Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“IDENTITAS NASIONAL”
Disusun oleh:
Kelompok 1 (Satu)
Dosen Pengampu : Ir. Zamdial, M. Si

1.Aby Nauval Mardianu (E1I021025) Ketua kelompok


2.Ade Waluyo Pratama (E1I018058) Anggota
3.Adella Mulia Ramadhan (E1I021032) Anggota
4.Adi Eko Prayitno (E1I021055) Anggota
5.Aditya Arya Kusuma (E1I018048) Anggota
6. Afriliati (E1I021001) Anggota
7.Aini Safitri Butar-Butar (E1I021015) Anggota
8.Albi Yosandri (E1I021064) Anggota
9.Amalia Nur Fatimah (E1I0212034) Anggota
10.Andrina Syahfira (E1I021019) Anggota

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Pelaksaan Kegiatan : Identitas Nasional

2. Praktikum Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

3. Pendekatan Kegiatan : Penyuluhan atau Sosialisasi

4. Ketua Tim Pengusul

a. Nama Lengkap : Aby Nauval Mardianu

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Npm : E1I021025

d. Prodi/Jurusan : Ilmu Kelautan

e. Fakultas : Pertanian

f. Telepon/Hp : 0821-7696-9500

5. Anggota Pelaksana

Nama Dan Npm Anggota 1 : Ade Waluyo Pratama (E1I018058)

Nama Dan Npm Anggota 2 : Adella Mulia Ramadhani (E1I021032)

Nama Dan Npm Anggota 3 : Adi Eko Prayitno (E1I021055)

Nama Dan Npm Anggota 4 : Aditya Arya Kusuma (E1I018048)

Nama Dan Npm Anggota 5 : Afriliati (E1I021001)

Nama Dan Npm Anggota 6 : Aini Safitri Butar-Butar (E1I021015)

Nama Dan Npm Anggota 7 : Albi Yosandri (E1I021064)

Nama Dan Npm Anggota 8 : Amalia Nur Fatimah (E1I0212034)

Nama Dan Npm Anggota 9 : Andrina Syahfira (E1I021019)


6. Lokasi Kegiatan :

7. Jumlah Biaya :

Mengetahui Bengkulu, 2022

Dosen Pengampuh Mata Kuliah Ketua pelaksana


DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
RINGKASAN........................................................................................................................................3
BAB 1.................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................................18
TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN.................................................................................................18
3.1. Tujuan Kegiatan....................................................................................................................18
3.2. Manfaat Kegiatan..................................................................................................................18
3.4. Pemecahan Masalah.............................................................................................................18
3.5. Khalayak sasaran...................................................................................................................18
BAB IV..............................................................................................................................................19
METODE KEGIATAN PRAKTIKUM.....................................................................................................19
Keterkaitan..................................................................................................................................19
PROGRAM KERJA.........................................................................................................................19
RINCIAN PERKIRAAN BIAYA..........................................................................................................20
Jumlah Biaya................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................21
LAMPIRAN........................................................................................................................................23
RINGKASAN

Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki satu bangsa yang tentunya berbeda
antara satu bangsa, dengan bangsa yang lain. Indonesia adalah salah satu Negara yang
memiliki bermacam identitas nasional yang mengkhaskan dan tentunya berbeda dengan
Negara-negara lainnya. Mayoritas dari masyarakat mengasosiakan identitas nasional
mereka dengan negara dimana mereka dilahirkan. Beragamnnya suku bangsa serta bahasa
di Indonesia, merupakan suatu tantangan besar bagi bangsa ini untuk tetap dapat
mempertahankan identitasnnya. Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia seharusnnya
sudah mengetahui apa itu identitas nasional bangsa kita. Namun pada kenyataannya masih
banyak generasi muda indonesia yang belum tahu tentang apa itu identitas nasional dan apa
saja wujud dari identitas nasional bangsa Indonesia itu sendiri. Seringkali kita marah
ketika aset identitas nasional kita direbut atau ditiru oleh Negara lain, tapi dalam
pengaplikasiannya kita sebagai warga negara Indonesia hanya bersikap pasif dan enggan
untuk menggembangkannya. Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu
Bangsa dan Negara, Selain itu pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi
ketentuan yang telah di sepakati bersama. Menjunjung tinggi dan mempertahankan apa
yang telah ada dan berusaha memperbaiki segala kesalahan dan kekeliruan di dalam diri
suatu Bangsa dan Negara sudah tidak perlu di tanyakan lagi, Terutama di dalam bidang
Hukum.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Identitas nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia
yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas nasional tersebut
dimulai dari identitas manusia, dan diakhiri dengan integrasi nasional. Identitas secara
terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang membedakan dengan
bangsa lain. Berdasarkan pengertian itu maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk
secara historis (Hendrizal, 2020).

