Anda di halaman 1dari 34

PELAPORAN KORPORAT

OLEH
Kelompok
II
1. I Gst Ngr Bagus Widana
2. Ni Putu Yuni Widiastuti
3. Ida Ayu Swanita Trinayani

1506325007
1506325008
1506325009

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
2016

PENDAPATAN, KEBIJAKAN, DAN ESTIMASI


Pendapatan
8.1 Definisi dan Pengukuran Pendapatan
Kerangka Dasar Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan (KDPPLK)
mendifinisikan penghasilan (income) sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama
satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan
yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal.
Lebih lanjut KDPPLK mengatur bahwa definisi penghasilan (income) meliputi
pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan dihasilkan dari
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa (penjualan, penghasilan jasa, bunga,
deviden, royalti dan sewa) sementara keuntungan mungkin timbulatau mungkin
tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. PSAK 23:
pendapatan mendifinisikan pendapatan sebagai arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus
kas masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Akuntansi pendapatan yang diatur dalam PSAK 23
mencangkup pendapatan yang timbul dari penjualan barang, penjualan jasa, serta
penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menimbulkan bunga, royalti, dan
deviden.
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapata diterima.
Jika imbalan tidak diterima dalam bentuk kas atau setara kas, maka nilai wajar
imbalan adalah diskonto dari seluruh penerimaan di masa depan dengan tingkat
bunga tersirat (imputed). Perolehan atas pertukaran barang diukur pada nilai wajar
barang yang diterima. Namun jika nilai wajar barang yang diterima tidak dapaat
ditentukan, maka pendapatan diukur pada nilai wajar barang atau jasa yang telah

diserahkan. Perlu diperhatikan bahwa pertukaran barang atau jasa dengan sifat
yang serupa tidak dapat dianggap sebagai sumber pendapatan.
8.2

Pengakuan Pendapatan

8.2.1

Penjualan Barang

Barang mencangkup barang yang diproduksi untuk dijual (manufacturing) dan


barang yang dibeli untuk dijual kembali (merchandising). Sesuai PSAK 23,
pendapatan atas penjualan barang dapat diakui jika seluruh kondisi dibawah ii
terpenuhi:
1. Risiko dan manfaat kepemilikan barang telah berpindah secara signifikan
dari entitas penjual ke pembeli,
2. Entitas penjual tidak melanjutkan pengelolaan barang ataupun secara
efektif mengendalikan barang yang dijual,
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan mengalir
kepada entitas penjual,
5. Biaya yang telah atau akan terjadi terkait transaksi penjualan dapat diukur
dengan andal.
Risiko dan manfaat kepemilikan telah berpindah secara signifikan dari penjual ke
pembeli bila:
1. Seluruh tindakan signifikan telah selesai dilaksanakan, dan
2. Penjual tidak lagi melakukan pengelolaan atau pengendalian efektif atas
barang yang dijual.
Contoh dari ditahannya risiko dan manfaat signifikan oleh penjual adalah ketika
penerimaan pendapatan atas penjualan barang tergantung pada pendapatan
pembeli atas penjualan barang yang sama atau jika pembeli memiliki hak untuk
membatalkan pembeliaan sesuai dengan ketentuan kontrak dan entitas tidak dapat
memastikan terjadinya return tersebut. Selain itu, konsinyasi juga merupakan
contoh bahwa risiko dan manfaat barang masih berada pada pihak pengiriman
barang sampai barang tersebut dibeli oleh konsumen. Penjualan eceran dengan
syarat barang dapat dikembalikan jika pembeli tidak pias merupakan contoh dari
penahanan risiko kepemilikan yang tidak sinifikan sehingga pendapatan dapat

diakui selama penjual dapat mengetimasi retur dan mengakui liabilitas terkait
dengan andal berdasarkan pengalaman di masa lalu dan faktor-faktor relevan
lainnya.
Ketidakpastian arus masuk manfaaat ekonomi dari transaksi penjualan dapat
terjadi sebelum atau sesudah pendapatan diakui. Jika ketidakpastian diketahui
sebelum pendapatan diakui, misalnya karena belum adanya kepastian bahwa
pemerintah negara lain mengijinkan pembayaran atas ekspor, maka pendapatan
diakui jika terdapat kepastian pembayaran. Namun jika ketidakpastian muncul
seteleh pendapatan diakui, maka jumlah yang tidak tertagih atau jumlah yang
kemungkinan pemulihannya kecil diakui sebagai beban.
Ilustrsi 8.1
Dalam suatu transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit dengan lima kali
pembayaran cicilan, barang dikirim kepada pembeli setelah pembayaran cicilan
ke-lima. Kapan pendapatan dapat diakui oleh penjualan?
Jawab:
Pendapatan diakui oleh penjual saat barang dikirimkan. Tetapi jika berdasarkan
pengalaman sebagian besar cicilan akan dibayar, maka pendapatan dapat diakui
pada saat cicilan yang jumlahnya signifikan telah diterima oleh penjual, dan
barang berada ditangan penjual, dapat diidentifikasi dan siap untuk dikirimkan ke
pembeli.
Terkait matching concept, pendapatan dan beban yang terkait dengan perolehan
pendapatan tersebut harus diakui pada periode yang sama. Jika beban terkait tidak
dapat diukur dengan andal, maka pendapatan tidak dapat diakui dan imbalan yang
diterima diakui sebagai liabilitas.
8.2.2 Penjualan Jasa
Penjualan jasa biasanya terkait dengan kinerja entitas atas pekerjaan yang telah
disepakati dalam kontrak, untuk dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu
periode. Jika hasil transaksi dari penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
maka pendapatan dari transaksi tersebut diakui dengan metode persentase

penyelesainnya, dimana pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa
ditunaikan. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal jika semua kondisi
berikut terpenuhi:
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal,
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang terkait transaksi akan mengalir
ke entitas pemberi jasa,
3. Tingkat penyelesainnya transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal, dan
4. Biaya yang telah atau akan terjadi (biaya penyelesaian) terkait transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal.
Seperti halnya pengaturan pada penjualan barang, jika terdapat ketidakpastian atas
kolektabilitas jumlah yang diakui sebagai pendapatan, maka jumlah yang tidak
tertagih atau jumlah yang kemungkinan pemulihannya kecil diakui sebagai beban.
Estimasi yang andal biasanya dapat dibuat oleh entitas jika dalam transaksi
dengan pihak lain telah tercapai persetujuan sebagai berikut:
1. Hak yang dapat dipaksakan bagi masing-masing pihak atas jasa terkait
2. Imbalan yang dipertukarkan, dan
3. Cara dan persyaratan penyelesaian
Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, maka pendapatan yang dapat diakui hanya yang berkaitan dengan beban
yang dapata dipulihkan.
Metode untuk mengukur tingkat penyelesaian transaksi dapat meliputi: survey
pekerjaan yang telah dilaksanakan, perbandingan jasa yang dilakukan samapi
tanggal tertentu dengan total jasa, dan perbandingan biaya yang timbul samapi
tangal tertentu dengan estimasi total biaya. Pembayaran berkala dan uang muka
yang diterima biasanya tidak mencerminkan besarnya jasa yang telah dilakukan.
PSAK juga mengatur bahwa pendapat yang melibatkan sejumlah kegiatan selama
suatu periode dapat diakui secara garis lurus demimalasan praktis, kecuali ada
metde lain yang lebih relevan. Jika suatu kegiatan jauh lebih signifikan
dibandingkan kegiatan lain, maka pendapatan baru diakui saat kegiatan signifikan
tersebut dilakukan.

