Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI

GREEN BUSINESS & GREEN ACCOUNTING


SERTA KASUS-KASUS YANG TERKAIT

Disusun oleh:
Kelompok 9

Chelsa Ismael
Letifa Eka Wahyuni
Rini

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2016

1310532009
1310532017
1310532046

Green Business & Green Accounting Serta Kasus-Kasus yang Terkait


Pendahuluan
Isu mengenai pencemaran lingkungan oleh dunia industri menjadi perhatian
khusus Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam laporannya Kementerian Lingkungan
Hidup mengumumkan bahwa setidaknya ada 21 perusahaan yang masuk dalam Daftar
Hitam pencemaraan lingkungan selama tahun 2014-2015 (CNN Indonesia, 21
Desember 2015). Pelanggaran yang dilakukan oleh ke-21 perusahaan tersebut
mencakup tidak lolosnya dokumen lingkungan, pencemaran air, pencemaran udara, dan
perusakan lahan sekitar.
Salah satu kasus pencemaran lingkungan terbesar pada tahun 2014 adalah
pencemaran air di sepanjang kawasan tanah laut hingga kota baru di Kalimantan
Selatan, akibat pembukaan kolam limbah tambang batu bara milik perusahaanperusahaan swasta. Dampak pencemaran yang ditimbulkan berupa pepohonan mati
mengering, kolam berwarna-warni, serta lubang-lubang tambang yang menimbulkan
kebocoran dan akhirnya mengalir mencemari sungai.
Pengungkapan akuntansi lingkungan di negara-negara berkembang memang
masih sangat kurang. Banyak penelitian yang berkembang di area social accounting
disclosure memperlihatkan bahwa pihak perusahaan melaporkan kinerja lingkungannya
masih sangat terbatas. salah satu faktor keterbatasan itu adalah lemahnya sangsi hukum
yang berlaku di negara tersebut. Akuntansi lingkungan kerapkali dikelompokkan dalam
wacana akuntansi sosial. Hal ini terjadi karena kedua diskursus tersebut memiliki tujuan
yang sama, yaitu menginternalisasi eksternalitas (lingkungan sosial dan lingkungan
ekologis), baik positif maupun negatif, ke dalam laporan keuangan perusahaan. Serupa
dengan akuntansi sosial, akuntansi lingkungan juga menemui kesulitan dalam
pengukuran nilai cost and benefit eksternalitas yang muncul dari proses industri.
Demikian pula dengan praktik akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini
juga belum efektif. Cepatnya tingkat pembangunan di masing-masing daerah dengan
adanya otonomi ini terkadang mengesampingkan aspek lingkungan yang disadari atau
tidak pada akhirnya akan menjadi penyebab utama terjadinya permasalahan lingkungan.
Para aktivis lingkungan di Indonesia menilai kerusakan lingkungan yang terjadi selama
ini disebabkan oleh ketidakkonsistenan pemerintah dalam menerapkan regulasi.
Ketidakkonsistenan pemerintah misalnya mengabaikan regulasi mengenai tata ruang.
Kawasan yang seharusnya menjadi kawasan lindung dijadikan kawasan industri,
pertambangan dan kawasan komersial lain. Otonomi daerah telah mengubah
kewenangan bidang lingkungan menjadi semakin terbatas di tingkat kabupaten/kota.
Tanpa kontrol yang kuat dari pemerintah pusat atau provinsi, potensi kerusakan
lingkungan akan semakin besar.

Sebuah perusahaan dikatakan memiliki kepedulian terhadap permasalahan


lingkungan hidup jika perusahaan tersebut memiliki perhatian terhadap permasalahan
lingkungan hidup di sekitarnya. Berikutnya, perusahaan dikatakan memiliki perhatian
yang baik manakala perusahaan tersebut mempunyai keterlibatan dalam kegiatan peduli
lingkungan hidup ataupun konservasinya. Hal ini harus diikuti dengan pelaporan
akuntansi lingkungan yang ada di perusahaan. Tahapan akhir dari wujud kepedulian ini
adalah adanya audit lingkungan yang dengannya efektivitas dan efisiensi dari program
peduli lingkungan tersebut diukur.

A. GREEN BUSINESS
a. Pengertian
Green business adalah usaha yang mengadopsi prinsip, kebijakan, dan praktek
meningkatkan kualitas hidup para pelanggan, pegawai, komunitas dan lingkungan hidup,
dalam operasionalnya. Green business memberikan solusi atas masalah lingkungan dan
masyarakat.

Green

business

memiliki

makna

sebagai

sebuah

proses

untuk

mengkonfigurasi ulang proses bisnis dan infrastruktur guna menghasilkan manfaat yang
lebih baik bagi lingkungan, manusia, dan nilai infestasi ekonomis, dan pada saat yang
bersamaan meningkatkan kualitas perilaku manusia, mengurangi emisi gas, mengurangi
eksploitasi atau penyalahgunaan sumber daya alam, menurangi sampah lingkungan, dan
menurunkan kesenjangan sosial. Di dalam green business, ditekankan bagaimana cara

untuk menerapkan atau menciptakan suatu sistem yang tujuannya mengurangi dampak
negatif dari aktivitas suatu perusahaan.
Tujuan utama green business adalah untuk mengurangi bahkan menghilangkan
dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas produksi suatu perusahaan dan penggunaan
dari produk perusahaan itu sendiri. Green business memiliki ciri-ciri seperti
menggambungkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam keputusan bisnis, memproduksi
produk atau jasa yang ramah lingkungan, memasok produk dan jasa yang ramah
lingkungan, dan mempunyai komitmen yang kuat untuk mempertahankan prinsipprinsip lingkungan dalam menjalankan bisnis.
Seterusnya, definisi dari green bisnis secara sistematis berikut ini, di dalam hal
sustainability/ reproducibility dan perbandingan dengan bisnis sebagai manajemen
umumnya.
Business As Usual
Short-term Management (Some inputs

Green Business
Long-term Management (All inputs are

are fixed)

variables)

Analysis tools

Analysis tools

- Mathematical Optimization

- System Dynamics

- (Neoclassical Rational Man)

- Simulation-Guided Management

- Econometrics

- Scenario Analysis

- Statistical Analysis
Shareholders-oriented

Employees/Communities-centered

Labor forces as Costs

Labor forces as Innovative Resources

Worker Capability Switch Off

Worker Capability Switch On

MBA: Subordinate of Business

MBA: Green Management Leaders

Aristocrats
Usurious Financing:

Interest-free Financing:

Self-Interest Investment

Socially Responsible Investment

Financial Engineering

(Government underwritten Securities)

Securitization
Debt Money System

Public Money System

- Privately-owned Central Bank

- Public Money Administration

- Fractional Reserve Banking System

- No Credit Creation

Money out of Nothing (thin air)


Present Value Maximization
(Applied Ratio Analyses)

Green Business Index

Green Business adalah bisnis yg dijalankan dengan visi memenuhi kebutuhan


masyarakat namun lebih menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bisnis ini
mempertahankan triple bottom line, yakni Economic sustainability (profit), Ecological
sustainability (planet), dan Socio-cultural sustainability people (including human
rights).
1.People
Manusia. Sebuah perusahaan didirikan oleh seorang manusia dengan
memekerjakan manusia & untuk memberikan dampak positif bagi manusia pada
perusahaan itu & manusia disekitarnya. Artinya, fokus utama dari pendirian sebuah
perusahaan adalah manusianya, bukan gedung perusahaannya, bukan keuntungan
semata, ataupun yang lainnya. Dalam arti lain, bisnis berkelanjutan adalah bisnis yang
memanusiakan manusia atau sebuah bisnis yang berorientasi sosial. Biasanya
perusahaan menerapkan konsep People pada program CSR pendidikan seperti
beasiswa, pelatihan UKM, & pembinaan ibu rumah tangga.
2.Planet
Global warming, perubahan iklim, penebangan liar, overfishing, semakin sering
kita dengar isu lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Kita tidak bisa serta merta
menyalahkan alam. Ya, semua isu lingkungan yang terjadi tidak lain adalah kelalaian
kita sendiri dalam menjaga alam. Dalam hal ini, bisnis berkelanjutan adalah bisnis yang
ikut berkontribusi menjaga & memerbaiki lingkungan alam, tidak hanya eksploitasi
sumber daya alam demi profit semata, namun tidak bertanggung jawab.
3.Profit
People & Planet tidak akan dapat dilakukan jika sebuah bisnis tidak memiliki
profit. Profit adalah unsur kunci yang dapat menjembatani antara sebuah bisnis dengan
people & planet. Bagi sebuah perusahaan, profit merupakan tujuan wajib yang harus
dicapai. Tidak ada yang salah, namun tinggal bagaimana pengelolaan profit itu. Bukan
hanya untuk kepentingan perusahaan semata, namun juga untuk lingkungan alam &
sosial.
Melalui jurnal Comparative Advantage & Green Business, Ernst & Young
(2008:11) mengemukakan bahwa green business adalah suatu hal yang relatif baru, dan
sebuah istilah yang tidak terdefinisi dengan baik sehingga dapat diinterpretasi dengan
berbagai cara yang berbeda oleh orang atau organisasi yang berbeda. Apa yang
dianggap sebagai green oleh sebuah organisasi bias jadi tidak sama oleh organiasasi
lainnya. Walaupun begitu, inti dasar dari sebuah green business adalah fokusnya pada
keberlanjutan, dalam segi lingkungan dan sumber daya (Ernst & Youngs Comparative
Advantage & Green Business Report, 2012:12).