Identitas Nasional Bangsa Indonesia sebagai esensi pemersatu bangsa hal yang
nyata. Karena pada dasarnya jati diri bangsa Indonesia melekat sebagai ciri dan otoritas
untuk keberlanjutan persatuan dalam masyarakat Indonesia. Perbedaan Indonesia itu telah
menjadikan Indonesia sebagai negara yang mewarisi berbagai kekayaan alam, kekayaan
hayati,dan kekayaan keragaman sosial budaya, sehingga Indonesia dijuluki sebagai
pecahan surga dunia. Identitas nasional bangsa Indonesia merupakan sesuatu yang harus
dijaga dilestarikan karena jati diri bangsa Indonesia merupakan hakikat dalam
perwujudannya Persatuan Nasional. Keragaman budaya inilah yang membuat indra
masyarakat Indonesia kebersamaan dari satu daerah ke daerah lain karena mengalami nasib
dan penderitaan yang sama mempersatukan bangsa Indonesia dengan segala kekayaan yang
ada di dalamnya.

Identitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada keanekaragaman) baik


menyangkut sosiokultural ataupun religiusitas. Rinciannya adalah Identitas
fundamental/ideal yaitu Pancasila yang merupakan falsafah bangsa. Identitas instrumental
yaitu identitas sebagai alat untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan. Alatnya
berupa UUD 1945, lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan. Identitas
religiusitas yaitu Indonesia yang pluralistik dalam agama dan kepercayaan. Identitas
sosiokultural yaitu Indonesia yang pluralistik dalam suku dan budaya. Identitas alamiah
yaitu Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

Integrasi nasional adalah pernyataan bagian-bagian yang berbeda dari suatu


masyarakat yang menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, yang secara sederhana
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.
Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan
kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka identitas nasional itu merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya
agama-agama besar di bumi Nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan
suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan
nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia terbentuk
melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan kenyataan objektif tersebut
maka untuk jati diri bangsa Indonesia serta identitas nasional Indonesia tidak dapat
dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari identitas nasional Indonesia.

Kepribadian, jati diri, serta identitas nasional Indonesia yang terumuskan dalam
filsafat Pancasila harus dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa
Indonesia sejak kerajaan lainnya sebelum penjajahan bangsa asing di Indonesia. Kelahiran
identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri, yang sangat
ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas. Indonesia sebagai
negara yang berdaulat memiliki landasan fundamental yaitu Pancasila yang merupakan
tujuan dan pedoman dalam berbangsa dan bertanah air di Indonesia, serta kunci dasar
pemersatu bangsa Indonesia. Landasan fundamental ini merupakan nilai-nilai dasar
kehidupan bagi bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Indonesia merupakan negara demokrasi yang dalam pemerintahannya menganut
sistem presidensiil, dan Pancasila ini merupakan jiwa dari demokrasi. Demokrasi yang
didasarkan atas lima dasar tersebut dinamakan Demokrasi Pancasila.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Identitas Nasional?


2. Apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi pembentukan Identitas Nasional?
3. Bagaimana Identitas Negara Indonesia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Identitas (identity) dalam kamus Oxford berasal dari bahasa Latin yaitu ‘idem’ atau
sama dan dua makna dasar yaitu, pertama tentang kesamaan absolut dan yang kedua adalah
konsep pembeda atau perbedaan yang menganggap adanya konsistensi dan kontinuitas.
Identitas adalah soal apa yang kamu miliki secara bersama-sama dengan beberapa orang
dan apa yang membedakan kamu dengan yang lainnya. Sementara itu kata ‘nasional’
merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat
oleh kesamaan-kesamaan fisik, baik fisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun
nonfisik seperti cita-cita, keinginan dan tujuan. Himpunan kelompok inilah yang kemudian
disebut dengan identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan
tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan
yang diberi atribut-atribut nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa identitas
nasional adalah suatu jati diri yang khas dimiliki oleh suatu bangsa dan tidak dimiliki oleh
bangsa yang lain. Dalam hal ini, tidak hanya mengacu pada individu saja, akan tetapi
berlaku juga pada suatu kelompok. Dengan kata lain, identitas nasional adalah kumpulan
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari
ratusan suku yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional
dengan acuan pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya. (Sumaludin, 2018).
Identitas secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
membedakan dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian itu maka setiap bangsa di dunia
ini akan me- miliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta
karakter dari bangsa tersebut. Hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa
tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat identitas nasional itu, identitas suatu
bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati bangsa tersebut atau lebih populer disebut
sebagai kepribadian suatu bangsa. Pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu
identitas adalah keseluruhan identitas atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis
dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Bangsa pada hakikatnya adalah
sekelompok besar manusia yang mempunyai persa- maan nasib dalam proses sejarahnya
(Hendrizal, 2020)
Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional Bangsa Indonesia Sebagai bahasa
yang berasal dari penduduk yang bukan mayoritas, dapat dikatakan bahasa Indonesia
berkembang dengan baik. Fishman menyebut proses penerimaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu dan bahasa nasional sebagai sebuah proses yang ajaib dimana penutur
yang bukan penutur asli bahasa tersebut sukses diyakinkan untuk menerima bahasa
Indonesia, yang bukan merupakan bahasa ibu mereka, menjadi bahasa pemersatu dan
bagian dari identitas mereka. Indonesia sendiri bukanlah satu-satunya bangsa yang
dibangun atas dasar keberagaman, khususnya keberagaman bahasa. Namun, tidak banyak
negara di dunia yang berhasil mengangkat salah satu bahasa yang ada di negaranya
menjadi bahasa nasional dan bahasa persatuan dengan mendapatkan penerimaan yang baik
dari masyarakatnya yang bukan penutur bahasa tersebut. Di India misalnya, pada tahun
2001, formular-formulir resmi untuk sensus harus dicetak dalam tujuh belas bahasa
sedangkan di Indonesia yang jumlah bahasanya jauh lebih banyak, formulir resmi serupa
hanya dicetak dalam bahasa Indonesia dan tidak mendapat penolakan dari masyarakatnya.
Sejatinya, bahasa adalah deretan bunyi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bahasa tidak bisa dilepaskan dari masyarakat itu
sendiri. Ada rasa memiliki, sehingga tak jarang, penerimaan terhadap bahasa yang
dianggap asing tidak selalu berjalan dengan baik. Dalam kajian sosiolinguistik, bahasa
tidak semata dilihat sebagai sebuah sistem bunyi, tetapi juga dilihat sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dan melekat pada manusia dan masyarakat. Edward (2017, hlm. 54)
menyebut, ada hal lain dari bahasa selain fungsinya untuk berkomunikasi. Artinya, adanya
hubungan lain dalam bahasa yang menunjukan adanya hubungan bahasa dengan identitas.
Lebih lanjut, Edward (2017, hlm. 21) juga mengatakan bahwa bahasa dapat dianggap
sebagai ciri/penanda seseorang. (Bulan, D. R. 2019).
Alasan Pancasila menjadi identitas nasional, yaitu sebagai kepribadian bangsa
yang dapat mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan sesuai relnya tetapi tidak
melawan arus globalisasi, melainkan bangkit menjadi lebih cermat dan bijak dalam
menjalani dan menghadapi tantangan dan juga peluang yang ada. Alasan Pancasila sebagai
identitas nasional juga karena bangsa Indonesia salah satu dari masyarakat internasional
yang punya sejarah dan prinsip yang berbeda dengan bangsa-bangsa di dunia. Prinsip dasar
filsafat dijadikan sebagai asas filsafat hidup berbangsa dan bernegara berupa Pancasila.
Jadi, dapat dikatakan Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia yang
bersumber pada nilai budaya dan agama yang dimiliki oleh Indonesia sebagai kepribadian
atau identitas bangsa. Selain itu, Pancasila sebagai dasar hukum dan juga pandangan hidup
