Anda di halaman 1dari 183

PERENCANAAN CORE

( INTI BANGUNAN)

1. Pengertian core (inti bangunan)


Core atau inti bangunan menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat
untuk
meletakan transportasi vertikal dan distribusi energi ( seperti lift, tangga, wc dan
shaft
mekanis ). Dari sumber modul perkulihan teknologi bangunan 5, inti adalah
tempat
untuk memuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta
menambah
kekakuan bangunan.
Jadi kesimpulannya bahwa inti bangunan (core) suatu tempat untuk
meletakan
sistem transportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang disesuaikan
dengan
fungsi bangunan serta untuk menambah kekakuan bangunan diperlukan
sistem
struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan angina
tau
gempa bumi) pada inti.

2. Bentuk Inti Bangunan


Untuk bentuk dan ukuran inti bangunan tidak ada batasannya tetapi inti
bangunan mempunyai beberapa ciri khas yaitu : (Schueller ,1989)
Bentuk inti :
o Inti terbuka
(N)
o Inti tertutup
(B)
o

Inti tunggal dengan kombinasi inti

linear (A) Jumlah inti :


o

Inti

tunggal
o

Inti

jamak
Letak
inti :
o Inti di dalam (C)
o Inti di
sekeliling (J)
o Inti di luar (M)
Susunan inti :
o Inti simetris (F)
o Inti asimetris
(J)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


1

Ir Joni Hardi MT

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Geometri bangunan sebagai penentu bentuk bangunan :


o Langsung (K)
o Tidak langsung (P)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
2

TEKNOLOGI

Sumber : Schueller (1989, hal. 126)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
3

TEKNOLOGI

Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk menara
(tower)
berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu :
1. Inti pada bangunan bentuk bujur sangkar
Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk bangunan
perkantoran

dengan

koridor mengelilingi inti bangunan. Contoh : Gedung Blok


G

DKI,

Gedung

Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One Park Plaza


di

Los

Angleles

Amerika Serikat.

2. Inti pada bangunan bentuk segitiga


Contoh dari inti bangunan dengan bentuk segitiga adalah
Hotel Mandarin di Jakarta, Gedung US Steel di Pittsburg
Amerika Serikat, Riverside Development di Brisbane Australia
dan Central Plaza di Hongkong.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
4

TEKNOLOGI

3. Inti pada bangunan bentuk lingkaran


Menara berbentuk lingkaran biasanya digunakan pada fungsi
hunian (apartemen dan hotel) dengan koridor berada di
sekeliling inti bangunan sebagai akses ke unit-unit hunian.
Contoh dari inti bangunan dengan bentuk lingkaran adalah
ShinYokohama Hotel di Jepang, Marina City di Chicago
Amerika Serikat dan Gedung Tabung Haji di Kuala Lumpur
Malaysia.

4. Inti pada bangunan dengan bentuk memanjang


Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya digunakan
untuk fungsi hotel, apartemen atau perkantoran. Seperti
Gedung Central plaza di Jakarta, Gedung Inland Steel di
Chicago

Amerika

Serikat

merupakan

memanjang dengan inti di luar bangunan.

bangunan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
5

TEKNOLOGI

Adapula inti bangunan yang terletak di sisi bangunan contohnya


adalah Hotel
Atlet Century, Hotel Horizon dan Wisma Metropolitan di Jakarta.

Sedangkan untuk inti yang berada di tengah bangunan


biasanya digunakan untuk fungsi perkantoran. Contohnya
adalah

Wisma

Indocement

di

Jakarta,

Connaught

Center(Jardine House) di Hongkong, Rockefeller Center dan


Chase Manhattan Bank di New York Amerika Serikat.

Selain itu, inti yang terletak di tengah bangunan memanjang


memiliki banyak pola. Contohnya adalah Kantor Depdiknas
(Departemen Pendidikan Nasional) di Jakarta dan Gedung
Phoenix-Rheinrohr di Dusseldorf Jerman.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
6

TEKNOLOGI

5. Inti pada bangunan dengan bentuk silang


Bangunan dengan bentuk silang dan Y,T,H atau V,
merupakan variasi dari bangunan
Bentuk

seperti

ini

dimaksudkan

bentuk

memanjang.

untuk mendapatkan

luas lantai tipikal yang cukup luas tetapi bangunan tetap


dapat memanfaatkan paencahayaan alamiah. Bangunan
dengan bentuk ini banyak digunakan untuk fungsi hotel,
apartemen dan perkantoran. Salah satu contohnya adalah
Gedung Patra Jasa di Jakarta.

6. Inti pada bangunan bentuk Y


Contoh dari inti bangunan dengan bentuk Y adalah Gedung
Unilever di Hamburg jerman, Gedung Unesco di Paris dan
Hotel Duta Merlin di Jakarta.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
7

TEKNOLOGI

7. Inti pada banguanan dengan bentuk acak


Bangunan dengan inti bangunan yang terletak di luar titik
berat massa bangunan dan
kurang
tahan

menguntungkan
gempa.

Contoh

bentuk inti tersebut


Penang

Malaysia

Singapura.

ditempatkan
bagi

dan

acak

perencanaan bangunan

bangunan

adalah

secara

yang

Gedung

menggunakan

MBf

Tower

di

Conrad International Centennial di

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
8

TEKNOLOGI

Perbedaan fungsi bangunan akan mempengaruhi pola letak inti


bangunan.

Pada

bangunan tinggi, luas lantai bersih, sirkulasi dan jaringan utilitas


serta
pencahayaan
menempatkan

pemanfaatan
alamiah

menjadi
letak

pertimbangan

untuk
inti.

Penempatan letak inti bangunan akan memberikan pengaruh


pada bangunan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
9

TEKNOLOGI

3. Bahan Struk

ngunan

Inti dari bahan pembuatnya dapat menggunakan baja, beton


ataupun gabungan keduanya (beton tulang) yang disebut
sebagai inti struktural. Selain itu, inti dari material lain seperti
dinding biasa (batu bata,celcon dll) disebut sebagai inti non
struktural karena tidak terlalu kuat menahan gaya lateral.
Adapun Adapun kelebihan dan kekurangan pada penggunaan
material sebagai penyusun inti structural menurut Schueller
(1989) yaitu :
Untuk inti dari rangka baja bisa manggunakan kudakuda

Vierendeel

untuk

mencapai kestabilan lateral. Sistem Vierendeel ini


cukup

fleksibel

sehingga

hanya digunakan untuk bangunan bertingkat relatif


sedikit.

Pengakuan

diagonal dari rangka Vierendeel digunakan untuk


mencapai kekakuan inti

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
10

TEKNOLOGI

yang diperlukan untuk bangunan yang lebih tinggi. Keuntungan inti


rangka
baja adalah karena relative cepatnya perakitan batang-batang
prefab.

Sumber : Poerbo (2000, hal. 44)

Sebaliknya, inti dari beton menghasilkan ruang selain


juga

memikul

beban

dan pertimbangan khusus terhadap kebakaran tidak


diperlukan.

Ketiadaan

pelenturan pada bahan beton merupakan kelemahannya,


terutama
beban gempa.

terhadap

Yang dimaksud dengan Sistem Vierendeel adalah sistem


struktur yang tampaknya seperti rangka batang yang batang
diagonalnya dihilangkan tetapi ini bukan rangka

batang

sehingga bentuk titik hubungnya sangat kaku. Sistem ini


banyak sekali digunakan pada gedung bertingkat, karena
sangat fungsional ( tidak menggunakan elemen diagonal) dan
lebih efisien (Schodek,1999).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
11

TEKNOLOGI

Sumber : Schodek (1999, hal. 327)

4. Sistem Struktur Inti Bangunan


Sistem yang berkerja pada suatu inti bangunan harus dapat
menahan

gaya

lateral

yang disebabkan oleh banyak sumber seperti gempa atau


beban

baik

beban

bangunan sendiri atau beban dari luar. Untuk itu dibutuhkan


sistem

struktur

yang

dapat menahan gaya tersebut yaitu system struktur dinding


geser

(shear

wall).

Dinding geser (shear wall) adalah unsur pengaku vertikal


yang

dirancang

untuk

menahan gaya lateral atau gempa yang berkerja pada bangunan


(Schueller,1989).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
12

TEKNOLOGI

Sumber : Schueller (1989, hal. 108)


Berdasarkan klasifikasi bentuk dinding geser menurut
Schueller

(1989),

yaitu

Bentuk inti :
o Inti terbuka : bentuk X, I dan [
o Inti tertutup : bujur sangkar, persegi
panjang, bulat dan segitiga
o Inti disesuaikan dengan bentuk bangunan
(10,15,20)
Jumlah inti :
o
Inti
tung
gal
(1,2,
3,4)
o
Inti
terpi
sah
(8,1
9,20
)

o
Inti
bany
ak
(4,1
0,12
)
Leta
k inti
:
o Inti fasade eksterior (9)
o Inti interior : inti fasade (10), inti di dalam
bangunan (1-3, 6-7) o Inti eksentris (4,9)
Sistem interaksi:
o Bersendi : pemberian sendi pada balok rangka untuk memikul beban
gravitasi.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
13

TEKNOLOGI

Sumber : Schueller (1989, hal. 144)

o Vierendeel : pembagian beban pada inti dan struktur rangka.

Sumber : Schueller (1989, hal. 139)

Sumber : Schueller (1989, hal. 139)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
14

TEKNOLOGI

Sumber : Schueller (1989, hal. 138)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
15

TEKNOLOGI

5. Lubang Utilitas (Shaft) dan Jalur Utilitas


Penempatan

inti

bangunan

kemungkinan

akan

berdampak

penempatan

kepada

jalur

distribusi jaringan utilitas, baik pada arah vertikal yang akan


berdampak

pada

rancangan denah bangunan maupun pada arah horisontal


yang

berdampak

pada

potongan bangunan. Selanjutnya, dalam inti bangunan terdapat


sejumlah

ruangan

yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlah keseluruhan luas


inti

bangunan

tidak

melebihi 20% luas tipikal yang ada. Di samping itu, 80% luas
tipikal

masih

perlu

dikurangi dengan jalur sirkulasi horisontal (koridor), sehingga


luas

efektif

bangunan

menjadi berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal digunakan untuk


lubang

utilitas

untuk

sistem Mekanikal dan Elektrikal, yang umumnya dibagi atas


2

zona

distribusi.

Pemisahan lubang untuk ventilasi dan penyegaran udara


bertujuan

agar

tidak

terjadi

konflik atau persilangan antar saluran udara (ducting) yang


perbandingan

panjang

dan lebarnya sekitar 1:2 sampai 1:4 dan bahan pelapisnya


dapat
selama 2 jam.
Contoh :

menahan

api

6. Utilitas di dalam Core


Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan
yang
untuk

digunakan
menunjang

tercapainya

kesehatan,
kemudahan

unsur

kenyamanan,

keselamatan,
komunikasi

dan

Perancangan

mobilitas

dalam

bangunan.

bangunan

harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas


yang

dikoordinasikan

denga perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur,


struktur,

interior

dan

lainnya.
Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari :
1. Perancangan lif.
2. Perancangan tangga darurat.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
16

TEKNOLOGI

3. Perancangan sistem plambing.


4. Perancangan pengolah udara.
5. Perancangan instalasi listrik.
6. Perancangan telepon.
7. Perancangan CCTV dan sekuriti sistem.
8. Perancangan tata suara.
9. Perancangan pembuangan sampah.
6.1. Perancangan lif
Lif (elevator) adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang
atau
suatu

barang
bangunan

yang

persyaratan
membutuhkan
dari

dalam
tinggi

atau

bertingkat.

bangunan
adanya lif

Dalam

yang

adalah

bangunan

lantai

yang

lebih

karena

kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tugas


atau

keperluannya

dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai


dengan 4 lantai.
Berdasarkan fungsinya lif dibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Lif penumpang (passenger elevator) digunakan untuk mengangkut
manusia.
2. Lif barang (fright elevator) digunakan untuk mengangkut barang.
3. Lif uang/makanan (dumb waiters) digunakan untuk
mengangkut barang yang
relative kecil dan ringan seperti uang/makanan.
4. Lif pemadam kebakaran, biasanya berfungsi sebagai lift barang.
Lif yang dipasang dalam bangunan harus mengacu kepada
peraturan-peraturan daerah, Dinas Keselamatan Kerja dan
Dinas

Pemadam

Kebakaran.

