PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Teknik pertambangan yang digunakan dilakukan di Indonesia adalah teknik
pertambangan terbuka ( Open Pit Mining ) dengan metoda gali isi kembali ( back
filling methods ). Penggunaan teknik ini mengakibatkan terjadinya pembukaan
areal bervegetasi dan mempunyai kecenderungan untuk bertambah seiring dengan
bertambahnya area pertambangan.
Penggunaan teknik ini juga menyebabkan terjadinya lahan kritis karena
hilangnya vegetasi penutup tanah, adanya tekanan karena hilangnya vegetasi
penutup tanah, adanya tekanan berat dari pukulan air hujan, erosi, sentuhan
langsung cahaya matahari dan terjadinya pemadatan tanah akibat aktifitas alat
berat.
Untuk menanggu1angi dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan
penambangan dengan teknik penambangan terbuka, telah dilakukan kegiatan
reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang untuk memperbaiki kondisi areal
yang terbuka. Undang-undang pertambangan mineral dan batubara mewajibkan
setiap pemegang IUP dan IUPK melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan pertambangan termasuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang.
B. Perumusan Masalah
BAB II
ISI
atau dalam proses kerusakan fisik, kimia dan biologi yang akhirnya
membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, pemukiman dan
kehidupan sosial ekonomi dari daerah lingkungan pengaruhnya (Hardjowigeno,
1995).
Undang-undang pertambangan mineral dan batubara mewajibkan setiap
pemegang IUP dan IUPK melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
pertambangan termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang. Reklamasi adalah
kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu
sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan
berdaya Juna sesuai dengan peruntukannya. Pada prinsipnya kawasan atau
sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus
dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui reklamasi dan
rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai kondisi
seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati (Perrow, 2002).
B. Dasar Hukum Reklamasi
Kebijakan dasar pengelolaan sumber daya alam tercantum pada pasal 33
ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Keterkaitan dengan pasal tersebut, pertambangan merupakan
komponen atau sub-sistem dari sistem kekayaan alam, sehingga pengelolaannya
spesies
pada
lahan
tersebut,
peningkatan
humus,
pengurangan erosi, dan fungsi sebagai filter alam. Dengan cara tersebut,
maka dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai
dalam merestorasi lahan bekas tambang (Rahmawaty, 2002).
3. Penanganan Potensi Air Asam Tambang
Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah
penambangan, hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya
bahan
mengandung sulfida pada udara bebas. Secara kimia kecepatan
pembentukan asam tergantung pada pH, suhu, kadar oksigen udara dan air,
kejenuhan air, aktifitas kimia Fe3+, dan luas permukaan dari mineral
sulfida yang terpapar pada udara. Sementara kondisi fisika yang
mempengaruhi kecepatan pembentukan asam, yaitu cuaca, permeabilitas
dari batuan, pori-pori batuan, tekanan air pori, dan kondisi hidrologi.
Penanganan air asam tambang dapat dilakukan dengan mencegah
pembentukannya dan menetralisir air asam yang tidak terhindarkan
terbentuk. Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir
sebaran mineral sulfida
sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan menghindarkan agar
tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfida ditutup dengan bahan
9
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik tambang terbuka menyebabkan terjadinya lahan kritis karena
hilangnya vegetasi penutup tanah, adanya tekanan berat dari pukulan air
hujan, erosi, sentuhan langsung cahaya matahari dan terjadinya pemadatan
tanah akibat aktifitas alat berat. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan
memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat
kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya guna
sesuai dengan peruntukannya. Dasar-dasar hukum reklamasi Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan,
Pasal 46 ayat (4) dan (5) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001, dan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008
tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Penataan lahan bekas tambang
disesuaikan dengan penetapan tataruang wilayah bekas tambang. Lahan bekas
tambang dapat difungsikan menjadi kawasan lindung ataupun budidaya.
B. Saran
12
13