bangsa.
Berikut adalah penjelasan mengenai bentuk identitas nasional Indonesia yang
meliputi, bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan Indonesia.
1. Bendera Negara, yaitu Sang Merah Putih Warna merah berarti beranim warna
putih berarti suci, merah berarti berani yang melambangkan tubuh manusia, putih berarti
suci yang melambangkan jiwa manusia, keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan
Indonesia.
2. Bahasa Negara Indonesia Bahasa Indonesia meruapakan bahasa yang berasal
dari rumpun Melayu yang tumbuh dan berkembang, sejak zaman dahulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa komunikasi. Bahasa tersebut telah dipergunakan hampir di
seluruh Asia Tenggara. Perkembangan bahasa Melayu mendorong tumbuhnya rasa
persatuan dan persaudaraan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang
bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Sehingga secara sadar para pemuda
yang bergabung dalam perkumpulan itu mengangkat bahasa Melayu sebagai bahasa
persatuan Indonesia. Bahasa Indonesia diangkat dan diikrarkan pada Kongres Pemuda II
tanggal 28 Oktober 1928. Kemudian bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan. Ketentuan bahasa Indonesia telah diatur dalam UU No.24
tahun 2009 mulai pasal 25 sampai pasal 45. Berikut teks sumpah pemuda.
3. Garuda Pancasila Pada tanggal 13 juli 1945, dalam rapat Panitia Perancangan
UndangUndang Dasar 1945. Salah seorang anggota panitia bernama Prada Harahap
mengusulkan tentang lambang negara. Tanggal 16 November 1945 baru dibentuk Panitia
Indonesia Raya. Panitia ini bertugas untuk menyelidiki arti lambang-lambang dalam
peradaban bangsa Indonesia sebagai langkah awal untuk mempersiapkan bahan kajian
tentang lambang negara. Panitia Indonesia Raya diketua oleh Ki Hajar Dewantara dengan
sekretaris umum Muhammad Yamin.
4. Lagu Kebangsaan, yaitu Indonesia Raya Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Pada tanggal 28 Oktober 1928
lagu Indonesia Raya dinyanyikan untuk pertama kali sebagai lagu kebangsaan negara. 5.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai hukum dasar negara RI
dan identitas nasional. 6. Kebudayaan Daerah Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa
yang berjumlah 1340 suku bangsa, jumlah bahasa yang ada di Indonesia berjumlah 724
bahasa, jumlah budaya yang ada di Indonesia berjumlah 7241 karya budaya dan jumlah ras
di Indonesia ada 4 yaitu Papua Melanozoid, Negroid, Weddoid, dan Melayu Mongoloid.
Masyarakat Indonesia mendiami pulau-pulau serta berbicara dalam bahasa, mempunyai
budaya daerah, Kemudian budaya daerah ini ditetapkan sebagai budaya nasional dan
identitas nasional. (Sormin dkk, 2021).
Pondasi awal dari terbentuknya identitas nasional diaktualisasikan melalui adanya
kesepakatan bersama seluruh warga bangsa. Identitas utama atau yang dapat disebut primer
dari warga negara dilihat dari aspek kesukuan dan kebangsaan. Maka dari itu hal ini
menjadi sangat penting bagi para generasi milenial untuk mengaplikasikan identitas
nasional guna memperkuat kesatuan bangsanya. Komponen nilai-nilai budaya merupakan
aktualisasi yang melekat erat pada identitas nasional khususnya Indonesia dengan ragam
budaya yang memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri yang tersebar di seluruh tanah
air. Bentuk penguatan jatidiri bangsa dan identitas nasional diperkuat di dalam
penyelenggaraan aktivitas kebudayaan, memunculkan gerakan untuk mencintai budaya
sendiri dan mengaplikasikannya. Penguatan implementasi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika
dan kehidupan gotong-royong menjadi perekat kehidupan masyarakat Indonesia dan
sekaligus menjadi identitas bangsa Indonesia yang dikenal oleh bangsa-bangsa lain.
Penguatan identitas nasional di dalam masyarakat yang pluralistik pada bangsa Indonesia
menjadi sangat penting agar tumbuh rasa solidaritas dan sinergis bersama di dalam
kehidupan masyarakat yang harmonis. Indonesia telah berhasil di dalam menentukan dan
membentuk identitas nasional setelah melalui proses Panjang baik pada masa kerajaan,
masa sebelum kemerdekaan, dan masuk kepada era setelah kemerdekaan. Pada masa
setelah kehidupan bernegara dimulai, maka kesepakatan dan tujuan bersama dibentuk
untuk mendukung identitas nasional. (Winarno, 2020).
Identitas konstitusi pos kolonial yang dimiliki Indonesia dapat dilihat dari norma-
norma yang bersifat fundamental yang terdapat dalam UUD 1945. Namun identitas
konstitusi pos-kolonial yang terdapat dalam UUD 1945 mengalami perubahan seiring
terjadinya amandemen terhadap UUD 1945. Perubahan identitas konstitusi pos-kolonial ini
dikenal menjadi identitas konstitusi pos otoritarian. Identitas konstitusi pos-otoritarian
UUD NRI 1945 merupakan perwujudan dari demokratisasi dalam mencapai contitutional
democracy. Terdapat beberapa unsur pembentuk identitas konstitusi pos-kolonial yang
tetap dipertahankan, di antaranya: Gagasan kebangsaan dan Gagasan atas hak yang sama di
hadapan hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak serta
kemerdekaan beragama. Namun terdapat juga beberapa unsur pembentuk identitas
konstitusi pos kolonial yang kemudian berubah menjadi unsur pembentuk identitas
konstitusi pos otoritarian, di antaranya: Gagasan kedaulatan rakyat; Gagasan susunan