Ilustrasi 8.2
PT. Secure mengembangkan sistem pengamanan untuk hotel Z. Proses
pengembangan memakan waktu delapan bulan ditambah waktu pendampingan
selama enam bulan. Kapan pendapatan dapat diakui oleh PT Secure?
Jawab:
Biaya pengembangan sistem tersebut diakui sebagai pendapatan sesuai tahap
penyelesaian pengembangan termasuk penyelesaian jasa yang diberikan selama
masa pendampingan.
Kontrak Kontruksi
Menurut PSAK 34, konrak kontruksi adalah suatu kontrak yang di negosiasikan
secara khusus untuk kontruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat satu sama lain atau saling bergantung dalam hal rancangan,
teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan. Kontrak dapat dibagi
menjadi dua sebagai berikut:
1. Kontrak biaya-plus, yaitu kontrak dimana kontraktor mendapatkan
penggantian untuk biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah fitentukan,
ditambah imbalan sebesar persentase tertentu dari biaya atau imbalan
tetap.
2. Kontrak harga tetap, yaitu kontrak dimana kontraktor telah menyetujui
nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap per unit output yang
dalam beberapa hal tunduk pada ketentua-ketentuan kenaikan biaya.
Metode persentase penyelesaian digunakan dalam mengakui pendapatan dan
beban jika hasil kontrak kontruksi dapat diestimasi dengan andal. Dalam metode
ini, pendapatan dan beban diakui dengan memperhatikan tahap penyelesaian
aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan. Hasil kontrak kontruksi dapat
diestimasi dengan andal dalam kontrak harga tetap, jika semua hal berikut
terpenuhi:
1. Total pendapatan kontrak dapat diukur dengan andal
2. Besar kemungkina manfaat ekonomi terkait kontrak akan mengalir ke
entitas

3. Biaya kontrak dan tahap penyelesaian kontrak pada akhir periode


pelaporan dapat diukur dengan andal.
4. Biaya kontrak yang dapat diatribusikan pada kontrak dapat diidentifikasi
dengan jelas dan diukur dengan andal.
Sementara untuk kontrak biaya-plus, hasil kontrak dapat diestimasi dengan andal
bila butir 2 dan 4. Dalam persyaratan kontrak harga tetap di atas terpenuhi.
Jika hasil kontrak tidak dapat diestimasi dengan andal, maka pendapatan diakui
hanya sebesar biaya yang telah terjadi yang akan diperkitakan dapat dipulihkan
dan biaya kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Jika
kemungkinan besar total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan kontrak,
maka taksiran rugi segera diakui sebagai beban.
Ilustrasi 8.3
Contoh kasus metode persentase penyelesaian kontrak sesuai PSAK 34
Suatu kontraktor menandatangani kontrak harga tetap untuk membangun
bangunan pencakar langit dengan nilai kontrak Rp5.000 berjangka waktu tiga
tahun. Estimasi biaya awal adalah Rp4.000.
Diakhir tahun ke 2, estimasi biaya kontrak meningkat menjadi Rp4.150. pada
tahun ke 3 pelanggan menyetujui penyimpangan yang menghasilkan kenaikan
pendapatan kontrak sebesar Rp300, dan total biaya diestimasikan menjadi
Rp4.200.
Total biaya riil yang terjadi sampai akhir tahun1 adalah Rp1.500 (termasuk Rp100
yang digunakan untuk membeli bahan bangunan yang akan dipakai di tahun 2);
serta Rp3.300 dan Rp4.200 pada akhir tahun 2 dan 3.
Kontraktor

menentukan tahap penyelesaian kontrak dengan membandingkan

biaya kontrak sampai periode berjalan dengan estimasi biaya kontrak terakhir.
Tagihan disampaikan sebesar Rp2.000, Rp2.000, dan Rp1.300 pada tahun 1,2, dan
3. Pelanggan membayar jumlah terhutang pada tahun berjalan.
Tentukan laba yang diakui setiap tahunnya dan buatlah jurnal yang diperlukan!

Jawab

8.2.3 Penggunaan Aset Entitas oleh Pihak Lain


Penggunaan aset entitas oleh pihak lain dapat menghasilkan pendapatan yang
dapat diakui jika: besar kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan
diterima entitas dan jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. Pendapatan
dalam hal ini dapat berupa:
1. Bunga
Bunga adalah pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau
jumlah terutang kepada entitas. Bunga duakui dengan menggunakan
metode suku bunga efektif.
2. Royalti
Royalti adalah pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang milik
entitas seperti paten dan hak cipta. Royalti diakui atas dasar akrual sesuai
dengan substansi perjanjian yang relevan.
3. Dividen
Dividen adalah distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai
dengan proporsi kepemilikan atas kelompok modal tertentu. Dividen

diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran telah


ditetapkan.
Ilustrasi 8.4
PT. A membeli lisensi penggunaan software akuntansi dari PT. X. PT X tidak
memiliki tanggung jawab apapun setelah CD software dikirimkan kepada PT A,
tetapi CD software tersebut dapat ditukarkan apabila cacat sehingga instalansi
tidak dapat dilakukan. Bagaimana pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh PT
X?
Jawab
Pendapatan dapat diakui pada saat terjadinya penjualan, karena PT A memiliki
secara penuh hak penggunaan software tersebut setelah penjualan dan PT X tidak
memiliki kewajiban terkait setelah penjualan. Sesuai dengan estimasi yang andal,
PT X perlu mengakui kewajiban yang mungkin muncul atas penukaran CD yang
rusak.
8.2.4 Pendapatan Diterima dimuka
Imbalan atas penjualan, baik barang maupun jasa, dapat diterima sebelum
tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pendapatan dilaksanakan. Dalam
hal ini, entitas mengakui liabilitas sebesar imbalan yang telah diterima tersebut
sampai kriteria pengakuan pendapatan terpenuhi. Pendapatan diterima di muka
seperti banyak terjadi diberbagai bisnis, misalnya perusahaan penerbangnan,
hotel, dan pedagang koran/majalah berlangganan. Kebijakan atas penerimaan
imbalan dan pengakuan pendapatan dari perusahaan penerbangan dapat dilihat
dari ikhtisar kebijakan akuntansi dalam ilustrasi berikut:
Ilustrasi 8.5
Pengungkapan kebijakan akuntansi PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Dan
Entitas Anak

