BAB III
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medik
1. Definisi
a. Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
pada traktus intestinal (Price & Wilson, 2007).
b.
Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.
( Brunner and Suddarth, 2002 ) dan ( Sabara, 2007 dikutip dari http://www.Filesof-DrsMed.tk )
5. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit
dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,
mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal
a) Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan
memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT
digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
muntah dan mengurangi distensi abdomen.
b) Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
c) Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul
dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.
Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi: Jika
obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan
bedah yang dilakukan pada obstruksi ileus:
d) Koreksi sederhana (simple correction).
Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
e) Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang melewati bagian usus yang tersumbat,
misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
f) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
g) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma
colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena
penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan
reseksi usus dan anastomosis.
(Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk ).
dalam usus.
Pemeriksaan simtologi
Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
Leukosit: normal atau sedikit meningkat
Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,
volvulus, hernia)
Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges, Marilynn E, 2000)
b) Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai
dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
3) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
4) Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas
usus
5) Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
C. Intervensi Keperawatan
n
Diagnosa
Rencana keperawatan
o
Tujuan dan kriteria
Intervensi
Kekurangan
hasil
dilakukan
Setelah
tindakan
diharapkan
elektrolit
berhubungan
terpenuhi,
Mempertahankan
mukosa
lembab,
mual,
demam
dan
diaforesis.
keperawatan
1. Kaji kebutuhan cairan
pasien
2. Observasi tanda-tanda
vital: N, TD, P
3. Observasi tingkat
kesadaran dan tandatanda syok
4. Observasi bising usus
pasien tiap 1-2 jam
5. Monitor intake dan
output secara ketat.
6. Pantau hasil
laboratorium serum
(N:70-80 x/menit, S:
elektrolit, hematokrit
7. Beri penjelasan kepada
-120/80 mmHg)
Intake dan output
cairan seimbang
Turgor kulit elastic
Mukosa lembab
Perubahan
nutrisi Setelah
kurang
kebutuhan
b/d
dilakukan
tindakan
1. Tinjau faktor-faktor
individual yang
mempengaruhi
absorbsi nutrisi.
kemampuan untuk
mal nutrisi.
Berat badan stabil.
Pasien tidak mengalami
mual muntah.
4. Observasi terhadap
terjadinya diare;
makanan bau busuk dan
berminyak.
5. Kolaborasi dalam
pemberian obat-obatan
sesuai indikasi
Ketidak
efektifan Setelah
pola
berhubungan
dengan
abdomen
dilakukan
tindakan
N,S
2. Kaji status pernafasan:
pola, frekuensi,
kedalaman
3. Kaji bising usus pasien
4. Tinggikan kepala tempat
tidur 40-60 derajat
5. Observasi adanya tandatanda hipoksia jaringan
perifer: cianosis
6. Monitor hasil AGD
7. Berikan penjelasan
kepada keluarga pasien
tentang penyebab
terjadinya distensi
abdomen yang dialami
oleh pasien
8. Laksanakan program
medic pemberian terapi
oksigen
Gangguan
pola Setelah
dilakukan
tindakan
eliminasi:
keperawatan
diharapkan
konstipasi
berhubungan
feces
4. Auskultasi bising usus
5. Kaji adanya flatus
6. Kaji adanya distensi
dengan
disfungsi hasil:
motilitas usus.
abdomen
7. Berikan penjelasan
kepada pasien dan
keluarga penyebab
terjadinya gangguan
dalam BAB
8. Kolaborasi dalam
abdomen.
pemberian terapi
pencahar (Laxatif)
dilakukan
tindakan
penurunan
pesien sehubungan
ketidaknyamanan;
abdomen
Berikan posisi yang
nyaman: posisi semi
fowler
Ajarkan dan anjurkan
tehnik relaksasi tarik
nafas dalam saat merasa
nyeri
Anjurkan pasien untuk
menggunakan tehnik
pengalihan saat merasa
nyeri hebat.
Kolaborasi dengan
medic untuk terapi
analgetik
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawk, (2005). Medical Surgical Nursing Clinical Managemen for
Positive Outcomes. Fifth Edition, Vol 1. St. Louis Missouri: Mosby.
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta
: EGC.
Donna Ignatavician, (2006). Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis
Missouri: Elsevier Sounders
Lewis Heitkemper Diksen, (2007). Medical Surgical Nursing. Volume 2. St.
Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Nama Mahasiswa
Ruangan
Tanggal Pengkajian
: 30 september 2016
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn T
Umur
: 71 tahun
Obstruktif
Suku/Bangsa : jawa
Agama
: islam
Pekerjaan
: swasta
Pendidikan
: SD
Alamat
Penanggung
: Askes/Astek/Jamsostek/JPS/Sendiri
I.
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang ke UGD pada malam selasa tanggal 2709-2016 dengan keluhan muntah-muntah,bisa BAB bila diberi obat,perut tampak
membesar sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu
Upaya yang telah dilakukan: keluarga klien mengatakan,melihat keadaan klien
seperti itu langsung dibawa ke rumah sakit
KET:
: Meninggal
: hubungan dengan
: tinggal serumah
: laki-laki
: perempuan
Riwayat Kesehatan Masa Lalu: istri klien mengatakan tidak pernah menderita
penyakit kayak sekarang,yang sampai harus dioperasi
- Kaca mata
- Pendengaran
Riwayat Sebelum Sakit: klien mengatakan,suaminya tidak pernah sakit yang sampai
harus di opname dan dioperasi seperti saat ini
Penyakit berat yang penah diderita : tidak ada penyakit berat yang pernah dialami
klien
Obat-obat yang biasa dikonsumsi
obat-obatan
Kebiasaan berobat
terdekat
Alergi
obat-obatan
Kebiasaan merokok/alkohol
N :82x/mnt
TD : 120/ 80 mmHg
RR : 20x/mnt
TB : 163 cm BB : 42 kg.
Body Systems:
1. Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : jalan nafas efektif,tidak ada secret
Suara napas :
Tidak ada whezzing,tidak adaronchi,
Perkusi :
Sonor
Bentuk dada :
simetris
Masalah Keperawatan :
V:5
: putih
M:6
Nilai total : 15
Conjungctiva : pucat
Pupil
: isokor
Leher (sebutkan)
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Persepsi sensori: persepsi sensori klien masih normal
Pendengaran :
- Lesi
- massa
: klien masih bisa membedakan bau minyak kayu putih dengan bau
obat
Fungsi Pendengaran: pendengaran klien masih normal
Pengecapan
Penglihatan
kiri
kanan
Masalah Keperawatan :
Warna
Bau
: kuning
: khas
dipasang kateter
Masalah Keperawatan :
Warna Lidah
:putih
Lesi
Masa
Abdomen :
-
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani (+)
: 1x/hari
Konsistensi
: lembek
- Bawah
:hangat
Sistem Reproduksi
Laki-laki:
-Kelamin: Bentuk : normal
Kebersihan : kotor
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri
sering
bertanya
kepada
perawat
atau
dokter
tentang
Intake makanan sebelum sakit: sebelum sakit klien makan 1 hari 3 dan
tidak mengalami mual muntah
Setelah sakit: selama sakit klien makan teratur tpi tidak habis satu porsi
3. POLA ELIMINASI
Buang air besar
Sebelum sakit: klien BAB lancar,dalam 2 sehari
Selama sakit: klien mengatakan selama di opname,tidak pernah BAB
Buang air kecil
Sebelum sakit: klien mengatakan pipisnya lancar dan teratur,
Selama sakit: klien pipis lewat selang
4. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
KEMAMPUAN PERAWATAN
DIRI
Makan / minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi/ Rom
KET:
0: mandiri
1: dengan alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain & alat
4: tergantung total
5. POLA PERSEPSI ( Penglihatan,pendengaran,pengecapan, dan pola
persepsi)
Sebelum dan selama sakit klien bisa melihat dan mendengar dengan jelas,dalam
pengecapan pasien tidak ada masalah,pasien masih bisa mengecap makanan
dengan baik
6. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT (lama tidur dan gangguan tidur)
Sebelum dan selama sakit klien tidur dari jam 20.00- 05.00 dan tidak ada
gangguan dalam tidur
7.
