PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu kalam merupakan ilmu yang sangat erat kaitannya dengan
masalah keyakinan baik terhadap Tuhan, alam, benda-benda maupun halhal lain yang berkaitan dengan keyakinan. Dalam Islam, ada tiga cabang
pemikiran yang patut dipandang paling menonjol dan mewakili sekian
banyak aspek pemikiran Islam itu, yaitu Ilmu kalam, filsafat, dan hukum.
Dari ketiga aspek tersebut, ilmu kalam dapat diposisikan sebagai arus
utama pemikiran Islam,
Disebut sebagai arus utama, karena pembahasan ilmu kalam itu
radikal
(mendalam)juga
sekaligus
universal
(luas),
sehingga
lebih
Secara etimologis ilmu kalam berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu
Ilmu dan Kalam. Secara etimologis ilmu adalah pengetahuan, sedangkan kalam berarti katakata yang disusun sehingga mempunyai makna atau pengertian. Dalam bahasa Indonesia
kalam diartikan dalam kalimat yang mempunyai maksud atau pengertian tertentu. Pengertian
Kalam menurut Ash-Shanhaji, yaitu kata-kata yang disusun dengan sengaja dan
mengandung pengertian.
Berikut definisi-definisi ilmu kalam menurut beberapa ulama, yaitu :
a. Ibn Khaldun
Menurut Ibn Khaldun, ilmu kalam adalah ilmu berisi alasan-alasan
yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap
orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan
aliran golongan salaf dan Ahli Sunnah.1
b. Al-Farabi
Menurut Al-Farabi, ilmu kalam adalah
disiplin
ilmu
yang
dibangun di atas
ilmu
kalam
adalah ilmu
yang
alat
untuk
membuktikan
ada-Nya
dzat
yang
mewujudkan.6
Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa ilmu kalam yaitu ilmu yang
secara khusus membahas tentang masalah ketuhanan serta berbagai masalah yang berkaitan
dengannya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan.
B. Nama Lain Ilmu Kalam
1. Teologi Islam
Teologi Islam juga merupakan istilah lain dari ilmu kalam, yang
diambil dari bahasa Inggris, theology. Teologi secara etimologi terdiri dari
teo atau teos yang berarti Tuhan dan
logi
berkaitan
dengan-Nya.
Objek
kajian
filsafat
adalah
masalah
yang
tipikal
berusaha
menghampiri
kebenaran
yang
samping
argumentasi-argumentasi
naqliyah
berfungsi
untuk
bahkan
mengatakan
ilmu
ini
berisi
keyakinan-keyakinan
atau
mengelanakan)
akal
budi
secara
radikal
berpegang
teguh
pada
ilmu
pengetahuan
melalui
usaha
logika
maka
di
dalam
filsafat
dikenal
dengan
kebenaran
kesesuaian
antara
suatu
pertimbangan
baru
secara
dan
suatu
umum dan
permanen. Jadi, kebenaran dianggap tidak benar jika tidak sesuai dengan
kebenaran yang dianggap benar oleh ulama umum.
Selain itu, di dalam filsafat dikenal juga kebenaran pragmatik.
Dalam
pandangan
pragmatisme,
kebenaran
adalah
sesuatu
yang
dampak yang memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak benar jika
tidak tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk dikerjakan.
Adapun ilmu taswuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa
daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf
sangat distingtif.
Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperolah dari rasa, ilmu tasawuf
bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman
seseorang. Oleh karena itu, bahasa tasawuf sering tampak aneh bila
dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sangat sulit
dibahasakan.pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung oleh
orang yang ingin memperoleh kebenarannya dan mudah digambarkan
dengan
bahasa
diinterpretasikan
lambang,
sehingga
bermacam-macam).
sangat
Sebagian
interpretable
pakar
(dapat
mengatakan
bahwa, metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham yang datang dari
Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah
kebenaran hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari
dalam diri subjek sendiri. Itulah sebabnya dalam sains dikenal istilah
objeknya tidah objektif. Ilmu seperti ini dalam sains dikenal dengan ilmu
yang
diketahui
bersama
atau
tacit
knowledge,
dan
bukan
ilmu
proporsional.
Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang
menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Filsafat berkembang
menjadi sains dan filsafat sendiri. Sains berkembang menjadi sains
kealaman, sosial, dan humaniora. Sedangkan filsafat berkembang lagi
menjadi filsafat klasik, pertengahan, dan modern. Selanjutnya, tasawuf
berkembang menjadi tasawuf praktis dan tasawuf teoretis.
Dilihat dari aspek aksiologi (manfaatnya), teologi di antaranya
berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal
rasio sebagai upaya mengenal Tuhan secara rasional. Adapun filsafat lebih
berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai
rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui
pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya langsung. Dengan cara
ini, orang yang telah mempunyai rasio yang sangat prima diharapkan
dapat mengenal Tuhan secara meyakinkan melalui rasionya. Adapun
tasawuf lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada
7
orang yang
bahwa
ketiga
ilmu
tersebut
apabila
dialektika
kefilsafatan
atau
tasawuf
teoretis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu kalam yaitu ilmu yang secara khusus membahas tentang masalah ketuhanan
serta berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang meyakinkan.
Ilmu kalam biasa disebut dengan teologi Islam, ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, imu aqidah
atau aqaid, dan fiqh al-akbar.
Ilmu kalam memiliki persamaan dan perbedaan dengan filsafat
dan tasawuf. Persamaanya itu terletak pada objek kajian. Objek kajian
ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan denganNya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah
alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian
tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi,
dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu ini membahas masalah yang
8
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Syaikh Muhammad, Risalah Tauhid. Jakarta: Bulan Bintang, 1975,
cet. I.
Al-Jasr, Husain Affandi, Al-Hussun al-Hamadiyyah. Surabaya: AlSaqafiyyah, tt.
Hanafi, A., Theologi Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: Bulan Bintang, 1979, cet.
III.
Muin, M. Thahir A., Ikhtisar Ilmu Tauhid. Yogyakarta: Kita, tt.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008.
Rozak, Abdul; Rosihan Anwar, Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia, 2007.