Disusun oleh:
Siti Khalisha Diba (2207101130031)
Dosen Pengampu :
Risana Rachmatan, S.Psi., M.Si
Namun, Garuda Indonesia bukanlah organisasi yang tumbuh tanpa masalah. Beberapa
tahun terakhir ini Garuda Indonesia dihadapkan pada masalah protes karyawan dan kerugian
keuangan. Protes karyawan berupa aksi mogok para pilot dan aksi mogok karyawan PT
Aerofood Catering Service. Para pilot Garuda Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pilot
Garuda (APG) melakukan mogok kerja menuntut kenaikan gaji. Hal tersebut didasari oleh
kesenjangan penghasilan yang diterima oleh pilot orang Indonesia dengan penghasilan yang
diterima pihak asing. Aksi mogok lainnya dilakukan oleh karyawa PT Aerofood service. Akibat
unjuk rasa ini, beberapa rute penerbangan domestic Garuda Indonesia tidak disertai dengan
fasilitas makan.
Berfikir sistem metupakan salah satu ciri organisasi belajar. disini akan menggarisbawahi
salah satu konflik yang sempat mengguncang perusahaan ini, bahkan memberikan efek tidak
baik untuk penerbangan nasional, yaitu kasus mogok yang dilakukan oleh APG (asosiasi Pilot
Garuda). Konflik antara Garuda Indonesia dan APG dikarenakan adanya kesenjangan
penghasilan yang diterima oleh pilot-pilot asing dan pilot-pilot lokal. Aksi mogok ini, berdampak
pada kacaunya jadwal penerbangan. Sehingga banyak pihak yang dirugikan oleh kekacauan ini,
terutama penumpang yang telah memberikan kepercayaannya kepada Garuda Indonesia. Dalam
jangka pendek, pihak manajemen garuda mencoba mengatasi kekacauan ini dengan menurunkan
instruktur-instruktur penerbangan garuda sebagai ‘pilot tembak’. Hal ini dilakukan untuk
memperkecil pembatalan jadwal penerbangan. Selain itu, pihak manajemen juga menyewa hotel
di sekitar bandara sebagai tempat peristirahatan para pilot yang disiapkan sebagai pilot
pengganti. Namun demikian, secara esesnsi penyelesaian konflik antara pihak manajemen garuda
dengan APG selalu menemui kata tidak sepakat sampai saat ini.
Hal lain yang dapat diambil sebagai cara berfikir sistem dari Garuda Indonesia yaitu dengan
dibukanya unit-unit bisnis lain yang terkait dengan penerbangan. Unit-unit bisnis yang dibuka
oleh Garuda Indonesia seperti PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan, dan
catering), PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket),
PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industry
pariwisatadan transportasi), serta PT Garuda Maintenance Facility/GMF AeroAsia, yaitu
perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul sangat
mendukung bisnis penerbangan Garuda Indonesia. Unit-unit bisnis tersebut mempermudah
masyarakat yang membutuhkan jasa-jasa lain selain penerbangan. Dalam hal ini, cara berfikir
Sistem dari Garuda Indonesia justeru membuka peluang-peluang bisnis lain dengan
memanfaatkan nama besarnya.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Garuda Indonesia termasuk ke dalam
kategori organisasi belajar. Hal ini terbukti dengan Garuda Indonesia memiliki ciri-ciri
organisasi belajar yang dibuktikan dengan ketahanannya bersaing dengan maskapai lokal,
regional, maupun internasional. Garuda Indonesia juga dapat bangkit dari konflik yang dialami
dan merugikan berbagai pihak dengan cara fokus kepada perubahan sistemnya. Ini juga
merupakan contoh dari penerapan Organizational Learning.
Referensi
Fitriani N (2016). Analisis Organisasi Belajar. Jurnal Psikologi, 18-19
Senge, Peter M.(1990) The fifth discipline: The art and practice of the learning organization.
New York: Doubleday