Anda di halaman 1dari 17

5.

Lubang Utilitas (Shaft) dan Jalur Utilitas


Penempatan inti bangunan akan berdampak kepada kemungkinan penempatan jalur
distribusi jaringan utilitas, baik pada arah vertikal yang akan berdampak pada
rancangan denah bangunan maupun pada arah horisontal yang berdampak pada
potongan bangunan. Selanjutnya, dalam inti bangunan terdapat sejumlah ruangan
yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlah keseluruhan luas inti bangunan tidak
melebihi 20% luas tipikal yang ada. Di samping itu, 80% luas tipikal masih perlu
dikurangi dengan jalur sirkulasi horisontal (koridor), sehingga luas efektif bangunan
menjadi berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal digunakan untuk lubang utilitas untuk
sistem Mekanikal dan Elektrikal, yang umumnya dibagi atas 2 zona distribusi.
Pemisahan lubang untuk ventilasi dan penyegaran udara bertujuan agar tidak terjadi
konflik atau persilangan antar saluran udara (ducting) yang perbandingan panjang
dan lebarnya sekitar 1:2 sampai 1:4 dan bahan pelapisnya dapat menahan api
selama 2 jam.

Contoh :

6.

Utilitas di dalam Core

Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan


untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan bangunan
harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan
denga perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, struktur, interior dan
lainnya.
Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari :
1. Perancangan lif.
2. Perancangan tangga darurat.

6.1. Perancangan lif


Lif (elevator) adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam
suatu bangunan yang tinggi atau bertingkat. Dalam persyaratan bangunan yang
membutuhkan adanya lif adalah bangunan yang lebih dari 4 lantai karena
kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tugas atau keperluannya
dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai dengan 4 lantai.

Berdasarkan fungsinya lif dibedakan menjadi 4 yaitu :


1. Lif penumpang (passenger elevator) digunakan untuk mengangkut manusia.
2. Lif barang (fright elevator) digunakan untuk mengangkut barang.
3. Lif uang/makanan (dumb waiters) digunakan untuk mengangkut barang yang relative kecil dan
ringan seperti uang/makanan.
4. Lif pemadam kebakaran, biasanya berfungsi sebagai lift barang.
Lif yang dipasang dalam bangunan harus mengacu kepada peraturan-peraturan daerah, Dinas
Keselamatan Kerja dan Dinas Pemadam Kebakaran. Untuk menentukan kriteria perencangan lif
penumpang harus diperhatikan : tipe dan fungsi dari bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai dan
intervalnya. Selain itu perlu dibedakan dari kapasitas (car/kg), jumlah muatan dan kecepatan.

Makin tinggi bangunannyamakin tinggi kecepatannya. Sedangkan kapasitas, jumlah


muatan dan kecepatan untuk masing-masing lif tidak sama tergantung dari pabrik pembuatnya.

Sistem penggerak dalam elevator juga dibedakan menjadi 2 macam yaitu :


1. Sistem dengan motor penggerak (tractioan lift) yaitu mesin dapat berada di atas
(penthouse) atau di bawah (basement), biasanya digunakan untuk fungsi
bangunan kantor, pertokoan, hotel, apartemen, rumah sakit dan sebagainya. Untuk kecepatannya, motor di
atas adalah antara 2,5 sampai 9 meter/detik sedangkan motor di bawah adalah sekitar 1 meter/detik.
Dalam penggunaannya lif dengan motor di atas lebih baik daripada di bawah karena pergerakan lif sangat
halus, efisien dan hemat energi listrik.

2. Sistem dengan dongkrak hidrolik (hydraulic) yaitu mesin di bawah, biasanya


digunakan untuk bangunan 3 - 4 lantai untuk mengangkut uang/makanan.
Untuk kecepatan lifnya antara 0,30 sampai 0,90 meter/detik dan
kapasitasangkut maksimum 10 ton (dengan tuas tunggal) dan dapat
mangangkut sampai dengan 50 ton (dengan tuas ganda). Lif hidrolik ini mempunyai karakteristik yaitu :
a. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan.
b. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah.
c. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit.
d. Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif.
e. Sangat baik untuk mengangkut beban berat.
f. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat.
g. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight).
h. Menimbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan dengan lif yang digerakan oleh motor
traksi.