pemerintahan negara Indonesia; Gagasan sistem perekonomian nasional; dan Gagasan
permusyawaratan. (Jonher, dkk 2018).
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan mengembangkan kompetensi warga
negara dalam berpartisipasi secara bertanggung jawab serta sesuai dengan konstitusi (UUD
1945) yang dikembangkan di era reformasi ini menduduki posisi strategis dalam karakter
kebangsaan. Dengan kata lain nation and character building merupakan visi
mengIndonesiakan orang Indonesia. Sebab meskipun secara yuridis formal seseorang
berstatus sebagai WNI tetapi dikhawatirkan karakternya bukan sebagai bangsa Indonesia,
misalkan berkarakter liberalis, otoriter, dan anarkis. Pendidikan Kewarganegaraan
bertujuan untuk mendidik kebangsaan warga negara dalam masyarakat pluralis untuk
menjamin integrasi bangsa dalam bingkai kesatuan dalam keberagaman. Pendidikan
Kewarganegaraan termasuk pendidikan kebangsaan yang sangat progressif, sebab dalam
pengembangan karakter kebangsaan tidak sebatas pada cultural nation tetapi juga pada
political nation (Pahlevi, 2017).
Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang yang ada pada diri bangsa
Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Apabila kita berbicara tentang
Indonesia maka akan terlintas dalam benak kita sebuah keragaman dan perpaduan banyak
hal baik dari segi Suku, Agama, Ras dan lain sebagainya. namun ironisnya seperti yang
kita lihat kali ini indonesia mengalami banyak tantangan dalam dinamika kehidupan
terkhusus dalam agama. Keberagaman yang ada di Indonesia ini menjadi dua mata pisau,
mata pisau pertama menunjukkan kelebihan dan kekayaan khas bangsa yang bahkan dapat
mendukung eksistensi dan perekonomian Indonesia lewat kekayaan budaya yang bernilai
jual tinggi. Bahkan keberagaman ini dapat, menjadi identitas bangsa yang selalu melekat.
Namun di sisi lain, keberagaman ini juga dapat memicu terjadinya Konflik dan perselisihan
yang berujung pada perpecahan. Hal ini patut disadari bahwa untuk menyatukan
keberagaman bukanlah hal yang mudah, terlebih tanpa adanya kesadaran masyarakat
multikultural. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang paling
majemuk di dunia selain Amerika Serikat dan India. Maka bukan hal yang berlebihan bila
terdengar ungkapan bahwa keberagaman Indonesia menjadi sebuah bara dalam sekam yang
sewaktu-waktu mudah tersulut dan memanas, (Lestari, 2015).
Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal dan
monopluralistik. Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus
monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain
dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai- nilai yang dianutnya atau
pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia baik secara individu
maupun kolektif adalah perpaduan antara keunikan-keunikan yang ada pada dirinya dengan
implementasi nilai-nilai yang dianutnya Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki
sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor
yang mendukung kelahiran identitas yaitu, Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis,
ekologis dan demografis. Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa (Mauizah, dkk 2021).
Nasionalisme bukan sekedar instrumen yang memiliki fungsi sebagai perekat
kemajemukan secara eksternal tetapi nasionalisme menegaskan identitas Indonesia yang
bersifat plural dalam dimensi kultural. Nasionalisme dapat ditunjukkan dengan
menghindari segala bentuk legalisasi kepentingan pribadi yang bisa mengakibatkan
disintegrasi dalam tatanan kehidupan bersama. Lebih dari itu, nasionalisme juga
menekankan pada perwujudan nilai-nilai dasar dengan berorientasi pada kepentingan
bersama. Nasionalisme kebangsaan berperan dalam menyediakan rasa aman dan stabilitas,
menciptakan kembali sentimen keutuhan dan kesinambungan dengan masa lalu
antarwarga-negara. Menguatnya identitas lokal juga perlu dilihat sebagai strategi dalam
merumuskan kembali nilai-nilai nasionalime. Oleh karena itu, haruslah diperhatikan oleh
pemerintah agar pembangunan dapat dioptimalkan dengan memperhtikan identitas lokal
sebagai khazanah kearifan lokal. Lebih dari itu, peserta didik juga harus didik dengan baik
agar memiliki wawasan yang luas dan tidak mudah terpengaruh dengan kehidupan negara
tetangga. (Bria, 2020).
Dalam praktik kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, secara
mendasar (grounded dogmatic) dimensi kultur seyogianya mendahului dimensi lainnya,
karena dalam dimensi budaya itu tersimpan seperangkat nilai (value system). Selanjutnya
sistem nilai ini menjadi dasar perumusan kebijakan (policy) dan kemudian disusul dengan
pembuatan hukum (law making) sebagai rambu-rambu yuridis dan code of conduct dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari, yang diharapkan akan mencerminkan nilai-nilai luhur
yang dimiliki oleh bangsa yang bersangkutan. Dari ketiga unsur pembentuk sistem hukum
menurut Friedman, kultur hukumlah (legal culture) yang mendahului dua unsur lainnya.
Penulis sepakat dengan pendapat ini karena sesungguhnya dalam tatanan kehidupan
masyarakat tentunya sudah terdapat nilai-nilai yang secara natural terbentuk dan hidup di
dalam proses interaksi sosial yang berlangsung. Mendahului dalam hal ini bukan berarti
yang terpenting dari kedua unsur lainnya. Implikasi peranan hukum dalam pergaulan hidup
