Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu kalam merupakan ilmu yang sangat erat kaitannya dengan
masalah keyakinan baik terhadap Tuhan, alam, benda-benda maupun halhal lain yang berkaitan dengan keyakinan. Dalam Islam, ada tiga cabang
pemikiran yang patut dipandang paling menonjol dan mewakili sekian
banyak aspek pemikiran Islam itu, yaitu Ilmu kalam, filsafat, dan hukum.
Dari ketiga aspek tersebut, ilmu kalam dapat diposisikan sebagai arus
utama pemikiran Islam,
Disebut sebagai arus utama, karena pembahasan ilmu kalam itu
radikal

(mendalam)juga

sekaligus

universal

(luas),

sehingga

lebih

membuka ruang bagi suasana dialogis dibanding filsafat dan hukum.


Ilmu kalam juga merupakan bukti perkembangan pemikiran
manusia dari masa ke masa. Ilmu kalam muncul sejalan dengan muncul
aliran-aliran dalam Islam. Awal kemunculan

Ilmu kalam dipicu oleh

persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuh Usman bin Affan


yang berbuntut akan penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib menjadi perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim
(arbitrase). Dari persoalan ini, muncullah tiga Aliran yaitu :
1. Aliran Khawarij
2. Aliran Murjiah
3. Aliran Mutazilah
Dengan demikian, ilmu kalam merupakan ilmu yang erat kaitannya
dengan aliran-aliran yang sampai saat ini masih sangat berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu kalam ?
2. Apa saja nama-nama lain dari ilmu kalam ?
3. Jelaskan hubungan ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf !
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian ilmu kalam.
2. Untuk mengetahui nama-nama lain ilmu kalam.
3. Untuk menjelaskan hubungan ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Kalam

Secara etimologis ilmu kalam berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu
Ilmu dan Kalam. Secara etimologis ilmu adalah pengetahuan, sedangkan kalam berarti katakata yang disusun sehingga mempunyai makna atau pengertian. Dalam bahasa Indonesia
kalam diartikan dalam kalimat yang mempunyai maksud atau pengertian tertentu. Pengertian
Kalam menurut Ash-Shanhaji, yaitu kata-kata yang disusun dengan sengaja dan
mengandung pengertian.
Berikut definisi-definisi ilmu kalam menurut beberapa ulama, yaitu :
a. Ibn Khaldun
Menurut Ibn Khaldun, ilmu kalam adalah ilmu berisi alasan-alasan
yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap
orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan
aliran golongan salaf dan Ahli Sunnah.1
b. Al-Farabi
Menurut Al-Farabi, ilmu kalam adalah

disiplin

ilmu

yang

membahas tentang dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua


yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia
sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam.
Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu ketuhanan secara
filosofis. 2
c. Musthafa Abdul Raziq
Menurut Musthafa Abdul Raziq, ilmu ini (ilmu kalam) berkaitan
dengan akidah imani ini sesungguhnya

dibangun di atas

argumentasi-argumentasi rasional atau ilmu yang berkaitan


dengan akidah islami ini bertolak atas bantuan nalar.3
d. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh berpendapat bahwa ilmu kalam adalah ilmu
yang membicarakan tentang wujud Tuhan (Allah), sifat-sifat yang
mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang mesti tidak ada pada-Nya
serta sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya, dan membicarakan
1 A. Hanafi, Theologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), cet. III,
hlm. 10
2 Musthafa Abd. Raziq, Tamhid li Tarikh Al-Falsafah Al-Islamiyah, Lajnah wa AtTalif wa At-Tarjamah wa An-Nasyr, 1959, hlm. 268
3 Ibid
2

pula tentang rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya


dan mengetahui sifat-sifat yang ada padanya, sifat-sifat yang
mesti tidak ada padanya serta sifat-sifat yang mungkin ada
padanya.4
e. Husain Affandi al-Jassar
Beliau berpendapat bahwa

ilmu

kalam

adalah ilmu

yang

membahas tentang hal-hal yang menetapkan akidah agama


dengan dalil-dalil yang meyakinkan.5
f. Prof. M. Thahir A. Muin
Prof. M. Thahir A. Muin mendefinisikan ilmu kalam sebagai ilmu
yang menyelidiki dan membahas tentang yang wajib, mustahil,
dan yang jaiz bagi Allah