Pengakuan Pendapatan dan Beban

Penjualan ticket penumpang dan jasa cargo awalnya diakui sebagai pendapatan
diterima dimuka transportasi. Pendapatan operasional diakui pada saat
penerbangan telah dilakukan. Penjualan didalamnya termasuk juga atas pemulihan
surcharges selama periode berjalan.
Pendapatan jasa perbaikan dan pemeliharaan pesawat atas kontrak jangka pendek
diakui pada saat jasa diserahkan kepada langganan. Pendapatan jasa perbaikan dan
pemeliharaan pesawat atas kontrak jangka panjang diakui dengan menggunakan
mentode persentase penyelesaian.
Pendapatan atas jasa perhotelan, jasa boga, biro perjalanan dan jasa reservasi serta
jasa lain berhubungan dengan penerbangan diakui sebagai pendapatan pada saat
jasa diserahkan.
Pendapatan bungan diakui berdasarkan waktu terjadinya dengan acuan jumlah
pokok terutang dan tingkat bungan yang berlaku.
Penghasilan dividen dari investasi saham diakui pada saat hak menerima dividen
telah ditetapkan. Beban diakui pada saat terjadinya.
8.3

Pengungkapan

Pengungkapan yang diperlukan terkait pendapatan adalah


1. Kebijakan akuntansi untuk pengakuan pendapatan.
2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan selama periode,
termasuk pendapatn penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalti, dan
dividen.
3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang
termasuk dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.
Ilustrasi 8.6
Contoh pengungkapan terkait pendapatan: PT Matahari Putra Prima Tbk.
Pengakuan pendapatan dan Beban
Pendapatan dari penjualan barang dagangan (kecuali pendapatan dari penjualan
berdasarkan pengiriman Cash on Delivery, diakui pada saat barang dikirim ke
pelanggan) diakui pada saat barang dibayar di kounter penjualan. Pendapatan dari

penjualan konsinyasi dibukukan sebesar jumlah penjualan barang konsinyasi


kepada pelanggan dikurangi beban terkait sebesar jumlah terhutang kepada
pemilik (consignor)
Untuk program loyalitas pelanggan yang diadakan oleh Perusahaan, apabila
memenuhi kriteria seperti yang diatur dalam ISAK 10, maka Perusahaan mencatat
pemberian

poin

dalam

program

tersebut

sebagai

komponem

yang

diidentifikasikan secara terpisah atas nilai penjualan pada saat penjualan awal
sebagai pendapatam yang ditangguhkan yang dicatat dalam liabilitas jangka
pendek lainnya, yang diakui sejalan dengan berlangsungnya masa program
sebagai pendapatan.
Pendapatan dari penjualan kartu pra-bayar (dikenal dengan nama Power card)
oleh pusat hiburan keluarga pada awalnya dicatat sebagai pendapatan diterima
dimuka dan diakui secara proporsional sebagai pendapatan berdasarkan
penggunaan power card sesungguhnya oleh pelanggan. Pendapatan dari penjualan
koin diakui pada saat koin dibeli oleh pelanggan.
Beban diakui pada saat terjadinya
PENJUALAN BERSIH

8.4 ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan

Beberapa entitas memberikan insentif kepada pelanggan untuk membeli barang


atau jasa yang mereka tawarkan dengan cara, antara lain pemberian poin yang
dapat ditukarkan dengan produk secara gratis. ISAK 10 mengatur perlakuan
akuntansi untuk penghargaan kredit loyalitas pelanggan yang diberikan entitas
sebagai bagian dari transaksi penjualan dimana, sesuai persyaratan yang
ditetapkan, pelanggan dapat menukar barang atau jasa gratis atau dengan
potongan harga dimasa mendatang.
ISAK 10 mengharuskan entitas mengidentifikasikan nilai wajar kredit
penghargaan yang diberikan pada pelanggan pada saat penjualan awal. Pengakuan
pendapatan atas imbalan yang dialokasikan terhadap penghargaan kredit
bergantung pada siapa yang akan memberikan penghargaan, entitas sendiri
ataukah pihak ketiga.
Jika penghargaan akan diberikan oleh entitas sendiri, maka imbalan yang
dialokasikan pada penghargaan kredit diakui sebagai pendapatan pada saat kredit
penghargaan ditukar dan entitas telah memenuhi kewajiban pemberian
penghargaan. Jumlah pendapatan yang diakui dihitung secara proporsional antara
jumlah penghargaan kredit yang telah ditukar dengan ekspektasi jumlah
keseluruhan penghargaan kredit yang akan ditukarkan.
Jika penghargaan akan diberikan oleh pihak ketiga, misalnya berupa tiket gratis
masuk suatu taman bermain, maka entitas harus menentukan apakah entitas
merupakan prisipal dalam transaksi tersebut, atau merupakan agen untuk pihak
ketiga. Jika entitas merupakan agen pihak ketiga, maka entitas mengakui
pendapatan sebesar selisih antara imbalan yang dialokasikan pada penghargaan
kredit dan jumlah yang dibayarkanpada pihak ketiga, pada saat pihak ketiga mulai
bertanggung jawab untuk memberika penghargaan (dapat terjadi saat penghargaan
kredit diberikan/saat penjualan terjadi). Jika entitas merupakan prisipal, maka
entitas mengakui pendapatan sebesar imbalan bruto yang dialokasikan pada
penghargaan kredit pada saat pemenuhan kewajiban terhadap penghargaan kredit.

Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan

8.5

Pendahuluan

Perubahan, baik dalam hal kebijakan, estimasi, dan kesalahan mungkin terjadi
pada praktik akuntansi, perubahan atau kesalahan tersebut dapat mempengaruhi
keandalan, relevansi, dan daya banding laporan keuangan entitas. PSAK 25:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan merupakan
standar akuntansi yang mengatur mengenai hal tersebut.
Kebijakan akuntansi yang diambil perusahan dapat berubah seiring waktu
sehingga memerlukan penyesuaian dalam laporan keuangan. Kesalahan juga dapat
terjadi dalam penerapan kebijakan akuntansi sehingga diperlukan penyesuaian
atas kesalahan periode lalu dalam laporan keuangan. Selain itu kesalahan periode
lalu juga dapat timbul dari kesalahan perhitungan matetatis, kekeliruan (oversight)
atau kesalahan interpretasi fakta, dan perubahan estimasi merupakan penyesuaian
jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik aset, yang
dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru.
Kebijakan Akuntansi
8.5.1 Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Sesuai PSAK 25, kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan
dan praktik tertentu yang ditetapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Pemilihan kebijakan akuntansi menurut PSAK mengikuti
aturan sebagai berikut:
1. Jika terdapat standar akuntansi keuangan (SAK) yang spesifik untuk
transaksi, peristiwa, atau kondisi tertentu , maka SAK tersebut digunakan
dalam penerapan kebijakan akuntansi dengan mempertimbangkan paduan
aplikasi terkait.
2. Jika tidak ada SAK yang spesifik, maka manajemen menggunakan dalam
pertimbangannya untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan
akuntansi yang menghasilkan informasi yang:
1) Relevan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pengguna, dan
2) Andal, dimana laporan keuangan
i.
Menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas

ii.

Mencerminkan substansi ekonomi, bukan hanya bentuk hukum

iii.
iv.
v.

dari transaksi, peristiwa, atau kondisi


Netral,
berdasarkan pada pertimbangan sehat
Lengkap untuk semua hal yang material

Sumber-sumber yang dapat digunakan manajemen dalam membuat pertimbangan


untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai prioritas
adalah sebagai berikut:
1. Ketentuan dalam PSAK yang terkait
2. Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran aset, liabilitas,
penghasilan, dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan.
3. Standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar
akuntansi lainnya yang menggunakan kerangka dasar yang sama,
sepanjang tidak bertentangan dengan poin 1dan 2.
Setelah entitas memilih suatu kebijakan akuntansi, maka kebijakan tersebut harus
diterapkan secara konsistennuntuk transaksi, peristiwa, dan kondisi serups lsinnys.
Kebijsksn dspst puls diterapkan pada kelompok item secara konsisten jika diatur
oleh PSAK, seperti penggunaan rumus biaya FIFO untuk kelompok persediaan
satu dan rata-rata tertimbang untuk kelompok persediaan lain.
8.5.2 Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Penerapannya
Entitas diizinkan mengubah kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut
dipersyaratkan oleh suatu PSAK, atau menghasilkan laporan keuanganyang lebih
relevan dan andal.
penerapan kebijakan untuk suatu transaksi, peristiwa, atau kondisi yang berbeda
secara substansi dengan yang terjadi sebelumnya, atau yang belum pernah terjadi
sebelumnya atau tidak material, bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi.
Sesuai pengaturan dalam PSAK 25, jika terjadi perubahan akuntansi, maka
entitas:

1. Mencatat perubahan akuntasi karena penerapan awal suatu PSAK


berdasarkan ketentuan transisi, jika tidak ada ketentuan transisi: atau
2. Perubahan kebijakan dilakukan secara sukarela, maka perubahan
diterapkan secara retrospektif.
Penerapan retrospektif adalah penerapan akuntansi pada transaksi, peristiwa, atau
kondisi seolah-olah kebijakan tersebut sudah diterapkan sejak awal transaksi,
maka entitas dapat menentukan periode awal dimana penerapan retrospektif
dianggap praktis, dan menyesuaikan komponem ekuitas yang terpengaruh pada
periode tersebut. Jika masih tidak praktis juga, maka PSAK 25 mengijinkan
perubahan kebijakan tersebut diperhitungkan secara prospektif sejak tanggal
paling awal yang dapat diterapkan.
Penerapan suatu pengaturan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah semua usaha rasional telah dilakukan. Penerapan
retrospektif menjadi tidak praktis saat: dampak penerapan retrospektif tidak dapat
ditentukan, penerapan retrospektif memerlukan asumsi terkait maksud atau intensi
manajemen pada periode lalu tersebut, atau penerapan retrospektif memerlukan
estimasi signifikan atas jumlah dan tidak mungkin untuk membedakan secara
obyektf antara informasi mengenai estimasi yang menjelaskan jumlah tersebut
dengan informasi mengenai estimasi yang akan tersedia pada laporan keuangan
dari informasi lain.
Iika entitas melakukan perubahan kebijakan akuntansi, pengungkapan tersebut
terkait perubahan harus diberikan pada periode berjalan. Laporan keuangan
periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan tersebut. Pada laporan
keuangan periode terjadinya perubahan tersebut entitas harus mengungkapkan
hal-hal berikut:

Perubahan kebijakan karena penerapan

awal PSAK
Judul PSAK

Perubahan kebijakan akuntansi sukarela

Sifat dari perubahan kebijakan

Pernyataan bahwa perubahan


kebijakan

dilakukan

sesuai

ketentuan transisi, jika dapat

diterapkan.
Sifat dari perubahan kebijakan

akuntansi
Penjelasan ketentuan transisi,

jika dapat diterapkan.


Ketentuan
transisi

akuntansi
Alasan
yang
kebijakan
memberikan

menjadikan

akuntansi
informasi

baru
yang

andal dan lebih relevan

yang

memiliki dampak pada periode


mendatang,

jika

dapat

diterpkan.
Untuk periode berjalan dari setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis,
jumlah penyesuain untuk setiap item laporan keuangan yang terkena
dampak dan yang terkait laba per saham dasar dan dilusian (jika

menerpakna PSAK 56: laba per saham).


jumlah penyesuaian terkait periode-periode sebelum penyajian, sepanjang

praktis.
jika penerapan rerospektif tidak praktis, keadaan yang menyebabkan
ketidakpraktisan serta penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan
akuntansi diterapkan.

8.6 Perubahan Estimasi Akuntansi


Estimasi akuntasi diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan sebagai akibat
dari ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis. Estimasi yang dilakukan
antara lain dalam penentuan piutang tidak tertagih, nilai wajar instrumen
keuangan, umur manfaat aset tetap, dan kewajiban garansi.
Estimasi dapat berubah karena adanya informasi baru atau tambahan pengalaman.
Perubahan estimasi diperlakukan secara prospektif pada periode perubahan, atau
pada periode perubahab dan periode mendatang jika dampaknya lebih dari satu
periode. Jika perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan
liabilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, maka perubahan estimasi tersebut

diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat aset, liabilitas, atau ekuitas terkait
pada periode perubahan.
Pengungkapan yang diperlukan atas perubahan estimasi akuntansi tidak
sekompleks perubahan kebijakan. Jika entitas melakukan perubahan estimasi
akuntansi, maka entitas mengungkapkan:
1. Sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang berpengaruh pada
periode berjalan, atau diperkirakan akan berdampak pada periode
mendatang jika praktis untuk mengestimasi dampak di periode mendatang.
2. Ketidakpraktisan dalam mengungkapkan dampak pada periode mendatang
sehingga tidak diungkapkan.
Ilustrasi 8.10
Suatu entitas memiliki mesin yang dibeli pada tanggal 1 Januari 20X0 seharga
Rp100.000.000. mesin tersebut diperkirakan memiliki umur manfaat 10 tahun
dengan nilai sisa Rp10.000.000. pada tanggal 1 Januari 20X3, terjadi perubahan
estimasi, dimana umur manfaat mesin diperkirakan masih tersisa 8 tahun lagi dan
tanpa nilai sisa. Tentukan perlakuan akuntansi yang tepat untuk perubahan ini.
Jawab:
Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah tercatat mesin sebelum
penyusutan tanggal 1 Januari 20X3:

Jumlah tercatat setelah depresiasi 31 Desember 20X2


= Rp100.000.000 (3 X Rp9.000.000)
= Rp73.000.000
Jumlah depresiasi per tahun mulai 20X3 adalah
= Rp73.000.000 : 9

= Rp8.111.111
Tidak diperlukan penyesuaian untuk pencatatan tahun sebelumnya, karena
perubahan estimasi diperlukan prospektif. Namun jika dampak perubahan tersebut
dianggap signifikan, entitas dapat mengungkapkan efek dari perubahan beban
depresiasi atas laba bersih terhadap periode-periode yang terpengaruh.
8.7 Kesalahan
Kesalahan dapat terjadi dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, atau
pengungkapan

unsur-unsur

laporan

keuangan

karena

adanya

kesalahan

interpretasi fakta dan keadaan yang ditemui pada tanggal pelaporan. Jika
kesalahan terjadi adalah material, maka laporan keuangan tidak lagi sesuai dengan
PSAK. Kesalahan yang ditemui pada periode berjalan, sebelum laporan keuangan
diterbitkan, harus diperbaiki pada periode tersebut. Namun jika kesalahan material
terjadi pada periode sebelumnya, maka entitas harus mengoreksi kesalahan
tersebut secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama yang
diterbitkan setelah kesalahan tersebut ditemukan, dengan cara:
1. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu dimana
kesalahan terjadi, atau
2. Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu yang paling awal, menyajikan
kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu yang
paling awal.
Aturan ketidakpraktisan penerapan retrospektif untuk kesalahan serupa dengan
perubahan kebijakan akuntansi. Jika tidak praktis untuk menentukandampak
kesalahan pada periode tertentu dalam informasi komparatif, maka entitas dapat
menyajikan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode paling
awal yang praktis untuk penyajian kembali retrospektif, yang mana bisa jadi
merupakan periode berjalan. Jika tidak praktis, maka entitas dapat menyajikan
informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara prospektif dari tanggal
paling praktis.
Jika terjadi kesalahan, selain membuat koreksi pada penyajian, entitas juga harus
mengungkapkan hal-hal berikut:

1. Sifat kesalahan periode lalu


2. Untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis, jumlah koreksi untuk setiap
item laporan keuangan yang terkena dampak dan yang terkait laba per
saham dasar dan dilusian (jika menerapkan PSAK 56:laba per saham)
3. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal
4. Jika penerapan retrospektif tidak praktis, keadaan yang menyebabkan
ketidakpraktisan serta penjelasan bagaimana dan mulai kapan kesalahan
telah dikoreksi.
Ilustrai 8.11
Selama 20X3, PT A menemukan bahwa suatu beban dibayar di muka yang
dibayarkan pada tahun 20X1 sebesar 1.000 belum pernah diakui dalam laba rugi.
Beban yang seharusnya telah diakui pada tahun 20X1 dan 20X2 adalah 100 dan
200. Sementara itu beban terkait pada tahun 20X3 adalah 300. Kesalahan tersebut
dianggap material.
Diketahui data laporan keuangan 20X3 sebelum diterbitkan, dan data 20X2 adalah
sebagai berikut:

Tentukan perlakuan akuntansi yang tepat untuk kasus tersebut.


Jawab:
Dengan asumsi dianggap praktis, koreksi dan penyajian komparatif dibuat sejak
20X2.
Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Laporan keuangan 20X2 perlu disajikan kembali, dan draf 20X3 perlu diperbaiki
sebagai berikut:

Entitas perlu mengungkapkan sifat kesalahan yang terjadi dan bagaimana


penghitungan atas koreksi diperoleh.
8.8 Perubahan Klasifikasi atau Penyajian
Dalam beberapa hal, entitas dapat melakukan perubahan dalam klasifikasi atau
penyajian item dalam laporan keuangan walaupun tidak ada perubahan kebijakan.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh penyajian yang lebih tepat. Jika hal tersebut
terjadi, maka perlu dibuat penyajian kembali laporan keuangan komparatif,
sepanjang praktis, dan pengungkapan yang diperlukan.
Sebagai contoh, suatu entitas sampai dengan tahun 20X0 menyajikan seluruh
kewajiban bersih untuk imbalan pasca kerja sebagai liabilitas jangka panjang.
Mulai tahun 20X1, entitas ingin membagi liabilitas tersebut ke dalam porsi jangka
pendek dan jangka panjang. Jika entitas memiliki informasi yang cukup, maka
laporan keuangan tahun 20X0 perlu disajikan kembali, dan laporan posisi
keungan per periode komparatif awal juga perlu disajikan.

Pajak penghasilan
8.9 Pendahukuan
Pajak penghasilan diatur dalam PSAK 46: Pajak Penghasilan. Dalam akuntasi
pajak dikenal istilah pajak kini dan pajak tangguhan. Pajak kini adalah jumlah
pajak penghasilan terutang atau dilunasi atas laba kena pajak atau rubi pajak untuk
satu periode. Pajak tangguhan dapat berupa aset atau liabilitas pajak tangguhan.
Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan di
masa depankarena adanya perbedaan temporer yang dapat dikurangkan,
akumulasi rugi pajak yang belum dikompensasi, dan akumulasi kredit pajak yang
belum dimanfaatkan. Sementara liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak
penghasilan yang terutang di masa depan akibat adanya perbedaan temporer kena
pajak.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas
pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajak, merupakan nilai yang terkait
dengan aset atu liabilitas untuk tujuan pajak. Dengan demikian, aset dan liabilitas
menurut pencatatan akuntansi dapat berbeda dengan aset dan liabilitas untuk
tujuan pajak. Laba pun demikian, dimana ada laba akuntasi yang berupakan laba
rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak, dan ada laba kena pajak
atau laba fiskal yang merupakan laba rugi selama satu periode yang dihitung
berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak. Laba fiskal dan/atau
aset dan liabilitas untuk tujuan pajak akan menjadi patokan penghitungan pajak
penghasilan terutang.
Sesuai aturan pajak, pajak penghasilan (pph) ada yangbersifat final. Pph final
adalah pajak setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan
yang dikenakan pph final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang
terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final.
8.9.1 Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) secara sederhana merupakan nilai aset dan liabilitas
menurut pajak. DPP aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan terhadap setiap
manfaat ekonomi kena pajak yang akan diterima entitas saat pemulihan jumlah