: 27-09-2016
Pemeriksaan Darah
Hasil
Nilai Normal
Lengkap
Hemoglobin
14,0
Lekosit
13,00
L:4.700-10.300P: 4.300-11.300/
Trombosit
331,000
150.000-450.000/cmm
Hematokrit
39,9
L:4,5-4,8 P: 3 9-4,2%
Eritrosit
4,99
-waktu perdarahan
2 menit
1-3 menit
-waktu pembekuan
8 menit
6-12 menit
-SGOT /AST
21
<34 U/I
-SGPT /ALT
20
< 40 U/I
-albumin
4,4
85
<140 mg/dl
-ureum
18
15-45 mg / dl
-creatinin
0.8
L: 0,7-1,1 P: 0,6-0,9
-waktu perdarahan
1 menit 30 detik
1-2 menit
-waktu pembekuan
7 menit 30 detik
6-12 menit
FAAL HEMOSTASIS
FAAL HATI
GLUKOSA DARAH
-acak
FAAL GINJAL
FAAL HEMOSTATIS
ELEKTROLIT
- natrium
130
136-150 mmol/l
- kalium
2,6
3.8-5,5 mmol/l
-natrium
132
136-150 mmol/l
-kalium
2,9
3.8-5,5 mmol/l
-natrium
126,8
136-150 mmol/l
-kalium
3,9
3.8-5,5 mmol/l
ELEKTROLIT POST
OP 29/9 2016
ELEKTROLIT
X Ray :
Hasil pemeriksaan foto thorax PA
-
Hilus tebal
Trachea ditengah
Diafragma licin
Sinus tajam
VI. TERAPI
Jenis Terapi
Dosis
Infus : kaen mg 3 drip kcl 15 2000 ml/ 24 jam
meq/flas
Drip alinamin f dlm infus Nacl
0,9%
Injesi :
-
Combicef
Topazol
Ketorolac
Transamin
Metocloperamid
21
DATA
ETIOLOGI
Distensi abdomen
Do:
Gangguan
pemenuhan
MASALAH
nutrisi
Mengurangi absorsi cairan dan
berhubungan
tidur
dengan asam
TTV
lambung
lambung
Asam lambung
Refluks
Mual muntah
Dx Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Peritonitis
operasai
Do :
rasa nyaman
Pengeluaran mediator kimia
S :sedang,4
TTV
( bradikini,serotini,histamin dan
prostaglandin)
Td : 120/80 mmHg
N : 82/ menit
S :36c
RR : 20/ menit
nyeri
abdomen
berhubungan
dengan
tindakan
pembedahan
Medula spinalis
Gangguan
Talamus
Kortex serebri
Respon nyeri
Dx : Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN/
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
Gangguan
Setelah dilakukan
pemenuhan
tindakan
individual yang
nutrisi
keperawatan
mempengaruhi
diharapkan nutrisi
kemampuan untuk
kembalinya
mencerna makanan,
peristaltik
( biasanya dalam 2-
4 hari ).
Tidak ada
tanda-tanda
malnutrisi
Berat badan
stabil
Klien tidak
1. Tinjau faktor-faktor
RASIONAL
dilepas.
2. Auskultasi bising
usus; palpasi
abdomen; catat
pasase flatus.
3. Anjurkan pilihan
mengalami
makanan tinggi
mual muntah
1. mempengaruhi
pilihan intervensi.
2. menentukan
3. meningkatkan
kerjasama pasien
dengan aturan diet.
Protein/vitamin C
adalah kontributor
utuma untuk
pemeliharaan
jaringan dan
perbaikan
4. Malnutrisi adalah
Dalam Dalam
fator dalam
pemberian obat
menurunkan
mual muntah
pertahanan
terhadap infeksi.
1. Bina hubungan
2
Gangguan rasa
Setelah dilakukan
saling percaya
1. Untuk
membina
Page
nyaman nyeri
tindakan
dengan
hubungan
berhubungan
keperawatan
pasien/keluarga
percaya
dengan
diharapkan nyeri
tindakan
berkurang dengan
pembedahan
kriteria hasil:
Klien tampak
rilexs
saling
dengan
pasien/keluarga
2. Untuk mengetahui
tingkat skala nyeri
3. Untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Untuk mengetahui
4. Observasi TTV
perkembangan
5. Kolaborasi dengan
klien selanjutnya
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO. Rekam medis
:
:
IMPLEMENTASI
30/13:
Gangguan
30
pemenuhan
WIB
nutrisi
RESPON PASIEN
NAMA PASIEN :
UMUR
:
Tgl/
jam
DIAGNOSA
NO. Rekam medis
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
RESPON PASIEN
30/09/
Gangguan rasa
2016
nyaman nyeri
berhubungan
dengan tindakan
13.20
pembedahan
:
:
bedah
dengan
dalam
dokter
pemberian
NO
DX
TGL/JAM
30/09/2016
13.20
TTv
TD: 120/80 mmHg N: 82/menit S: 36C
RR: 20/menit
faktor-faktor
individual
yang
mempengaruhi
untuk
mencerna makanan
3. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemilihan diet tinggi protein dan
vitamin C
2
30/09/2016
13.20
S :4
TTV:
TD: 120/80 mmHg
N:82/menit
S: 36C
RR: 20/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat skala nyeri
Page
Page