Untuk menentukan kriteria

perencangan lif penumpang harus diperhatikan : tipe dan fungsi


dari

bangunan,

banyaknya

lantai,

luas

tiap

lantai

dan

intervalnya. Selain itu perlu dibedakan dari kapasitas (car/kg),

jumlah muatan dan kecepatan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
17

TEKNOLOGI

Makin tinggi bangunannyamakin tinggi kecepatannya. Sedangkan


kapasitas, jumlah
muatan dan kecepatan untuk masing-masing lif tidak sama
tergantung dari pabrik pembuatnya.
Sistem penggerak dalam elevator juga dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Sistem dengan motor penggerak (tractioan lift) yaitu
mesin dapat berada di atas
(penthouse) atau di bawah (basement), biasanya
digunakan untuk fungsi
bangunan kantor, pertokoan, hotel, apartemen, rumah sakit
dan sebagainya. Untuk kecepatannya, motor di atas
adalah antara 2,5 sampai 9 meter/detik sedangkan motor
di

bawah

adalah

sekitar

meter/detik.

Dalam

penggunaannya lif dengan motor di atas lebih baik


daripada di bawah karena pergerakan lif sangat halus,
efisien dan hemat energi listrik.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
18

TEKNOLOGI

2. Sistem dengan dongkrak hidrolik (hydraulic) yaitu mesin di bawah,


biasanya
digunakan untuk bangunan 3 - 4 lantai untuk mengangkut
uang/makanan.
Untuk kecepatan
meter/detik dan

lifnya

antara

0,30

sampai

0,90

kapasitasangkut maksimum 10 ton (dengan tuas tunggal) dan


dapat
mangangkut sampai dengan 50 ton
(dengan tuas ganda). Lif hidrolik ini
mempunyai karakteristik yaitu :
a. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan.
b. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah.
c. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit.
d. Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif.
e. Sangat baik untuk mengangkut beban berat.
f. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat.
g. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight).
h. Menimbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan
dengan lif yang
digerakan oleh motor traksi.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
19

TEKNOLOGI

Berdasakan anatomi lif sendiri dibedakan menjadi 3 bagian :


a. Lif pit
Tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa
buffer

sangkar

dan

buffer beban pengimbang. Karena letaknya paling


bawah,

lif

pit

harus

dibuat

dari dinding yang tidak rembes air. Ukuran luas dan


kedalaman

tergantung

dari ukuran kereta dan kedalamannya dipengaruhi oleh


kecepatan

lif

dan

tingginya bangunan.
b. Ruang luncur Hoistway
Tempat meluncurnya sangkar/kereta lif, tempat pintupintu
tempat

masuk

kereta

meluncurnya

weight)

beban

lif,

pengimbang

dan

(counter

tempat

meletakan rel - rel peluncur dari kereta lif dan beban


pengimbang. Dari
materialnya terbuat dari dinding beton atau batu bata
dengan

rangka

tertentu,

kecuali untuk lif pemadam kebakaran. Ukuran ruang


luncur

tergantung

dari

ukuran kereta lif dan dapat diberikan bukaan untuk pintu


lif. Pintu lif sangat
mempengaruhi harga lif walaupun jumlah lif tergantung dari
kebutuhan.
Setiap pintu lif diberi tombol - tombol untuk tempat
pemberhentian

kereta

lif

dan di dalam kereta lif terdapat tombol - tombol yang


berhubungan

dengan

pintu lif keluar. Setiap ruang dalam kereta lif secara


standar telah ditentukan
macam,

bentuk

memberikan

dan

tambahan

warnanya
dan

atau

perubahan yang akan

diperhitungkan dalam biaya pembelian kereta lif.


c. Ruang mesin

pemakai

Tempat untuk meletakan mesin/motor traksi lif dan


tempat

panel

kontrol

(mengatur jalannya kereta). Ruangan ini dilengkapi


dengan

pengatur

udara

yaitu exhauster atau alat pendingin yang berguna


menjadikan

ruangan

tersebut tidak panas sehingga panel mesin tersebut tidak


terganggu.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
20

TEKNOLOGI

Letak lif
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
21

TEKNOLOGI

Lif sebagai tempat penghubung antara ruang bawah dan ruang atas
merupakan
suatu tempat yang harus mudah dicapai dari ruangan
disekitarnya.

Oleh

karena

itu, penempatan lif ini harus tepat sehingga dapat melayani


raungan

di

bawah

dengan di atasnya, mudah terlihat, mudah dicapai dan tidak


mengganggu

segi

arsitektur.
Ada beberapa cara untuk meletakkan beberapa lif dalam
satu

bangunan.

dapat

dipasang

tetapi

Lif

berdampingan

atau

berhadapan

kalu

berdampingan

lebih

berhadapan.

dipasang

dari

lif

sebaiknya

Kalau

dipasang

dipasang

berhadapan akan timbul suatu masalah mengenai jarak


antara

lif

lif

yang

berhadapan. Hal ini akan diatur sesuai dengan fungsi


dan

kegunaan

dari

bangunan tersebut.
Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai,
dianjurkan

untuk

membagi

layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani,


konsep
tiap

zona

zona,
dilayani

pembagian

oleh

dimana
sejumlah lif tertentu. Jika

zona

ini

masih

mengakibatkan jumlah lif tetap banyak, dapat digunakan


sejumlah

lif

dengan

pintu masuk terpisah dan ditempatkan pada lantai transfer


yang

sky

disebut

lobby. Sky lobby ini digunakan untuk tempat transfer dari


zona

yang

lebih

ke zona di atasnya. Disamping itu,


dapat

digunakan

rendah
sky

lobby ini

untuk

menampung sementara pada kondisi darurat (kebakaran) dan


kebutuhan

aktifitas

lainnya,

seperti

ruang

pengkondisian

mekanikal

elektrikal

udara

(mesin

dan

pompa air), bak penampungan air (reservoir), restoran,


lobby

hotel,

ruang

pengelola, ruang rapat, kolam renang dan lain - lain. Untuk


strukturnya,

lanytai

sky lobby harus kaku dan kokoh agar dapat mengatasi


gaya

lateral

yang

diakibatkan oleh angin atau gempa bumi.


Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang
diperlukan

meningkat

sebanding dengan jumlah lantai yang dilayani(di atas 20%


luas

lantai).

tersebut

terjadi

beberapa

pada

Jika
bangunan

hal

hal
tinggi,

yang

maka

ada

harus

dilakukan :
a. Sejumlah lantai harus dibagi menjadi beberapa zona :
zona I melayani
sejumlah lantai zona bawah, zona II melayani sejumlah
lantai zona tengah dan
zona

III

melayani

sejumlah

zona

atas.

Dengan

pembagian zona tersebut, beban lif menjadi berkurang.


Namun

pembagian zona

tidak memberikan dampak

pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada


di lantai yang sama, yang letaknya di atas zona III.
b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai bagian
atas, gedung dibagi
menjadi beberapa lobi yang ditempatkan pada lantai
tertentu.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
22

TEKNOLOGI

Selanjutnya,

lif

kecepatan

dengan

kapasitas

tinggi

besar

dan

melayani

penumpang dari lobi utama di lan tai dasar ke sky lobby


atau

sky

dari

lobby yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky


lobby

orang

dapat

pindah

dengan menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang


melayani

zona

di

atasnya. Konsep ini memungkinkan dikuranginya ruang


yang

digunakan

untuk

lubang lif, sebab alur perjalanan lif tidak perlu setinggi


bangunan.

Penggunaan

sky lobby ini memungkinkan bangunan berfungsi


ganda,

seperti

memuat

apartemen/hotel di bagian atas, perkantoran di bagian


tengah

dan

fasilitas

perbelanjaan serta parker di bagian tengah.


PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
23

TEKNOLOGI

c. Jika penggunaan sky lobby belum juga memenuhi ketentuan luas


inti yang
disyaratkan, maka dapat digunakan lif double decker.

Pengaturan tata letak lif pada lobi yang terkait dengan


pembagian

zona

layanan

lif dapat terlihat pada gambar. Tiap zonal if biasanya


melayani 10 - 15 lantai dan

4 zona merupakan batas maksimum. Jika menggunakan


zona

lif

lebih

dari

4,

maka harus menggunakan sky lobby (minimum 2 lantai)


dan di atas sky lobby

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
24

TEKNOLOGI

masih dimungkinkan untuk ditambah 2-3 lantai tambahan untuk


ruang
mekanik/elektrik.

Bentuk dan Macam Lif


Bentuk dan macam lif tergantung dari fungsi dan kegunaan
gedung. Bermacammacam lif menurut bentuknya:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
25

TEKNOLOGI

a. Lif penumpang (tertutup)


Suatu

lif

kecepatan

penumpang

dengan

ukuran,

tertentu

berat

dan

sesuai

dengan fungsi dan kegunaannya. Ruang dalam lif


disesuaikan

dengan

kebutuhan atau keinginan pemilik bangunan. Kecepatan


rendah

low

untuk

zone biasanya melayani bangunan bertingkat tidak


lebih

dari

10

lantai.

Kecepatan sedang atau tinggi untuk high zone biasanya


melayani

bangunan

bertingkat lebih dari 10 lantai.


b. Lif penumpang (transparan)
Suatu lif penumpang yang ruang dalamnya satu bidang
atau

lebih

berupa

kaca tembus supaya dapat menikmati pemandangan luar

(panorama).

Bentuk

lif ini bermacam-macam, ada yang segilima, segi empat,


bulat dan sebagainya
sesuai dengan perkembangan teknologi dan keindahan.
Demikian juga ruang dalamnya dapat diatur atau diubah
sesuai dengan keinginan.
c. Lif untuk rumah sakit
Karena fungsinya mengangkut orang sakit, ukuran lif
biasanya memanjang dan pintu dapat dibuat 2 arah atau
2 pintu. Untuk bagian dalam lif dapat disesuaikan
dengan fungsinya.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
26

TEKNOLOGI

d. Lif untuk kebakaran/barang


Ruanganya tertutup dan ruang dalamnya sederhana,
khusus untuk kebakaran semua peralatan/perlengkapan,
rangka dan interiornya harus tahan terhadap kebakaran
minimal 2 jam. Bukan hanya rangka dari sangkarnya tetapi
dindingdinding luar yang menutupi lubang lif harus juga
terbuat dari dinding yang tahan api. Pintu lif terakhir
harus manghadap atau dapat langsung dijangkau dari
luar. Kapasitas lif barang berkisar rata-rata 1-5 ton dengan
ukuran dalam antara 1,60 x 2,10 m sampai 3,10 x 4,20 m
dan kecepatan lif sekitar 1,5-2 m/detik maximum atau
rata-rata 0,25-1 m/detik.