tercatat aset tersebut. Jka manfaat ekonomi tidak dikenakan pajak, maka DPP
sama dengan jumlah tercatat. Contoh:
1. Piutang usaha dengan jumlah tercatat 10. Saat pendapatan usaha terkait
sudah diperhitungkan dalam laba kena pajak, maka DPP piutang usaha
adalah 10.
2. Piutang bunga dengan jumlah tercatat 10. Penghiutngan pajak atas
penerimaan bunga terkait dikenakan atas dasar kas, maka DPP piutang
bunga adalah nihil.
Sementara itu DPP liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi setiap
jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak dikurangi setiap jumlah yang
dapat dikurangkan untuk tujuan pajak terkait liabilitas tersebut dimasa depan.
Contoh, jumlah tercatat suatu liabilitas jangka pendek mencangkup beban yang
masih harus dibayar sebesar 10:
1. Jika beban tersebut akan dikurangkan untuk tujuan pajak atas dasr kas,
maka DPP beban yang masih harus dibayar adalah nihil (jumlah tercatat
10 jumlah yang dapat dikurangkan 10)
2. Jika beban tersebut telah dikurangkan untuk tujuan pajak, maka DPP
beban yang masih harus dibayar adalah 10 (jumlah tercatat 10-julah yang
dapat dikurangkan 0).
8.10 Pengakuan
8.10.1 Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada
laporan laba-rugi untuk periode berjalan, kecuali jika pajak penghasilan berasal
dari
Transaksi atau kejadian yang diakui diluar laba rugi (yaitu di penghasilan
komprehensif lain atau langsung ke ekuitas) atau (b) kombinasi bisnis. Jika pajak
kini dan pajak tangguhan terkait dengan transaksi yang diakui di penghasilan
komprehensif lain (atau ekuitas), maka pajak tersebut diakui di penghasilan
komprehensif lain (atau ekuitas)

8.10.2 Pengakuan Aset dan Liabilitas Pajak Kini


Pengaturan dalam PSAK 46 terkait pajak kini adalah sebagai berikut:
1. Pajak terhutang, yaitu jumlah pajak kini yang harus dibayar unuk periode
kini dan periode sebelumnya, yang belum dibayar diakui sebagai liabilitas.
2. Jika jumlah yang dibayar melebihi jumlah pajak terutang, maka selisihnya
diakui sebagai aset.
3. Manfaat yang terkait rugi pajak yang dapat ditarik kembali untuk
pemulihan pajak kini dari periode sebelumnya harus diakui sebagai aset.
8.10.3 Pengakuan Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan
DPP yang berbeda dengan jumlah tercatat aset atau liabilitas akan memunculkan
perbedaan temporer. Beberapa perbedaan temporer timbul saat periode pengakuan
penghasilan dan beban berbeda antara akuntansi dan pajak. Perbedaan temporer
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences)
Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak
tangguhan. Pengecualian dikenakan pada (a) pengakuan awal goowill dan
(b) pengakuan aset atau liabilitas dari transaksi selain kombinasi bisnis dan
jika pada saat transaksi tidak ada pengaruh terhadap laba akuntansi dan
laba kena pajak.
2. Perbedaan temporer yang terdapat dikurangkan (deductible temporary
differences)
Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar jumlah laba kena pajak akan
memadai sehingga perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan. Pengecualian
dikenakan pada aset pajak tangguhan yang timbul dari pengakuan awal
aset atau liabilitas yang (a) bukan berasal dari transaksi kombinasi bisnis,
dan (b) pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba
kena pajak.
Perbedaan Temporer Kena Pajak
Contoh perbedaan temporer kena pajak adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan bunga diakui dalam laba akuntansi secara akrual, tetapi


dihitung dalam laba kena pajak setelah kas diterima (DPP piyang nihil).
2. Asumsi penyusutan yang digunakan berbeda antara akuntansi dan pajak,
sehingga penyusutan secara akuntansi lebih lambat dibandingkan
penyusutan menurut pajak (DPP aset adalah sebesar biaya perolehan
dikurangkan penyusutan pajak).
3. Biaya pengembangan dikapitalisasi secara akuntansi, tetapi dikurangkan
dalam laba kena pajak pada periode terjadinya (DPP biaya pengembangan
nihil).
Ilustrasi 8.12
Suatu entitas membeli peralatan dengan biaya perolehan 100 pada tanggal 1
Januari 20X1. Entitas tersebut memperkirakan umur manfaat mesin adalah lima
tahun, dan mesin disusutkan dengan metode garis lurus. Jika peraturan pajak
mengharuskan aset jenistersebut disusutkan selama empat tahun dengan metode
garis lurus, maka akan terdapat perbedaan antar jumkah tercatat dan DPP
peralatan tersebut.

Perbedaan temporer yang timbul adalah sebagai berikut:

Karena penyusutan akuntansi lebih lambat dari pada penyusutan pajak, maka akan
timbul liabilitas pajak tangguhan, dengan asumsi tarif pajak sebesar 30%, sebagai
berikut
31 Desember 20X1 = 30% X 5 = 1,5

31 Desember 20X2 = 30% X 10 = 3


31 Desember 20X3 = 30% X 15 = 4,5
31 Desember 20X4 = 30% X 20 = 6
31 Desember 20X5 = 0

Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan


Contoh perbedaan yang dapat dikurangkan adalah sebagai berikut:
1. Biaya manfaat pensiunan dapat dikurangkan dari laba akuntansi, tetapi
menurut pajak biaya tersebut baru dikurangkan saat dibayarkan pada saat
iuran atau manfaat pensiunan dibayar oleh entitas.
2. Biaya riset diakui dalam laba akuntansi tetapi tidak dikurangkan dalam
laba kena pajak hingga periode selanjutnya.
Ilustrasi 8.13
PT MNO menerima sewa dibayar dimuka pada tanggal 1 Januari 20X1 untuk
jangka waktu 4 tahun sebesar 100. Untuk tujuan pajak, pendapatan sewa tersebut
dikenakan dengan basis kas.
Dalam hal ini, DPP sewa diterima dimuka adalah nol. Sehingga perbedaan
temporer yang muncul adalah sebesar 100. Dengan asumsi tarif pajak 30%, maka
aset pajak tangguhan yang timbul adalah 30 (30% x 100). Perbedaan temporer dan
aset pajak tangguhan ini akan habis pada akhir tahun 20X4
PSAK 46 lebih jauh juga menyebutkan bahwa perbedaan temporer juga muncul
dari hal-hal berikut ini:
1. Aset dan liabilitas yang diambil alih dalam kombinasi bisnis diakui
sebesar nilai wajar, sementara tidak ada penyesuain serupa untuk tujuan
pajak.
2. Revaluasi aset yang tidak diperkenankan untuk tujuan pajak.
3. Goodwill atau goodwill negatif yang timbul dalam kombinasi bisnis.
4. DPP dan jumlah tercatat pada pengkauan awal aset atau liabilitas berbeda,
misalnya saat entitas menerima hibah pemerintah yang tidak kena pajak.
5. Jumlah tercatat investasi pada entitas anak, cabang, entitas asosiasi, atau
ventura bersama berbeda dengan DPP investasi.

