ASUHAN KEPERAWATAN
COMBUSTIO
Disusun oleh:
Lutfy Nooraini
BAB I
KONSEP DASAR LUKA BAKAR
PENGERTIAN
1.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tingi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak
dengan suhu rendah. (Mansjoer, Arif. 2000 : 365).
2.
Luka bakar dapat timbul karena kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik
atau bahan kimia (Corwin, Elisabeth, J. 2000 : 5 ).
3.
4.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh transfer energi dan sumber
panas ke tubuh. (Bruner and Sudart, 2000 : 73 ).
5.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi ( Moenajat, 2001).
Dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tingi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi yang
menimbulkan kerusakan kulit.
ETIOLOGI
Penyebab luka bakar menurut www.info-sehat.com yaitu:
1.
Suhu tinggi
2.
3.
Air panas
4.
5.
6.
Api
Listrik
Petir
4.
Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase
akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2.
Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.
3.
Keadaan hipermetabolisme.
Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
KLASIFIKASI
1.
2.
2)
3)
Luka bakar dengan LPTT < 5 % pada orang dewasa, umur < 40 tahun.
Luka bakar dengan LPTT < 10 % pada orang dewasa, umur > 40 tahun.
Luka bakar dengan LPTT < 10 % pada orang anak-ansk, umur < 10 tahun.
Dengan luka bakar ketebalan penuh LPTT < 2% dan tidak ada resiko kosmetik
atau fungsi pada wajah, mata, telinga, tangan, kaki, atau perineum.
b.
1)
Luka bakar dengan LPTT 15 - 25 % pada orang dewasa, umur < 40 tahun.
2)
Luka bakar dengan LPTT 10 - 20 % pada orang dewasa, umur > 40 tahun.
3)
Dengan luka bakar ketebalan penuh dengan LPTT < 10% dan tidak ada resiko
kosmetik atau fungsi pada wajah, mata, telinga, tangan, kaki atau perineum.
c.
1)
Luka bakar dengan LPTT 25 % pada orang dewasa, umur < 40 tahun.
2)
Luka bakar dengan LPTT 20 % pada orang dewasa, umur > 40 tahun.
3)
Luka bakar dengan LPTT 20 % pada orang anak-anak, umur < 10 tahun.
3.
Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan salah satu dari 2 metode, yaitu:
a)
Rule of nine
Rule of nine digunakan sebagai alat untuk mempekirakan ukuran luka bakar
yang tepat. Dasar dari perhitungan ini adalah dengan membagi - bagi anatomi
tubuh dengan kelipatan 9% dari luas permukaan tubuh.
Masing- masing ada perhitungan antara lain :
1)
2)
3)
4)
b)
Usia (Tahun)
0-1
1-4
5-9
10-15
Kepala
19
17
13
10
Leher
2
2
2
2
Dada dan perut
13
13
13
13
Punggung
13
13
13
13
Pantat kiri
2,5
2,5
2,5
2,5
Pantat kanan
2,5
2,5
2,5
2,5
Kelamin
1
1
1
1
Lengan atas kanan
4
4
4
4
Lengan atas kiri
4
4
4
4
Lengan bawah kanan
3
3
3
3
Lengan bawah kiri
3
3
3
3
Tangan kanan
2,5
2,5
2,5
2,5
Tangan kiri
2,5
2,5
2,5
2,5
Paha kanan
5,5
6,5
8,5
8,5
Paha kiri
5,5
6,5
8,5
8,5
Tungkai bawah kanan
5
5
5,5
6
Tungkai bawah kiri
5
5
5,5
6
Kaki kanan
3,5
3,5
3,5
3,5
Kaki kiri
3,5
3,5
3,5
3,5
4.
Berat
2)
Derajat III dengan luas > 10 % atau terdapat di muka, kaki dan tangan.
3)
Luka bakar di sertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak atau fraktur.
4)
b.
1)
2)
Sedang
Derajat III dengan luas < 10 % kecuali di muka, kaki dan tangan
c.
1)
2)
a.
d.
Luka bakar pada kepala, leher, dan dada sering berkaitan dengan
komlikasi pulmonal.
b.
c.
Ringan
e.
f.
Luka bakar sirkumferensial ekstremitas dapay menyebabkan efek
penebalan pembuluh darah dan mengarah padagangguan vascular distal.
g.
Beberapa agen penyebab luka bakar yaitu thermal, listrik,kimia, radiasi. Luka
bakar dengan trauma inhalasi dapat dibagi dalam 3 kategori (Meyer & Salber)
yaitu:
a.
b.
PATHOFISIOLOGI
Luka disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut mungkin di pindah melalui kondisi atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar diklasifikasikan sebagai luka bakar thermal, radiasi atau luka bakar kimiawi
kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis
maupun jaringan SC tergantung factor penyebab dan lamanya kulit kontak
dengan sumber panas / penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi
kerusakan gangguan intergritas kulit dan kematian sel sel.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan
menyababkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan
hypovolemia dan hemokonsentrasi.
Kehilangan cairan tubuh pasien luka bakar dapat disebabkan beberapa factor:
1.
Peningkatan mineralokortikoid
a.
2.
Ekskresi kalium
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit
tubuh yang selanjutnya akan terlihat pada hasil pemeriksaan laboratorium. Luka
bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusaka kulit, tetapi juga mempengarihi
seluruh system tubuh sehingga menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai
respon kompensasi terhadap luka bakar. Pada pasien luka bakar yang luas
(mayor), tubuh tak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul
berbagai macam komplikasi.
Berbagai factor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga di
pengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya) suhu
benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas api, air
panas, minyak panas, listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi
kebakaran, ruangan yang tertutup.Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka
bakar antara lain :
1.
2.
5.
6.
Umur
Agen penyebab
Obesitas
8.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat dilihat berdasarkan derajat luka bakar (Mansjoer :
2000)
1.
a.
b.
Grade I
Adanya hiperalgisia
5)
2)
Grade II a
2)
4)
Grade II
Grade II b
Jaringan rusak sampai dermis dimana hanya kelenjar keringat saja yang
masih utuh.
3)
5)
6)
3.
a.
b.
Grade III
e.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering dialami oleh klien luka bakar yang luas antara lain:
1.
Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka bakar
luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.
2.
Sepsis
Pneumonia
Dapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi sehingga
rongga paru terisi oleh gas (zat-zat inhalasi).
4.
Kondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal.
5.
Merupakan komplikasi kuloit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang
sulit dicegah, akan tetapi bias diatasi dengan tindakan tertentu.
6.
Kontraktur
Dekubitus
Terjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang
cenderung bedrest terus.
Menurut Smeltzer (2000) :
1.
2.
Septikemia
3.
Pneumonia
4.
7.
Deformitas
6.
Kontraktur
Dekubitus
Syok sirkulasi
Resusitasi A, B, C.
1)
a)
b)
Pernafasan:
Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi
obstruksi gagal nafas.
2)
Sirkulasi:
: BB x 75 cc
3 5 tahun
: BB x 50 cc
D.
E.
Tulle.
F.
Obat obatan:
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
o
Analgetik
o
Antasida
: kalau perlu
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
PENGKAJIAN
1.
Wawancara
Tanyakan tentang :
a.
b.
Waktu luka bakar (penting karena kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari
waktu cidera luka bakar, bahkan dari waktu tibanya luka bakar, area terbuka
tertutup).
c.
d.
Pemeriksaan fisik
Aktivitas/ Istirahat
Tanda :
1.
2.
Sirkulasi
Hipotensi ( shock )
5.
Integritas ego
Eliminasi
Tanda :
1. Haluaran urune menurun/ tak ada selama fase darurat, warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi miogluobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam.