dan bagi sekalian utusan-Nya, serta

mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan akal pikiran


sebagai

alat

untuk

membuktikan

ada-Nya

dzat

yang

mewujudkan.6
Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa ilmu kalam yaitu ilmu yang
secara khusus membahas tentang masalah ketuhanan serta berbagai masalah yang berkaitan
dengannya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan.
B. Nama Lain Ilmu Kalam
1. Teologi Islam
Teologi Islam juga merupakan istilah lain dari ilmu kalam, yang
diambil dari bahasa Inggris, theology. Teologi secara etimologi terdiri dari
teo atau teos yang berarti Tuhan dan

logi

atau logos yang berarti

pengetahuan (science, studi, discourse), faham atau pembicaraan. Jadi,


teologi mengandung arti pengetahuan, faham atau pembicaraan tentang
tuhan.
William L. Reese mendefinisikannya dengan discourse or reason
concerning God (diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Dengan
mengutip kata-kata Wlliam Ockham, Reese lebih jauh mengatakan,
4 Syaikh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), cet.
I, hlm. 21
5 Husain Affandi al-Jasr, Al-Hussun al-Hamadiyyah,(Surabaya: al-Saqafiyyah, tt),
hlm. 6
6 M. Thahir A. Muin, Ikhtisar Ilmu Tauhid, (Yogyakarta: Kita, tt), hlm. 1
3

Theology to be a discipline resting on revealed truth and independent of


both philosophy and science (Teologi merupakan disiplin ilmu yang
berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan). Semetara itu, Gove menyatakan bahwa teologi adalah
penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara
rasional.
2. Ilmu Ushuluddin
Kata ushuluddin berasal dari bahasa Arab yaitu terdiri dari kata
Ushul dan Addin. Ushul

yang berarti pokok, dasar atau kaidah.

Sedangkan, addin artinya adalah agama. Jadi, ilmu ushuluddin adalah


ilmu yang membahas pokok-pokok agama atau dasar-dasar agama.
Sedangkan pengertian Ushuluddin secara terminologi adalah :

Ilmu Ushuluddin ialah ilmu yang membahas tentang prinsip-prinsip


kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang qathi (al-Quran dan hadis)
dan dalil-dalil akal pikiran.
3. Aqidah atau Aqaid
Pengertian Aqidah secara etimologi berasal dari bahasa Arab
yaitu kata aqd ( )yang berarti pengikatan atau pertalian. Sedangkan
pengertian Aqidah secara istilah merupakan apa yang diyakini seseorang.
Jika, dikatakan ia memiliki aqidah yang benar berarti aqidahnya bebas
dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati , yaitu kepercayaan hati
dan pembenarannya kepada sesuatu.
4. Ilmu Tauhid
Ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah Swt. di
dalamnya dikaji pula tentang asma (nama-nama) dan afal (perbuatanperbuatan Allah yang wajib, mustahil dan jaiz, juga sifat yang wajib,
mustahil dan jaiz bagi Rasul-Nya. Ilmu tauhid sendiri sebenarnya
membahas keesaan Allah Swt., dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya.
Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi
ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh sebab
itu, sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid.
5. Fiqh Al-Akbar

Abu Hanifah menyebut nama ini dengan fiqh al-akbar. Menurut


persepsinya, hukum Islam dikenal dengan istilah fiqh yang terbagi atas
dua bagian, yaitu :
a. Fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok agama
atau ilmu tauhid.
b. Fiqh al-ashghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan
masalah muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya
cabangnya saja.7
C. Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
1. Titik Persamaan
Ilmu kalam, filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan objek
kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu
yang

berkaitan

dengan-Nya.

Objek

kajian

filsafat

adalah

masalah

ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang


ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya
pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu ini
membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Argumen filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangun di atas
dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan
yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimental).
Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran
yang dihasilkan.
Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal
yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya sendiri
berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan denganNya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri
kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak
dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas
jangkauannya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan
metodenya

yang

tipikal

berusaha

menghampiri

kebenaran

yang

berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan.


2. Titik Perbedaan
Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek
metodeloginya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika di
7 Raziq, op. cit., hlm. 264
5

samping

argumentasi-argumentasi

naqliyah

berfungsi

untuk

mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai


apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika
(jadaliah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Sebagai sebuah
diaog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran
agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional. Sebagian
ilmuwan

bahkan

mengatakan

ilmu

ini

berisi

keyakinan-keyakinan

kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman


keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun metode
rasional. Filsafat menghampiri kebenaran degan cara menuangkan
(mengembarakan

atau

mengelanakan)

akal

budi

secara

radikal

(mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (umum); tidak


merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri
yang bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates
adalah

berpegang

teguh

pada

ilmu

pengetahuan

melalui

usaha

menjelaskan konsep-konsep (the gaining of the conseptual clarity).


Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh
kerja

logika

maka

di

dalam

filsafat

dikenal

dengan

kebenaran

korespondensi. Dalam pandangan korespondensi, kebenaran adalah


persesuaian antara pernyataan fakta dan data itu sendiri. Dengan bahan
yang sederhana, kebenaran adalah persesuaian antara apa yang ada di
dalam rasio dengan kenyataan sebenarnya di alam nyata.
Disamping kebenaran korespondensi, di dalam filsafat juga
dikenal kebenaran koherensi. Dalam pandangan koherensi, kebenaran
adalah

kesesuaian

antara

suatu

pertimbangan

pertimbangan yang telah diakui kebenarannya

baru
secara

dan

suatu

umum dan

permanen. Jadi, kebenaran dianggap tidak benar jika tidak sesuai dengan
kebenaran yang dianggap benar oleh ulama umum.
Selain itu, di dalam filsafat dikenal juga kebenaran pragmatik.
Dalam

pandangan

pragmatisme,

kebenaran

adalah

sesuatu

yang

bermanfaat (utility) dan mungkin dapat dikerjakan (workability) dengan

dampak yang memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak benar jika
tidak tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk dikerjakan.
Adapun ilmu taswuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa
daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf

sangat distingtif.

Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperolah dari rasa, ilmu tasawuf
bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman
seseorang. Oleh karena itu, bahasa tasawuf sering tampak aneh bila
dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit
dibahasakan.pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh
orang yang ingin memperoleh kebenarannya dan mudah digambarkan
dengan

bahasa

diinterpretasikan

lambang,

sehingga

bermacam-macam).

sangat
Sebagian

interpretable
pakar

(dapat

mengatakan

bahwa, metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham yang datang dari
Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah
kebenaran hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari
dalam diri subjek sendiri. Itulah sebabnya dalam sains dikenal istilah
objeknya tidah objektif. Ilmu seperti ini dalam sains dikenal dengan ilmu
yang

diketahui

bersama

atau

tacit

knowledge,

dan

bukan

ilmu

proporsional.
Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang
menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Filsafat berkembang
menjadi sains dan filsafat sendiri. Sains berkembang menjadi sains
kealaman, sosial, dan humaniora. Sedangkan filsafat berkembang lagi
menjadi filsafat klasik, pertengahan, dan modern. Selanjutnya, tasawuf
berkembang menjadi tasawuf praktis dan tasawuf teoretis.
Dilihat dari aspek aksiologi (manfaatnya), teologi di antaranya
berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal
rasio sebagai upaya mengenal Tuhan secara rasional. Adapun filsafat lebih
berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai
rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui
pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya langsung. Dengan cara
ini, orang yang telah mempunyai rasio yang sangat prima diharapkan
dapat mengenal Tuhan secara meyakinkan melalui rasionya. Adapun
tasawuf lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada
7

orang yang

telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak

memperoleh apa yang ingin dicarinya.


Sebagian orang memandang

bahwa

ketiga

ilmu

tersebut

memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam, kemudian


filsafat dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf. Oleh sebab itu, merupakan
kekeliruan

apabila

dialektika

kefilsafatan

atau

tasawuf

teoretis

diperkenalkan kepada masyarakat awam karena akan berdampak pada


terjadinya rational jumping (lompatan pemikiran).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu kalam yaitu ilmu yang secara khusus membahas tentang masalah ketuhanan
serta berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan.
Ilmu kalam biasa disebut dengan teologi Islam, ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, imu aqidah
atau aqaid, dan fiqh al-akbar.
Ilmu kalam memiliki persamaan dan perbedaan dengan filsafat
dan tasawuf. Persamaanya itu terletak pada objek kajian. Objek kajian
ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan denganNya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah
alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian
tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi,
dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu ini membahas masalah yang
8

berkaitan dengan ketuhanan. Sedangkan perbedaannya terletak pada


aspek metodeloginya.

DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Syaikh Muhammad, Risalah Tauhid. Jakarta: Bulan Bintang, 1975,
cet. I.
Al-Jasr, Husain Affandi, Al-Hussun al-Hamadiyyah. Surabaya: AlSaqafiyyah, tt.
Hanafi, A., Theologi Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: Bulan Bintang, 1979, cet.
III.
Muin, M. Thahir A., Ikhtisar Ilmu Tauhid. Yogyakarta: Kita, tt.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008.
Rozak, Abdul; Rosihan Anwar, Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Anda mungkin juga menyukai