sebagai suatu organisasi mekanik, struktur organisasi PT Garuda Indonesia menunjukan


kompleksitas vertikal karena jumlah tingkatan-tingkatan dalam struktur organisasi. Lebih
jauh, struktur organisasi yang dimiliki oleh PT Garuda Indonesia dapat di analisis melalui dua
model desain organisasi yaitu desain model tradisional atau desain model kontemporer.

Berdasarkan desain organisasi tradisional, tipe struktur organisasi PT Garuda


Indonesia (persero) tergolong kedalam tipe struktur devisional karena organisai yang
dibuat melalui pembagian atau unit bisnis antara unit semi otonom dan divisi-divisi.
Setiap unit dari divisi-divisi memiliki otonomi terbatas dari perusahaan induk. Struktur
devisional ini memiliki tiga tipe struktur, yaitu struktur devisional berdasarkan produk,
truktur devisional berdasarkan market dan struktur devisional berdasarkan geografi.
Begitupun dalam struktur organisasi PT Garuda Indonesia (persero). Pada struktur
organisasi PT Garuda Indonesia , menunjukan bahwa pembagian divisi berdasarkan area
atau wilayah seperti area Eastern Indonesia, area Asia, area Europe dan sebagainya
merupakan bentuk struktur devisional berdasrkan geografi. Selanjutnya pada sub-divisi
Customer Relation MGT , apabila struktur organisasi tersebut digambarkan lebih rinci
akan tampak adanya struktur divisional berdasarkan market karena behubungan dengan
para costumer atau pelanggan yang dihadapai, baik dalam skala instansi, skala kecil
maupun besar. Sedangkan untuk sub-divisi operasi seperti cabin service, flight operation,
ground operation dan sejenisnya , menunjukan struktur divisional berdasarkan produk, ini
berkaitan dengan produk jasa yang dihasilkan oleh departemen tersebut.

Kelebihan struktur organisasi devisional yaitu berfokus pada hasil. Manajer divisi
bertanggungjawab terhadap apa yang terjadi pada produksi dan layanan mereka. Namun,
menggandakan biaya kegiatan dan sumber organisasi berdampak pada efisiensi sehingga
merupakan salah satu kekurangan dari desain strukur organisasi devisional.

Di sisi lain, berdasarkan teori desain organisasi kontemporer. Pemberian spesialisasi


dari departemen fungsional untuk bekerja pada satu proyek atau lebih mengindikasikan
bahwa struktur organisaisi PT Garuda Indonesia merupakan struktur proyek matriks. Di
mana karyawan yang berada di bawah tanggungjawab departemen tertentu memiliki dua
manager yang saling berbagi wewenang. Sebagai contoh dalam departemen niaga atau
perniagaan terdapat dua manager yaitu manajer secara fungsional maupun proyek. Secara
fungsional, General Manajer Area Western Indonesia yang bertanggungjawab pada
keputusan promosi, rekomendasi gaji, review tahunan. Serta, manajer yang berperan
menjalankan suatu proyek perusahaan. Sehingga perlu adanya komunikasi teratur dan
koordinasi kerja dalam menyelesaikan konflik berasaman. Strukrur organisasi bertipe
matriks yang dijalankan memberikan keuntungan karena desainnya lentur dan fleksibel,
sehingga PT Garuda Indonesia dapat merespon dengan baik setiap perubahan lingkungan
eksternal organisasi yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap lingkungan internal PT Garuda Indonesia dan membuat serta mengambil
keputusan secara cepat terhadap perubahan lingkungan yang dihadapi

Di samping itu, struktur yang telah jelas dan sesuai bergantung kepada beberapa hal,
di antaranya: strategi organisasi, tekonologi, ukuran dan derajat ketidayakinan
lingkungan. Strategi yang dilakukan PT. Garuda Indonesia berkaitan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti kerjasama
Corporate Sales dengan Pertamina, kerjasama Rewards & Mileage Program dengan
ABN AMRO Bank N.V cabang Indonesia dan menandatangani perjanjian MoU
Pemajuan Pemasyarakatan ASEAN dengan Departemen Luar negeri merupakan salah
strategi yang dilakukan PT Garuda Indonesia untuk mewujudkan visinya sebagai
perusahaan penerbangan pilihan utama di Indonesia berdaya saing internasional. Tidak
hanya itu, pembaharuan berupa penerapan berbagai tekonologi terhadap pesawat yang
dimiliki PT Garuda Inodensia serta manajerial merupakan salah satu hal penting dalam
upaya mewujudkan tujan organisasi secara efektif dan efisien.