Berdasakan anatomi lif sendiri dibedakan menjadi 3 bagian :


a. Lif pit
Tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa buffer sangkar dan
buffer beban pengimbang. Karena letaknya paling bawah, lif pit harus dibuat
dari dinding yang tidak rembes air. Ukuran luas dan kedalaman tergantung
dari ukuran kereta dan kedalamannya dipengaruhi oleh kecepatan lif dan
tingginya bangunan.
b. Ruang luncur Hoistway
Tempat meluncurnya sangkar/kereta lif, tempat pintu-pintu masuk kereta lif,
tempat meluncurnya beban pengimbang (counter weight) dan tempat
meletakan rel - rel peluncur dari kereta lif dan beban pengimbang. Dari
materialnya terbuat dari dinding beton atau batu bata dengan rangka tertentu,
kecuali untuk lif pemadam kebakaran. Ukuran ruang luncur tergantung dari
ukuran kereta lif dan dapat diberikan bukaan untuk pintu lif. Pintu lif sangat
mempengaruhi harga lif walaupun jumlah lif tergantung dari kebutuhan.
Setiap pintu lif diberi tombol - tombol untuk tempat pemberhentian kereta lif
dan di dalam kereta lif terdapat tombol - tombol yang berhubungan dengan
pintu lif keluar. Setiap ruang dalam kereta lif secara standar telah ditentukan
macam, bentuk dan warnanya atau pemakai memberikan tambahan dan perubahan yang akan
diperhitungkan dalam biaya pembelian kereta lif.
c. Ruang mesin
Tempat untuk meletakan mesin/motor traksi lif dan tempat panel kontrol
(mengatur jalannya kereta). Ruangan ini dilengkapi dengan pengatur udara
yaitu exhauster atau alat pendingin yang berguna menjadikan ruangan
tersebut tidak panas sehingga panel mesin tersebut tidak terganggu.

Letak lif
Lif sebagai tempat penghubung antara ruang bawah dan ruang atas merupakan suatu tempat yang harus
mudah dicapai dari ruangan disekitarnya. Oleh karena itu, penempatan lif ini harus tepat sehingga dapat
melayani raungan di bawah dengan di atasnya, mudah terlihat, mudah dicapai dan tidak mengganggu
segi arsitektur. Ada beberapa cara untuk meletakkan beberapa lif dalam satu bangunan. Lif dapat
dipasang berdampingan atau berhadapan tetapi kalu dipasang berdampingan lebih dari 3 lif
sebaiknya dipasang berhadapan. Kalau dipasang berhadapan akan timbul suatu masalah mengenai jarak
antara lif - lif yang berhadapan. Hal ini akan diatur sesuai dengan fungsi dan kegunaan dari
bangunan tersebut. Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi
layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani, konsep zona, dimana tiap zona dilayani oleh
sejumlah lif tertentu. Jika pembagian zona ini masih mengakibatkan jumlah lif tetap banyak, dapat
digunakan sejumlah lif dengan pintu masuk terpisah dan ditempatkan pada lantai transfer yang disebut
sky lobby. Sky lobby ini digunakan untuk tempat transfer dari zona yang lebih rendah ke zona di
atasnya. Disamping itu, sky lobby ini dapat digunakan untuk menampung sementara pada kondisi
darurat (kebakaran) dan kebutuhan aktifitas lainnya, seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin
pengkondisian udara dan pompa air), bak penampungan air (reservoir), restoran, lobby hotel, ruang
pengelola, ruang rapat, kolam renang dan lain - lain. Untuk strukturnya, lanytai sky lobby harus kaku
dan kokoh agar dapat mengatasi gaya lateral yang diakibatkan oleh angin atau gempa bumi. Pada
bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat sebanding dengan jumlah lantai
yang dilayani(di atas 20% luas lantai). Jika hal tersebut terjadi pada bangunan tinggi, maka ada beberapa
hal yang harus dilakukan :
a. Sejumlah lantai harus dibagi menjadi beberapa zona : zona I melayani
sejumlah lantai zona bawah, zona II melayani sejumlah lantai zona tengah dan zona III melayani
sejumlah zona atas. Dengan pembagian zona tersebut, beban lif menjadi berkurang. Namun pembagian
zona tidak memberikan dampak pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada di lantai yang
sama, yang letaknya di atas zona III.
b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai bagian atas, gedung dibagi menjadi beberapa lobi
yang ditempatkan pada lantai tertentu.

Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan kecepatan tinggi melayani penumpang dari lobi
utama di lan tai dasar ke sky lobby atau dari sky lobby yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky
lobby orang dapat pindah dengan menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang melayani zona di
atasnya. Konsep ini memungkinkan dikuranginya ruang yang digunakan untuk lubang lif, sebab alur
perjalanan lif tidak perlu setinggi bangunan. Penggunaan sky lobby ini memungkinkan bangunan
berfungsi ganda, seperti memuat apartemen/hotel di bagian atas, perkantoran di bagian tengah dan
fasilitas perbelanjaan serta parker di bagian tengah.
c. Jika penggunaan sky lobby belum juga memenuhi ketentuan luas inti yang disyaratkan, maka dapat
digunakan lif double decker.

Pengaturan tata letak lif pada lobi yang terkait dengan pembagian zona layanan lif dapat terlihat
pada gambar. Tiap zonal if biasanya melayani 10 - 15 lantai dan 4 zona merupakan batas maksimum. Jika
menggunakan zona lif lebih dari 4, maka harus menggunakan sky lobby (minimum 2 lantai) dan di atas
sky lobby masih dimungkinkan untuk ditambah
2-3 lantai tambahan untuk ruang
mekanik/elektrik.

Bentuk dan Macam Lif


Bentuk dan macam lif tergantung dari fungsi dan kegunaan gedung. Bermacammacam lif
menurut bentuknya:

a. Lif penumpang (tertutup)


Suatu lif penumpang dengan ukuran, berat dan kecepatan tertentu sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya. Ruang dalam lif disesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan pemilik bangunan.
Kecepatan rendah untuk low zone biasanya melayani bangunan bertingkat tidak lebih dari 10 lantai.
Kecepatan sedang atau tinggi untuk high zone biasanya melayani bangunan bertingkat lebih dari 10
lantai.
b. Lif penumpang (transparan)
Suatu lif penumpang yang ruang dalamnya satu bidang atau lebih berupa kaca tembus supaya
dapat menikmati pemandangan luar (panorama). Bentuk lif ini bermacam-macam, ada yang segilima, segi
empat, bulat dan sebagainya sesuai dengan perkembangan teknologi dan keindahan. Demikian juga ruang
dalamnya dapat diatur atau diubah sesuai dengan keinginan.
c. Lif untuk rumah sakit
Karena fungsinya mengangkut orang sakit, ukuran lif biasanya memanjang dan pintu dapat dibuat
2 arah atau 2 pintu. Untuk bagian dalam lif dapat disesuaikan dengan fungsinya.
d. Lif untuk kebakaran/barang
Ruanganya tertutup dan ruang dalamnya sederhana, khusus untuk kebakaran semua
peralatan/perlengkapan, rangka dan interiornya harus tahan terhadap kebakaran minimal 2 jam. Bukan
hanya rangka dari sangkarnya tetapi dindingdinding luar yang menutupi lubang lif harus juga terbuat dari
dinding yang tahan api. Pintu lif terakhir harus manghadap atau dapat langsung dijangkau dari luar.
Kapasitas lif barang berkisar rata-rata 1-5 ton dengan ukuran dalam antara 1,60 x 2,10 m sampai 3,10 x
4,20 m dan kecepatan lif sekitar 1,5-2 m/detik maximum atau rata-rata 0,25-1 m/detik.\

Kecepatan dan Berat Lif


Dalam peraturan bangunan khususnya untuk lif, ketepatan berangkat dan berhentinya lif
harus tanpa sentakan yang menggangu penumpang sehingga kecepatan dan berat akan menentukan
kenyamanan dalam menggunakan lif.
a. Untuk 4 s.d. 10 lantai, kecepatan 60-150 m/menit.
b. Untuk 10 s.d. 15 lantai, kecepatan 180-210 m/menit.
c. Untuk 15 s.d. 20 lantai, kecepatan 210-240 m/menit.
d. Untuk 20 s.d. 50 lantai, kecepatan 270-360 m/menit.
e. Untuk rumah sakit, kecepatan 150-210 m/menit.