b. Karakteristik Green Business


Walaupun pendapat-pendapat akan karakteristik green business tidak sama,
terdapat beberapa kesamaan yang dapat penulis tarik sebagai sebuah kesimpulan. Green
business pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Penggunaan sumber daya yang efisien, dapat berupa energi (listrik,bahan bakar
fossil) dan air
2. Pengolahan sampah/waste dan polusi recycle
3. Penerapan teknologi yang ramah lingkungan, yang disebut sebagai Clean
Technology ke dalam organisasi.
c. Sustainable Business Development
Perusahaan yang sustainable berusaha menciptakan nilai jangka panjang dengan
mengurangi dampak terhadap lingkungan. Dalam menciptakan sustainable memerlukan
implementasi dalam praktik manajemen stakeholders dengan melihat peluang dan
mengelola resiko yang berasal dari perkembangan ekonomi, lingkungan dan social.
Sustainable development yang dikembangkan diharapkan tidak memiliki dampak
negative pada lingkungan global atau local, komunitas, masyarakat, atau ekonomi.
Sustainable development yang dilaksanakan berusaha untuk memenuhi Triple Bottom
Line. Triple Bottom Line yang dikembangkan dilandaskan pada tiga konsep dasar yaitu
People, Profit, dan Planet sebagaimana dikembangkan ole Elkington (1997).
Corporate Social Responsibility sebagai tujuan sustainable development
merupakan aksi kepedulian perusahaan untuk menyisihkan sebagian keuntungannya
(profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet)secara
berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan professional. Sustainable
Development dapat dikategorikan sebagai bentuk Green Business jika memenuhi empat
kriteria antara lain:
1. Menggabungkan prinsip-prinsip sustainable dalam setiap keputusan bisnis
2. Memasok produk atau jasa ramah lingkungan untuk menggantikan permintaan
akan produk dan jasa nongreen.
3. Lebih hijau dari kompetisi tradisional
4. Membuat sebuah komitmen jangka panjang untuk prinsip-prinsip lingkungan
dalam operasi bisnisnya.
Teori yang mendasari Sustainable Development sebagai Green Business adalah
Concession Theory, Stakeholder Theory, dan Legitimacy Theory. Inti dari pandangan
Concession Theory adalah pada eksis perusahaan karena konsesi atau hak istimewa
yang diberikan oleh Negara. Perusahaan memiliki tanggung jawab tidak hanya kepada
pemilik dan kreditor, tetapi juga kepada public.
Dalam Stakeholder Theory , yang dimaksud dengan pemangku kepentingan
adalah kelompok atau individu yang mendapatkan keuntungan dan atau kerugian, dan

yang hak-haknya dilanggar atau dihargai oleh tindakan korporasi. Artinya perusahaan
memiliki tanggung jawab social yang menuntut mereka mempertimbangkan semua
kepentingan pelbagai pihak yang terkena pengaruh dari tindakannya.
Sedangkan bersumber Legitimacy Theory,menekankan bahwa legitimasi
perusahaaan tidak muncul hanya dari laba yang diperoleh, tetapi juga diharapkan dapat
memenuhi persyaratan legal. Acuan berdasarkan norma dan nilai dari masyarakat
merupakan sesuatu yang mendasar dalam memastikan bahwa sebuah perusahaan
diberikan sebuah legitimasi, perusahaan tidaklah hanya pada tujuan profit semata tetapi
juga eksistensi baik perusahaan sebagai cermin dari tujuan jangka panjang yang ingin
dicapai perusahaan.
d. Pelaksanaan Green Business
Saat ini, pelaksanaan green business belum dalam pencapaian yang baik. Masih
banyak para pelaku bisnis yang masih berpegang pada ekonomi konvensional. Menurut
Mutamimah (2011) Saat ini, bisnis hijau masih dipahami sangat sempit dan
diimplementasikan secara terpotong-potong, baru terbatas pada aktivitas jangka pendek
dan hanya setiap ada even. Tetapi tidak dipungkiri pula terdapat beberapa perusahaan
yang mulai menerapkan bisnis hijau. Dalam tulisan Sari dan Raharja (2012) menyatakan
bahwa berdasarkan pengalaman dari beberapa industri, maka ada empat alasan yang
menjadi penyebab bisnis harus meletakan masalah lingkungan sebagai aspek yang
penting dalam usahanya, yaitu:
1. Lingkungan dan efisiensi.
Dengan adanya kesadaran bahwa sumber daya alam (materi dan energi) sangat terbatas,
maka apapun juga harus dilakukan untuk mengurangi penggunaannya;
2. Image lingkungan.
Mempunyai sikap positif terhadap lingkungan merupakan suatu hal yang baik untuk
dapat menumbuhkan image yang selanjutnya untuk memperbesar market share;
3. Lingkungan dan peluang pasar.
Dengan adanya tuntutan pasar terhadap pelaku bisnis dan dunia usaha dalam hal Sistem
Manajemen Lingkungan (SML), yang selanjutnya dikembangkan menjadi pemberian
sertifikasi ISO 14001, maka hal ini memberikan dampak positif pada dunia usaha.;
4. Ketaatan terhadap peraturan lingkungan
Meskipun law enforcement pemerintah masih lemah, namun demikian apabila terjadi
pelanggaran dalam pengelolaan lingkungan ataupun adanya pengaduan masyarakat
akibat dampak dari suatu aktivitas industri, maka akan berdampak negatif terhadap
reputasi industri tersebut.

Green innovation bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari inovasi dalam
produk, proses, kemasan, iklan, bahkan hingga business model.
a. Green Products/Service
Green innovation dapat dilakukan dengan menciptakan produk/layanan yang
green. Definisi dari green products/service sendiri adalah produk dan layanan
yang menggunakan bahan-bahan aman bagi manusia, ramah lingkungan,
dan/atau efisien dalam konsumsi energi.
Contohnya adalah brand Eyes Lips Face (ELF) yang menyediakan mineral
makeup, terbuat dari 100% mineral alami yang dihancurkan dalam bentuk bubuk
halus. Selain produknya, kemasannya juga menggunakan bahan yang bisa didaur
ulang. Sony Ericsson juga mengeluarkan ponsel model GreenHeart yang emisi
karbonnya lebih rendah 15% dari model lainnya, serta menggunakan kemasan
yang lebih kecil, plastik daur ulang dan mengurangi pemakaian pelarut dalam
cat.
b. Green Process
Inovasi juga dapat dilakukan dalam proses, yakni melakukan proses manufaktur
yang sustainable. Green process dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
baku yang ramah lingkungan atau melakukan konservasi energi dan sumber
daya. Penerapannya dapat menimbulkan sejumlah dampak positif, diantaranya
mengurangi limbah, meminimalisir penggunaan bahan kimia, serta konservasi
energi.
Contoh green process adalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang berusaha untuk menekan penggunaan karbon dalam produksinya, hingga
melakukan daur ulang limbah. IBM misalnya, telah menemukan metode untuk
mendaur ulang lapisan silikon yang sering menjadi limbah dalam produksi chip
menjadi bahan yang digunakan untuk menciptakan panel surya.
c. Green Packaging
Jika belum bisa menerapkan green product/service, perusahaan dapat memulai
dari yang sederhana seperti green packaging. Green packaging punya
karakteristik berikut ini:
Sustainable: meyakinkan bahwa kemasan ini menggunakan bahan baku yang
sustainable. Misalnya, supermarket kini berusaha untuk mengurangi sampah

plastic dengan menawarkan tas belanja khusus yang bisa didaur ulang.
Daur Ulang: kemasan dapat didaur ulang, seperti Recycled Polyethylene

Terephthalate (rPET) yang digunakan oleh Coca Cola.