Pencapaian yang telah diperoleh oleh PT Garuda Indonesia melalui berbagai macam
penghargaan, seperti Indonesias Most Admired Companies (IMAC) 2007, International
Public Relations Association Award 2007, Prima Utama, Prima Madya and Prima
Pratama for Public Service 2007 dan lain sebagianya, merupakan salah satu ukuran dari
kredibilitas perusahaan dalam upaya memuskan pelanggan serta dapat menjadi tolak ukur
dalam melihat ketercapaian suatu organisasi sebagai upaya mencapai tujuannya.

Di sisi lain, permasalahan yang dihadapi PT Garuda Indonesia yang klimaksnya


terjadi sekitar akhir bulan juli 2011 yaitu pemogokan sejumlah pilot Garuda sebagai
bentuk protes atas buntunya perundingan dengan pihak manajemen Garuda yang
memandang telah terjadi kekeliruan pengelolaan perusahaan di PT Garuda Indonesia.
Karena bersikap diskriminatif terkait sistem remunerasi antara pilot asing dengan pilot
domestik Garuda sehingga dinilai menyebabkan ketimpangan antara pilot asing dan
domestik. Kondisi lingkungan yang tidak pasti dan ketidakyankinan seperti
permasalahan di atas sangat berpengaruh terhadap organisasi. Problematika lingkungan
yang tidak pasti dapat menjadi kendala bagi organisasi terutama dalam pencapaian tujuan
organisasi secara efektif. Sehingga untuk mengurangi ketidakyakinan tersebut adalah
dengan membentuk struktur organisasi yang lebih fleksibel kebijakan perusahaan yang
dibuat harus menguntungkan semua pihak.

Namun, konsistensi dan tanggung jawab serta kerajsama masing-masing individu


dengan kewajiban yang telah dimiliki serta keterlibatan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap organisasi merupakan suatu hal yang jauh lebih penting guna
mencapai tujuan organisasi scara efektif dan efisien dibandingan dengan tipe atau model
organisasi semata.
Unit-Unit Usaha Organisasi

Unit Bisnis Strategis atau Strategic Business Unit (SBU) adalah unit bisnis independen di
bawah perusahaan yang bertujuan untuk mengoptimalisasi sumber daya dan memaksimalkan
nilai perusahaan. SBU menyediakan produk dan pelayanan kepada pelanggan internal
maupun pihak ketiga. SBU yang berada di bawah Garuda Indonesia tersebut adalah Unit
Bisnis Garuda Sentra Medika (GSM) dan Unit Bisnis Garuda Cargo. Kedua unit bisnis ini
bertanggung jawab pada Dewan Direksi.
1. Garuda Sentra Medika Business Unit (SBU GSM)
SBU GSM memiliki fungsi utama untuk memastikan setiap Cockpit Crew dan Cabin
Crew (Air Crew) yang bertugas, berada dalam kondisi sehat sehingga keselamatan dalam
penerbangan lebih terjamin. Dengan melaksanakan fungsi ini, diharapkan penumpang merasa
aman untuk terbang bersama Garuda Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, GSM
melaksanakan program-program pemeliharaan kesehatan bagi Air Crew sesuai ketentuan
yang mengacu pada ketentuan ICAO Annex 9, Civil Aviation Safety Regulations (CASR)
Part 67 dan part 183 tentang pemeliharaan kesehatan oleh operator penerbangan.
Alamat SBU GSM: Jalan Angkasa Blok B15 Kav.1, Kemayoran Jakarta Pusat, Indonesia
10610.

2. Garuda Cargo Business Unit (SBU Cargo)

SBU Cargo melayani jasa transportasi udara, dengan menggunakan pesawat-pesawat


yang dimiliki oleh Garuda Indonesia. Bersama dengan mitra-mitra yakni para Agen dan
GSSA, SBU Cargo mengirimkan barang untuk wilayah domestik dan internasional. Selain itu
SBU Cargo juga memberikan pelayanan kepada pengirim baik perusahaan maupun individual
melalui agen, GSSA atau penjualan langsung.