Kecepatan dan Berat Lif


Dalam

peraturan

ketepatan

bangunan

khususnya

berangkat

untuk

lif,

dan

berhentinya lif harus tanpa sentakan yang menggangu


penumpang

sehingga

kecepatan dan berat akan menentukan kenyamanan dalam


menggunakan lif.
a. Untuk 4 s.d. 10 lantai, kecepatan 60-150 m/menit.
b. Untuk 10 s.d. 15 lantai, kecepatan 180-210 m/menit.
c. Untuk 15 s.d. 20 lantai, kecepatan 210-240 m/menit.
d. Untuk 20 s.d. 50 lantai, kecepatan 270-360 m/menit.

e. Untuk rumah sakit, kecepatan 150-210 m/menit.


Ukuran

berat

tergantung

dari

besar

dan

jumlah

penumpang yang dapat ditampung:


- 4 orang berat 320 kg.
- 8 orang berat 630 kg.
- 13 orang berat 1000 kg dst.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
27

TEKNOLOGI

Pemilihan kapasitas lif akan menentukan jumlah lif yang


mempengaruhi

kualitas

pelayanan gedung terutama proyek komersil. Instalasi lif


yang

ideal

adalah

yang

menghasilkan waktu tunggu di setiap lantai yang minimal,


percepatan

yang

nyaman, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan dan


penurunan

yang

cepat

setiap lantai.
Kriteria kualitas pelayanan lif adalah :
1. Waktu menunggu (interval, waiting time).
2. Daya angkut (handling capacity).
3. Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time).

di

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
28

TEKNOLOGI

Waktu menunggu (interval, waiting time)


Kesabaran orang untuk menunggu lif tergantung kepada
kota/Negara di mana orang itu berada. Orang yang tinggal
di kota besar biasanya kurang sabar daripada oang yang
tinggal di kota kecil.
Untuk

proyek

komersil

misalnya

perkantoran

diperhitungkan waktu menunggu sekitar 30 detik.

w=

T
N
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
29

TEKNOLOGI

di mana : w = waktu menunggu (detik).


T = waktu perjalanan
bolak balik lif (detik). N
= jumlah lif.
Waktu untuk menunggu lif sangat bermacam-macam
tergantung kepada jenis bangunan. Contohnya sebagai
berikut :
a. perkantoran

25-45 detik

b. flat

50-120 detik

c. hotel

40-70 detik

d. asrama

60-80 detik

Daya angkut (handling capacity)


Daya angkut lif tergantung dari kapasitas dan frekuensi
pemuatannya. Standar daya angkut untuk jangka waktu 5
menit waktu sibuk (rush hour).
5 x 60 x= 5 x 60 x m x= 300 x
M
N
mxN
=m
w

T
T

di mana : M = waktu menunggu (detik).


T = waktu perjalanan
bolak balik lif (detik). N
= jumlah lif.
m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang).
Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time)
Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan sebab
perjalanan lif antar lantai pasti tidak akan mencapai
kecepatan yang menjadi kemampuan lif itu sendiri
pada

perjalanan

lif

non

stop,

dan

kecepatan

kemampuannya baru tercapai setelah lif bergerak beberapa


lantai dahulu.

Secara pendekatan, waktu perjalanan bolak balik lif terdiri dari :


a. Penumpang memasuki lif di lantai dasar yang memerlukan
waktu
1,5
detik/orang dan untuk lif dengan kapasitas m orang
perlu

waktu

1,5

detik
b. Pintu lif menutup kembali ... 2
detik
c. Pintu lif membuka di setiap lantai tingkat ... (n1)2 detik
d. Penumpang meninggalkan lif di setiap lantai dalam 1
zona sebanyak (n-1)
lantai : (n-1) x m/n-1 x 1,5 detik
.. 1,5 m detik
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
30

TEKNOLOGI

e. Pintu lif menutup kembali di setiap lantai tingkat : . (n2)2 detik


f.

Perjalanan bolak balik dalam 1 zona . 2(n-1)h


detik

s
g. Pintu membuka di lantai dasar 2
detik
Jumlah

T=

detik

(2h + 4s) (n-1) +


s(3m
+4)
s

di mana : s = kecepatan lif


T = waktu perjalanan
bolak balik lif (detik).
N= jumlah lif dalam 1
zona.
m = kapasitas lif dan daya
angkut (75 kg/orang). h =
tinggi lantai sampai dengan
lantai.

Beban puncak lif


Beban
empiris

puncak

diperhitungkan

terhadap

jumlah

berdasarkan

penghuni

persentasi

gedung,

yang

diperhitungkan harus terangkat oleh lif dalam waktu 5 menit


waktu sibuk (rush hour).
a. Perkantoran

= 4% x jumlah penghuni gedung.

b. Flat

= 3% x jumlah penghuni gedung.

c. Hotel

= 5% x jumlah penghuni gedung.

Perhitungan jumlah lif dalam 1 zona


Jika beban puncaklif dalam suatu gedung diperhitungkan
sebesar

P%

jumlah

penghuni gedung atas dasar a m per orang luas lantai


netto,

maka

beban

puncak lif :
P(a-k)n

L=

di mana : P = Persentasi empiris beban puncak lif (%).


T = luas lantai kotor per tingkat (m).
n = jumlah lantai.
k = luas inti gedung (m).
a = luas lantai
netto per orang (m).
sedangkan : k = 5 x N x m
x 0,3 = 1,5 mN
mak
a:

L
=

P(a-1,5 mN)n

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
31

TEKNOLOGI

LP
=
(
2
a
3
m
N
)
n

2
a

daya angkut N lif dalam waktu 5 menit :

M
5 x 60 x 5 x 60 x m x 300 x
=
=
=
m
N
m x
w

N
T

persamaan : L = M
P(2a-3 mN)n = 300 x m x N
2a

N=

T
2anTP_____

3m (200a + nTP)

di mana : P = Persentasi empiris beban puncak lif (%).


T = luas lantai kotor per tingkat (m).
n = jumlah lantai.
a = luas lantai netto per orang (m).
T = waktu perjalanan
bolak balik lif (detik). N

= jumlah lif dalam 1


zona.
Korelasi jumlah lantai 1 zona
kapasitas dan jumlah lif Daya
angkut lif dalam 5 menit:

M5 x 60 x m=300 m
= w
w
Beban
puncak lif :

Luas lantai netto dalam 1 zona


L = P% x
=
Luas
lantai

netto

per orang

L=P

na
a

di mana : na adalah luas lantai


netto dalam 1 zona. Persamaan
:M=L

300 m = P na
w
a

300 mN =
T

naP

N anTP__
=
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
32

TEKNOLOGI

300a m
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif 1 zona
Suatu bangunan bertingkat yang berfungsi sebagai tempat bangunan
umum.
Jumlah lantai

: 14 lantai

Luas lantai

: 1200 m/lantai

Tinggi lantai ke lantai

: rata-rata 4 m

Standar perhitungan kereta/lif yang digunakan.


- P untuk bangunan umum = 5-13% maks.
- Ruang gerak orang pada bangunan umum 6-10 m per orang.
- Kecepatan kereta untuk bangunan 14 lantai = 180 - 210 m/menit.
- Kapasitas penumpang (type 21) = 21 orang.
- Jumlah penumpang = 80% (20% untuk core/inti) x 21 orang = 17
orang.
Beban puncak lif/kereta

L
P
=
(
a
1
,
5
m
N
)
n
a

=
5
%
(1

20
01,5
N)
14
6
=
5
%
(1
20
01,5
N)
14
6
= 140 - 2,975 N
Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit

M300 mN
= T
Sedangkan :

T = (2h + 4s) (n-1) + s(3m +4)


s

untuk : s = 210
m/menit = 3,5
m/detik
m = 17
orang
h=4
n = 14 lantai
maka : T = (2h +
4s) (n-1) + s(3m
+4)

s
T = (2 x 4 + 4 x 3,5)
(14-1) + 3,5(3 x 17 +4)
3,5

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
33

TEKNOLOGI

T = 136,7 detik
j M
a =
d
i
:

300 mN

M
300 x 17N
= 136,7
37,31 N
M
=
Persamaan : M = L
37,31
N=
140 2,975
N
N=
3,475
~ 4 lif
w = T/N = 136,7/4 = 34,2 detik
> w min = 30 detik
< w max = 45 detik

Perhitungan jumlah lif zona banyak (multi zone system)


Untuk

meningkatkan

bangunan

efisiensi

bangunan,

perancang

berusaha

memperkecil volume gedung yang dipergunakan untuk


sirkulasi

vertikal,

terutama dalam bangunan tinggi (lebih dari 20 lantai). Juga

untuk

memperpendek

waktu perjalanan bolak balik lif yang memperpendek


waktu

menunggu

lif

terutama di lantai dasar.


Untuk

tujuan

itulah,

biasanya

perancang

bangunan

menggunakan zoning lif artinya pembagian kerja kelompok


lif, misalnya 4 buah lif bekerja di lantai 1-15 sedangkan 4
buah lif lainnya bekerja di lantai 16-30 dsb.
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif zona banyak
Suatu bangunan bertingkat yang berfungsi sebagai tempat bangunan
umum.
Jumlah lantai
lantai)

: 30 lantai (zona 1 = 15 lantai dan zona 2 = 15

Luas lantai

: 1200 m/lantai

Tinggi lantai ke lantai

: rata-rata 3,6 m

Standar perhitungan kereta/lif yang digunakan.


- P untuk bangunan umum = 5-13% maks.
- Ruang gerak orang pada bangunan umum 6-10 m per orang.
- Kecepatan kereta untuk bangunan 15 lantai = 4 m/detik
- Kapasitas penumpang = 20 orang.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
34

TEKNOLOGI

Perhitungan zona 2
Waktu perjalanan bolak balik lif dengan kecepatan s2 = 5 m/detik.
T2 = 2(n1-1)h + (2h + 4s2) (n2-1) + s2 (3m +4)
s2

s2

T2 = 2h(n1-1) + (2h + 4s2)


(n2-1) + s2 (3m +4)
s2
u
nt
u
k
:
s
1
=
3
m
/d
et
ik

s
2
=
5
m
/d
et
ik
m
=

2
0
o
r
a
n
g

h
=
3
,
6
n
1
=
1
5
l
a
n
t
a
i

n
2
=

1
5
l
a
n
t
a
i

maka : T2 = 2h(n1-1) + (2h + 4s2)


(n2-1) + s2 (3m +4)
s2
T2 = 2.3,6(15-1) + (2.3,6 + 4.5)
(15-1) + 5 (3.20 +4)
5
T2 = 160,32 detik

Beban puncak lif zona 2


L
2
=
P
(
2
a
3
m
N

)
n
2

2
a

u
n
t
u
k
:
P
=
4
%

a
=
1
2
0
0
a

=
4
m

/
o
r
a
n
g

m
=
2
0
o
r
a
n
g
/
l
i
f

n
2
=

1
5
l
a
n
t
a
i

maka :
L2 =
P(2a-3
mN)n2
2a
L2 = 4%(2.1200-3 .20N)15
2.4
L2 = 180 - 4,5 N

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
35

TEKNOLOGI

Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit

M
300 mN
T2

300.20N

M160,32
37,425 N
=
M
=
Persamaan : M = L
37,4
25
N=
180
4,5
N
N=
4,29
~5
lif
w = T/N = 160,32/5 = 32,06 detik
> w min = 30 detik
< w max = 45 detik
Perhitungan zona 1
Waktu perjalanan bolak balik lif dengan kecepatan s2 = 5 m/detik.
T1 = (2h + 4s1) (n1-1) + s1 (3m +4)
s1
u

nt
u
k
:
s
1
=
3
m
/d
et
ik

s
2
=
5
m
/d
et
ik
m
=
2
0
o
r
a
n
g

h
=
3
,
6
n
1
=
1
5
l
a
n
t
a
i

n
2
=
1
5
l
a
n
t
a
i

maka : T1 = (2h + 4s1)


(n1-1) + s1 (3m +4)
s1
T1 = (2.3,6 + 4.3)
(15-1) + 3(3.20
+4)
3
T1 = 153,6 detik

Beban puncak lif zona 2


L
1
=
P
(
2
a
3
m
N
)
n
1

2
a


PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
36

TEKNOLOGI

untuk : P = 4%
a = 1200
a

=
4
m

/
o
r
a
n
g

m
=
2
0
o
r
a
n
g
/
l
i
f

n
1
=
1
5
l
a
n
t
a
i

maka :
L2 =
P(2a-3
mN)n2
2a
L2 = 4%(2.1200-3 .20N)15
2.4
L2 = 180 - 4,5 N
Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit

M
=
M
=
M

300 mN

300.20N

T1

153,6
39,0625 N
Persamaan : M = L
39,06
25 N
=
180 4,5 N

N=
4,13
~ 5 lif
w = T/N = 153,6/5 = 30,72 detik
> w min = 30 detik
< w max = 45 detik
Jadi : zona 1 dan 2 terdapat 5 lif dengan kecepatan ratarata 3 m/detik dan 5
m/detik.

