Anda di halaman 1dari 6

PSIKOLOGI ORGANISASI

“ANALISIS ORGANIZATIONAL LEARNING PADA GARUDA INDONESIA”

Disusun oleh:
Siti Khalisha Diba (2207101130031)

Dosen Pengampu :
Risana Rachmatan, S.Psi., M.Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
BAB 1
LATAR BELAKANG
Senge (1990) mendefinisikan organisasi belajar sebagai “organizations where
people continually expand their capacity to create the result they truly desire, where new
and expansive pattern of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and
where people are continually learning to see the whole together”. Dari definisi tersebut
dapat kita lihat bahwa organisasi belajar adalah organisasi yang dapat mendorong
individu dalam mengoptimalkan potensinya untuk mencapai hal yang dicita-citakan. Di
dalam organisasi belajar, semua individu bebas mengungkapkan aspirasinya serta
mengembangkan ide-idenya sehingga individu akan belajar berkesinambungan.
Konsep organisasi belajar mulai diperkenalkan pada tahun 1990an. Munculnya ide
organisasi belajar merupakan jawaban atas perubahan jaman yang teramat pesat. Suatu
organisasi harus memiliki daya tahan dan daya saing yang tinggi untuk dapat
mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah gelombang perubahan yang teramat
cepat. Daya tahan dan daya saing tinggi akan tercapai jika dan hanya jika organisasi
belajar terus menerus. Belajar di dalam konteks ini adalah belajar untuk menghadapi
tantangan, baik dari dalam maupun dari luar organisasi; belajar mengoptimalkan potensi
yang ada; belajar memperbaiki kualitas diri; serta belajar beradaptasi dengan berbagai
perubahan. Proses belajar yang tanpa henti inilah akan membentuk organisasi yang
inovatif.
Alasan lain perlunya organisasi belajar yaitu untuk mamacu anggotanya agar
menjadi pembelajar yang baik. Individu-individu yang belajar terus menerus tentu akan
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih daripada orang-orang yang tidak mau
belajar. Karenanya, organisasi belajar akan mendorong anggotanya untuk belajar agar
setiap anggota dapat mencapai kinerja optimal. Dengan demikian, diharapkan organisasi
juga memiliki kinerja yang optimal.
BAB 2
PEMBAHASAN
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan nasional yang didirikan pada tahun
1949, saat Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja direbut dari tangan
penjajah. Seiring dengan perubahan jaman, banyak sekali perkembangan yang terjadi di tubuh
Garuda Indonesia, di antaranya adalah perubahan manajemen dan logo pesawat. Selain itu,
perombakan di tataran manajemen juga dilakukan agar organisasi ini tetap dinamis dan dapat
bertahan dalam persaingan yang semakin ketat.
Saat ini, Garuda Indonesia memiliki konsep sebagai maskapai dengan pelayanan penuh
(full service airline). Berbagai rute penerbangan dioperasikan oleh Garuda Indonesia, mencakup
rute domestic, regional, dan internasional. Selain mendapatkan berbagai penghargaan berskala
nasional dan internasional, maskapai ini memiliki berbagai unit bisnis (Strategic Business Unit)
seperti Garuda Cargo dan Garuda Medical Center. Beberapa anak perusahaan Garuda Indonesia
juga sedang berkembang dengan sangat pesat, diantaranyaPT Citilink Indonesia (maskapai tarif
rendah), PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan, dan catering), PT Abacus
Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket), PT Aero System
Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industry pariwisatadan
transportasi), serta PT Garuda Maintenance Facility/GMF AeroAsia, yaitu perusahaan yang
bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul.
Garuda Indonesia merupakan salah satu perusahan yang menerapkan Oganizational
Learning karena memenuhi karakteristik Oganizational Learning yaitu :
1. segi penguasaan pribadi
Garuda Indonesia memfasilitasi karyawannya dengan berbagai macam bentuk pelatihan.
Untuk keperluan ini, Garuda Indonesia menyediakan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
yang sangat lengkap. Secara fisik pusat pendidikan dan pelatihan ini berupa ruan kelas,
asrama, ruang serba guna, fasilitas olah raga, fasilitas praktik, dan fasilitas-fasilitas lain
yang menunjang terselenggaranya pelatihan dengan optimal. Semua karyawan didorong
untuk mengembangkan potensinya melalui pelatihan-pelatihan yang sangat terkait
dengan pelaksanaan tugasnya. Dengan mengoptimalkan potensi karyawan, maka
diharapkan akan optimal pula kinerja karyawan Garuda Indonesia. Hal itu akan
berpengaruh besar terhadap kinerja organisasi.
2. Pola Mental
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Garuda Indonesia juga berdampak pada pola
mental karyawannya. Bagaimanapun juga, pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara
terus menerus akan direkam baik secara sadar ataupun tidak sadar. Hal tersebut akan
digunakan oleh karyawan Garuda Indonesia dalam memberikan penilaian atau evaluasi
terhadap suatu hal, sehingga ia akan perilaku yang dilakukan juga sangat dipengaruhi
oleh pola mental yang sudah dibentuk.
3. Visi Bersama
Visi Garuda Indonesia menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan
menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan
keramahan Indonesia telah diketahui dan benar-benar dipahami oleh seluruh
karyawannya. Dalam setiap pelatihan, organisasi ini selalu mematrikan visinya sehingga
seluruh karyawan memiliki visi yang sama.
4. Team Learning
Sebagai maskapai penerbangan nasional yang dinilai memiliki repuitasi baik oleh
berbagai kalangan, Garuda Indonesia harus dapat mengaplikasikan konsep team learning
bagi semua unsur di dalamnya, baik di tataran manajemen maupundi kalangan karyawan.
Terlebih lagi bagi kru penerbangan, sistem penerbangan dengan durasi waktu terbang
berjam-jam, mengharuskan seluruh awak kabin menjalankan perannya dengan sungguh-
sungguh agar terbentuk tim yang baik. Selain itu, di tataran manajemen, Garuda
Indonesia menerapkan sistem komunikasi lintas bagian. Ini berarti bahwa, bagian yang
satu dapat secara langsung berkomunikasi dengan bagian lain.