Untuk memperluas cakupan pelayanan, SBU Cargo menjalin kerja sama dengan
maskapai lain seperti Korean Airlines, Malaysian Airlines, China Airlines dan Turkish
Airlines. Kota tujuan yang dilayani bersama dengan maskapai-maskapai tersebut berjumlah
sekitar 50 kota di seluruh dunia.

Anak Perusahaan Garuda Indonesia


Anak perusahaan adalah satu kesatuan legal independen, yang dibangun oleh
perusahaan untuk mendukung seluruh kegiatannya. Manajemen anak perusahaan diatur
secara independen namun tetap di bawah pengawasan induk perusahaan. Anak
perusahaan Garuda Indonesia adalah PT Aerowisata, PT Abacus DSI, PT Garuda
Maintenance Facility Aero Asia dan PT Aero System Indonesia.

1. PT Aero Wisata

PT Aerowisata didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1973 dengan misi


mengembangkan usaha jasa yang berkaitan dengan industri pariwisata. Untuk mendukung
misi ini, Aerowisata juga memiliki sejumlah anak perusahaan yang bergerak di bidang
perhotelan, jasa boga, transportasi darat dan agen perjalanan.

Aerowisata memiliki lebih dari 50% saham kepemilikan dari anak perusahaannya,
yaitu PT Bina Inti Dinamika, PT Mirtasari Hotel Development, PT Senggigi Pratama
International, PT Aerofood Indonesia, PT Aerotrans Services Indonesia, PT Aero Globe
Indonesia, Garuda Orient Holidays Pty. Ltd., Garuda Orient Holidays Korea Co. Ltd., PT
Aerojasa Perkasa, Garuda Orient Holidays Japan Co. Ltd., PT Aero Hotel Management
dan PT Belitung Inti Permai.

2. PT Abacus Distribution Systems Indonesia

PT Abacus DSI memiliki kantor pusat di Jl. Mampang Prapatan Raya no. 93, Jakarta,
dengan kantor cabang di Surabaya dan Medan. Visi perusahaan ini adalah menjadi
penyedia layanan sistem pemesanan tiket (Global Distribution Systems/GDS) terdepan
serta penyedia layanan komunikasi dan teknologi informasi di Indonesia. Cakupan
kegiatan perusahaan ini meliputi layanan sistem reservasi yang terkomputerisasi,
penyewaan peralatan komputer yang digunakan oleh agen-agen perjalanan, menyediakan
fasilitas pelatihan pegawai untuk agen-agen perjalanan serta menyediakan bantuan teknis
dalam system pemesanan tiket terkomputerisasi (computerized reservation systems/CRS)
untuk agen-agen perjalanan.

3. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMFAA)


Perusahaan ini didirikan untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan ekonomi
pemerintah Indonesia, khususnya dalam bidang pemeliharaan dan perbaikan pesawat
terbang, juga layanan perbaikan mesin dan komponen-komponennya.

Pada tahun 2003, perusahaan menerbitkan saham perdana yang terdiri dari 665.699
lembar saham, dengan total harga Rp. 166.4 Milyar. Sebanyak 99% saham dimiliki oleh
PT Garuda Indonesia (Persero) dan 1% dimiliki oleh PT Aerowisata.

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia berdiri berdasarkan Akta Notaris No.93
tertanggal 26 April 2002 oleh Arry Supratno, S.H., Notaris Umum di Jakarta, disahkan
oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No.C-
11688.H.T.01.01. tertanggal 25 Juni 2002 dan dicatat dalam Pelengkap Berita Negara RI
No. 78 pada tanggal 27 September 2002.

4. PT Aero Systems Indonesia (ASYST)

PT Aero Systems Indonesia sebelumnya dikenal dengan nama PT Lufthansa Systems


Indonesia, didirikan pada tahun 2005. Awalnya PT Garuda Indonesia (Persero) memiliki
51% dari saham perusahaan, dan sisanya sebanyak 49% dimiliki oleh Lufthansa Systems
AG (LSY). Pada tanggal 29 Januari 2009, terjadi perpindahan kepemilikan saham dari
LSY ke PT Aerowisata.

Kegiatan ASYST meliputi layanan konsultasi dan sistem teknik teknologi informasi
serta layanan pemeliharaan penerbangan dan industri lainnya.