Kemasan Lebih Kecil dan Ringan: mengurangi besar kemasan, yang
mungkin tadinya banyak space kosong, menjadi pas. Contohnya adalah
sejumlah cereal yang tadinya menggunakan box besar bahkan kaleng kini
kemasannya hanya menggunakan kemasan kantong saja. Di Indonesia, Anda

penggemar snack tentunya menyadari bahwa kemasan Taro yang dulunya


sangat besar, kini menjadi lebih kecil dan pas dengan isinya. Coca Cola juga
telah memperringan kemasan botol dan kalengnya. Selain penggunaan bahan
baku lebih sedikit, berat yang lebih ringan juga menekan emisi CO2 karena
berat transportasi yang lebih ringan.
e. Tantangan Green Business
Dalam mewujudkan green and clean terdapat tantangan yang dapat dikatakan
tidak mudah untuk diselesaikan, mulai dari masalah yang bersifat teknis hingga konsep
ekonomi dan politik yang disebutkan sebelumnya. Dari segi ekonomi misalnya, solusi
ekonomi Kapitalisme dalam menjaga lingkungan selama ini hanya tertuju kepada
bagaimana pembangunan yang ada bersifat ramah lingkungan (friendly environment).
Selain itu, juga mengatur bagaimana investasi-investasi yang ada tidaklah pada kegiatan
yang dapat membahayakan lingkungan.
Namun, dua solusi (pembangunan dan investasi yang ramah lingkungan) di atas
terasa dilematis. Karena dalam paradigma ekonomi kapitalis-liberalis adalah bagaimana
mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin. Hal tersebut dilakukan atas asumsi,
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi pula tingkat
kesejahteraan masyarakat. Padahal, pertumbuhan ekonomi setinggi mungkin tidaklah
sejalan dengan pembangunan dan investasi yang ramah lingkungan yang menimbulkan
kehati-hatian dalam melaksanakan aktivitas ekonomi. Begitupula

halnya dengan

investasi. Lihat saja bagaimana perkembangan investasi selama ini yang lebih
cenderung mengejar profit oriented semata. Sebagai contoh investasi di bidang energi
terbarukan yang ramah lingkungan, masih terbilang sangat kecil .
Green business akan menghasilkan green product. Menurut Octavia(2012) ada
beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dalam green business, yaitu :

a. Harga
Ternyata meski pada umumnya kesadaran konsumen terhadap lingkungan terus
meningkat tetapi harga penawaran produk hijau yang masih tinggi menjadi pengaruh
yang paling tinggi untuk memutuskan membeli green product.
b. Kepercayaan
Selain harga ada juga masalah ketidakpercayaan konsumen pada label green atau
ecolabel, konsumen Indonesia sebagian berpendapat bahwa informasi itu tidak
akurat.
c. Edukasi

Informasi mengenai fungsi, manfaat, serta keunggulan dari

green product atau

produk yang ramah lingkungan masih rendah, sehingga sebagian konsumen masih
enggan membeli green product dengan harga premium.
d. Target Pasar
Target pasar untuk green product adalah ceruk pasar, karena targetnya adalah untuk
konsumen yang peduli dengan lingkungan dan rela membayar sejumlah uang untuk
membeli green product.
f. Strategi green business
Apa yang harus dilakukan jika akan mengembangkan green business. Berikut
beberapa langkah yang harus dilakukan dalam green business di Indonesia (Octavia,
2012) :
a.

Harga Premium dengan Harga Terjangkau


Jika produsen tetap menawarkan harga premium maka harus mengedukasi
konsumen adanya extra value dalam produk hijau yang ditawarkan seperti
keunggulan, perbedaan dari non green product atau green product yang ditawarkan
lebih terjangkau, kualitas premium, dan lain-lain.
Target pasar harga premium terbatas pada ceruk pasar. Sedangkan jika produsen
produk hijau menawarkan harga yang lebih terjangkau bagi konsumen, produsen
cukup mengedukasi perbedaan non green product dengan green product yang
mereka tawarkan. Target pasarnya akan lebih luas dibanding harga premium,
pasarnya lebih massal.

b. Komunikasi dan Edukasi


Memberikan informasi seperti melakukan komunikasi lewat iklan, memberi
edukasi pada konsumen seperti seminar mengenai lingkungan, open factory bagi
pelajar atau masyarakat umum, melibatkan konsumen dalam proses CSR
(Corporate Social Responsibility) misalnya dengan ikut berpartisipasi dalam acara
yang diadakan oleh perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan seperti
penanaman pohon, sepeda santai, gerak jalan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan
memberi informasi yang lebih mengenai lingkungan kepada konsumen dan
meningkatkan kepercayaan terhadap produk hijau yang ditawarkan.
g. Solusi business dalam pencapaian green economy
Menurut Mutamimah (2011) dalam mengimplementasikan green business
diperlukan keseriusan dan komitmen stakeholders, misalnya dukungan pemerintah
mengenai produk yang boleh dijual dengan standar green, dukungan dan kesadaran
masyarakat, perusahaan, serta perbankan. Lebih lanjut Muhammad Islam (2011)
mengemukakan bahwa dalam palaksanaan green economy ini peran masing-masing
stakeholders mulai dari kalangan pemerintahan, swasta/perusahaan, akademisi dan

masyarakat sipil sangatlah penting, berikut ini adalah gambaran peran-peran dari
stakeholders:
a. Pengambil kebijakan (pemerintah) memiliki peranan yang cukup sentral
khususnya dalam merumuskan serangkaian peraturan mengenai green economy
yang aplikatif sampai kepada peraturan teknis pelaksanaan green economy,
termasuk menerjemahkannya kedalam pembahasan anggaran belanja negara.
b. Pihak swasta atau perusahaan dapat memanfaatkan dan menindaklanjuti inovasiinovasi ramah lingkungan dari kalangan akademisi untuk diproduksi secara
masal dan dipasarkan kepada masyarakat umum. Selain itu mengoptimalkan
pengelolaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk digunakan
dalam upaya pelestarian lingkungan.
c. Masyarakat sipil berperan untuk turut mengkampanyekan konsep green
economy sehingga dapat selektif untuk membatasi penggunaan produk yang
dapat mencemari lingkungan dan membentuk pola konsumsi yang ramah
terhadap lingkungan, serta semakin banyak masyarakat yang terbentuk
kesadarannya untuk menjadi green consumer.
d. Perbankan, diharapkan dapat memasukan faktor yang merusak kelestarian
lingkungan kedalam penilaian kelayakan usaha, serta melakukan diversifikasi
bunga yang lebih tinggi kepada kegiatan usaha atau konsumsi yang dapat
merusak lingkungan dan sebaliknya memberikan bunga yang lebih rendah untuk
proses produksi dan konsumsi yang berdampak pada kelestarian lingkungan.
B. Green Accounting
a. Pengertian Green Accounting
Green accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk menghubungkan
faktor biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha perusahaan. Seperti diketahui
bahwa produk domestik bruto mengabaikan lingkungan dalam pembuatan keputusan.
Dalam Environmental Accounting Guidelines yang dikeluarkan oleh menteri lingkungan
Jepang (2005:3) dinyatakan bahwa akuntansi lingkungan mencakup tentang
pengidentifikasian biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan, penyediaan
sarana atau cara terbaik melalui pengukuran kuantitatif, serta untuk mendukung proses
komunikasi yang bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan,
memelihara hubungan yang menguntungkan dengan komunitas dan meraih efektivitas
dan efisiensi dari aktivitas konservasi lingkungan. Ditambahkan pengertian dari US
EPA (1995) akuntansi lingkungan sebagai aspek dari sisi akuntansi manajemen,
mendukung keputusan manajer bisnis dengan mencakup penentuan biaya, keputusan
desain produk atau proses, evaluasi kinerja serta keputusan bisnis lainnya.

b. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)


Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang
dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk
tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi
perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR
timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang
adalah lebih penting daripada sekedar profitability. Menurut International Finance
Corporation Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan
ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka,
komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui
cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.
c. Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Green Accounting
Keadaan teknologi pada kehidupan manusia tentu mempengaruhi keseimbangan
lingkungan hidup yang berada disekitar manusia. Perkembangan teknologi yang pesat
membuat lingkungan disekitarnya sedikit demi sedikit akan terancam kelestariannya.
Pada saat ini, setiap negara berupaya untuk mengatasi potensi ancaman yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya, dan hal ini
merupakan kekuatan utama yang melatarbelakangi munculnya akuntansi hijau.
Green accounting yang dasarnya merupakan penggabungan kebijakan keuangan
dan non-keuangan secara garis besar mengambil keputusan bisnis berdasarkan analisis
biaya dan dampak lingkungan dari kebijakan bisnis yang diterapkan. Melalui CSR
analisis terhadap dampak lingkungan serta estimasi biaya yang dikeluarkan secara
otomatis akan mempengaruhi setiap langkah perusahaan dalam mengambil kebijakan
dalam menggunakan sumber daya alam yang ada disekitarnya.
CSR sendiri merupakan alat bagi perusahaan untuk memperlihatkan tanggung
jawabnya kepada lingkungan dari hasil apa yang mereka peroleh. Melalui CSR
perusahaan secara kontiniu akan mempraktekkan apa yang disebut dengan Green
Accounting.
Studi kasus akuntansi hijau diterapkan penilaian pasar terutama untuk penipisan
sumber daya alam. Dengan tidak adanya harga pasar untuk aset alam non-produksi,
sumber daya alam sewa yang diterima dengan menjual output di pasar sumber daya
digunakan untuk memperkirakan nilai sekarang bersih dan perubahan nilai (terutama
dari deplesi) dari aset. Untuk degradasi lingkungan, biaya pemeliharaan menghindari
atau mengurangi dampak lingkungan dapat diterapkan.
Sebuah kekuatan khusus akuntansi hijau adalah pengukuran biaya lingkungan
yang disebabkan oleh agen-agen ekonomi rumah tangga dan perusahaan. Pencemar

terkenal / pengguna membayar prinsip terus agen bertanggung jawab bertanggung


jawab atas dampak lingkungan mereka. Para ekonom menganggap instrumen pasar
internalisasi biaya lingkungan lebih efisien dalam membawa tentang produksi
berkelanjutan dan pola konsumsi dari regulasi lingkungan hiduptop-down. Dengan tidak
adanya informasi akuntansi hijau, urgensi politik daripada perkiraan biaya rasional
muncul untuk menentukan dalam banyak kasus pengaturan instrumen pasar.
Oleh sebab itu, ruang lingkup CSR yang bergerak di lingkungan bisa menopang
fungsi dari green accounting itu sendiri. Apabila perusahaan telah melaksanakan CSR
otomatis perusahaan telah menerapkan green accounting dalam mengambil sebuah
kebijakan, apakah itu kebijakan keuangan maupun kebijakan non keuangan.
d. Fungsi Green Accounting
1. Fungsi Internal
Sebagai salah satu tahap dalam sistem informasi lingkungan perusahaan, fungsi
internal memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan
menganalisa biaya lingkungan dengan manfaatnya, dan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi aktivitas konservasi lingkungan terkait dengan keputusan yang dibuat.
Akuntansi lingkungan dapat berfungsi sebagai alat manajemen yang digunakan
manajer dan unit bisnis terkait.
2. Fungsi Eksternal
Dengan mengungkapkan hasil pengukuran kuantitatif dari kegiatan konservasi
lingkungan,

fungsi

eksternal

memungkinkan

sebuah

perusahaan

untuk

mempengaruhi keputusan stakeholder, seperti konsumer, mitra bisnis, investor, dan


masyarakat lokal. Diharapkan bahwa publikasi dari akuntansi lingkungan dapat
memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam akuntabilitas stakeholderdan
digunakan untuk evaluasi dari konservasi lingkungan. Intinya adalah bahwa
akuntansi lingkungan bertujuan untuk meningkatkan jumlah informasi yang relevan
yang dibuat untuk pihak yang memerlukan dan dapat digunakan. Kesuksesan dari
akuntansi

lingkungan

tidak

tergantung

dari

bagaimana

perusahaan

mengklasifikasikan biaya yang terjadi di perusahaan.


e.

Konsep Green Accounting


Konsep sistem akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan dalam

skala yang besar maupun skala kecil dalam setiap industri dalam sektor manufaktur dan
jasa. Penerapan akuntansi lingkungan harus dilakukan dengan sistematis atau
didasarkan pada kebutuhan perusahaan. Keberhasilan dalam penerapan akuntansi
lingkungan terletak pada komitmen manajemen dan keterlibatan fungsional. Sebuah
perusahaan tidaklah terlepas dari tanggung jawab lingkungan, karena itu diperlukan
suatu cara untuk mengintegralkan biaya lingkungan misalnya konsep eksternalitas
dimana konsep ini melihat dampak langsung aktivitas suatu entitas terhadap lingkungan

sosial, non-sosial dan ekologis. Langkah awal yang dapat dilakukan terkait biaya
lingkungan adalah dengan mengategorikan jenis biaya terkait dengan memerhatikan
beberapa aspek seperti lokasi situs limbah, jenis limbah berbahaya, metode
pembuangan, dan lainnya. Biaya lingkungan mengandung biaya yang eksplisit dan
implisit. Biaya implisit seperti biaya yang timbul akibat potensi kewajiban yang
muncul.
Sistem penilaian biaya lingkungan dapat membantu memperbaiki keputusankeputusan yang terkait dengan keputusan bauran produk, pemilihan input produksi,
penilaian pencegahan pencemaran, evaluasi pengelolaan limbah serta penentuan harga
produk. Terdapat beberapa cara untuk mengetahui biaya-biaya lingkungan perusahaan
yaitu dengan mengadopsi sistem akuntansi konvensional, activity based costing, full
cost accounting dan total cost assessment
f. Peraturan Yang Terkait Dengan Green Accounting
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
UU ini mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha atau berkegiatan
untuk menjaga, mengelola, dan memberikan informasi yang benar dan akurat
mengenai lingkungan hidup. Akibat hukum juga telah ditentukan bagi
pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UU ini
diatur kewajiban bagi setiap penanam modal berbentuk badan usaha atau
perorangan untuk melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan, menjaga
kelestarian lingkungan hidup dan menghormati tradisi budaya masyarakat
sekitar. Pelanggaran terhadap kewajiban tersebut dapat dikenai sanksi berupa
peringatan tertulis, pembatasan, pembekuan, dan pencabutan kegiatan dan/atau
fasilitas penanaman modal.
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini
mewajibkan bagi perseroan yang terkait dengan sumber daya alam untuk
memasukkan perhitungan tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai biaya
yang dianggarkan secara patut dan wajar. Pelanggaran terhadap hal tersebut akan
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No:
KEP- 134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi
Emiten atau Perusahaan Publik. UU ini mengatur mengenai kewajiban laporan
tahunan yang memuat Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) harus
menguraikan aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan)
dan No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum). Kedua PSAK ini mengatur

tentang kewajiban perusahaan dari sector pertambangan dan pemilik Hak


Pengusaha Hutan (HPH) untuk melaporkan item-item lingkungannya dalam
laporan keuangan.
6. Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penetapan Peringkat
Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum. Dalam aturan ini aspek lingkungan menjadi
salah satu syarat dalam pemberian kredit. Setiap perusahaan yang ingin
mendapatkan kredit perbankan, harus mampu memperlihatkan kepeduliannya
terhadap pengelolaan lingkungan. Standar pengukur kualitas limbah perusahaan
yang dipakai adalah PROPER. Dengan menggunakan lima peringkat (hitam,
merah, biru, hijau, dan emas) perusaahaan akan diperingkat berdasarkan
keberhasilan dalam pengelolaan limbahnya.
Dalam bidang Akuntansi pada tahun 1994, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) lalu
menyusun suatu standar pengungkapan akuntansi lingkungan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 tentang akuntansi kehutanan dan
PSAK No. 33 tentang akuntansi pertambangan umum, dalam perkembangannya
kedua PSAK tersebut sudah ditarik, dan akuntansi dampak lingkungan dari aktivitas
perusahaan dapat dilihat pada PSAK No.1 dan PSAK No.57. Penjelasan mengenai
penyajian dampak lingkungan pada PSAK No.1 revisi 2009 paragraf 12 adalah
sebagai berikut:
Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),
khususnya bagi industry dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan
penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna
laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar
ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
Pada PSAK No.57 revisi 2009 sebagian faragraf 19 berbunyi sebagai berikut :
Kewajiban diestimasi diakui hanya bagi kewajiban yang timbul dari peristiwa masa
lalu, yang terpisah dari tindakan entitas pada masa datang (yaitu penyelenggaraan
entitas pada masa datang). Contoh Kewajiban ini adalah denda atau biaya
pemulihan pencemaran lingkungan, yang mengakibatkan arus keluar sumber daya
untuk menyelesaikan kewajiban itu tanpa memandang tindakan entitas pada masa
datang.
Demikian juga, entitas mengakui kewajiban diestimasi bagi biaya kegiatan
purna-operasi (decommissioning) instalasi minyak atau instalasi nuklir sebatas
jumlah yang harus ditanggung entitas untuk memperbaiki kerusakan yang telah
ditimbulkan.