Perhitungan jumlah lif zona banyak dengan sky lobby


Untuk bangunan yang sangat tinggi dengan jumlah puluhan
lantai

mendekati

100

lantai atau lebih perlu diadakan penghematan volume


inti

gedung

dengan

mengadakan zoning pelayanan lif ditambah lobi antara


(sky

lobby)

yang

dapat

dicapai dari lantai dasar dengan lif express yang langsung


menuju

sky

tersebut.
Sky lobby berfungsi sebagai :

lobby

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
37

TEKNOLOGI

1. Lantai perpindahan untuk menuju lif lokal dalam zona di atasnya.


2. Tempat berkumpul sementara atau mengungsi pada
waktu ada keadaan
darurat (kebakaran,gempa bumi) sambil menunggu
pertolongan.
3. Karena ada lif lokal yang melayani zona-zona, maka
diperlukan ruang mesin
lif langsung di atasnya.
Contoh untuk menghitung kebutuhan lif zona banyak dengan sky lobby
Suatu bangunan bertingkat dengan luas lantai 2190 m dan
jumlah lantai 63 dibagi dalam 5 zona dengan 5 sky
lobby (setiap zona terdiri dari 11 lantai termasuk sky
lobby).
Perhitungan lif lokal
Luas lantai

a= 2190 m

rata-rata

n= 10(tidak termasuk

Jumlah

sky lobby) w = 30

lantai

detik

Waktu

a=

menungg

1814

Luas

a= 4

lantai

m/or

netto

ang

Luas lantai netto


per

orang

Persentasi

P = 4%
h = 3,6 m

penghuni
untuk
puncak
Tinggi

beban
lif
lantai

ke lantai
Kapasitas lif

m = anwP = 18 orang/lif
300a

Kecepatan rata-rata lif


Waktu perjalanan bolak balik
T = (2h +
4s) (n-1) +
s (3m +4)
s
T = (2.3,6 + 4.2)
(10-1) + 2 (3.18
+4)
2
T = 126,4 detik

Jumlah lif lokal


N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

s = 2 m/detik

N=

1814.10. 126,4.4%__
300.4.18

N = 4,25 ~ 5 lif
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
38

TEKNOLOGI

w = T/N = 126,4 /5 = 25,28 detik < w min = 1,5m = 27 detik


dicoba dengan lif lokal dengan
kapasitas

20

orang/lif

maka :
T = (2h +
4s) (n-1) +
s (3m +4)
s
T = (2.3,6 + 4.2)
(10-1) + 2 (3.20
+4)
2
T = 132,4 detik
Jumlah lif lokal
N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

N=

1814.10. 132,4.4%__
300.4.20

N = 4,001 ~ 4 lif
w = T/N = 132,4/4 = 33,1 detik > w min = 1,5m = 30 detik

Jadi setiap zona dilayani lif local sebanyak 4 buah lif dengan kecepatan
rata-rata
2 m/detik dengan kapasitas penumpang 20 orang/lif.

Perhitungan lif express


Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 14

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 2 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
39

TEKNOLOGI

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(14-1)3,6

= 46,8 detik

________________________________________
_______________
T = 114,8 detik

Jumlah lif express :


N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

m
N=

1814.10. 114,8.4%__
300.4.20

N = 3,47 ~ 4 lif

w = T/N = 114,8 /4 = 28,7 detik


Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif
dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan ratarata 2 m/detik.
Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 2
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 26

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 3,5 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
40

TEKNOLOGI

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(26-1)3,6


s

3,5

________________________________________
_______________
T = 119,43 detik

Jumlah lif :
N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

m
N

1814.10. 119,43.4%__

=
300.4.20
N = 3,61 ~ 4 lif
w = T/N = 119,43 /4 = 29,86 detik

= 51,43 detik

Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani

oleh 4 buah lif

dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan ratarata 3,5 m/detik.

Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 3


Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 38

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 5 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(38-1)3,6

= 53,28 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
41

TEKNOLOGI

_______________________________________________________
T = 121,28 detik
Jumlah lif :
N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

m
N

1814.10. 121,28.4%__

=
300.4.20
N = 3,67 ~ 4 lif
w = T/N = 121,28 /4 = 30,32 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani

oleh 4 buah lif

dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan ratarata 5 m/detik.

Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 4

Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 50

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 7 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(50-1)3,6

= 50,4 detik

________________________________________
_______________
T = 118,4 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
42

TEKNOLOGI

Jumlah lif :
N
=
a

n
T
P
_
_

3
0
0
a

m
N 1814.10. 118,4.4%__
=
300.4.20
N = 3,58 ~ 4 lif
w = T/N = 118,4 /4 = 29,60 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif
dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan ratarata 7 m/detik.
Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 5
Luas lantai rata-rata

a= 2190 m

Jumlah lantai

n= 62

Luas lantai netto

a= 1814 m

Luas lantai netto per orang

a= 4 m/orang

w minimum

= 25 detik

w maximum

= 45 detik

Tinggi lantai ke lantai

h = 3,6 m

Kapasitas lif

m = 20 orang/lif

Kecepatan rata-rata lif

s = 8,5 m/detik

Waktu perjalanan bolak balik


- pintu lif membuka di lantai dasar

= 2 detik

- penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15

= 30 detik

- pintu lif menutup kembali di lantai dasar

= 2 detik

- pintu lif membuka dan menutup di sky lobby

= 4 detik

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang

= 30 detik

- perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(62-1)3,6

= 51,67detik

8,5

________________________________________
_______________
T = 119,67 detik

Jumlah lif :
N=

anTP__

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
43

TEKNOLOGI

300a m
N

1814.10. 119,67.4%__

=
300.4.20
N = 3,62 ~ 4 lif
w = T/N = 119,67 /4 = 29,92 detik
Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif
dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan ratarata 8,5 m/detik.

Daya listrik untuk lif

Daya listrik yang diperlukan dalam 1 kelompok lif sangat


tergantung kepada kapasitas, kecepatan dan jumlah lif.
Suatu lif dengan kapasitas m dan kecepatan s m/detik
memerlukan daya sebesar :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
44

TEKNOLOGI

E = 0,75 x m x 75 x
s HP = 0,75 ms kw
75
Sedangkan faktor kebutuhan daya untuk 1 kelompok lif adalah :
Jumlah lif

10

15

20

25

Faktor daya

0,8

0,7

0,7

0,6

0,6

0,5

0,5

0,4

0,4

0,3

Contoh :
Lif dengan kapasitas 3500lb = 1587,6 kg kecepatan 3 m/detik
memerlukan daya listrik sebesar
E = 0,75 x
1587,6 x 3 HP
= 48 HP
75
Untuk 5 lif = 0,67 x 5
x 48 HP = 160 HP
Catatan :
1 orang diperhitungkan 75 kg.
Penggunaan daya listrik oleh lif (10 jam/hari)
kwh = 0,20 x 160 HP x 0,746 kw/HP x 10 jam = 240 kwh

Beban panas ruang mesin lif


Beban panas ruang lif maximum diperhitungkan 1/3 x jumlah
HP di mana 1HP = 2500 Btu (1 Btu = 0,25 kalori).
Temperatur ruang mesin lif harus dipertahankan antara 6090F. Suatu lif dengan kapasitas 2000 lb dan kecepatan 2,5
m/detik memerlukan daya listrik sebesar :
E = 0,75 x 2000 x
0,4536 x 2,5 HP = 23
HP
75

(1 pound = 0,4536 kg; 1 HP = 75 kg m/detik;


1 HP = 0,746 KVA)
Beban panas = 1/3 x 23 x 2500Btu = 19.167 Btu

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
45

TEKNOLOGI

6.2. Perancangan Tangga Kebakaran


Tangga
ruangan

adalah
bawah

suatu

tempat

untuk

menghubungkan

dengan ruangan diatasnya. Selain untuk

menghubungkan ruangan-ruangan tersebut, tangga berfungsi


sebagai tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran
sehingga disebut sebagai tangga kebakaran.
Di dalam sistem pencegahan kebakaran terdapat adanya
klasifikasi bangunanbangunan menurut ketentuan struktur
utamanya terhadap api berdasarkan kepada Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum nomor 02/KPTS/1985, yang mana dibagi dalam
beberapa kelas yaitu :
Kelas A
Struktur

utamanya

harus

tahan

terhadap

api

sekurang-

kurangnya 3 jam. Bangunan kelas A ini biasanya merupakan


bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel, pertokoan,
perkantoran, rumah sakit, bangunan industry, tempat hiburan,
museum dan bangunan dengan penggunaan ganda/campuran.
Kelas B
Struktur

utamanya

harus

tahan

terhadap

api

sekurang-

kurangnya 2 jam. Bangunan kelas B ini biasanya merupakan


bangunan untuk perumahan bertingkat, asrama, sekolah dan
tempat ibadah.
Kelas C
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurangkurangnya 1 jam. Bangunan
kelas C ini biasanya merupakan bangunan yang tidak bertingkat
dan sederhana.
Kelas D
Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur
tersendiri,

seperti

persenjataan/mesin.

instalasi

nuklir

dan

gudang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
46

TEKNOLOGI

Syarat-syarat tangga kebakaran, yaitu :


a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang
mempunyai ketahanan
kebakaran selama 2 jam.

Tangga
beton yang

n dari ruangan-ruangan lain dengan dinding

tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang


mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
47

TEKNOLOGI

c. Bahan-bahan finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak


mudah terbakar dan
tidak licin, pegangan tangga terbuat dari besi.
d. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang).
e. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakaran
selama 2 jam (pintu tahan
api).

f. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua
pintu
lainnya membuka ke arah ruangan tangga, kecuali pintu
paling bawah membuka ke luar dan langsung berhubungan
dengan ruang luar.
g. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel,
kunci dan
pegangan yang juga tahan api. Pintu tidak dapat dibuka
secara otomatis dari ruangan tangga, kecuali pintu paling

atas atau paling bawah.


h. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna
dalam jarak
radius 25 m. Oleh karena itu, diperlukan satu kebakaran
dalam suatu bangunan dengan luas 600 m yang ditempati
50-70 orang.
i.

Supaya asap kendaraan tidak masuk dalam ruangan tangga,

diperlukan : (i)
Exhaust fan, yang berfungsi mengisap asap yang ada di depan
tangga; (ii)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
48

TEKNOLOGI

Pressure fan, yang berfungsi menekan/member tekanan di dalam


ruang tangga
yang lebih besar daripada tekanan pada ruangan luar.
j. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk
arah ke
tangga dengan daya otomatis/emergency.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
49

TEKNOLOGI

Standar perhitungan tangga kebakaran


-

Waktu pengosongan gedung = 5 menit.