Bisnis utama ASYST adalah sebagai penyedia hosting untuk tiga layanan utama,
yaitu: Software as a Services atau SaaS (layanan perangkat lunak) seperti Passenger
Service System atau PSS (system layanan penumpang) dan Enterprise Resource Planning
(ERP) business model. Layanan kedua adalah Platform as a Service atau PaaS (layanan
platform), yang terdiri dari sistem operasional, Reverse Proxy, Web Server, Application
Server, and Database. Dan layanan ketiga adalah Infrastructure as a Service atau IaaS
(layanan prasarana) seperti Server (komputasi), penyimpanan, perangkat jaringan, Pusat
Data and Disaster Recovery Center (Pusat Pemulihan Bencana) untuk mendukung dan
mengoptimalisasikan jaringan bisnis. Seluruh layanan disimpan dalam pusat data dengan
standar internasional Tier III ketersediaan 99.8%. Selain itu, untuk memberikan dukungan
yang berkelanjutan bagi klien, ASYST menyediakan layanan Data Recovery Center atau
DRC (Pusat Pemulihan Data).

2.2 Budaya Organisasi


PT. Garuda Indonesia menerapkan budaya FLY-HI pada perusahaan mereka. FLY-HI
sendiri terdiri dari nilai-nilai efficient & effective, loyalty, costumer centricity, honesty &
openness dan integrity. Budaya FLY-HI ini sendiri telah dirancang sejak tahun 2005 dan
disosialisasikan pada tahun 2007 dan hingga kini telah menjadi panduan/pedoman perilaku
insan Garuda Indonesia melalui program yang terstruktur dan tersistem.

Program implementasi budaya perusahaan PT. Garuda Indonesia dilaksanakan


semaksimal mungkin dan dilakukan secara konsisten, melalui pendekatan secara sistem, Ke-5
nilai FLY-HI tersebut selanjutnya dijabarkan dalam proses-proses berikut ini :

Gagasan Artinya
Garuda Indonesia selalu melayani
penumpang dengan pelayanan semaksimal
efficient & effective
mungkin dengan cara yang cepat, tepat dan
akurat.
Dalam budaya ini mengajarkan bahwa insan
Garuda Indonesia harus selalu memiliki sikap
Loyality
disiplin, bekerja keras, cerdas dan tuntas dalam
setiap pelayanan yang dilakukan.
Didalam budaya ini, Garuda Indonesia ingin
selalu melayani dengan ramah, hangat dan
Costumer Centricity bersahabat. Tidak hanya itu, pelayanan yang
tanggap & produktif serta kreatif & inovatif juga
selalu dikedepankan.
Budaya ini mengajarkan bahwa setiap insan
Garuda Indonesia harus memiliki sifat yang jujur,
Honesty & openness
tulus dan terbuka. Namun tetap menjaga segala
kerahasiaan perusahaan PT. Garuda Indonesia.
Integrity Didalam budaya ini, insan Garuda Indonesia
harus terus konsisten dan patuh dengan segala
aturan yang ada di PT. Garuda Indonesia.

2.3 Kinerja Organisasi


Maskapai nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (IDX: GIAA) selama Juli hingga
September 2016 atau di kuartal ketiga tahun ini berhasil membukukan laba bersih sebesar
USD 19,6 juta atau setara dengan Rp 254,8 miliar (kurs Rp 13.000 per dolar AS), sebagai
wujud keberhasilan Perusahaan tahap awal dalam menerapkan strategi jangka panjang
melalui program Sky Beyond yang salah satunya berfokus pada Return Maximization,
disertai penerapan kebijakan efisiensi keuangan perusahaan yang terus berlangsung secara
proporsional.
Pencapaian ini dilakukan berkat kerja keras tanpa henti dalam menjalankan strategi
pengembangan bisnis Sky Beyond yang berperan penting dalam menghasilkan peningkatan
kinerja perseroan pada periode ini. Situasi industri penerbangan memang masih sarat dengan
berbagai tantangan, seperti perlambatan ekonomi global yang berdampak pada kondisi
pertumbuhan ekonomi nasional namun kami tetap optimis bisa terus melanjutkan
pertumbuhan positif yang telah dicapai selama ini hingga akhir tahun 2016, kata Direktur
Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo di Jakarta, Senin (31/10), kepada wartawan, usai
melangsungkan pertemuan rutin Analyst Meeting dengan para investor Garuda Indonesia.
Arif mengatakan, sejak awal tahun 2015, Garuda Indonesia secara konsisten
melaksanakan disiplin efisiensi biaya secara proporsional. Kerugian yang sudah
diprediksi yang terjadi pada semester awal tahun 2016 ini, diproyeksi dapat diperbaiki
pada kuartal berikutnya, dengan upaya peningkatan kinerja di peak season ini. Program
efisiensi yang terus dijalankan namun secara proporsional dan peningkatan performa
di aspek lain seperti operasional, layanan, maupun niaga, dipercaya dapat memberikan
proyeksi pertumbuhan positif Perusahaan hingga tahun 2020.