Ukuran berat tergantung dari besar dan jumlah penumpang yang dapat ditampung:
- 4 orang berat 320 kg.
- 8 orang berat 630 kg.
- 13 orang berat 1000 kg dst.
Pemilihan kapasitas lif akan menentukan jumlah lif yang mempengaruhi kualitas pelayanan
gedung terutama proyek komersil. Instalasi lif yang ideal adalah yang menghasilkan waktu tunggu di
setiap lantai yang minimal, percepatan yang nyaman, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan dan
penurunan yang cepat di setiap lantai.

Kriteria kualitas pelayanan lif adalah :


1. Waktu menunggu (interval, waiting time).
2. Daya angkut (handling capacity).
3. Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time).

Waktu menunggu (interval, waiting time)


Kesabaran orang untuk menunggu lif tergantung kepada kota/Negara di mana orang itu berada.
Orang yang tinggal di kota besar biasanya kurang sabar daripada oang yang tinggal di kota kecil. Untuk
proyek komersil misalnya perkantoran diperhitungkan waktu menunggu sekitar 30 detik.

di mana : w = waktu menunggu (detik).


T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik).
N = jumlah lif.
Waktu untuk menunggu lif sangat bermacam-macam tergantung kepada jenis bangunan. Contohnya
sebagai berikut :
a. perkantoran

25-45 detik

b. flat

50-120 detik

c. hotel

40-70 detik

d. asrama

60-80 detik

Daya angkut (handling capacity)


Daya angkut lif tergantung dari kapasitas dan frekuensi pemuatannya. Standar daya angkut untuk
jangka waktu 5 menit waktu sibuk (rush hour).

di mana :
M = waktu menunggu (detik).
T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik). N = jumlah lif.
m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang).
Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time)

Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan sebab perjalanan lif antar lantai pasti tidak akan
mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lif itu sendiri dan pada perjalanan lif non stop,
kecepatan kemampuannya baru tercapai setelah lif bergerak beberapa lantai dahulu.
Secara pendekatan, waktu perjalanan bolak balik lif terdiri dari :
a. Penumpang memasuki lif di lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5 detik/orang dan untuk lif
dengan kapasitas m orang perlu waktu 1,5 m detik
b. Pintu lif menutup kembali ... 2 detik
c. Pintu lif membuka di setiap lantai tingkat ... (n-1)2 detik
d. Penumpang meninggalkan lif di setiap lantai dalam 1 zona sebanyak (n-1) lantai : (n-1) x m/n-1 x 1,5
detik .. 1,5 m detik
e. Pintu lif menutup kembali di setiap lantai tingkat : . (n-2)2 detik
f. Perjalanan bolak balik dalam 1 zona . 2(n-1)h detik s
g. Pintu membuka di lantai dasar 2 detik

di mana : s = kecepatan lif


T = (2h + 4s) (n-1) + s(3m +4) s
T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik). N= jumlah lif dalam 1 zona.
m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang). h = tinggi lantai sampai dengan lantai.
Beban puncak lif
Beban puncak diperhitungkan berdasarkan persentasi empiris terhadap jumlah penghuni gedung, yang
diperhitungkan harus terangkat oleh lif dalam waktu 5 menit waktu sibuk (rush hour).
a. Perkantoran = 4% x jumlah penghuni gedung.
b. Flat = 3% x jumlah penghuni gedung.
c. Hotel = 5% x jumlah penghuni gedung.
Perhitungan jumlah lif dalam 1 zona
Jika beban puncaklif dalam suatu gedung diperhitungkan sebesar P% x jumlah penghuni gedung atas
dasar a m per orang luas lantai netto, maka beban puncak lif :

Anda mungkin juga menyukai