Setiap lebar tangga 0,6 m melewatkan 30 orang/menit.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
50

TEKNOLOGI

Setiap lebar tangga minimum 1,20 m melewatkan 60 orang/menit.

Dalam 5 menit melewatkan 300 orang.

- Dengan minimum 2 tangga per lantai, lebar tangga 1,20 m. Dapat


melewatkan
600 orang per 5 menit.
- Dengan satuan luas 4 m untuk gedung perkantoran, luas lantai netto
yang dapat
dilayani = 4 x 600 = 2400 m/lantai.
- Untuk gedung perhotelan atau rumah sakit dengan satuan luas lantai
netto per
orang 5 m, luas lantai netto yang dapat dilayani 5 x 600 = 3000
m/lantai.
- Untuk gedung apartemen atau flat dengan satuan luas lantai netto per
orang 3
m/orang, luas lantai netto yang dapat dilayani 2 tangga lebar
1,20 m = 3 x 600 = 1800 m/lantai.

6.3. Perancangan Sistem Plambing


Sistem peralatan plambing adalah suatu sistem penyediaan atau
pengeluaran

air

ke

tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran


terhadap
daerah

daerahyang

dilaluinya

penghuninya

dan

dapat

dalam

memenuhi

kebutuhan

masalah

air.
Jenis peralatan plambing
Dalam artian khusus, istilah peralatan plambing meliputi :
1. Peralatan untuk penyediaan air bersih/air minum.
2. Peralatan untuk penyediaan air panas.
3. Peralatan untuk pembuangan dan ven.
4. Peralatan saniter (plumbing fixtures).

Dalam artian yang lebih luas, istilah peralatan plambing meliputi :


1. Peralatan pemadam kebakaran.
2. Peralatan pengolah air kotor.
3. Peralatan penyediaan gas.
4. Peralatan dapur.
5. Peralatan untuk mencuci (laundry).
6. Peralatan pengolah sampah.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
51

TEKNOLOGI

7. Berbagai instalasi pipa lainnya.

Syarat-syarat dan mutu bahan plambing


Dalam perencanaan pelaksanaan plambing, harus diperhatikan
syarat-syarat dari bahan plambing, yaitu :
a. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan.
b. Tidak menimbulkan ganguan suara.
c. Tidak menimbulkan ganguan radiasi.
d. Tidak merusak perlengkapan bangunan.
e. Instalasi harus kuat dan bersih.
Selain syarat-syarat di atas, harus pula diperhatikan cara-cara
pemasangan yang baik, seperti penyambungan hubungan dari
pipa-pipa yang besar ke yang kecil atau sebaliknya.
plambing

harus

manggunakan

bahan-bahan

Instalasi

yang

mutu

bahannya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


a. Daya tahan bahan harus tahan lama, minimal 30 tahun.
b. Permukaan harus halus dan tahan air.
c. Tidak ada bagian yang tersembunyi/menyimpan kotoran pada

bahan-bahan

yang

dimaksud.
d. Bebas dari kerusakan, baik secara mekanis maupun yang lain.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
52

TEKNOLOGI

e. Mudah pemeliharaannya.
f. Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku.

Alat-alat pendukung sistem plambing


Di dalam perencanaan sistem plambing, perlu diperhatikan
bahan/alat plambing. Untuk bahannya dapat digunakan pipa
besi tuang (galvanize), pipa PVC dan pipa tembaga (untuk air
panas). Penggunan pipa ini tergantung kepada jenis bangunan
dengan suatu tekanan tertentu sesuai dengan besar dan
tinggi bangunannya. Ukuran pipa yang sering digunakan mulai
dari diameter sampai dengan 2 untuk rumah tinggal dan
sampai dengan 6 untuk bangunan tinggi.
Alat-alat plambing yang merupakan permulaan dari sistem
pembuangan

dari instalasi dapat berupa keran, kloset,

wastafel (lavatory), urinoir, bidet, bath tub, shower dan


lain-lain.

Sistem penyediaan air bersih


Air

yang

merupakan

pelengkap

suatu

kebutuhan

manusia

yang

adalah

harus

disediakan dalam alat plambing. Air menurut kebutuhannya


dapat

dibagi

menjadi

air

bersih (air dingin atau air panas) dan air kotor (air sisa, air
limbah,

air

hujan

dan

air

limbah khusus). Air bersih atau disebut juga air minum yaitu air
yang
dan

dapat
digunakan

untuk

diminum
kebutuhan

sehari-hari.

Agar

air

bersih/air
mangganggu

minum
kesehatan

berhubungan

manusia
dengan

tidak
dan

peralatan

yang

air,

maka diperlukan syarat-syarat fisik, kimia dan bakteriologis


yang

ditentukan

oleh

dinas kesehatan.
Syarat-syarat fisik air bersih :
a. Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
b. Mempuyai suhu kira-kira 10-20 C.
c. Memenuhi syarat kesehatan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
53

TEKNOLOGI

Sumber air bersih


Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam
tanah. Biasanya terdapat pada daerah-daerah yang bergunung
berapi sebagai mata air sungai. Air sungai dimanfaatkan oleh
masyarakat

untuk

memenuhi

kebutuhannya

sehari-hari.

Adapun air dari mata air pegunungan juga di manfaatkan oleh


perusahaan untuk masyarakat yang memerlukan air bersih.
Untuk mengambil air bersih di dalam tanah, dapat dilakukan
dengan cara membuat galian sumur yang kedalamannya
tergantung kepada tinggi permukaan air tanah yaitu sekitar 5-15
m.

Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah :


a. Sumur pompa/sumur galian = 5-15 m.
b. Sumur pompa dengan mesin = 15-40 m.
c. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50-100 m.
d. Sumur pompa dalam/deep well = 100 m lebih.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
54

TEKNOLOGI

Kebutuhan air
Kebutuhan air dalam bangunan sangatlah bermacam-macam, yaitu :
a. Keperluan-keperluan :
1. Untuk minum, memasak/dimasak.
2. Untuk keperluan mandi, buang air kecil dan besar.
3. Untuk mencuci pakaian, cuci tangan/badan, cuci peralatan dan
perlengkapan.
4. Untuk proses seperti industri.
b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi :
1. Air panas.
2. Water cooling/AC.

3. Kolam renang dan air mancur/taman.


PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
55

TEKNOLOGI

c. Kebutuhan yang sifatnya tetap :


1. Air untuk hydran.
2. Air untuk sprinkler.
d. Kebutuhan air cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan.

Sistem pemipaan plambing


Sistem pemipaan dalam bangunan menurut cara pengaliran
airnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Sistem Horisontal
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
56

TEKNOLOGI

Sistem pemipaan air secara horisontal adalah suatu sistem


pemipaan yang
banyak digunakan untuk mengalirkan kebutuhan air pada
suatu

bangunan perumahan/tempat tinggal yang tidak

bertingkat.Ada 2 cara yang dipakai untuk sistem pemipaan


horizontal yaitu:
a. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir.
Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang
lebih efisien dan kerugiannya adalah daya pancar pada
titik keran air tidak sama, semakin jauh semakin kecil daya
pancar airnya.
b. Pemipaan yang melingkar atau membentuk cincin.
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa yang
banyak

karena

kekuatan

daya pancar air ke semua titik akan menghasilkan daya


pancar yang sama.

2. Sistem Vertikal
Sistem

pemipaan

system

air

secara

pemipaan

vertikal

merupakan
yang

digunakan pada bangunan bertingkat tinggi. Cara kerja


system

ini

adalah

dengan

menampung air terlebih dahulu pada tangki air (ground

reservoir)

yang

terbuat

dari beton dengan kapasitas sesuai dengankebutuhan


air

pada

bangunan

tersebut. Kemudian air air dialirkan dengan menggunakan


pompa

untuk

langsung

menuju ke titik-titik keran yang diperlukan. Sistem ini lebih


menguntungkan

pada

penggunan pipa tetapi sering mengalami kesulitan kalau


sumber

tenaga

listrik

untuk pompa mengalami pemadaman. Adapun cara lainnya


yaitu

menggunakan

pompa yang di tempatkan di atas bangunan kemudian dari


tangki,

air

dialirkan

ke

titik-titik keran yang diperlukan dengan menggunakan sistem


gravitasi/diturunkan
secara langsung. Pada titik-titik tertentu yang jaraknya kurang
dari 9 m dari tangki
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
57

TEKNOLOGI

digunakan alat tambahan untuk memperkuat daya pancar air,


misalnya
menggunakan pompa tekan.

Penyimpaan air bersih


Untuk penyimpannan air bersih dari pompa atau perusahaan
air,

volume

air

harus

disesuaikan dengan keperluan penggunanya dihitung per 8 jam.


Untuk

menyimpan

air bersih tersebut dapat mengunakan ground reservoir


dan

tangki

Ground

air.

reservoir/ tangki bawah tanah ini memerlukan ruangan yang


besar
pompa

seperti
dan

penunjangnya.

ruang

ruang

pengurasannya
Untuk

sebagai

ruang

memenuhi

persyaratan kesehatan sebagai tempat penyimpanan air maka


digunakan

bahan

dari

beton. Sedangkan tangki air yang berada di atas atap bangunan


harus

terbuat

dari

bahan yang ringan/bukan beton seperti fibre glass tau plat-plat


baja

yang

terdiri

dari

komponen plat yang disusun sedemikian rupa sehingga


membentuk

kotak

sesuai

dengan ukuran yang dikehendaki.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
58

TEKNOLOGI

Sistem pembuangan air kotor


Air buangan/air kotor adalah air bekas pakai yang dibuang. Air
kotor ini dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan
hasil penggunaannya yaitu :
a. Air bekas buangan : air yang digunakan untuk mencuci,
mandi

dan

bermacam-

macam kebutuhan lainnya.


b. Air limbah : air untuk membersihkan limbah/kotoran.
c. Air hujan : air yang jatuh di atas permukan tanah dari proses alam.
d. Air limbah khusus : air bekas cucian dari kotoran dari
peralatan tertentu dan
tempat tertentu seperti rumah sakit, pabrik, restoran dan
laboratorium.
Untuk membuang dan mengalirkan air kotor ini, ada yang
digabung pembuangannya
dan ada yang harus dipisahkan serta diproses tersendiri. System
air kotor plambing
harus diperhatikan cara pembuangan dan penyambungannya
agar tidak terjadi
perembesan yang berakibat mencemarkan lingkungan.
Selain itu, pipa-pipa

dibuat/dipasang dalam ukuran yang besar mulai dari diameter 3


sampai dengan 6
dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengaliran air
kotor tersebut.
Sistem pembuangan air bekas
Macam-macam air bekas di sini adalah air bekas cucian dari
pakaian,

peralatan,

kendaraan, peralatan masak dan bekas cucian lainnya. Untuk


pipa

pembuangannya

dapat menggunakan pipa PVC (vertikal) atau pipa beton


(horisontal).
bahwa

panjang

Mengingat
PVC

pembuangan

air

400

cm,

maka

bekas,

sistem

pemipaan

baik

vertikal atau horisontal diusahakan setiap 400 cm dibuat


sambungan/dihubungkan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
59

TEKNOLOGI

dengan pipa-pipa lainnya. Untuk pipa vertikal, sambungannya


mempunyai sudut
lebih kecil dari 90 sehingga tidak terjadi balik. Dan untuk
horisontal,

sambungannya

sudutnya harus lebih besar dari 90 atau dengan cara lain


menggunakan bak control.
Sistem pembuangan air limbah
Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur dengan
kotoran/limbah.
limbah

Air

ini

tidak

diperbolehkan

sembarangan/saluran

air

dibuang

tetapi

harus

ditampung ke dalam bak penampungan. Saluran air limbah


di

tanah/

di

dasar

bangunan dialirkan dengan jarak sependek mungkin dan


tidak

diperbolehkan

membuat belokan tegak lurus. Pipa dengan sudut kemiringan


0,5-1%

ke

penampungan

dalam

atau

yang

penampungan

disebut

bak
septic

tank.

ini

Bak

tidak

diperbolehkan dicampur dengan air bekas buangan apalagi


yang

mengandung

sabun.
Untuk bangunan rumah tinggal, diperlukan satu atau dua septic tank
dengan volume
1-1,5

dengan

bangunan

dibuat

perembesannya.

yang

Untuk

banyak

penghuninya, diperlukan septic tank dengan ukuran besar


yang

sering

disebut

sebagai pengolah limbah (sewage treatment). Sewage


Treatment

Plant

(STP)

adalah

tempat pengolahan limbah yang jumlah kotorannya cukup


banyak.

Kemudian

limbah

yang terkumpul diolah secara mekanis, diaduk dan diberi


udara

agar

bakteri

yang

bekerja mengolah limbah dapat hidup dengan baik serta


dapat

memproses

limbah/kotoran tersebut. Hasil dari pengolahan limbah harus


diberi

zat

pembersih

sehingga air bekas pengolahan limbah dapat dialirkan melalui


saluran

pembuangan

kota atau digunakan kembali seperti menyiram tanaman dan


mendinginkan

alat

pendingin (AC).
Sewage Treatment Plant (STP) dapat diletakan di luar
bangunan,

di

halaman

atau

di

bawah lantai dari toilet yang terendah. Jika diletakan di dalam


Sewage

bangunan

Treatment Plant (STP) ini harus dapat dimasuki oleh orang


untuk
sehingga

mengontrol
diperlukan

adanya

penerangan

dan

sistem

pengudaraaan yang baik.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
60

TEKNOLOGI

Sistem pembuangan air limbah khusus


Air limbah khusus adalah air bekas buangan yang berasal dari
kebutuhan

khusus

seperti restoran, pabrik, industry, bengkel, rumah sakit dan


laboratorium.

Air

limbah

khusus ini harus ditampung di tempat tertentu dengan bak


penampungan sendiri, lalu
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
61

TEKNOLOGI

dapat dibuang bersama-sama dengan air bekas biasa. Sebagai contohnya


adalah
limbah yang berasal dari restoran, air limbah yang berasal dari
tempat ini banyak mengandung lemak, sedangkan lemak sendiri
tidak dapat menyatu dengan air bekas buangan. Oleh karena itu,
diperlukan adanya bak penampungan untuk menangkap lemak
tersebut yang dinamakan grease trap.
Sistem pembuangan air hujan
Air hujan adalah air yang berasal dari awan yang jatuh ke
permukaan

tanah/bumi.

Air

hujan dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Mengingat bahwa air


hujan

yang

dialami

olehsetiap bangunan tidak sama, tergantung kepada letak dan


kondisi

bangunan

berada, maka untuk penyalurannya diperlukan adanya pipa


plambing

tersendiri

yang

dihitung dan diukur dari atap yang menerima air hujan tersebut.
Untuk

rumah

tinggal

atau bangunan perumahan, air hujan disalurkan melalui


pipa

vertikal

dengan

diameter 3 yang diteruskan ke saluran horisontal denagan


kemiringan

0,5-1%

dengan jarak terpendek menuju ke saluran air lingkungan.


Air

hujan

tersebut

disalurkan dengan pipa tersendiri dengan saringan khusus yang


terpisah

dengan

air

bekas. Untuk daerah yang penyerapan air tanahnya cukup


baik,

dibuatlah

bak

penampungan air hujan, lalu diserap oleh tanah gembur


dengan
dari

pasangan

penampungan

dasar
koral

yang
dan
air

ijuk.

terdiri
Tujuan

dibuatnya

hujan

bak

ini

adalah agar air hujan yang datang tidak terbuang dengan


percuma

ke

selokan

lingkungan, melainkan meresap sehingga tanah menjadi daerah

yang

mengandung

banyak air yang nantinya akan digunakan untuk kebutuhan air di


daerah tersebut.

Air hujan yang jatuh pada atap bangunan tinggi harus dibuat
sistem

pemipaan

yang

dapat mengalirkan air hujan di atap menuju ke tanah. Pipa air


hujan tersebut
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
62

TEKNOLOGI

dipasang secara vertikal pada shaft supaya dapat dibuang sejajar dengan
pipa-pipa
plambing lainnya. Pipa ini dipasang sesuai dengan luas atap
yang menampung air hujan

tersebut.

Dalam

menghitung

besar pipa pembuangan air hujan, harus diketahui luasan


atap yang menampung air hujan tersebut.

Untuk menghitung jumlah dan besar pipa tegak untuk air hujan,
dapat dicari dengan cara sebagai berikut :
Contoh :
Luas atap = 1200 m.
Hujan

rata-rata

di

Indonesia

antara

300-500

mm/m/jam = 5-8 liter/menit. Curah hujan = 1200 m


x 5-8 liter/menit = 6000-9600 liter/menit.
Karena luas atapnya 1200 m, maka diameter pipa yang efisien
menurut table adalah
berukuran 6 yang dapat mengalirkan air dengan kapasitas +/1610 liter/menit.
Jika curah hujan = 8000 liter/menit, maka air hujan akan mengalir
dalam waktu 1 x 6
= 8000 : 1610 = 5.
Jadi, untuk mempercepat pembuang air hujan dalam 1 menit
diperlukan pipa dengan diameter 6 sebanyak 5 buah.
Setelah mengetahui jumlah dan besar diameter tegak pipa air
hujan, air hujan tersebut dapat dialirkan melalui saluran air
kota

atau

dialirkan

ke

dalam

sumur

resapan.

Untuk

memperlancar aliran penyerapan air hujan, sumur resapan


tersebut dihubungkan dengan saluran air kota. Ini dimaksudkan
supaya sumur resapan yang yang terlalu kebanyakan air
hujannya dapat dialirkan ke saluran air kota. Untuk daerah
yang rendah dapat dipasang pompa yang secara otomatis dapat
membuang air hujan yang penuh tersebut dialirkan ke saluran
air kota. Penggunan sumur ini dapat dilakukan di daerah yang
daya resap airnya cukup baik.
Perhitungan kebutuhan peralatan plambing
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
63

TEKNOLOGI

Untuk memenuhi kebutuhan peralatan plambing pada suatu


bangunan, harus
direncanakan sesuai dengan besar (luas) bangunan, fungsi dan
jumlah orang yang berada di dalam bangunan tersebut.
Contoh soal :
Suatu bangunan kantor yang disewakan terdiri dari bangunan
15 dengan luas 1400
m/lantai dan dihuni oleh karyawan yang diasumsikan 6-8
m/orang. Kebutuhan
kloset, wastafel dan urinal pada bangunan tersebut sesuai
dengan tabel.
Jumlah karyawan per lantai = 1400 m : (6-8) m/orang = 200
orang, yang terdiri dari
karyawan pria = 110 orang dan karyawan wanita = 90 orang.
Sesuai dengan tabel
tersebut, maka kebutuhan :
Kloset karyawan pria untuk 110 orang

= 5 buah.

Kloset karyawan wanita untuk 90 orang

= 5 buah

Wastafel karyawan pria untuk 110 orang

= 5 buah

Wastafel karyawan wanita untuk 90 orang = 4 buah


Urinal karyaan pria (kloset)

= 5 buah

Jadi, jumlah kloset, wastafel dan urinal tersebut merupakan


kebutuhan peralatan plambing untuk setiap lantai.
Suatu sekolah menengah diketahui jumlah guru, karyawan dan
siswanya

sebagai

berikut :
Guru pria

= 12 orang

Guru wanita

= 8 orang

Karyawan pria

= 6 orang

Karyawan wanita

= 3 orang

Siswa laki-laki

= 400 anak

Siswa perempuan

= 200 anak

Hitunglah jumlah kebutuhan peralatan plambing yaitu kloset,


wastafel dan urinal untuk guru, karyawan dan siswanya
sesuai dengan tabel.

- Kebutuhan kloset guru dan karyawan pria = (12 + 6) orang : 10 = 2 buah


- Kebutuhan kloset guru dan karyawan wanita = (8 + 3) orang : 8 = 1 buah
- Kebutuhan wastafel pria = (12 + 6) orang : 12 = 1,5 ~ 2 buah
- Kebutuhan wastafel wanita = (8 + 3) orang : 8 = 1 buah
- Kebutuhan urinal pria = (12 + 6) orang : 8 = 2 buah
- Kebutuhan kloset siswa laki-laki = 400 anak : 40 = 10 buah
- Kebutuhan kloset siswa perempuan = 200 anak : 40 = 5 buah
- Kebutuhan wastafel siswa laki-laki = 400 anak : 35 = 11 buah
- Kebutuhan wastafel siswa perempuan = 200 anak : 35 = 6 buah
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
64

TEKNOLOGI

- Kebutuhan urinal siswa laki-laki = 400 anak : 40 = 10 buah


Untuk bangunan sekolah yang bertingkat 3 maka kebutuhan
peralatan plambing di atas juga dibagi 3.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
65

TEKNOLOGI

6.4. Perancangan Pengolah Udara


Penyegaran

udara

udara

adalah

suatu

proses

mendinginkan

sehingga

dapat

mencapai temperature dan kelembaban yang sesuai dengan


yang

diinginkan

dan

disyaratkan. Udara yang segar/dingin, kering dan mengandung


O2,

setelah

dipakai

oleh penggunanya akan berubah menjadi panas, basah dan


berkurang

kandungan

O2-nya sehingga untuk mendapatkan udara yang segar perlu


diberikan

tambahan

udara yang mengandung O2.


Sistem penyegaran udara pada umumnya terbagi manjadi 2 golongan utama
:
1. Penyegaran udara untuk kenyamanan kerja bagi orang yang
melakukan

kegiatan

tertentu.
2. Penyegaran udara untuk industri, penyegaran udara di
ruangan

diperlukan

oleh

proses, bahan, peralatan atau barang yang ada di dalamnya.


Jenis penyegaran udara
Mesin penyegaran udara mempunyai 3 unit alat yang
mengubah udara panas menjadi dingin. Mesin tersebut adalah :
a. Evaporator, pipa yang berisi gas refrigerant yang cair dan
dingin

serta

dihembus

oleh udara.
b. Kompresor, alat untuk menekan gas refrigerant untuk
refrigerant

menjadikan

yang

cair dan dingin.


c. Kondensor, alat untuk mengembalikan refrigerant cair
menjadi

gas

dengan

hasil

pengembunan air.
Dengan alat-alat tersebut, jenis penyegaran udara dapat dibagi
dalam

beberapa

macam dengan menyesuaikan besar kecilnya ruangan yang

akan

didinginkan

udaranya.
1. Mesin penyegaran

udara

tersebut

yang menyatukan ketiga

alat

(evaporator,

kompresor dan kondensor) dalam bentuk kotak kecil yang


disebut penyegaran
udara ruang (room air conditioner/AC). Berukuran kecil
dengan

kapasitas

0,4-2,2

kW dimana 1 ton refrigerant (TR) = 1,25 KW. Mesin ini sering


disebut AC window.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
66

TEKNOLOGI

2. Mesin penyegaran udara kecil ; mesin evaporatornya terpisah


di

dalam

kotak

dan

terletak di dalam ruangan. Sering disebut indoor unit karena


banyak digunakan
untuk penyegaran udara ruang tidur, ruang tamu/keluarga,
ruang

kantor

yang

kecil, ruang kelas dan lain-lain. Unit mesin ini dapat dipasang
di

lantai

(floor

type),

di dinding (wall type) dan langit-langit (ceiling type). Unit


lainnya

berisi

kompresor

dan kondensor yang berada di luar ruangan sering disebut


unit

outdoor

yang

dihubungkan dengan unit indoor oleh pipa yang berisi


refrigerant.