Arif yang didampingi oleh jajaran direksi Garuda Indonesia dan Direktur Utama
anak perusahaan menambahkan pihaknya juga berhasil meningkatkan pendapatan usaha
(total revenues) dari USD 2,845 miliar pada 2015 (Januari-September) menjadi USD
2,865 miliar pada perode yang sama di tahun 2016 ini. Garuda Indonesia Group
(termasuk Citilik) juga berhasil meningkatkan jumlah angkutan penumpang sampai
dengan kuartal III tahun 2016 ini, yaitu sebanyak 26.043.138 penumpang, meningkat 6,1
persen dibanding periode yang sama tahun 2015, yaitu sebanyak 24.551.594 penumpang.
Dari jumlah tersebut, Garuda Indonesia mengangkut sebanyak 17,81 juta penumpang
(terdiri dari 14,55 juta penumpang domestik dan 3,26 juta penumpang internasional).
Sementara anak perusahaan, Citilink Indonesia berhasil mengangkut sebanyak 8,23 juta
penumpang, meningkat hampir 20 persen dibanding periode yang sama tahun lalu
sebanyak 6,86 juta penumpang.

Melalui peningkatan fokus kinerja cargo untuk memperkuat bisnis perusahaan di


samping angkutan penumpang seiring pembentukan Direktorat Cargo pada April 2016
jumlah cargo yang diangkut sampai dengan Q3/2016 ini mencapai 295.217 ton cargo,
mengalami peningkatan 14,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
sebanyak 257.304 ton.

Frekuensi penerbangan Garuda Indonesia dan Citilink (domestik dan internasional)


pada periode Januari September tahun 2016 ini juga mengalami peningkatan mencapai
204.182 penerbangan, meningkat 9,7 persen dibanding tahun lalu yang sebanyak 186.052
penerbangan. Kapasitas produksi (availability seat kilometer/ASK) juga meningkat
sebesar 13,3 persen menjadi 43,91 miliar dari 38,75 miliar seat kilometer pada periode
yang sama di 2015.

Di tengah beberapa tantangan situasi operasional seperti perpindahan operasional


penerbangan domestik ke Terminal 3 Soekarno-Hatta, dan faktor keadaan cuaca yang
bersifat force majeur, tingkat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance -
OTP) Garuda Indonesia mengalami peningkatan menjadi 90,1 persen selama periode
Januari September 2016 ini, dibanding tahun lalu yang sebesar 88,2 persen. Tingkat
isian penumpang (Seat Load Factor - SLF) pada periode ini tercatat mencapai 73,4
persen, dengan utilisasi pesawat sebesar 09:12 jam.

Sejalan dengan program pengembangan jaringan yang berkelanjutan, pada Q3/2016


ini Garuda Indonesia membuka destinasi baru di wilayah timur Indonesia yaitu Nabire,
yang dilayani dengan penerbangan dari Biak, dan rute penerbangan ke Maumere yang
dilayani dengan penerbangan dari Denpasar. Pembukaan rute baru ini merupakan upaya
dalam meningkatkan konektivitas antar kota di Indonesia sekaligus memperkuat jaringan
penerbangan di pasar domestik.
Terkait situasi industri penerbangan di kawasan Asia-Pasifik yang tengah mengalami
persaingan yang ketat dan mempengaruhi penerbangan domestik maupun internasional,
posisi Garuda Indonesia pada periode saat ini mencatatkan market share sebesar 41,2
persen untuk pasar domestik, sementara market share untuk pasar internasional mencapai
26,7 persen.

"Masih ada waktu untuk memaksimalkan potensi yang ada di peak season akhir
tahun ini. Kami optimis pertumbuhan positif bisa terus kami raih di tahun-tahun
mendatang, termasuk rencana pengembangan jaringan internasional dalam waktu dekat
ini" kata Arif.