manusia, maka hukum harus peka terhadap perkembangan masyarakat yang serba berubah,
dan harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan yang juga berubah-ubah.
Oleh sebab itu, tidak perlu ada kontradiksi antara pembaharuan hukum (tertulis) dengan
nilai-nilai dan aspirasi yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian, pemikiran
terhadap peranan hukum sebagai alat perubahan dan pembangunan masyarakat,
sebagaimana dikemukakan oleh Pound. Teori Pound mengenai kepentingan kepentingan
sosial merupakan sebuah usaha yang lebih eksplisit untuk mengembangkan suatu model
hukum responsif yang mana dalam perspektif ini, hukum yang baik seharusnya
memberikan sesuatu yang lebih daripada sekadar prosedur hukum. Hukum tersebut harus
kompeten dan juga adil, hukum seharusnya mampu mengenali keinginan publik dan punya
komitmen terhadap tercapainya keadilan substantif (Purba, 2017).
Guna membangun rasa percaya diri yang kuat, maka sebuah banga memerlukan
identitas terutama bangsa yang karakter masyarkatnya adalah plural seperti di Indonesia.
Secara politis, terdapat beberapa bentuk identitas nasional yang dapat digunakan untuk
membangun jati diri sebuah bangsa. Unsur tersebut terdiri dari bendera, bahasa nasional,
lambang negara serta lagu kebangsaan. Unsur penting yang sangat besar pengaruhnya
dalam membangun karakter bangsa adalah bahasa nasional. Dengan semboyan yang sangat
populer yaitu ‘bahasa menunjukan bangsa’, yang dapat digunakan sebagai media persatuan
bagi setiap kelompok daerah, sehingga masing-masing dapat menjalin komunikasi antar
masyarakat Indonesia dengan baik (Aziz, 2014).
Peran bahasa sebagai identitas suatu kelompok masyarakat dapat dijadikan media
untuk penguatan identitas kelompok. Oleh karena itu, penguatan identitas nasional bangsa
Indonesia sebenarnya dapat dilakukan dari hal terkecil yaitu penggunaan bahasa Indonesia.
Semakin kita bangga menggunakan bahasa Indonesia, semakin kuat identitas kita sebagai
bangsa Indonesia. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia oleh seluruh masyarakat
Indonesia dapat menimbulkan perasaan kepemilikan yang sama terhadap bahasa Indonesia
diantara masyarakat Indonesia yang beragam. Hal ini dapat memperkuat rasa nasionalisme
di antara masyarakat Indonesia (Bulan, 2019).
Dalam konteks Indonesia, seluruh sumber identitas nasional berakar pada nilai-
nilai. Pancasila yang merupakan nilai luhur serta mencerminkan kehidupan sosial di
Indonesia. Jadi, identitas nasional merupakan bekal yang harus dimiliki serta dipahami dari
segi makna dan berbagai unsur yang membentuk identitas nasional. Pada saat ini Indonesia
sedang mengalami krisis identitas nasional, dan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang mempengaruhi lingkungan, salah satunya adalah perkembangan ilmu pengetahuan
yang sangat pesat yang menjadi salah satu penyebab bergesernya nilai-nilai tersebut
sehingga kita bahkan lupakan jika kita memiliki sesuatu yang dapat memperkuat Identitas
Nasional dan telah diterima oleh setiap warga negara Republik Indonesia (Jazeri dan
Turrofiah, 2020).
Republik Indonesia, bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, indentitas nasional, media
penghubung antarwarga, antardaerah dan antarbudaya, serta media pemersatu suku, budaya
dan bahasa di Nusantara. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, alat
perhubungan tingkat nasional dan alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam kajian sosiolinguistik disebutkan bahwa bahasa memiliki hubungan yang
sangat erat dengan keberadaan masyarakat, bahkan bahasa dianggap sebagai ciri atau
identitas suatu kelompok masyarakat. Sosiolinguitik adalah cabang ilmu linguistik dan
merupakan keilmuan interdisipliner antara sosiologi dan linguistic (Rafidah dkk, 2021).
Identitas nasional dapat dipahami sebagai manifestaso dari nilai-nilai karakteristik
budaya suatu bangsa yang membedakannya dengan budaya bangsa lain. Dalam
pemahaman ini, terdapat dua identitas yaitu berkaitan dengan asosiasi bersama dalam
kepercayaan atau disebut atribut bersama, di sisi lain mengacu pada kesadaran akan
perbedaan, perasaan danpengakuan bersama, identitas dalam sisi yang kedua bersifat
fleksibel dan terus berubah dari generasi ke generasi. Di negara berkembang dengan
masyarakat yang sangat pluralis seperti Indonesia, identitas nasional sangat diperlukan
untuk membangun persatuan serta stabilitas dalam program percepatan pembangunan
nasional. Pemerintah terus merevitasliasi serta memperkuat simbol-simbol identitasi
nasional untuk membuat Indonesia berbeda dari negara lain. Namun identitas nasional
tidak tumbuh secara alami, karena harus ada upaya yang disengaka, dipelihara, serta
dipromosikan berkali-kali secara luas. Upaya konstruksi identitas nasional dirasa semakin
penting untuk menciptkan hubungan antar masyarakat seiring masifnya globaisasi di segala
lini masyarakat karena identitas banga berfungsi untuk menunjukan eksistensi antar bangsa
(Hoerudin, 2021)
Dalam konteks Indonesia, seluruh sumber identitas nasioanl berakar pada nilai-
nilai Pancasila yang merupakan nilai luhur serta mencerminkan kehidupan sosial di
Indonesia. Jadi, identitas nasional merupakan bekal yang harus dimiliki serta dipahami dari
segi makna dan berbagai unsur yang membentuk identitas nasional. Pada saat ini Indonesia