Namun, Garuda Indonesia bukanlah organisasi yang tumbuh tanpa masalah. Beberapa
tahun terakhir ini Garuda Indonesia dihadapkan pada masalah protes karyawan dan kerugian
keuangan. Protes karyawan berupa aksi mogok para pilot dan aksi mogok karyawan PT
Aerofood Catering Service. Para pilot Garuda Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pilot
Garuda (APG) melakukan mogok kerja menuntut kenaikan gaji. Hal tersebut didasari oleh
kesenjangan penghasilan yang diterima oleh pilot orang Indonesia dengan penghasilan yang
diterima pihak asing. Aksi mogok lainnya dilakukan oleh karyawa PT Aerofood service. Akibat
unjuk rasa ini, beberapa rute penerbangan domestic Garuda Indonesia tidak disertai dengan
fasilitas makan.
Berfikir sistem metupakan salah satu ciri organisasi belajar. disini akan menggarisbawahi
salah satu konflik yang sempat mengguncang perusahaan ini, bahkan memberikan efek tidak
baik untuk penerbangan nasional, yaitu kasus mogok yang dilakukan oleh APG (asosiasi Pilot
Garuda). Konflik antara Garuda Indonesia dan APG dikarenakan adanya kesenjangan
penghasilan yang diterima oleh pilot-pilot asing dan pilot-pilot lokal. Aksi mogok ini, berdampak
pada kacaunya jadwal penerbangan. Sehingga banyak pihak yang dirugikan oleh kekacauan ini,
terutama penumpang yang telah memberikan kepercayaannya kepada Garuda Indonesia. Dalam
jangka pendek, pihak manajemen garuda mencoba mengatasi kekacauan ini dengan menurunkan
instruktur-instruktur penerbangan garuda sebagai ‘pilot tembak’. Hal ini dilakukan untuk
memperkecil pembatalan jadwal penerbangan. Selain itu, pihak manajemen juga menyewa hotel
di sekitar bandara sebagai tempat peristirahatan para pilot yang disiapkan sebagai pilot
pengganti. Namun demikian, secara esesnsi penyelesaian konflik antara pihak manajemen garuda
dengan APG selalu menemui kata tidak sepakat sampai saat ini.
Hal lain yang dapat diambil sebagai cara berfikir sistem dari Garuda Indonesia yaitu dengan
dibukanya unit-unit bisnis lain yang terkait dengan penerbangan. Unit-unit bisnis yang dibuka
oleh Garuda Indonesia seperti PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan, dan
catering), PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket),
PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industry
pariwisatadan transportasi), serta PT Garuda Maintenance Facility/GMF AeroAsia, yaitu
perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul sangat
mendukung bisnis penerbangan Garuda Indonesia. Unit-unit bisnis tersebut mempermudah
masyarakat yang membutuhkan jasa-jasa lain selain penerbangan. Dalam hal ini, cara berfikir
Sistem dari Garuda Indonesia justeru membuka peluang-peluang bisnis lain dengan
memanfaatkan nama besarnya.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Garuda Indonesia termasuk ke dalam
kategori organisasi belajar. Hal ini terbukti dengan Garuda Indonesia memiliki ciri-ciri
organisasi belajar yang dibuktikan dengan ketahanannya bersaing dengan maskapai lokal,
regional, maupun internasional. Garuda Indonesia juga dapat bangkit dari konflik yang dialami
dan merugikan berbagai pihak dengan cara fokus kepada perubahan sistemnya. Ini juga
merupakan contoh dari penerapan Organizational Learning.

Referensi
Fitriani N (2016). Analisis Organisasi Belajar. Jurnal Psikologi, 18-19
Senge, Peter M.(1990) The fifth discipline: The art and practice of the learning organization.
New York: Doubleday

Anda mungkin juga menyukai