Mesin

penyegaran udara ini sering disebut AC split dan AC multisplit


0,4-2,2 KW.

dengan

kapasitas

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
67

TEKNOLOGI

3. Mesin penyegaran udara sedang ; unit indoor-nya untuk menyalurkan


udara dingin
ke tempat yang jauh dibantu dengan pipa atau alat penyalur
udara yang sering disebut ducting. Mesin indoor dapat
dipasang di langit-langit dengan kapasitas 1,5-15 KW yang
dapat digunakan untuk mendinginkan ruangan yang luas
seperti restoran dan pusat perbelanjaan.

3. Mesin penyegaran udara sentral ; suatu sistem penyegaraan udara


untuk
mendinginkan

udara

sehingga

pada

ruangan

unit

yang

besar

mesinnya

memerlukan ruangan tersendiri. Untuk menyalurkan udara


dingin

atau

udara

kembali, mesin ini menggunakan pipa ducting dan


berakhir

pada

lubang

di

langit-langit yang disebut diffuser. Unit pengolah udara ini


berkapasitas

besar

yang sering disebut pengolah udara (air


unit).

Unit

untuk

handling

mesin

kompresor dan kondensor diletakan jauh terpisah yang


sering

disebut

chiller

dan

dibantu oleh pompa. Mesin penyegaraan udara sentral ini,


mengingat

banyak

digunakan untuk penyegaraan udara di ruangan yang

besar

dan

luas,

seperti

bangunan kantor yang besar, hotel dan gedung pertemuan,


maka

perlu

dibantu

dengan alat menara pendingin (cooling tower).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
68

TEKNOLOGI

Tujuan

penyegaraan

udara

adalah

berusaha

supaya

temperature kelembaban, kebersihan dan penyaluran udara


dalam ruangan memperolah keadaan yang diinginkan sesuai
dengan

fungsi

pertimbangan

ruangan

tersebut.

Beberapa

faktor

pemilihan sistem penyegaran udara adalah

sebagai berikut :
1. Faktor kenyamanan
Faktor kenyamanan ini dapat ditentukan oleh beberapa hal
yang menyangkut : temperature rata-rata, kelancaran aliran
udara, kebersihan, kualitas dan jumlah aliran udara serta
suara aliran udara.
2. Faktor ekonomi
Yang harus diperhatikan dalam faktor ekonomi adalah biaya
awal, biaya operasi dan biaya perawatan. Biaya operasi dan
perawatan meliputi konstruksi yang sederhana, ketahanan
peralatan,

mudah

perawatannya,

mudah

dicapai

oleh

tenaga yang merawat dan efisien.


Mengingat penggunaan alat penyegaran udara untuk berbagai
macam

ruangan

dengan kegiatan yang berbeda-beda, maka diperlukan alat


penyegaran
sesuai

dengan

udara
fungsi

bangunan

ruangan

yang
tersebut.

Misalnya

saja,

kantor,

penyegaran udara diperlukan untuk memberikan kenyamanan


lingkungan kerja. Oleh
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
69

TEKNOLOGI

karena itu, perlu diadakan pembagian zona (daerah) yang terdiri dari
daerah pinggir
(perimeter) yang banyak dipengaruhi oleh kondisi udara luar
bangunan

dan

daerah

dalam yang tidak banyak dipengaruhi udara luar. Biasanya


digunakan

sstem

udara

tunggal (sentral) dengan volume udara yang bervariasi dengan


unit

induksi

atau

unit

coil kipas udara. Mesin tersebut diletakan di atas lantai yang


berpondasi

kuat

intuk

mencegah getaran mesin terhadap bangunannya. Ruangan


diberi

lapisan

untuk

meredam suara sehingga suara mesin tidak terdengar di


ruangan

yang

diinginkan.

Ruangan ini dapat berisi 1 atau 2 mesin pendingin sesuai


dengan

kebutuhan

mesin

tersebut. Syarat-syarat lainnya adalah :


a. Ruangan tersebut dapat dihubungkan dengan udara luar.
b. Ruangan tersebut terletak segaris di atas/di bawah ruangan
mesin

pendingin

yang

dihubungkan dengan pipa-pipa pendingin.


c. Ruangan tersebut dihubungkan dengan pipa-pipa air (untuk
pembersihan)

dan

daya /panel (untuk menghidupkan motornya).


d. Ruangan tersebut diletakan sedekat mungkin terhadap ruangan yang
diinginkan.
e. Ruangan tersebut harus mampu menampung tenaga untuk
perawatan
pendingin
komponennya.

mesin
seperti

membersihkan

saringan

udara

dan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
70

TEKNOLOGI

Sedangkan penempatan menara pendingin harus dipesang


di

tempat

yang memenuhi fungsinya dengan baik. Tempat

tersebut terletak di atas atap bangunan atau di tempat lain dan


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak terhalang tembok di kiri/kanan.
b. Harus mendapatkan udara yang bebas, bersih, tidak berdebu dan
berasap.
c. Diletakan di atap dengan pondasi sehingga getarannya tidak
menjalar

ke

bagian

lain.
d. Penempatannya sedekat mungkin terhadap tangki air dan daya listrik.
e. Penempatanya juga sedekat mungkin terhadap mesin pendingin di
ruangan.
f. Diletakan pompa untuk membantu mengalirkan air dari mesin pendingin.
g. Untuk sistem pendingin dengan air, mesinnya kecil dan
memerlukan

air

cukup

banyak ; untuk mesin pendingin dengan udara, mesinnya


besar sehingga
memerlukan tempat yang cukup luas dan keperluan air tidak terlalu
banyak.

Menghitung beban pendingin ruang


Suatu bangunan terletak di Jakarta (6 LS). Bangunan berupa
ruangan

dengan

ukuran :
P (panjang)

= 60 m

L (lebar)

= 20 m

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
71

TEKNOLOGI

T (tinggi)

=4m

Kondisi ruangan luar rata-rata :


Temperatur

= 23-32 C

Kelembaban = 60-90%
Kondidi ruangan dalam rata-rata :
Temperatur

= 18-27 C

Kelembaban = 50-80%
Eksterior
ruangan (kaca
rayban)

Tinggi plafond
= 2,70 m
Tinggi tembok = 0,90 m
Okupasi

(jumlah

penghuni

dalam

ruang) : = Luas : (6-8


m/orang)
= (60 x 20) m : 6 m/orang = 200 orang
Bangunan

terdiri

dari

lantai .. s.d. lantai ..


Sehingga ditetapkan :
Temperatur luar rata-rata 30 C

= 86 F (t0)

Temperatur dalam ruangan rata-rata 25 C = 77 F (t1)


Selisih

= 9 F (t0- t1)

1. Beban kalor melalui kaca/beban sensibel (sensible heat gain thru


glass)
Utara

= .. m x 686 Btu/h/m

= .. Btu.h

Selatan

= .. m x 398 Btu/h/m

= .. Btu.h

Timur

= .. m x 967 Btu/h/m

= .. Btu.h

Barat

= .. m x 1063 Btu/h/m

= .. Btu.h +

Jumlah per lantai

= .. Btu.h

Jumlah untuk .. lantai

= .. Btu.h

2. Beban kalor oleh transmisi bidang dinding/beban transmisi (transmission


guin)

Utara

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Selatan

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Timur

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h

Barat

= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9

= .. Btu.h +

Jumlah per lantai

= .. Btu.h

Jumlah untuk .. lantai

= .. Btu.h

Transmisi bidang atap


= .. m x 3.22 Btu/h/m x 9
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

= .. Btu.h

Ir Joni Hardi MT
72

TEKNOLOGI

3. Beban kalor intern (internal heat gain, people and lights)


Beban sensibel orang = okupasi x 200 Btu.h

= .. Btu.h

Beban latent orang = okupasi x 250 Btu.h

= .. Btu.h

Beban sensibel lampu = jumlah watt x 1,25 x 3,4 Btu/h = .. Btu.h

4.

Jumlah per lantai

= .. Btu.h

Jumlah untuk .. lantai

= .. Btu.h

Ventilasi

atau

infiltrasi

(ventilation or infiltration)
CFM = P x L x T x (AC) x
35,31
60
AC = pertukaran udara per jam (air changes per hour) = 2
Beban kalor infiltrasi udara luar :
a. Beban sensibel =
CFM x (t0- t1) x 1,08 Btu/h

= .. Btu.h

b. Beban latent =
CFM x perbedaan specific humidity
- gr/lb x 0,67 Btu/h (udara luar
dengan udara dalam) = .. Btu.h
Jumlah

= .. Btu.h

Total beban pendingin = (1)+(2)+(3)+(4) = .. Btu/h


1 ton R = 12000 Btu.h
Kapasitas AC = total beban

= .. Ton. R

12000
Daya listrik 1 ton R

= 1,25 kw

Total daya listrik

= total ton R x 1,25 kw = .. kw

Ducting AC adalah suatu alat untuk menyalurkan udara dingin


untuk mengkondisikan ruangan besar yang menggunakan alat
AHU (air handling unit). Ducting AC terbuat dari sheer
metal atau fibre glass yang dibungkus alumunium foil
dengan glass wool sepanjang maks. 30-40 m arah horizontal
(utama).

Luas ducting A
(Sq.cm) = B(CFM) x
923
C(FPM)
Dimana :
A = luas ducting dalam Sq cm.
B = CFM (cubic feet per menit) ruangan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
73

TEKNOLOGI

C = Kecepatan aliran udara dalam FPM (feet per menit).


1 feet = 30,48 cm.
1 inci = 2,54 cm.
Syarat ukuran ducting :

T
L
Lebar maks.

= 4 x tinggi

Ceiling space minimum

= T + (10-15)cm

Data empiris ducting


Recommend
ed velocities
FPM (C) Untuk
office
building
Main ducts

= 1000 - 1300 mm

Branch ducts

= 600 - 900 mm

Branch riser

= 600 - 900mm

6.5. Perancangan Instalasi Listrik


Syarat-syarat perancangan instalasi listrik yang ekonomis adalah :
a. Fleksibilitas
Jaringan harus member kemungkinan untuk penambahan
beban, tetapi harus dalam batas ekonomis, cadangan
tambahan beban yang berlebihan (over design) adalah tidak
ekonomis dan merupkan pemborosan.
b. Kepercayaan
Jaringan
dipercaya,

instalasi

harus

dapat

diandalkan

dan

dapat

sebab pembebanan oleh peralatan listrik sering

tidak dapat dikontrol. Hal yang perlu diperhatikan adalah


kualitas bahan-bahan instalasi. Kegagalan peralatan harus
dapat diketahui secara dini agar tidak terjadi kecelakaan.
c. Keamanan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
74

TEKNOLOGI

Jaringan instalasi harus dirancang sesuai pperaturan nasional yang


berlaku
(peraturan umum instalai listrik), tabung instalasi harus mudah
dicapai dan bebas hambatan/halangan fisik.
Untuk merancang
harus

lebih

jaringan

instalasi

listrik

suatu

gedung

dahulu menaksirkan beban total seluruh gedung

dan menentukan lokasi transformator dan tabung

instalasi.