PSAK memang belum mengatur secara tegas dan rinci hal-hal apa saja yang wajib
diungkapkan dalam pelaporan suatu entitas bisnis. Dan jika ditelaah dari isi PSAK
tersebut pengungkapan pelaporan atas dampak lingkungan tersebut masih bersipat
sukarela. Sehinga praktik akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini
belumlah berjalan cukup baik, halini bisa dilihat dari beberapa hasil penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti untuk mengetahui sejauh mana industri dalam
melakukan pelaporan pengungkapan akuntansi lingkungannya. Dalam hal ini para
peneliti menggunakan Global Reporting Initiative (GRI) sebagai alat indikator
pengungkapan akuntansi lingkungan oleh suatu perusahaan atau industri..
g. Sifat Dasar Green Accounting
1. Relevan
Akuntansi lingkungan harus memberikan informasi yang valid terkait dengan
manfaatbiaya pelestarian yang dapat memberikan dukungan dalam pengambilan
keputusan stakeholder. Namun, pertimbangan harus diberikan kepada materialitas
dan signifikansi dari relevansi. Dalam akuntansi lingkungan, materialitas
ditempatkan pada aspek kuantitas dan signifikansi ditempatkan pada aspek kualitas.
Dari sudut pandang materialitas, perhatian diberikan kepada dampak kuantitatif dari
data yang dinyatakan dalam nilai moneter atau unit fisik. Sedangkan signifikansi
berfokus pada kualitas informasi dari sudut pandang pelestarian lingkungan atau
dampak masa depan yang dibawanya.
2. Handal
Akuntansi lingkungan harus menghilangkan data yang tidak akurat atau bias dan
dapat memberikan bantuan dalam membangun kepercayaan dan keandalan
stakeholder. Pengungkapan data akuntansi lingkungan harus akurat dan tepat
mampu mempresentasikan manfaat-biaya serta tidak menyesatkan. Pengungkapan
informasi akuntansi lingkungan seharusnya tidak hanya menjadi formalitas belaka
dari sekedar memenuhi persyaratan undang-undang yang berlaku. Bila perlu,
perusahaan harus menentukan metode yang tepat dan sesuai dengan pengungkapan
dan secara akurat dapat menggambarkan kegiatan lingkungan yang sebenarnya
sedang dilakukan. Dalam hal pengungkapan informasi tersebut tidak sepenuhnya
dikomunikasikan ketika mengikuti format yang ditetapkan oleh undangundang
yang berlaku, informasi tambahan yang diperlukan harus disediakan untuk lebih
menjelaskan realitas secara lengkap. Ruang lingkup akuntansi lingkungan harus
diperluas ke semua hal yang bersifat material dan signifikan untuk semua kegiatan
pelestarian lingkungan.
3. Mudah dipahami
Dengan tujuan pengungkapan data akuntansi lingkungan yang mudah untuk
dipahami, akuntansi lingkungan harus menghilangkan setiap kemungkinan
timbulnya penilaian yang keliru tentang kegiatan perlindungan lingkungan

perusahaan. Untuk memastikan bahwa informasi yang diungkapkan mudah


dipahami bagi para pemangku kepentingan, kata-kata harus dibuat sesederhana
mungkin. Tidak peduli seberapa kompleks kandungan informasinya, sangat perlu
untuk mengungkapkan semua hal yang dianggap penting.
4. Dapat dibuktikan
Data akuntansi lingkungan harus diverifikasi dari sudut pandang objektif. Informasi
yang dapat dibuktikan adalah hasil yang sama dapat diperoleh bila menggunakan
tempat, standar, dan metode yang persis sama dengan yang digunakan oleh pihak
yang menciptakan data.
h. Ruang Lingkup Green Accounting
Akuntansi lingkungan bertujuan mengukur biaya dan manfaat sosial sebagai
akibat dari aktivitas perusahaan dan pelaporan prestasi perusahaan Akuntansi
lingkungan adalah sebuah alat fleksibel yang dapat diterapkan dalam skala penggunaan
dan cakupan ruang lingkup yang berbeda. Skala yang digunakan tergantung dari
kebutuhan, kepentingan, tujuan, dan sumber daya perusahaan. Permasalahan dalam
menentukan ruang lingkup akuntansi lingkungan adalah bagaimana perusahaan dapat
menentukan biaya lingkungan yang muncul akibat aktivitas bisnisnya yang mana biaya
tersebut terkadang tidak dapat diukur secara akuntansi. Semakin luas cakupannya
perusahaan mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengukurnya.

i. Metode Pengungkapan Pelaporan Green Accounting


Pelaporan informasi akuntansi lingkungan merupakan jenis pelaporan/ pengungkapan
yang bersifat voluntary. Pengungkapan akuntansi lingkngan pada bahasan ini
merupakan pengungkapan informasi data akuntansi lingkungan dari sudut pandang
fungsi internal akuntansi lingkungan yakni laporan akuntansi lingkungan. Laporan
tersebut harus didasarkan pada situasi aktual pada suatua perusahaan atau organisasi
lainnya. Dimensi dalam pengungkapan data akuntansi lingkungan dalam hal ini
meliputi ( Ikhsan, 2008);
1. Proses dan hasil kegiatan konservasi lingkungan
2. Item-item yang membentuk dasar akuntansi lingkungan
3. Hasil yang dikumpulkan dari akuntansi lingkungan
Pada dimensi proses dan hasil kegiatan konservasi lingkungan, perusahaan
mempersiapkan suatu ringkasan dan keutamaan hasil dari kegiatan konservasi
lingkungan, suatu penjelasan dari kumpulan hasil dari akutansi lingkungan (termasuk
evaluasi dari besar dan kecilnya figur dan alasanalasan untuk mengingkatkan atau
menurunkan melalui perbandingan dengan periode sebelumnya) dan kebijakan yang
diaktifkan mengenai masa depan kegiatan konservasi lingkungan.

Pada dimensi item-item yang membentuk dasar akuntansi lingkungan, maka


perlu ditetapkan beberapa hal seperti tersebut di bawah ini (Ikhsan, 2008).
1.
2.
3.
4.

Status (periode target dan lingkup pengumpulan data)


Indeks dan Standar Perhitungan untuk Biaya Konservasi Lingkungan
Rincian dari kegiatan konservasi lingkungan dan standar perhitungan
Rincian hubungan antara keuntungan ekonomi dengan kegiatan konservasi

5.

lingkungan serta standar perhitungan


Revisi pentingnya kebijakan akuntansi lingkungan

Adapun dengan dimensi hasil yang dikumpulkan dari akuntansi lingkungan


merupakan keluaran yang harus disajikan. Informasi hasil tersebut meliputi ( Ikhsan,
2008):
1. Biaya Konservasi Lingkungan
Biaya ini menunjukkan hasil yang dikumpulkan dengan menjumlahkan biaya
konservasi lingkungan dari kategori yang sesuai dengan kegiatan bisnis serta rincian
kegiatan.
2. Keuntungan Konservasi Lingkungan
Biaya ini menunjukkan hasil yang dikumpulkan yang menjumlahkan volume dari
dampak lingkungan menurut petunjuk prestasi lingkungan dan konservasi lingkungan.
3. Keuntungan Ekonomi
Dalam hal ini ditunjukkan keuntungan actual dan keuntungan ekonomi lainnya.
4. Jadwal Pernyataan Lingkungan
Pada bagian ini ditunjukkan pentingnya informasi untuk mendukung data biaya
konservasi lingkungan, keuntungan konservasi lingkungan, dan hubungan antara
keuntungan konservasi dengan kegiatan konservasi.
j.

Format Pengungkapan
Format umum untuk pengung-kapan hasil dari akuntansi lingkungan di bawah ini

dikutip dari Environmental Accounting Guidenlines yang diterbit-kan oleh Ministry of


the Environment Japan tahun 2005. Format pengung-kapan ini merinci berbagai cara
pe-ngungkapan yang dilakukan oleh peru-sahaan maupun organisasi lainnya dari
kumpulan data akuntansi lingkungan yang mereka miliki.
Format pernyataan pengungkapan hasil akuntansi lingkungan dibagi dalam dua
dimensi, antara lain; pernyataan utama dan skedul pernyataan lingku-ngan. Kedua
dimensi tersebut dijelaskan secara rinci berikut ini.
Pernyataan Utama
Beberapa hal yang perlu diungkapkan dalam pernyataan utama antara lain meliputi;
1. Biaya konservasi lingkungan (kate-gori disesuaikan dengan kegiatan bisnis
perusahaan)
2. Keuntungan konservasi lingkungan

3. Keuntungan ekonomi berhubungan dengan kegiatan konservasi lingkungan


Pernyataan Utama 1: Biaya Konservasi Lingkungan
Lingkup
; ______________________________
Periode Target
; ______________________________
Unit
; Rupiah (Rp)
Biaya kegiatan Konservasi Lingkungan
Kategori berhubungan dengan bisnis
Kategori
Kunci
Investasi Biaya
kegiatan
dan hasil
1. Biaya Area Bisnis
a. Biaya pencegahan polusi
b. Konservasi lingkungan global
Uraian
c. Biaya Sirkulasi Sumber daya
2. Biaya upstream/downstream
3. Biaya administrasi
4. Biaya R & D
5. Biaya kegiatan social
6. Biaya Penyelamatan Lingkungan
(Sumber: Ikhsan, 2008)

28

Pernyataan Utama 2; Keuntungan Konservasi Lingkungan


Lingkup
; ________________________________
Periode target
; ________________________________
Unit
; Rupiah (Rp)
Kategori

Keuntungan
Konservasi
Lingkungan

Keuntungan Konservasi Lingkungan

Indicator kinerja

lingkungan (unit)
Total input volume energi
Input volume energi

dengan tipenya

Input volume dari unsur

Keuntungan
konservasi
lingkungan
berhubungan
Denga
n
input
sumberdaya ke
Dalam

kegiatan

Bisnis

khusus pengendalian
Input volume dari

sirkulasi sumber daya


Input volume air
Input volume air dengan

sumber daya
.

Volume dari emisi gas

rumah kaca

Volume dari emisi gas

Keuntungan
konservasi
lingkungan
berhubungan
Denga
n
sisa
Atau
dampak
lingkungan
yang dihasilkan
Dari
kegiatan
Bisnis

rumah kaca dengan jenis


atau dengan kegiatan
emisi
Volume dari bahan kimia

yang disalurkan atau


dipancarkan

Total sisa volume emisi


Sisa akhir volume

penjualan

Sisa volume air


Kualitas air

Nox, Sox volume emisi


Bau tingginya konsentrasi
.
Volume energi yang

digunakan pada saat


digunakan
Keuntungan
konservasi
lingkungan
berhubungan
Denga
n
barang
dan jasa yang
dihasilkan dari
kegiatan bisnis

Volume output dari bahan

disebabkan dampak
lingkungan pada saat
digunakan

Volume output dari bahan

karena dampak
lingkungan ketika
dibuang

Periode

Periode

Sebelumnya sekarang

Perbedaan

Volume sirkulasi produk,


seperti produk, kontainer
dan bingkisan yang
dikumpulkan setelah
digunakan
Volume kontainer dan

pembungkusan yang
digunakan
.

Volume emisi dari bahan

Keuntungan
konservasi
lingkungan
lainnya

yang berhubungan dengan


transportasi yang
disebabkan dampak
lingkungan
Transportasi dari volume

produk dan bahan-bahan


Area permukaan volume

yang terkontaminasi
minyak
Keributan
Getaran
..........
(Sumber: Ikhsan, 2008)

Pernyataan Utama 3: Keuntungan Ekonomi Berhubungan dengan Kegiatan


Konservasi Lingkungan
Lingkup
; ____________________________
Periode Target ; ____________________________
Unit
; Rupiah (Rp)
Keuntungan Ekonomi Berhubungan dengan Kegiatan Konservasi Lingkungan
Keuntungan Aktual
Rincian Keuntungan
Jumlah
Pendapatan operasi dari penjualan

Pendapatan

siasa produk daur ulang dan


menggunakan produk yang
dihasilkan di seluruh kunci kegiatan
Bisnis
...........
............
...........
Pengurangan dalam biaya energai di

seluruh konservasi energi

Pengurangan dalam sisa biaya

Pengurangan biaya

penjualan seluruh sumber daya


.................
................
................

Total
k. Penerapan Green Accounting di Indonesia

Akuntansi lingkungan mengalami kesulitan dalam pengukuran nilai cost and


benefit eksternalitas yang muncul dari proses industri. Bukan hal yang mudah untuk
mengukur kerugian yang diterima masyarakat sekitar dan lingkungan ekologis yang
ditimbulkan polusi udara, limbah cair, kebocoran tabung amoniak, kebocoran tabung

nuklir atau eksternalitas lain. Pelaporan baik kinerja sosial maupun kinerja lingkungan
ini tidak didapati dalam laporan keuangan yang konvensional, dimana dalam laporan
keuangan yang konvensional hanya dijumpai laporan kinerja ekonomi saja (Idris, 2012).
Begitu pula yang terjadi di Indonesia masih sebatas anggapan sebagai suatu konsep
yang rumit karena kurangnya informasi yang komprehensif bagi stakeholder
dikhawatirkan akan menimbulkan efek dari implementasi dan pengeluaran biaya
tambahan yang diakui sebagai beban yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan dalam
perspektif akuntansi konvensional (Nurhayati, Brown, dan Tower, 2006 dalam Arisandi
dan Frisko, 2011).
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Gray et. al (1993) dalam Burrit
dan Welch (1997) bahwa pengungkapan biaya eksternalitas akan mempengaruhi
pengambilan keputusan dan mempengaruhi pertimbangan stakeholder karena reaksi
pasar telah menunjukkan hasil yang tidak berbeda terhadap aktivitas perusahaan yang
melakukan (atau tidak) kepentingan sosial dan lingkungan. Sehingga pelaksanaan
akuntabilitas lingkungan akan berhasil jika didukung oleh peraturan.
Menurut Solihin (2008) dalam Idris (2012), pelaksanaan CSR di Indonesia
terutama

berkaitan

dengan

pelaksanaan

CSR

untuk

kategori

discretionary

responsibilities, yang dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda. Pertama,
pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara sukarela dari inisiatif
perusahaan dan bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan perusahan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kedua, pelaksanaan CSR sesuai
dengan tuntutan undang-undang (bersifat mandatory). Misalnya, BUMN memiliki
kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang diperoleh perusahaan untuk
menunjang kegiatan sosial, dan perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang
sumberdaya alam atau berkaitan dengan sumberdaya alam, diwajibkan untuk
melaksanakan CSR seperti diatur oleh UU RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas Pasal 74.
Dilihat dari sudut dasar hukum pelaksanaannya, CSR di Indonesia secara
konseptual masih harus dipilah antara pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh perusahaan
besar dan CSR yang dilakukan oleh perusahaan kecil dan menengah. Selama ini terdapat
anggapan yang keliru bahwa pelaksanaan CSR hanya diperuntukkan bagi perusahaan
besar yang dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan,
padahal perusahaan kecil dan menengah pun bisa memberikan dampak negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Apalagi bila perusahaan kecil dan menengah itu
banyak jumlahnya, tentu dampaknya akan terakumulasi dalam jumlah yang besar dan
untuk mengatasinya akan lebih sulit dibandingkan dampak yang ditimbulkan oleh satu
perusahaan besar.

Apabila dilihat dari pelaksanaan CSR di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan yang telah melaksanakan program CSR dan membuat laporannya belum
bisa dikatakan sebagai perusahaan yang telah menerapkan akuntansi lingkungan. Hal ini
disebabkan karena dalam operasional perusahaan belum memasukkan upaya pelestarian
lingkungan sebagai bagian integral (Idris, 2012). Gray et al. (1993) menyimpulkan
bahwa mekanisme pengungkapan yang bersifat sukarela kurang tepat. Bukti dari
Deegan and Rankin (1996) menyebutkan bahwa pelaporan akuntansi lingkungan
bersifat bias karena perusahaan seringkali tidak melaporkan kabar buruk (bad news).
l. Alasan Penerapan Green Accounting di Indonesia
Ada beberapa alasan yang dapat mendukung pelaksanaan akuntansi lingkungan
antara lain (Fasua, 2011):
1. Biaya lingkungan secara signifikan dapat dikurangi atau dihilangkan sebagai hasil
dari keputusan bisnis, mulai dari perubahan dalam operasional dan pemeliharaan
untuk diinvestasikan dalam proses yang berteknologi hijau serta untuk perancangan
kembali produk yang dihasilkan.
2. Biaya lingkungan jika tidak mendapatkan perhatian khusus akan menjadi tidak jelas
dan masuk dalam akun overhead atau bahkan akan diabaikan.
3. Banyak perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan dapat diimbangi
dengan menghasilkan pendapatan melalui penjualan limbah sebagai suatu produk.
4. Pengelolaan biaya lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan perbaikan
kinerja lingkungan dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan
manusia serta keberhasilan perusahaan.
5. Memahami biaya lingkungan dan kinerja proses dan produk dapat mendorong
penetapan biaya dan harga produk lebih akurat dan dapat membantu perusahaan
dalam mendesain proses produksi, barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan
untuk masa depan.
6. Perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang didapat dari proses, barang,
dan jasa yang bersifat ramah lingkungan. Brand image yang positif akan diberikan
oleh masyarakat karena keberhasilan perusahaan dalam memproduksi barang dan
jasa dengan konsep ramah lingkungan (Schaltegger dan Burritt, 2000 dalam
Arisandi dan Frisko, 2011). Hal ini berdampak pada segi pendapatan produk, yaitu
memungkinkan perusahaan tersebut untuk menikmati diferensiasi pasar, konsumen
memiliki kecenderungan untuk bersedia membayar harga yang mahal untuk produk
yang berorientasi lingkungan dengan harga premium (Aniela, 2012).
7. Akuntansi untuk biaya lingkungan dan kinerja lingkungan dapat mendukung
perkembangan perusahaan dan operasi dari sistem manajemen lingkungan secara
keseluruhan. Sistem seperti ini akan segera menjadi keharusan bagi perusahaan
yang bergerak dalam perdagangan internasional karena adanya persetujuan
berlakunya standar internasional ISO 14001.

8. Pengungkapan biaya lingkungan akan meningkatkan nilai dari pemegang saham


karena kepedulian perusahaan terhadap pelestarian lingkungan. Pemegang saham
perusahaan dapat lebih mudah dan cepat mendapatkan informasi dari pengungkapan
tersebut sehingga dapat mempermudah pengambilan keputusan (Arisandi dan
Frisko, 2011).
Selain itu, Alexopoulus et al. (2011) menunjukkan bahwa perbaikan kinerja
lingkungan adalah potensi sumber keunggulan kompetitif yang mengarah ke proses
yang lebih efisien, peningkatan produktivitas, biaya kepatuhan lebih rendah dan peluang
pasar baru. Dengan demikian, mengintegrasikan akuntansi lingkungan ke dalam sistem
informasi akuntansi perusahaan sangat penting. Memiliki sistem akuntansi lingkungan
yang tepat akan memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih tepat
mengenai hal-hal tersebut. Sistem ini memberikan analisis yang lebih baik atas biaya
lingkungan dan dapat mengungkapkan peluang yang mungkin bisa meningkatkan
pendapatan antara lain seperti daur ulang dari bahan baku, desain produk dan proses
manufaktur yang lebih baik. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menekankan
pentingnya akuntansi lingkungan dalam suatu organisasi dan untuk bangsa - sebaiknya
bersikap 'green' - bahwa minimisasi limbah dan skema efisiensi energi dapat dan akan
menghasilkan manfaat ekonomi yang besar bagi organisasi.
C. Contoh kasus Green Business dan Green Accounting
a. PT. Bakrieland Development Tbk
PT. Bakrieland Development Tbk beroperasi pada pengembangan properti dan
infrastruktur terkait properti. Perusahaan merupakan developer pertama di Jakarta
(properti kota) dan juga memiliki proyek perumahan dan hotel & resort yang terletak di
daerah utama.
PT. Bakrieland Development Tbk Komitmen Bakrieland untuk memadukan
kepentingan ekonomi (profit), kepedulian sosial (people) dan partisipasi aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan (planet) dalam operasi bisnis melaui program
Bakrieland Goes Green (BGG) yang diluncurkan pada 4 Februari 2008. Melalui
berbagai program social ekonomi dan lingkungan dalam BGG, Bakrieland yakin bahwa
tujuan pengembangan pemangku kepentingan yang berkelanjutan dan lingkungan yang
lestari akan dapat tercapai.

Program Berdimensi Lingkungan


A. Green Architecture
Green architecture mengandung arti bahwa semua produk Bakrieland, baik
perumahan, hotel maupun perkantoran, dirancang secara ramah lingkungan. Penerapan
hal ini meliputi:
1. Green Area Design
Green area design diharapkan dapat tercapai dengan mentargetkan minimal 20%
pengembangan kawasan sebagai ruang terbuka hijau dan menanam jenis tanaman
yang menghasilkan O2 dan menyerap CO2, serta berbagai polutan seperti logam
berat, debu, belerang. Sehubungan dengan hal ini, Bakrieland melakukan studi
karakteristik dan bekerjasama dengan badan terkait mengenai jenis tanaman yang
merupakan karakter wilayah proyek, menerapkan konsep global, dan melakukan
supervisi terhadap implementasinya.
Contoh pelaksanaan:

Bogor Nirwana Residence (BNR) memiliki 60% ruang terbuka hijau dari lahan
proyek seluas 1.200 hektar. BNR juga mengembangkan program penangkaran
satwa (rusa dan unggas) dan program peduli lingkungan berupa penanaman
pohon yang melibatkan masyarakat setempat.

Nirwana Bali Resort yang berlokasi di daerah Tabanan, Bali, memiliki luasan
hijau hingga 70%. Sekitar 15 ha dari total lahan dipertahankan sebagai lahan

sawah.
Pullman Legian Nirwana Suites & Residence memiliki 45% area hijau.
Rasuna Epicentrum melakukan penghijauan kawasannya antara lain dengan
menghijaukan lahan tidur, membangun pembiakan tanaman, dan membuat roof

top garden.
2. Green Building and Construction
Gedung dan konstruksi yang ramah terhadap lingkungan dibangun dengan
memperhatikan aspek pencahayaan, suhu, dan akustik dalam suatu disain yang
terintegrasi. Penerapan program ini selain mendorong penghematan energi juga
ditujukan untuk mempertahankan keselarasan dengan nilai-nilai budaya masyarakat
melalui disain arsitekturnya.
Contoh pelaksanaan:

Pembangunan Apartemen The Wave mengadaptasi konsep green architecture

dan green living.


Nirwana Bali Resort dirancang sesuai karakteristik bentuk bangunan lokal.
Penggunaan faade di Bakrie Tower dapat mereduksi panas hingga 80%

sehingga mengurangi konsumsi energi untuk pendingin ruangan.


Pengolahan air kotor di Bakrie Tower memungkinkan penggunaan kembali air

seluruhnya (100%) untuk water chilled chiller.


Pengolahan lansekap di seluruh kawasan Rasuna Epicentrum mengutamakan
keselamatan dan kenyamanan pemakai, baik pejalan kaki maupun yang

berkendaraan, karena dilengkapi dengan street furniture yang memadai.


B. Green Operation
Green operation mengandung implikasi bahwa setiap manajemen kawasan dan
gedung Bakrieland akan mengoperasikan unit-unitnya dengan ramah lingkungan,
dengan menerapkan konsep 3 R (reduce, reuse, recycle). Green operation mencakup
program-program berikut:
1. Waste Water Treatment and Reuse Program
Program ini menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pencemaran oleh
air limbah domestik sebagai penyumbang terbesar terhadap pencemaran kota di
Indonesia. Melalui program ini, air limbah diolah secara individual (on site
treatment) sebelum dibuang ke saluran umum, sehingga melestarikan sumber daya
air. Penerapan program Waste Water Treatment and Reuse diwujudkan dalam 3
(tiga) bentuk kegiatan, yaitu pengolahan air limbah domestic menggunakan sistem
bio-filter anaerob-aerob (gray waste water treatment), pengolahan air limbah hitam
(black waste water treatment) dengan menggunakan septic tank biologi, serta
konservasi air dengan membuat lubang biopori, kolam resapan, dan revitalisasi
kanal untuk mengelola dan melestarikan sumber air dan mencegah banjir.

Contoh pelaksanaan:

Rasuna Epicentrum membangun kolam resapan air, sewage treatment dan


water treatment plant, membuat biopori, serta melakukan revitalisasi sungai

Cideng.
Nirwana Bali Resort melakukan pengolahan sisa limbah air dan pemanfaatan
air hujan dengan menggunakan sistem water treatment untuk digunakan
kembali sebagai pengairan lapangan golf. Dari kebutuhan air sebesar 3.000 m3
per hari, hanya 500 m3 berasal dari tanah. Resor ini juga dikembangkan dengan
tingkat kepadatan bangunan yang rendah, sehingga kondisi asli alam tetap

terjaga untuk penyerapan air hujan.


2. Waste Domestic Program
Program ini mengelola permasalahan sampah kawasan secara komprehensif dengan
focus menyelesaikan masalah sampah dan memberikan nilai ekonomis bagi
pengelolanya. Ke depan, direncanakan bahwa pengelolaan sampah akan dilakukan
dengan menggunakan teknologi yang mengacu kepada komposisi sampah dan
pengelolaan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Pengelola dapat
memperoleh pendapatan dari retribusi sampah serta hasil olahan sampah yang
bernilai ekonomis.
Contoh pelaksanaan:

Saat ini Rasuna Epicentrum telah membuat Tempat Penampungan Sampah


Sementara (TPS) di setiap blok dan di dekat WTP Kali Cideng, dengan

memisahkan sampah organic dan non organik.


3. Energy Efficiency Program
Program ini bertujuan mengurangi penggunaan energi berbahan bakar fosil,
menghasilkan energy yang ramah lingkungan dan membantu program pemerintah
dalam penghematan energi.
Contoh pelaksanaan:

Rasuna Epicentrum membangun sarana publik dalam bentuk (1) fasilitas


transportasi shuttle bus berbahan bakar bio solar, dan (2) area pejalan kaki
selebar 10 meter yang diisi pepohonan penyerap CO2 tinggi dan fitur air untuk

menurunkan suhu udara.


Nirwana Bali Resort menerapkan sistem cogeneration yang mengoptimalkan

tenaga gas buang dari generator untuk keperluan cuci pakaian.


b. PT Semen Padang
Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Lingkungan
Semen Padang berkomitmen untuk meminimalisasi dampak operasional,
meningkatkan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan serta menjaga kelestarian

lingkungan dengan menginternalisasikannya dalam budaya Perusahaan melalui program


Semen Padang Elok Nagari.
A. Melestarikan Lingkungan dan Konversi Energi (Planet)
Dalam rangka mewujudkan partisipasi dan dukungan Semen Padang terhadap
kelestarian lingkungan dan meningkatkan kualitas kehidupan bumi maka sepanjang
tahun 2014 Semen Padang telah melakukan kegiatan diantaranya sebagai berikut:
1. Pengembangan Hutan Nagari
Untuk menjalankan program CSR terhadap lingkungan, tahun 2014 Semen Padang
kembali bergerak cepat dalam menjalankan program-programnya pada tahun 2014
ini. Kali ini yang menjadi sasarannya adalah pengembangan hutan nagari untuk
penanaman pohon gaharu.Gaharu merupakan salah satu komoditi yang sangat
bagus prospeknya. Selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi, pohon gaharu juga
sangat bagus untuk lingkungan terutama bagi paru-paru bumi.
Untuk menjalankan program CSR yang termasuk dalam Elok Nagari ini, maka
Semen Padang menggandeng pihakpihak terkait yaitu dengan Dekanat Fakultas
Pertanian Universitas Andalas.
2. Bantuan Sarana Air Bersih
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar Packing Plant
Semen Padang di Lampung, melalui program Corporate Social Responsibility
(CSR), Semen Padang menyerahkan bantuan sarana air bersih untuk warga Desa
Rangai, Kecamatan Ketibung, Lampung Selatan.
Serah terima secara simbolis bantuan sarana air bersih ini diserahkan oleh Kepala
Biro CSR Semen Padang, Iskandar Z. Lubis didampingi Kepala Bidang Bina
Lingkungan H. Sensurianus kepada Kepala Desa Rangai, Juanta, SSos, disaksikan
ratusan warga desa.
Bantuan ini merupakan wujud kepedulian sosial Semen Padang yang direalisasikan
dalam Progran CSR bagi warga desa, dimana di desa ini terdapat salah satu unit
usaha perusahaan, yakni Packing Plant Semen Padang, yang dikenal dengan PP
Lampung.

B. Tanggung Jawab Terhadap Operasional Perusahaan


Semen Padang mempunyai komitmen yang tinggi untuk menciptakan industri
hijau, hal ini tercermin dari visi dan misi Semen Padang. Visi Semen Padang adalah
menjadi Perusahaan persemenan yang andal, unggul dan berwawasan lingkungan di
Indonesia bagian barat dan Asia Tenggara. Sedangkan misi Semen Padang adalah
memberdayakan, mengembangkan, dan mensinergikan sumber daya perusahaan yang
berwawasan lingkungan.

Tahun 2014, Semen Padang meraih Asean Energy Award 2014 yang diserahkan
Menteri Energi Brunei Darussalam pada rangkaian acara The 32 th Asean Ministers on
Energy Meeting (AMEM) and Related Meetings di Hotel Don Chan Palace,Vientiane,
Laos, 22 September 2014 lalu. Sebelumnya, Semen Padang juga meraih Penghargaan
Efisiensi Energi Nasional (PEEN) tahun 2013.
Selama Tahun 2014, kegiatan yang telah dilakukan untuk menciptakan industri
hijau adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan Polusi
Semen Padang menjamin operasi bisnis ramah lingkungan, selaku industri
manufaktur disektor persemenan, tindakan pencegahan polusi atas udara, air dan
tanah menjadi suatu sangat prioritas.
Semen Padang menyusun program untuk mengurangi emisi debu, melalui
peningkatan performa Electro Static Precipirator (ESP). Prinsip kerja ESP
didasarkan atas partikel bermuatan listrik yang dilewatkan dalam satu medan
elektrostatik.
Semen Padang juga melaksanakan program green belt, merupakan penyediaan
lahan penghijauan di daerah perkotaan atau perumahan, bertujuan untuk melindungi
lingkungan alami atau semi alami dan meningkatkan kualitas udara.
Penanaman pohon produktif merupakan komitmen dan dukungan Semen Padang
terhadap Program Adiwiyata dengan memberikan pohon produktif berupa bibit
mangga, sirsak, lengkeng, jambu air, sawo dan jambu biji kepada sekolah-sekolah
di Kota Padang
2. Pemanfaatan Sumber Daya yang Berkelanjutan
Semen Padang berkomitmen terhadap kinerja lingkungan dan tetap konsisten dalam
pengelolaan serta pemanfaatan sumber daya terbarukan, melalui efisiensi dan
pengolahan sumber daya menjadi sumber daya yang terkonversi atau dapat terpakai
kembali, seperti pemakaian energy alternative (AFR), konservasi air, efisiensi
pemakaian energy dan material.
Dalam mengurangi dampak lingkungan, Semen Padang menjalankan prinsif 3R
(Reduce, Reuse and Recycle), Hal ini terlihat dari program inovasi untuk meReduce biaya pemakaian energi listrik, seperti penggantian bola neon dengan LED,
pemakaian oli bekas menjadi pelumas dan pembangunan WHRPG (Waste Heat
Recovery Power Generator) yang merupakan Power Plant yang berkapasitas
rencana 12 MW, dari pemakaian uap panas dari kiln. Segala kegiatan ini dilakukan
untuk menghemat energi dan memanfaatkan limbah.
Untuk pengendalian emisi udara, Semen Padang melakukan penambahan alat
dengan sistim yang canggih sebagai filter debu. Filter ini menyaring debu dalam
dua tahap dengan teknologi baru. Tahap pertama, debu disaring oleh separator, dan
selanjutnya disaring lagi oleh Electrostatic Precipirator (EP). Udara dari EP inilah
yang boleh keluar menjadi udara ambient. Setiap cerobong udara ambient ini

dipasang sensor untuk pengukur emisi ambient secara realtime dan keluar dalam
bentuk grafik.
Pengawasan limbah padat dan cair dikelola oleh Biro Keselamatan Kesehatan Kerja
dan Lingkungan Hidup (K3LH) Departemen Utilitas dan Jaminan Kualitas. Semua
limbah dipilah antara LB3 atau bukan LB3, sehingga bisa diperlakukan sesuai
prosedur penanganan yang tepat terhadap limbah tersebut.
3. Perubahan Iklim, Mitigasi dan Adaptasi
Semen Padang beroperasi dengan prinsip ramah lingkungan, dalam operasi
bisnisnya mengurangi aspek dampak efek gas rumah kaca, seperti emisi CO2,
Nitrose Oksida (N2O), Metan (CH4) sebagai komitmen berperan dalam mitigasi
dan adaptasi atas pemanasan global.
4. Proteksi Lingkungan, Keanekaragaman Hayati, dan Pemulihan Sumber Daya Alam
Semen Padang meminimalisir perubahan ekosistem akibat operasi bisnis,
khususnya terhadap habitat flora dan fauna dalam suatu mata rantai kehidupan di
alam. Semen Padang fokus dalam mengolah limbahlimbah berbahaya seperti
limbah B3 dari operasi bisnis /industri.
Semen Padang mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang besifat memberi nilai atas
lingkungan hidup, pelayanan pemulihan masalah ekosistem serta upaya
pemanfaatan sumber daya alam, seperti tanah, air dan udara secara berkelanjutan.
5. Sertifikasi Lingkungan Hidup
Sebagai bukti komitmen dari program CSR Semen Padang, sampai dengan tahun
2014 Semen padang telah memperoleh sertifikasi dibidang lingkungan yaitu
Sertifikat ISO 14001:2004 / SNI 19 14001:2005.

Anda mungkin juga menyukai