Hingga saat ini, Garuda Indonesia Group mengoperasikan sebanyak 194 pesawat
terdiri dari sepuluh pesawat Boeing 777-300ER, 25 pesawat Airbus A330-200/300, dua
pesawat Boeing 747-400, 76 pesawat Boeing 737-800NG, 18 pesawat Bombardier
CRJ1000 NextGen, dan 15 pesawat ATR72-600 (total 146 pesawat Garuda Indonesia),
dan 40 pesawat Airbus A320 dan 8 pesawat Boeing 737-300/500 (total 48 pesawat
Citilink), dengan rata-rata usia pesawat sebesar 4,6 tahun.

Mengenai kinerja services, Manajemen menerapkan program Excellent Services


yang mengharuskan pengembangan layanan secara berkelanjutan. Hal itu terbukti
membuahkan prestasi yang luar biasa, yaitu awak kabin Garuda Indonesia berhasil
meraih penghargaan The Worlds Best Cabin Staff dari Skytrax (lembaga pemeringkat
penerbangan independen di London) tiga kali berturut-turut (hat-trick) sejak tahun 2014
hingga 2016.

Selain Worlds Best Cabin Staff, Garuda Indonesia kembali mempertahankan


reputasinya sebagai maskapai dengan layanan bintang lima, di antaranya; Top 5 Worlds
Best Airlines in Asia, Top 10 Worlds Best First Class Airlines, Top 10 Worlds Best
Economy Class Airlines, dan The Most Loved Airline.

Selain Skytrax, Garuda Indonesia juga meraih penghargaan Outstanding Food


Service by a Carrier oleh Pax International Magazine, Top 10 Worlds Most Favorite
Airlines versi TripAdvisor, Best Cabin Services oleh Smart Travel Asia, dan Best First
Class Sparkling Wine-Champagne versi Business Traveller.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari 5 budaya organisasi yang di terapkan dalam PT. Garuda Indonesia Persero Tbk
dapat di simpulkan bahwa
1. Efficient and effective dari pengalaman costumer yang menggunakan pesawat garuda
yaitu Pesawat Garuda sangat jarang terjadi keterlambatan, bahkan Garuda seringkali
menunggu dan mencari penumpang yang belum masuk pesawat
2. Loyalty dari kinerja para petugas PT. Garuda Indonesia Persero Tbk mendapatkan
hasil pada Q3 tahun 2016 kemaren bahwa Garuda mendapatkan keuntungan sebesar
USD 19,6 juta atau 254,8 miliar. Itu tertera pada peenyataan sebagai berikut
Pencapaian ini dilakukan berkat kerja keras tanpa henti dalam menjalankan strategi
pengembangan bisnis Sky Beyond yang berperan penting dalam menghasilkan
peningkatan kinerja perseroan pada periode ini.
3. Costumer Centricity ini tercermin dari petugas Konter Tiket Garuda yaitu petugas
tiket yang melayani dengan ramah dan sangat membantu kesulitan penumpang,
Petugas Check In yang melayani dengan ramah dan teliti, dan dari awak kabin yang
menyambut dengan senyum ramah dan ucapan selamat datang itu adalah bentuk dari
Costumer Centricity dar Garuda Indonesia.
4. Budaya FLY-HI hingga kini terus dijalankan oleh pihak PT. Garuda Indonesia. Dan
hasil kinerja dari budaya FLY-HI ini pada perusahaan nampak dari prestasi yang telah
diraih oleh PT. Garuda Indonesia. Prestasi tersebut antara lain adalah pada 2012,
Garuda Indonesia mendapat penghargaan Best International Airline di antara
maskapai-maskapai kelas dunia lainnya dengan 91 persen penumpang menyatakan
sangat puas dengan pelayanan maskapai ini. Pada tahun 2013 Garuda Indonesia
mendapatkan penghargaan "World Best Economic Class" dan "World Best Economic
Seat Class". Garuda Indonesia menepati posisi ke 8 sebagai maskapai penerbangan
terbaik versi Skytrax.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/business-
subsidiaries/subsidiaries
https://mohdimam.wordpress.com/2015/05/28/analisa-desain-dan-struktur-organisasi-
pt-garuda-indonesia-persero-tbk/
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/organization/structure-
organization.page
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/news-and-events/index.page?
http://nilajumiharni.blogspot.co.id/2014/04/budaya-organisasi-garuda-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai