Contoh :
6.
Letak lif
Lif sebagai tempat penghubung antara ruang bawah dan ruang atas merupakan suatu tempat yang harus
mudah dicapai dari ruangan disekitarnya. Oleh karena itu, penempatan lif ini harus tepat sehingga dapat
melayani raungan di bawah dengan di atasnya, mudah terlihat, mudah dicapai dan tidak mengganggu
segi arsitektur. Ada beberapa cara untuk meletakkan beberapa lif dalam satu bangunan. Lif dapat
dipasang berdampingan atau berhadapan tetapi kalu dipasang berdampingan lebih dari 3 lif
sebaiknya dipasang berhadapan. Kalau dipasang berhadapan akan timbul suatu masalah mengenai jarak
antara lif - lif yang berhadapan. Hal ini akan diatur sesuai dengan fungsi dan kegunaan dari
bangunan tersebut. Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi
layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani, konsep zona, dimana tiap zona dilayani oleh
sejumlah lif tertentu. Jika pembagian zona ini masih mengakibatkan jumlah lif tetap banyak, dapat
digunakan sejumlah lif dengan pintu masuk terpisah dan ditempatkan pada lantai transfer yang disebut
sky lobby. Sky lobby ini digunakan untuk tempat transfer dari zona yang lebih rendah ke zona di
atasnya. Disamping itu, sky lobby ini dapat digunakan untuk menampung sementara pada kondisi
darurat (kebakaran) dan kebutuhan aktifitas lainnya, seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin
pengkondisian udara dan pompa air), bak penampungan air (reservoir), restoran, lobby hotel, ruang
pengelola, ruang rapat, kolam renang dan lain - lain. Untuk strukturnya, lanytai sky lobby harus kaku
dan kokoh agar dapat mengatasi gaya lateral yang diakibatkan oleh angin atau gempa bumi. Pada
bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat sebanding dengan jumlah lantai
yang dilayani(di atas 20% luas lantai). Jika hal tersebut terjadi pada bangunan tinggi, maka ada beberapa
hal yang harus dilakukan :
a. Sejumlah lantai harus dibagi menjadi beberapa zona : zona I melayani
sejumlah lantai zona bawah, zona II melayani sejumlah lantai zona tengah dan zona III melayani
sejumlah zona atas. Dengan pembagian zona tersebut, beban lif menjadi berkurang. Namun pembagian
zona tidak memberikan dampak pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada di lantai yang
sama, yang letaknya di atas zona III.
b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai bagian atas, gedung dibagi menjadi beberapa lobi
yang ditempatkan pada lantai tertentu.
Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan kecepatan tinggi melayani penumpang dari lobi
utama di lan tai dasar ke sky lobby atau dari sky lobby yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky
lobby orang dapat pindah dengan menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang melayani zona di
atasnya. Konsep ini memungkinkan dikuranginya ruang yang digunakan untuk lubang lif, sebab alur
perjalanan lif tidak perlu setinggi bangunan. Penggunaan sky lobby ini memungkinkan bangunan
berfungsi ganda, seperti memuat apartemen/hotel di bagian atas, perkantoran di bagian tengah dan
fasilitas perbelanjaan serta parker di bagian tengah.
c. Jika penggunaan sky lobby belum juga memenuhi ketentuan luas inti yang disyaratkan, maka dapat
digunakan lif double decker.
Pengaturan tata letak lif pada lobi yang terkait dengan pembagian zona layanan lif dapat terlihat
pada gambar. Tiap zonal if biasanya melayani 10 - 15 lantai dan 4 zona merupakan batas maksimum. Jika
menggunakan zona lif lebih dari 4, maka harus menggunakan sky lobby (minimum 2 lantai) dan di atas
sky lobby masih dimungkinkan untuk ditambah
2-3 lantai tambahan untuk ruang
mekanik/elektrik.
Ukuran berat tergantung dari besar dan jumlah penumpang yang dapat ditampung:
- 4 orang berat 320 kg.
- 8 orang berat 630 kg.
- 13 orang berat 1000 kg dst.
Pemilihan kapasitas lif akan menentukan jumlah lif yang mempengaruhi kualitas pelayanan
gedung terutama proyek komersil. Instalasi lif yang ideal adalah yang menghasilkan waktu tunggu di
setiap lantai yang minimal, percepatan yang nyaman, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan dan
penurunan yang cepat di setiap lantai.
25-45 detik
b. flat
50-120 detik
c. hotel
40-70 detik
d. asrama
60-80 detik
di mana :
M = waktu menunggu (detik).
T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik). N = jumlah lif.
m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang).
Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time)
Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan sebab perjalanan lif antar lantai pasti tidak akan
mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lif itu sendiri dan pada perjalanan lif non stop,
kecepatan kemampuannya baru tercapai setelah lif bergerak beberapa lantai dahulu.
Secara pendekatan, waktu perjalanan bolak balik lif terdiri dari :
a. Penumpang memasuki lif di lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5 detik/orang dan untuk lif
dengan kapasitas m orang perlu waktu 1,5 m detik
b. Pintu lif menutup kembali ... 2 detik
c. Pintu lif membuka di setiap lantai tingkat ... (n-1)2 detik
d. Penumpang meninggalkan lif di setiap lantai dalam 1 zona sebanyak (n-1) lantai : (n-1) x m/n-1 x 1,5
detik .. 1,5 m detik
e. Pintu lif menutup kembali di setiap lantai tingkat : . (n-2)2 detik
f. Perjalanan bolak balik dalam 1 zona . 2(n-1)h detik s
g. Pintu membuka di lantai dasar 2 detik