Beban total yang pasti dapat diketahui setelah perancangan


lengkap selesai, tetapi ini memerlukan beberapa bulan, oleh
karena itu perlu diadakan perhitungan pra rencana.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
75

TEKNOLOGI

Kelompok pembebanan listrik dalam bangunan adalah sebagai berikut :


1. Pencahayaan listrik.
2. Stop kontak untuk peralatan rumah tangga maupun motor-motor kecil.
3. Ventilasi gedung dan AC.
4. Plambing dan sanitair.
5. Transportasi vertikal.
6. Peralatan dapur.
7. Peralatan khusus.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
76

TEKNOLOGI

Perhitungan
kabel
instalasi
listrik

Kuat

arus listrik
a. Instalasi
fasa tiga :

I=

(1)

P______
1,732 x E1 x Cos

Dimana :

I = kuat arus dalam

penghantar (ampere).
P= load (beban) yang
dibutuhkan (watt).
E1

tegangan antar
fasa

(volt).

Cos = faktor
kerja = 0,8 - 0,9.
b. Instalasi fasa
I=
satu :

(2)

P______
E x Cos

Luas penampang penghantar (A)


a. Instalasi
fasa tiga :

Dimana :

A = 1,732 x Cos x
I
x
l
xu

I = kuat arus dalam

penghantar (ampere).
l = panjang
penghantar (mater).
u = rugi tegangan (volt).

(3)

A = Luas penampang penghantar (mm).


= daya hantar jenis penghantar, untuk
tembaga (Cu) = (50 x
106)(ohm.m)-1.

a. Instalasi
fasa tiga :

A = 2 x Cos x
I
x
l
xu

(4)

Rumus (3) dan (4) umumnya digunakan untuk instalasi yang


kecil

(perumahan).

Voltage drop (u) dapat diambil antara (1-5)% dari tegangan


supply

atau

rata-rata

2,5%. Untuk instalasi yang besar (kantor, hotel, rumah sakit,


pertokoan

dan

lain-lain)

luas penampang penghantar yang diperlukan dapat ditentukan


sebagai berikut :
1. Hitung kuat arus.
2. Tentukan jenis kabel yang akan digunakan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
77

TEKNOLOGI

3. Berdasarkan tabel besar penampang penghantar yang dibutuhkan.


Instalasi dalam gedung dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Instalasi untuk penerangan.
2. Instalasi untuk power (lif, AC, pompa dan lain-lain).

Contoh :
Suatu gedung kantor dengan jumlah lantai 10 membutuhkan beban sebagai
berikut :

Penerangan

= 80 kw

Lift

= 50 kw

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
78

TEKNOLOGI

AC sentral

= 300 kw

Pompa

= 5 kw

Tegangan yang digunakan 220/380 volt dengan faktor kerja =


0,8. Tentukan besar penampang kabel yang digunakan untuk :
- Kabel penghantar dari gardu PLN ke main panel.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel penerangan.
- Kabel penghantar dari gardu PLN ke sub main power.
- Kabel penghantar dari sub main panel ke panel lift.
- Kabel penghantar dari sub main panel power ke panel AC.
- Kabel penghantar dari sub main panel ke main panel pompa.
Beban total = 435 kw = 435000 watt
Beban untuk power =
355 kw = 355000 watt
Total kuat arus yang
diperlukan :

I=
P______ =
435000_____ = 826 A
1,732 x E1 x Cos
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah.

P______ =
435000_____ = 826 A
Da I =
diambil 2
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8
bu

hingga

- Kabel penghantar dari gardu PLN ke main panel adalah kabel tanah
NYFGbY 2 (4
x 240) mm.

Kuat arus untuk instalasi penerangan

I=
P______ =
8000_____ = 152 A
1,732 x E1 x Cos 1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY 4 x 50
mm.

- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel


penerangan adalah kabel tanah NYFGbY 4 x 50 mm.

Kuat arus untuk instalasi power

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
79

TEKNOLOGI

I=
P______ =
355000_____ = 674 A
1,732 x E1 x Cos
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah.


Dari tabel tidak ada kabel yang dapat menghantarkan arus 674 A
sehingga diambil 2 buah parallel yaitu NYFGbY 2 (4 x 185) mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel
power adalah kabel tanah NYFGbY 2 (4 x 185) mm.

Kuat arus untuk panel lif

I=
P______ =
50000_____ = 95 A
1,732 x E1 x Cos
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY 4 x 25
mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel lif
adalah kabel tanah NYFGbY 4 x 25 mm.

Kuat arus untuk panel AC

I=
P______ =
300000_____ = 570 A
1,732 x E1 x Cos
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY 4 x 400
mm.
- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel lif
adalah kabel tanah NYFGbY 4 x 400 mm.

Kuat arus untuk panel pompa

I=
P______ =
5000_____ = 9,5 A
1,732 x E1 x Cos
1,732 x 380 x 0,8

Dipilih kabel NYFGbY dalam tanah dan dari tabel didapat NYFGbY 4 x 2,5
mm.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
80

TEKNOLOGI

- Kabel penghantar dari main panel ke sub main panel lif adalah
kabel tanah
NYFGbY 4 x 2,5 mm.

6.6. Perancangan Telepon


Dalam perencanaan, sistem telepon harus menggunakan sistem

hubungan

seperti

saluran untuk daya pembangkit computer yaitu aliran di dalam


lantai (floor duct).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
81

TEKNOLOGI

Selain itu, diperlukan sistem panel atau terminal telepon yang dapat
langsung
berhubungan dengan luar melalui penggunaan sistem terminal
utama

menuju

titik

yang diperlukan atau penggunaan sistem PABX (Private


Automatic

Branch

Exchange).

Secara

prinsip,

memerlukan

perancangan

alat

sistem

telepon

tambahan

yaitu baterai untuk membantu menjalankan mesin PABX


sehingga

berfungsi

sesuai

dengan yang diinginkan.


Persiapan sistem telepon
Supaya sistem telepon ini dapat berfungsi harus dipersiapkan :
a. Panel distribusi saluran telepon.
b. Unit PABX sesuai dengan jumlah sambungan.
c. Handset telepon sama dengan jumlah kebutuhan.
d. Kabel telepon dalam bangunan.
e. Konektor kabel bangunan.
Penentuan jumlah pesawat telepon
Untuk menentukan jumlah pesawat telepon direct line
maupun extensions harus memperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Jabatan personel.
b. Tugas personel yang dianggap cukup penting sehingga
memerlukan

sarana

telepon.
c. Jumlah dari penyewa bangunan perkantoran bertingkat.
d. fungsi ruangan dan lokasi.
Sistem instalasi telepon outlets
Untuk memberikan hasil perancangan instalasi telepon yang
baik,
flexibilitas

perlu
yang

baik

adanya
kepada

pemakai

gedung
memasangsistem

atau

penyewa

dengan
telepon

outlets

pada

lantai.

Dalam

pemasangannya,

digunakan

floor duct system, yang tiap outlets-nya dapat melayani


luas

kebutuhan

10

m.

Pemasangan ini dimaksudkan supaya kabel telepon tidak


menggangu

lalu

lintas

di

ruangan tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
82

TEKNOLOGI

6.7. Perancangan CCTV dan Sistem Sekuriti


CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang
berfungsi untuk melihat
suatu ruangan melalui layar televise yang mampu menampilkan

gambar rekaman
kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (tersembunyi)
yang diinginkan oleh
bagian keamanan. CCTV ini dapat bekerja selama 24 jamsesuai
dengan kebutuhan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
83

TEKNOLOGI

Setiap gambar dapat ditayang ulang pada posisi waktu yang diinginkan oleh
operator. Karena sifatnya tertutup (rahasia), maka peletakan
kamera dan tempat monitor diatur oleh bagian sekuriti.
Dalam sistem ini, peralatan yang diperlukan adalah :
a. Kamera.
b. Monitor televisi.
c. Kabel koaxial.
d. Timelaps video recorder.
e. Ruangan sekuriti : ruangan yang telah dipasangi oleh
monitor

dan

dilengkapi

fasilitas AC, toilet serta penerangan tersendiri.


6.8. Perancangan Tata Suara
Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas
kelengkapan

pada

bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music


announcing

dan
(public

address)

yang

keheningan

system
berfungsi

sebagai

ruangan

penghias

atau

pemberitahuan berupa pengumuman tertentu. Selain itu juga


ada

system

car

untuk

call untuk bangunan umum. Peralatan dari tata suara


tersebut

dapat

berupa

microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker


selector

switch,

volume

control

dan horn speaker (untuk car call).


Speaker sound pressure
Peletakan speaker ini sangat mempengaruhi rencana langitlangit

dari

ruangan

umum atau ruangan kantor. Oleh karena itu, harus diperhatikan


letak

speaker

satu

terhadap yang lainnya sehingga suara yang dihasilkan dapat


dinikmati dengan baik.
Horn speaker

Horn speaker diletakan di tempat parkir terbuka atau di


tempat

istirahat

sopir

sehingga suara yang dihasilkan dapat terdengar oleh sopir yang


sedang

menunggu

mobilnya.
Microphone dan amplifier
Alat-alat ini sebaiknya diletakan pada suatu tempat yang aman,
strategis

dan

mudah

dijangkau serta tidak menggangu ruangan. Dalam perancangan


interior

sebaiknya

alat-alat ini diletakan di reception desk atau diletakan pada


suatu

ruangan

khusus

yang dekat dengan reception desk yang ditangani oleh


operator

sebagai

pengelola

alat tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
84

TEKNOLOGI

6.8. Perancangan Limbah Sampah


Limbah sampah merupakan buangan dari bangunan khususnya
bangunan
digunakan

yang
untuk kegiatan

restoran

tertentu

seperti

pabrik,

dan

hotel,

pusat

perbelanjaan. Dengan hasil buangan yang berupa limbah


sampah

baik

yang

kering

ataupun yang basah, maka perlu adanya tempat khusus yang


merupakan

gudang

sampah yang dapat menampung sementara yang nantinya


perlu

dibuang

ke

luar

bangunan.
Untuk mengatasi limbah sampah pada bangunan bertingkat perlu
dipersiapkan :
a. Kotak-kotak untuk tempat pembuangan yang terletak di
tempat

bagian

servis

di

setiap lantai bangunan.


b. Kotak penampungan di bagian paling bawah berupa
ruangan/gudang
dilengkapi kereta bak sampah.

yang

Masing-masing kotak sampah setiap lantai dihubungkan melalui


pipa penghubung dari beton/PVC/asbes dengan diameter 1014. Dinding paling atas diberikan lubang untuk udara dan
dilengkapi

dengan

keran

air

untuk

pembersihkan

atau

pemadaman sementara jika terjadi kebakaran di lubang sampah


tersebut.
Gudang sampah harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut :
a. Keran air untuk pembersihan.
b. Sprinkler untuk mencegah kebakaran.
c. Lampu sebagai penerangan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB


BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
85

TEKNOLOGI

d. Alat pendingin untuk bak sampah basah agar tidak terjadi pembusukan.
Gudang sampah ini harus berukuran besar baik luas dan
tingginya

sesuai

dengan

fungsi bangunan serta harus dapat dijangkau oleh kendaraan


pengambil sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Juwana, Jimmy. Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga, 2004.


Poerbo, Hartono. Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi Jilid
I. Jakarta
:
Djambatan, 2000.
Poerbo, Hartono. Struktur dan Konstruksi Bangunan
Tinggi Jilid II. Jakarta :
Djambatan, 2005.
Poerbo, Hartono. Utilitas Bangunan. Jakarta : Djambatan, 2007.
Schueller, W. Struktur

Bangunan

Bertingkat

Tinggi.

Bandung : PT ERESCO , 1989. Schodek, Daniel. Struktur


edisi kedua. Jakarta : Erlangga, 1999.
Soufyan dan Morimura. Perancangan dan pemeliharaan
sistem plambing. Jakarta :
PT Pradnya Paramita, 2005.
Tanggoro, Dwi. Utilitas Bangunan. Jakarta: Universitas Indonesia, 2006.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
BANGUNAN III

Ir Joni Hardi MT
86

TEKNOLOGI

Anda mungkin juga menyukai