sedang mengalami krisis identitas nasional, dan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang mempengaruhi lingkungan, salah satunya adalah perkembangan ilmu pengetahuan
yang sangat pesat yang menjadi salah satu penyebab bergesernya nilai-nilai tersebut
sehingga kita bahkan lupakan jika kita memiliki sesuatu yang dapat memperkuat Identitas
Nasional dan telah diterima oleh setiap warga negara Republik Indonesia. Upaya tersebut
dapat ditempuh melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui pendidikan. Pendidikan
merupakan jalan terbaik untuk mengembangkan ekonomi dan masyarakat suatu negara;
oleh karena itu, merupakan tonggak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan
pengetahuan dan keterampilan kepada penduduk, serta membentuk kepribadian generasi
muda suatu bangsa (Saleh dan Sultan, 2015).
Identitas nasional ini adalah sesuatu yang dinamis atau akan selalu berubah dan
terbuka untuk diberi suatu makna yang baru sesuai dengan perubahan dan tantangan
zaman. Indonesia sendiri mempunyai watak masyarakat yang dikenal ramah, sopan santun
dan agamis. Namun hal tersebut harus direnungkan kembali sejauh mana kebenaranna
dalam kenyataan karena bisa jadi hal tersubut adalah mitos budaya yang mungkin tidak
ditemui pada kenyataanya. Identitas nasional merupakan suatu kelompok yang memiliki
ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang disebut sebutan nasional. Identitas
nasional itu sebagai jati diri,ciri khas, sifat yang tumbuh dan berkembang di suatu negara
bangsa sehingga menjadikannya berbeda dengan negara bangsa lainnya. Berdasarkan hal
tersebut setiap bangsa di dunia pasti memiliki identitas nasional tersendiri yang sesuai
dengan ciri khas dari bangsa tersebut (Aulia dkk, 2021).
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari mansyarakat internasional,
memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern,
diletakkanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup
berbangsa dan bernegara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa
yang diangkat dari filsafat hidup bangsa Indonesia yang kemudian menjadi suatu prinsip
dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Identitas Nasional merujuk pada suatu bangsa yang
majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas
nasional yaitu bendera, bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan yang tercantum
dalam UUD 1945 dan UU NO. 24 Tahun 2009. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
pengaturan tentang identitas nasional dalam bab 15 yang sudah mendapat amandemen atau
perubahan sebanyak dua kali. Bab 15 ini memiliki 5 (lima) pasal yang mengatur simbol jati
diri bangsa. Pasal-pasal tersebut membahas tentang Bendera, bahasa dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan yang terdiri dari pasal 35, 36, 36a, 36b, dan 36c (Afifah, 2018).
Hakikat bangsa adalah sekelom- pok manusia yang mempunyai persama- an nasib
dalam proses sejarahnya, se- hingga mempunyai persamaan watak yang kuat untuk bersatu
dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah sebagai suatu “kesatuan nasional”. Ha-
kikat negara merupakan suatu wilayah di mana terdapat sekelompok manusia melakukan
kegiatan pemerintahan. Bangsa dan negara Indonesia adalah sekelompok manusia yang
mempunyai persamaan nasib sejarah dan melakukan tugas pemerintahan dalam suatu wila-
yah “Indonesia”. Dalam nuansa identitas nasional Indonesia tersebut perlu diperkuat inte-
grasi nasional dengan strategi yang mantap. Hal ini perlu terus dilakukan agar terwujud
integrasi bangsa Indo- nesia yang diinginkan. Upaya pemba- ngunan dan pembinaan
integrasi nasio- nal ini perlu karena pada hakikatnya integrasi nasional tidak lain
menunjuk- kan tingkat kesatuan dan persatuan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya
persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang
makmur, aman dan tenteram. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh, Ambon,
Kalimantan Barat, dan Papua, hal itu merupakan cermin dari belum terwujudnya integrasi
nasional yang diharapkan selama ini. Kalau konflik tersebut terus dibiarkan, hal itu bisa
mengancam identitas nasional Indonesia sebagai suatu bangsa (Aristin, 2018).
Dalam kehidupan modern saat ini, identitas suatu negara secara tidak langsung
telah menjadi identitas ideologi, ekonomi, politik, budaya, keamanan dan pertahanan
negara. Hal ini diwujudkan oleh organisasi politik atau organisasi kekuasaan negara dalam
sistem nilai, hukum dan norma, serta model tindakan kolektif yang mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Seluruh dunia pasti memiliki identitas
nasional, termasuk bangsa Indonesia. Setiap negara memiliki kepentingan dalam
mengembangkan identitas nasionalnya. Hal ini bermula dari hakikat manusia sebagai
pribadisosial yang cenderung bersatu, karena adanya kesamaan yang melandasi
pembentukan negara tersebut. Misalnya bangsa Indonesia, karena mempunyai kesamaan
latar geografis, katar historis, kemiripan bahasa, merasa sepenanggungan dan senasib,
unsur-unsur budaya, pandangan hidup, dan mempunyai harapan usaha bersama, bertekad
membangun satu bangsa yang mempunyai ciri yang dibangun menurut kesamaan tersebut
(Dewi dkk, 2021).
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN

