Anda di halaman 1dari 5

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada trimester
pertama kehamilan, sehingga mengganggu pekerjaan dan aktivitas pada umumnya.
Kondisi tersebut terjadi hingga usia kehamilan 20 minggu.
ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga tidak ditemukan kelainan
biokimia, perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada organ. Hiperemesis
tampaknya berkaitan dengan kadar gonadotropin korionik atau estrogen yang tinggi atau
meningkat pesat. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa, atau kehamilan ganda. Ditemukan peninggian yang bermakna dari kadar
serum korionik gonadotropin total maupun -subunit bebasnya pada ibu dengan
hiperemesis dibandingkan dengan yang hamil normal.
PATOFISIOLOGI
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala
ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor
utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang lebih berat.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan


lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna,

terjadilah

ketosis

dengan

tertimbunnya

asam

aseton-asetik,

asam

hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air
kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi
muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan
yang sulit dipatahkan. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom MalloryWeiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan
operatif.
KLASIFIKASI DAN GEJALA KLINIS
Hiperemesis tingkat I (ringan)
Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium. Frekuensi
nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
berkurang, lidah kering dan mata cekung.
Hiperemesis tingkat II (sedang)
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang lidah mengering dan
tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris.
Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi. Dapat pula tercium aseton dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Hiperemesis tingkat III (berat)
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi
pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus,

diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal adalah rehidrasi dengan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau
RL, jika masih mual intake peroral dapat dihentikan sementara selama 24 jam. Setelah
pemberian antiemetik, intake oral dapat dipenuhi dengan pemberian sedikit tapi sering.
Terapi farmakologis berupa rehidrasi cairan, pemberian vitamin B, dan antiemetik. Terapi
non farmakologis berupa tirah baring, asupan nutrisi yang cukup dengan pemberian
nutrisi sedikit tapi sering.
ASPEK NUTRISI
Pasien dengan diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya membutuhkan
intake tinggi kalori dan tinggi protein untuk melengkapi nutrisi ibu dan janin. Karena
mual yang ditimbulkan oleh hiperemesis, pasien disarankan makan dalam porsi kecil
setiap 2 jam. Ini lebih baik dibandingkan makan dengan porsi besar 3x sehari. Sebelum
tidur disarankan makan kudapan ringan untuk menghindari mual di pagi hari ketika
bangun tidur. Pasien disarankan untuk mengunyah makanan sehalus mungkin.
Apabila memungkinkan, pasien disarankan untuk memenuhi intake cairan sebaik
mungkin, minimal delapan gelas per hari. Pasien disarankan untuk menghindari
kafein, alkohol, makanan berlemak, asam, pedas, dan berbau tajam yang mungkin
dapat memicu mual dan muntah.
Ada tiga macam diet hiperemesis yang dilakukan di rumah sakit:
1. Diet hiperemesis I
Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Diet jenis ini tidak diberikan dalam
waktu lama karena intake kalori yang kurang. Minuman tidak diberikan bersamaan
dengan makan, berkisar antara 1-2 jam setelah makan. Diet ini biasanya diberikan pada
pasien hiperemesis sedang.
2. Diet hiperemesis II
Diet diberikan jika mual dan muntah sudah berkurang dengan nilai gizi yang lebih tinggi dari
diet hiperemesis II. Minuman masih belum diberikan bersamaan dengan makan. Diet ini
biasanya diberikan pada pasien hiperemesis ringan yang mualnya masih berlebihan.

3. Diet hiperemesis III


Diet diberikan sesuai dengan kesanggupan pasien. Minuman sudah diberikan bersamaan
dengan makanan.
PROGNOSIS
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan
yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Yang perlu diwaspadai
adalah kemungkinan dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis
yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.

PEMBAHASAN
Pasien, Nn. U, usia 22 tahun datang ke Unit Gawat Darurat RS PTPN X Jember
Klinik dengan keluhan mual sejak 4 hari SMRS, bisa lebih dari 10x. Pasien tidak demam,
kadang terasa sumer-sumer, BAB tidak cair. Ulu hati kadang-kadang terasa nyeri. Pasien
sudah berobat ke klinik pratama namun tidak membaik, setiap obat yang ditelan
dimuntahkan. Pasien merasa lemas. Pasien tidak menstruasi 2 bulan. Pasien belum
menikah.
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit lain
disangkal, riwayat alergi disangkal. Pasien sempat diberikan obat antasida dan
metokoploramid.
Dari pemeriksaan fisik dan penunjang yang menunjang diagnosis:
-

Tensi darah 90/60


Nyeri tekan epigastrium
Plano tes positif
Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan leukosit + (8-10), keton (+). Pada pemeriksaan
USG didapatkan gestation sack (+), dengan usia kehamilan 6-7 minggu.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis pada pasien yang mengeluhkan mual
dan muntah 4 hari SMRS, 1 hari bisa lebih dari 10x, disertai dengan nyeri epigastrium.
Ketika dilakukan pemeriksaan urine didapatkan plano test positif. Pada pemeriksaan
urinalisis didapatkan leukosit + (8-10), keton (+). Pada pemeriksaan USG didapatkan
gestation sack (+), dengan usia kehamilan 6-7 minggu.
Pada

pasien

ini

didapatkan

diagnosis

hiperemesis

gravidarum.

Untuk

penatalaksanaannya diberikan cairan kristaloid, digrojok RL dulu di UGD dan


dimaintenance 20 tpm di ruangan. Lalu diberikan antiemetik dan vitamin B per drip.
Dalam penatalaksanaan terkait nutrisi, pasien diberikan diet hiperemesis III dan
disarankan makan dalam porsi kecil setiap 2 jam. Sebelum tidur disarankan makan
kudapan ringan untuk menghindari mual di pagi hari ketika bangun tidur. Pasien juga
disarankan untuk mengunyah makanan sehalus mungkin.
Apabila memungkinkan, pasien disarankan untuk memenuhi intake cairan sebaik
mungkin, minimal delapan gelas per hari. Pasien disarankan untuk menghindari
kafein, alkohol, makanan berlemak, asam, pedas, dan berbau tajam yang mungkin
dapat memicu mual dan muntah.

Anda mungkin juga menyukai