Ilustrasi 8.14
PT. ABC mengakuisisi PT XYZ pada tahun 20X1 dengan membayar kas sejumlah
400. Pada saat akuisisi, posisi keuangan PT XYZ terdiri atas:
a. Persediaan
150
b. Piutang usaha 100
c. Modal saham 250
Nilai wajar persediaan pada saat akuisisi disepakati sebesar 200, tetapi peraturan
pajak tidak mengakui perbedaan nilai wajar dengan jumlah tercatat tersebut,
sehingga hal ini menimbulkan liabilitas pajak tangguhan yang akan meningkatkan
nilai goowill.
Dengan asumsi pajak 30%, maka liabilitas pajak tangguhan yang muncul adalah
sebesar 30% (200-150), dan jurnal untuk mencatat transaksi akuisisi tersebut
adalah sebagai berikut:
Db. Persediaan
200
DB. Piutang Usaha
100
DB. Goodwill
115
Kr. Kas
400
Kr. Liabilitas pajak tangguhan 15
Terkait penilaian kembali aset, revaluasi aset menurut pajak dapat berbeda dengan
revaluasi menurut PSAK. Menurut perpajakan Indonesia, revaluasi aset tetap
dapat dilakukan setiap lima tahun dan tidak merupakan revaluasi menurun. Hal ini
berbeda dengan PSAK 16. Saat merevaluasi aset tetap, entitas di Indonesia perlu
melaporkan ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP) agar nilai revaluasi diakui oleh
DJP, jika tidak maka DPP aset akan tetap menggunakan harga perolehan.
Ilustrasi 8.15
PT DEF membeli tanah senilai 2.000 pada tahun 20X1. Tanah tersebut direvaluasi
menjadi 2.100 pada tanggal 31 Desember 20X2, tetapi kenaikan yang sama tidak
dikenakan pada DPP. Hal ini menimbulkan liabilitas pajak tangguhan yang akan
mengurangi surplus revaluasi. Tanah tersebut kemudian dijual pada tahun 20X4
dengan niali 2.250.

Dengan asumsu tarif pajak, jurnal yang diperlukan pada saat revaluasi 20X2 dan
penjualan adalah sebagai berikut:

Pajak terhutang dihitung atas laba berdasarkan DPP, yaitu 250 (2.250 2.000 ).
Sementara itu beban pajak dihitung berdasarkan laba akuntansi, yaitu 150.
Rugi Pajak yang Belum Dikompensasi
Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak yang belum
dikompensasikan jika besar kemungkinan laba kena pajak dimasa depan akan
memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak yang belum dikompensasikan
tersebut. Aturan yang sama berlaku untuk kredit pajak yang belum dimanfaatkan
(unused tax credit). Di Indonesia, jangka waktu kompensasi rugi (tax loss carryforward period) yang timbul dalam satu periode adalah lima tahun.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah laba kena pajak di
masa depan akan memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi yang belum
dikompensasikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Apakah entitas memiliki perbedaan temporer yang cukup, yang akan
menghasilkan jumlah kena pajak sebelum kompensasi rugi pajak
kadaluarsa.

2. Apakah entitas mungkin mendapat laba kena pajak sebelum kompensasi


rugi pajak kadaluarsa
3. Apakah rugi pajak timbul dari kasus yang dapat diidentifikasikan dan
hampir tidak mungkin berulang.
4. Apakah entitas memiliki kesempatan

perencanaan

pajak

untuk

menghasilkan laba kena pajak sebelum kompensasi rugi pajak kedaluarsa.


Jika laba kena pajak masa depan tidak dinilai memadai, maka aset pajak
tangguhan tidak diakui.
Ilustrasi 8.16
Suatu perusahaan mengalami rugi 6.000 pada tahun 20X1 dan kemudian
membukukan laba sebelum pajak 10.000 pada tahun 20X2.
Pada tahun 20X1, perusahaan tidak memiliki utang pajak, karena tidak ada
pendapatan kena pajak.
Pendapatan kena pajak perusahaan pada tahun 20X2 adalah 4.000 setelah
mengkompensasi rugi yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Dengan asumsi tarif pajak 30%, jurna yang diperlukan pada dua tahun tersebut
adalah:

Beban pajak tangguhan dan beban pajak kini disatukan dalam laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain sebagai beban pajak sebesa 3.000
Investasi pada Entitas Anak, Cabang, Entitas Asosiasi, dan Ventura Bersama
Perbedaan temporer mungkin muncul dalam investasi, misalnya dalam kondisikondisi sebagai berikut:
1. Ada laba entitas anak yang tidak didistribusikan.

2. Perubahan nilai tukar mata uang asing, jika entitas anak berada di Negara
yang berbeda.
3. Pengurangan jumlah tercatat investasi menjadi jumlah yang dapat
dipulihkan.
Entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer
kena pajak terkait dengan investasi pada entitas anak, cabang, entitas asosiasi, dan
ventura bersama, kecuali jika )a) entitas induk mampu mengendalikan waktu
pemulihan perbedaan temporer, dan (b) kemungkinan besar perbedaan temporer
diperkirakan tidak akan terpulihkan di masa depan. Sementara itu, entitas harus
mengakui aset pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan yang timbul dari investasi tersebut hanya jika besar kemungkinan
terjadi (a) perbedaan temporer diperkirakan akan terpulihkan di masa depan dan
(b) laba kena pajak akan tersedia dalam k=jumlah memadai sehingga perbedaan
temporer dapat dimanfaatkan.
8.11 Pengukuran
Sesuai PSAK 46, aset atau liabilitas pajak kini, untuk periode kini dan periode
sebelumnya, diukur sebesar jumlah yang diharapkan akan dibayar (direstitusi)
kepada otoritas pajak, yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Aset
dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan
berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan. Tarif pajak yang
digunakan dalam penghitungan keduanya dapat merupakan tarif yang telah
berlaku atau yang secara substantif telah berlaku pada periode pelaporan.
Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi
pajak sesuai dengan cara yang diharapkan entitas, untuk memulihkan jumlah
tercatat aset atau menyelesaikan jumlah tercatat liabilitas. Aset dan liabilitas pajak
tangguhan tidak boleh didiskontokan. Jumlah tercatat aset pajak tangguhan harus
ditinjau kembali pada akhir periode pelaporan. Jumlah tersebut harus dikurangi
jika besar kemungkinan laba kena pajak tidak lagi memadai untuk
mengkompensasikan aset pajak tangguhan tersebut. Pengurangan tersebut dapat
dibalik jika kemungkinan besar laba kena pajak kembali memadai.