3.1. Tujuan Kegiatan


1. Mengingatkan masyarakat dan mahasiswa nasional penting.
2. Menjelaskan manfaat dari Identitas Nasional.

3.2. Manfaat Kegiatan


1. Mengingatkan masyarakat dan mahasiswa bahwa identitas nasional itu penting.
2. Memberikan pembelajaran tentang apa itu identitas nasional.

3.4. Pemecahan Masalah


Mensosialisasikan kepada masyarakat umum tentang pengenalan identitas nasional.
Mengurangi keterbatasan pengetahuan terhadap identitas nasional, serta faktor internal
yang kurangnya rasa ingin tahu terhadap identitas nasional.

3.5. Khalayak sasaran


Dalam hal ini praktikan menargetkan sasaran yaitu kepada masyarakat umum dan
mahasiswa Universitas Bengkulu.
BAB IV
METODE KEGIATAN PRAKTIKUM

Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan adalah :


 Sosialisasi dan wawancara yang dilakukan oleh beberapa narasumber.
 Melakukan survei kepada masyarakat umum sejauh mana pengetahuan mereka
terhadap identitas nasional.

Keterkaitan
Metode kegiatan praktikum yang kami lakukan memiliki keterkaitan yang erat
dengan judul praktikum yang akan kami jalankan. Dalam sistem pelaksanaan kami
melakukan pendekatan secara langsung kepada masyarakat dan mahasiswa Universitas
Bengkulu. Hal ini menjadi salah satu bentuk pengenalan identitas diri sebagai seorang
mahasiswa dan dilanjutkan dengan pengenalan tentang betapa pentingnya identitas
nasional untuk diketahui oleh semua kalangan.

PROGRAM KERJA

No. Program Tujuan Sasaran/Target Waktu


1 Sosialisasi mengenai Mengingatkan Mahasiswa Minggu ke-14
pentingnya Identitas masyarakat dan
Nasional mahasiswa
nasional penting
2 Sosialisasi mengenai Menjelaskan Masyarakat Minggu ke-14
pentingnya Identitas manfaat dari
Nasional Identitas
Nasional

RINCIAN PERKIRAAN BIAYA

Jumlah Biaya : Rp. 400.000


1. Konsumsi : Rp. 100.000
2. Transportasi : Rp. 100.000
3. Spanduk : Rp. 60.000
4. Tinta Print : Rp. 50.000
5. Alat Tulis : Rp. 40.000
6. Kertas : Rp. 50.000
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, T. (2018). Identitas Nasional Di Tinjau dari Undang-Undang Dasar 1945 dan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. Ajudikasi: Jurnal Ilmu Hukum, 2(2), 187-
198.
Aulia, L. R., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Mengenal Indentitas Nasional
Indonesia Sebagai Jati Diri Bangsa untuk Menghadapi Tantangan di Era
Globalisasi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 8549-8557.
Aziz, A. L. (2014). Penguatan Identitas Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas
Nasional dan Bahasa Persatuan Jelang Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) 2015. Jurnal Studi Sosial, 6(1), 14-20.
Bulan, D. R. (2019). Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional Bangsa Indonesia.
JISIPOL| Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 3(2), 23-29.
Bria, M. E. (2020, September). Penguatan semangat nasionalisme di daerah perbatasan
melalui pendidikan kewarganegaraan berbasis kearifan lokal. In Journal Fascho in
Education Conference-Proceedings (Vol. 1, No. 1).
Dewi, D. A., Hamid, S. I., Asyari, D., Setiawati, R., & Istiqomah, Y. Y. (2021).
Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mewujudkan Identitas Dan
Integritasi Nasional. Jurnal Basicedu, 5(6), 5221-5226.
Hendrizal, H. (2020). Mengulas Identitas Nasional Bangsa Indonesia Terkini. Pelita
Bangsa Pelestari Pancasila, 15(1), 1-21.
Hoerudin, C. W. (2021). IMPLEMENTASI BAHASA INDONESIA SEBAGAI
IDENTITAS NASIONAL DAN SARANA PENGUATAN KARAKTER
MASYARAKAT. Jurnal Kelola: Jurnal Ilmu Sosial, 4(2), 24-31
Johner, F., Perwira, I., & Harijanti, S. D. (2018). Negara Bangsa Pos-Kolonial sebagai
Basis dalam Menentukan Identitas Konstitusi Indonesia: Studi Terhadap Undang-
Undang Dasar 1945. Jurnal Bina Mulia Hukum, 2(2), 138-150.
Lestari, G. (2015). Bhineka Tunggal Ika: Khasanah Multikulturan Indonesia di Tengah
Kehidupan SARA. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. 28(1).
Mauizah, A. Z., Apriliani, D. R., Utomo, S., Heriansyah, D., & Naqiyah, N. (2021).
Urgensi Sejarah sebagai Ilmu dalam Upaya Penyadaran Kembali Identitas Nasional
Bangsa Indonesia kepada Generasi Muda di Era Society 5.0. Jurnal Riset Agama,
1(3), 97-111.
Pahlevi, Farida Sekti. 2017. “Eksistensi Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi
Dalam Memperkokoh Karakter Bangsa Indonesia.” Ibriez : Jurnal Kependidikan
Dasar Islam Berbasis Sains 2(1): 72
Perdana, D., & Adha, M. (2020). Implementasi Blended Learning untuk Penguatan
Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal
Pancasila Dan Kewarganegaraan Citizenship, 8(2), 89–101.
Purba, I. P. (2017). Penguatan budaya hukum masyarakat untuk menghasilkan
kewarganegaraan transformatif. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan,
14(2), 146-153.
Rafidah, D. D., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Filterisasi Budaya Asing untuk
Menjaga Identitas Nasional Bangsa Indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3),
8294-8299.
Rumandang, R. (2019). Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional Bangsa Indonesia.
JISIPOL| Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 3(2), 23-29.
Saleh, M., & Sultan, S. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia berbasis
Kurikulum 2013 yang Mengintegrasikan Nilai Karakter Bangsa di SMP. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 22(2), 117-129.
Sormin, Y., Furnamasari, Y. F., & Dewi, D. A. (2021). Identitas Nasional Sebagai Salah
Satu Determinan Pembangunan Dan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Tambusai,
5(3), 7278-7285.
Sumaludin, M. M. (2018). Identitas nasional dalam buku teks pelajaran sejarah. Historia:
Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah, 1(2), 97-104.
Winarno. (2020). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan. 61(1), 23–41.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai