Abstrak
Trauma tumpul pada wajah sering mengenai area orbita dengan segala akibatnya, mulai dari
sekedar memar di pelpebra hingga kerusakan bagian dalam bola mata yang dapat berakhir pada
kebutaan.
Trauma tumpul pada mata dapat menyebabkan kerusakan pada bola mata yang paling
belakang, karena tekanan gaya dari bola mata bagian depan diteruskan ke segala arah sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan di semua arah.
Ttrauma tumpul pada mata dapat mengakibatkan kebutaan jika trauma yang terjadi cukup
kuat untuk merusak struktur-struktur yang penting dalam proses penglihatan, yaitu kornea, lensa,
retina dan koroid serta jaringan penyangganya.
Definisi yang dipakai untuk menyatakan seseorang buta adalah definisi yang terkait dengan
kemampuan seseorang menjalankan pekerjaannya atau tidak, dalam hal ini yang dipakai adalah
definisi WHO, ICD 9, dan AAO.
Disajikan kasus KDRT dengan trauma tumpul pada mata yang menyebabkan kebutaan, suatu
kasus yang penentuan kualifikasi luka dalam Visum et Repertumnya menggantungkan pada keahlian
khusus di bidang ilmu kesehatan mata.
Kata Kunci: trauma tumpul, kebutaan
Pendahuluan
Trauma tumpul adalah salah satu
manifestasi dalam kekerasan dalam rumah tangga.
Kasus kekerasan fisik dalam rumah tangga
kebanyakan merupakan trauma tumpul. Trauma
tumpul pada wajah sering mengenai area orbita
dengan segala akibatnya, mulai dari sekedar
memar di pelpebra hingga kerusakan bagian
dalam bola mata yang dapat berakhir pada
kebutaan.
Menurut UU No. 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT), pasal 21 ayat 1, tenaga kesehatan selain
harus memeriksa korban KDRT sesuai standar
profesi, juga harus membuat laporan tertulis hasil
pemeriksaan dan visum et repertum atas
permintaan penyidik. Dalam kesimpulan visum et
repertum itu termuat kualifikasi luka yang
memerlukan keahlian untuk menentukannya.
Menurut UU No. 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan KDRT, Kekerasan Dalam Rumah
Tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan
perbuatan,
pemaksaan,
atau
Tulisan
ini
bertujuan
menjelaskan
penentuan kualifikasi luka pada Visum et
Repertum korban hidup kasus trauma pada mata
Kasus
Seorang perempuan diantar oleh polisi ke
Instalasi Rawat Darurat dengan disertai Surat
Permintaan Visum et Revertum. Korban mengaku
dipukuli oleh suaminya dalam suatu pertengkaran
rumah tangga 6 hari yang lalu. Pada pertengkaran
tersebut korban dipukul bebeberapa kali di wajah
oleh suami dengan tangan kosong (genggaman
tangan) mengenai mata kanan dan kiri hingga
memar dan mata kiri mengeluarkan darah, terasa
sangat nyeri dan tidak dapat melihat. Sehari
setelah pertengkaran tersebut korban berobat ke
bidan, diberi obat untuk diminum. Tidak
dirasakan ada perubahan. Hari kedua setelah
pertengkaran korban berobat ke dokter spesialis
mata di Situbondo. Dokter menyarankan dan
member surat rujukan untuk berobat ke RSUD Dr
Soetomo Surabaya. Hari ketiga setelah
pertengkaran korban dan keluarga korban melapor
ke polisi. Tiga hari kemudian korban berobat dan
disertai polisi meminta Visum et Repertum ke
RSUD Dr. Soetomo.
Hasil Pemeriksaan
Korban perempuan dewasa, berpakaian rapi,
terlihat menahan sakit di mata kiri, tekanan darah:
140/90, nadi: 88 kali/menit, respiration rate: 20
kali/menit, suhu: 37,7 0C
Pemeriksaan pada regio kepala, leher, thorak,
abdomen, ekstremitas: tidak didapatkan kelainan
Bilik Mata
Depan
Dalam
Iris
Pupil
Lensa
Retina
Radier
Tidak bulat
Keruh
Fundus
reflek(+)
Papil Nerves II
batas tegas,
Perdarahan
retina (-)
Makula reflek
(+)
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan dilakukan oleh dokter spesialis mata
di Departemen Ilmu Kesehatan Mata, (lihat table
1 dan gambar 3 dan 4).
Tabel 1. Hasil pemeriksaan mata Ny. S pada saat datang
Visus
Tekanan Intra
Okoler
Palbebra
Konjungtiva
Kornea
Orbita Kanan
6/30, pin hole
6/15 (E Chart)
14,6 mHg
Orbita Kiri
LP (Light
Perseption) (-)
N1
Tidak ada
kelainan
Hiperemia
Lekoma
Adheren di
bagian bawah
berukuran dua
millimeter kali
dua milimeter
Tidak ada
kelainan
Hiperemia
Laserasi
terepitealisasi
berukuran lima
millimeter kali
tiga milimeter,
Siedel test (-),
Visus
Orbita Kanan
4/60, pin hole
6/30 (E Chart)
Tekanan
17,3 mHg
Intra Okoler
Palbebra
Konjungtiva
Kornea
Bilik Mata
Depan
Iris
Pupil
Lensa
Retina
Tidak ada
kelainan
Hiperemia
Lekoma Adheren
di bagian bawah
berukuran dua
millimeter kali
dua milimeter
Dalam
Radier
Tidak bulat
Keruh
Fundus reflek (+)
Papil Nerves II
batas tegas,
Perdarahan retina
(-)
Makula reflek
(+)
Orbita Kiri
1/300 Proyeksi
Iluminasi baik
segala arah, red
green test baik
13,5 mHg
Tidak ada
kelainan
Hiperemia
Laserasi
terepitealisasi
berukuran lima
millimeter kali
tiga milimeter,
fluresin test (+)
Sulit dievaluasi
Iridodialisis
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Fundus reflek (-)
2.
3.
4.
Kesimpulan
1. Penentuan kualifikasi luka pada Visum et
Repertum korban hidup kasus trauma mata
sama seperti kasus kasus forensik klinik yang
lainnya. Hal yang khusus hanya pada
penentuan seseorang dinyatakan buta atau
tidak,
yang
memerlukan
serangkaian
pemeriksaan oleh seorang dokter spesialis
mata.
2. Trauma tumpul pada mata dapat menyebabkan
kerusakan pada bola mata yang paling
belakang, karena tekanan gaya dari bola mata
bagian depan diteruskan ke segala arah
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan di
semua arah.
3. Ttrauma
tumpul
pada
mata
dapat
mengakibatkan kebutaan jika trauma yang
terjadi cukup kuat untuk merusak struktur-
KDRT.
Republika
Online
http://www.republika.co.id/berita/breakingn
ews/nasional/ 10/12/07/150957-mayoritasperempuan-indonesia-tak-berani-laporkankasus-kdrt. diakses 5 Desember 2010
Suhariyadi, B (2009). Trafficking KDRT
Banyak
Bermotif
Ekonomi.
http://www.kota layakanak.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=361
:trafficking-kdrt-banyak-bermotifekonomi&catid=1:terkini&Itemid=18
diakses 5 Desember 2010
Thahar, E (2009). KDRT Banyak Terjadi di
Sekitar Kita http://www.fahmina.or.id/
artikel-a-berita/mutiara-arsip/651-kdrtbanyak-terjadi-di-sekitar-kita.html diakses
5 Desember 2010
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun
2004
Tentang
Penghapusan
Kekerasan
Dalam
Rumah
Tangga.
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 95