Ilustrasi 8.17
Pada bulan Desember 20X1, tarif pajak diumumkan akan mengalami penurunan,
dari 30% yang berlaku saat ini, menjadi 25% yang akan mulai berlaku tanggal 1
Januari 20X2. PT X membukukan penghasilan kena pajak sebesar 1.000 pada
tahub 20X1. Perbedaan temporer kena pajaknya meningkat sebesar 100 selama
20X1, dimana pada akhir tahun 20X0 jumlahnya adalah 300.
Utang pajak 20X1 dihitung dengan menggunakan tarif 30%, sementara liabilitas
pajak tangguhan yang muncul ditahun 20X1 dihitung dengan tarif 25%. Jurnal
yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Db. Beban Pajak
325
Kr. Utang Pajak
300
Kr. Liabilitas Pajak tangguhan
25
Total liabilitas pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 20X1 adalah 115 (30%
X 300 ) + ( 25% X 100 )
8.12 Penyajian
Saling Hapus
Saling hapus antara aset dan liabilitas pajak kini dapat dilakukan hanya jika
entitas
a) Memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus,
b) Berniat untuk menyelesaikan dengan dasar neto atau merealisasikan aset
dan menyelesaikan liabilitas bersamaan.
Saling hapus antara aset dan liabilitas pajak tangguhan dapat dilakukan hanya
jika:
a) Entitas memiliki hak secara hukum untuk saling hapus aset dan liabilitas
pajak kini,
b) Aset dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan yang
dikenakan oleh otoritas pajak atas entitas kena pajak yang sama, atau
entitas kena pajak berbeda, dengan syarat entitas tersebut bermaksud untuk
memulihkan aset dan liabilitas pajak kini dasar neto atau merealisasikan

aset dan menyelesaikan liabilitas bersamaan pada setiap periode masa


depan dimana jumlah signifikan aset atau liabilitas pajak tangguhan
diharapkan akan diselesaikan atau dipulihkan.
Beban Pajak
Beban atau penghasilan pajak yang berhubungan dengan aktivitas normal
disajikan tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Penyajian tersebut disesuaikan dengan penyajian transaksi dan kejadian terkait
(apakah bagian dari laba rugi, penghasilan komprehensif lain, atau ekuitas)

8.13 Pengungkapan
Secara umum, pengungkapan yang disyaratkan dalam PSAk 46 adalah sebagai
berikut:
1. Komponem utama beban atau penghasilan pajak diungkapkan secara
terpisah
2. Agregat pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan transaksi-transaksi
yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.
3. Jumlah pajak penghasilan yang terkait dengan setiap komponem
penghasilan komprehensif lain.
4. Penjelasan hubungan antara beban atau penghasilan pajak dengan salah
satu atau kedua bentuk berikut:
a) Rekonsilis]asi angka beban (penghasilan) pajak dengan hasil
perkalian laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku
b) Rekonsiliasi angka tarif pajak efektif rata-rata dengan tarif pajak
yang berlaku.
5. Penjelasan mengenai

perubahan

tarif

pajak

yang

berlaku,

dan

perbandingannya dengan periode sebelumnya.


6. Jumlah (dan batas waktu penggunaa, jika ada) perbedaan temporer yang
boleh dikurangkan, rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum
dimanfaatkan yang tidak diakui sebagai aset pajak tangguhan pada laporan
keuangan.

7. Jumlah agregat perbedaan temporer yang dihubungkan dengan investasi


pada entitas anak, cabang entitas asosiasi, dan ventura bersama atas
liabilitas pajak tangguhan yang belum diakui.
8. Terkait setiap tipe perbedaan temporer, rugi pajak belum dikompensasi,
dan kredit pajak dan belum dimanfaatkan, jumlah aset dan liabilitas pajak
tangguhan yang diakui pada
a) Laporan posisi keuangan selama periode penyajian
b) Laba rugi jika jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan pada
poin 1
9. Terkait operasi yang dihentikan, beban pajak yang berhubungan dengan
a) Keuntungan atau kerugian penghentian operasi
b) Laba rugi dari aktivitas normal atas operasi yang dihentikan,
bersamaan dengan jumlah periode sebelumnya.
10. Jumlah konsekuensi pajak penghasilan atas dividen pada pemegang saham
entitas yang diusulkan atau diumumkan sebelum laporan keuangan
diotorisasi untuk diterbitkan tetapi tidak diakui sebagai liabilitas dalam
laporan keuangan.
11. Terkait kombinasi bisnis, perubahan pada jumlah diakui untuk aset pajak
tangguhan praakuisisi, jika entitas adalah pihak yang menyebabkan
perubahan tersebut.
12. Jika manfaat pajak tangguhan yang diperoleh dalam suatu kombinasi
bisnis tidak diakui pada tanggal akuisisi tetapi diakui setelah tanggal
akuisisi, urian kejadian atau perubahan keadaam yang menyebabkan
manfaat pajak tangguhan harus diakui.
Selain itu, entitas juga mengungkapkan jumlah aset pajak tangguhan dan sifat
buktu yang mendukung pengakuannya, jika penggunaan aset pajak tangguhan
bergantung pada apakah laba kena pajak yang dapat dihasilkan pada perode
mendatang melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak yang telah
ada; dan entitas telah mengalami kerugian pada periode kini atau periode
sebelumnya dimana aset pajak tangguhan terkait.
Jika pajak penghasilan terutang pada tarif yang berbeda pada saat sebagian atau
seluruh laba ditahan dibayarkan sebagai dividen, maka entitas harus
mengungkapkan sifat konsekuensi pajak penghasilan potensial yang ditimbulkan
dari pembayaran dividen pada pemegang sahamnya. Disamping itu, entitas

mengungkapkan jumlah konsekuensi pajak penghasilan potensial yang secara


praktis dapat ditentukan dan apakah ada konsekuensi pajak penghasilan lain yang
tidak dapat ditentukan secara praktis.

Anda mungkin juga menyukai