2.
3.
Penurunan bising usus/ tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
besar dari 20 % sebagai stress penurunan motilitas/ peristalticgastric
e.
Makanan cairan
Tanda :
1.
2.
Neurosensori
Tanda :
1.
2.
4.
Nyeri/ Kenyamanan
Pernafasan
Tanda :
1.
2.
3.
4.
Keamanan
Tanda :
1. Kulit : umum : destruksi jarngan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trombus mikrovaskuler pada beberapa luka
2.
Area kulit tak terbakar mingkin dingin atau lembab, pucat dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
adanya kehilangan cairan atau status shock
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit semak halus,
lepuh, ulkus, nekrosis atau jaringan paru tebal. Cidera secara umum lebih
dalam tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut
sampai 72 jam setelah cidera
6.
Cidera listrik : cidera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dan bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/
keluar( eksplosif) luka bakar dar hgerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup
dan luka bakar termal berhubungan dengan pakaian terbakar.
3.
Pemeriksaan laboratorium/diagnostic
a.
IDL
Mengkaji hemokonstriksi.
b.
Elektrolit serum
d.
Urinalisis
Bronkoskopi
Koagulasi
Memeriksa faktor- faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar
masif.
h.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA : 2005-2006
1.
2.
3.
5.
6.
INTERVENSI
Menurut NOC : 1997 dan NIC : 1996
1.
DX I
Tujuan
: Pain Level
Kriteria Hasil
1 : Tidak melakukan
2 : Jarang melakukan
3 : Kadang melakukan
4 : Sering melakukan
5 : Selalu melakukan
NOC II
: Pain Control.
Kriteria Hasil
1 : Tidak melakukan
2 : Jarang melakukan
3 : Kadang melakukan
4 : Sering melakukan
5 : Selalu melakukan
NOC III : Comfort Level.
Kriteria Hasil
Indicator Skala
1 : Tidak melakukan
2 : Jarang melakukan
3 : Kadang melakukan
4 : Sering melakukan
5 : Selalu melakukan
NIC I
a.
b.
c.
: Pain Management.
Intervensi :
a.
Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya nyeri, dan factor- factor
predisposisi.
b.
c.
: Environmental management.
Intervensi :
2.
DX II
a.
b.
Tujuan
: Fluid Balance
Kriteria Hasil :
a.
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal,
HT normal.
b.
c.
Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Indicator skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC
: Fluid Management
Intervensi :
a.
b.
Monitor TTV.
3.
DX III
Tujuan
NOC
a. Kulit utuh.
b. Warna normal.
c. Suhu ekstremitas hangat.
d. Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi.
e. Fungsi otot utuh.
Indicator Skala
a.
b.
c.
e.
4.
Pantau posisi bagian tubuh saat mandi, duduk, berbaring atau mengubah
posisi.
DX IV
Tujuan
: Risk Detection
Kriteria Hasil
f.
: Risk Control
: Infection Protection.
Intervensi :
a.
d.
e.
f.
g.
: Infection Control.
Intervensi :
a.
c.
5.
DX V
Tujuan
a.
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NOC II
: Pengawasan Luka
Intervensi :
a.
b.
c.
d.
: Perawatan Luka.
Intervensi :
a.
d.
6.
DX VI
Tujuan
: Tingkat Mobilitas.
Kriteria Hasil
b.
d.
e.
: Perawatan Bedrest.
NIC II
a.
d.
e.
7.
DX VII
Tujuan
: Risk Control.
Kriteria Hasil
: Fall Prevention.
Intervensi :
a.
b.
c.
f.
g.
i.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : EGC
Mc Closkey, Joanner. 1996 . Iowa Intervention Project Nursing Intervention
Classification (NIC) Edisi 2. Westline Industrial Drive, St. Louis :Mosby
Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner andSudath,
Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikial Bedah
Brunner and Sudath, Edisi 8. Jakarta : EGC