3. Tindakan Siklus II
Siklus II dilakukan dua kali pertemuan atau tatap muka. Hal ini dilakukan
supaya siswa memahami penuh materi yang diajarkan guru. Waktu dalam setiap
kali pertemuan atau tatap muka adalah 2 x 35 menit. Tindakan yang dilakukan
pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan siklus II
Berdasarkan hasil refleksi yang dilaksanakan pada siklus I dilakukan
perubahan untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I.
adapun perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah:
1) Peneliti memberikan penjelasan yang rinci kepada guru kelas yang
bersangkutan mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping supaya pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II guru tidak merasa canggung lagi.
2) Guru lebih meningkatkan pengawasan dan control soswa agar lebih
mengoptimalkan diskusi. Pengawasa dan kontrol guru selama jalannya
diskusi sangat dibutuhkan, mengingat masih ada siswa yang kurang
memperhatikan dan tidak terkondisikan saat diskusi.
3) Guru lebih memotivasi siswa untuk lebih berperan aktif dan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan berkelompok. Jadi semua siswa
mempunyai peranan penting masing-masing tidak hanya bergantung
pada temannya.
4) Guru memberikan teguran dengan segera kepada siswa yang ramai
ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan siklus II
Seperti halnya siklus I, untuk siklus II yang menjadi pelaksana
tindakan adalah guru. Peneliti bertindak sebagai observer. Pada setiap
pertemuan tatap muka dilaksanakan tiga tahapan yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Tes evaluasi siklus II akan
dilaksanakan pada pertemuan kedua. Adapun deskripsi dari pelaksanaan
pembelajaran IS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping pada siklus II adalahs ebagai berikut:
1) Pertemuan I
Pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan hari Senin, 23 Mei
2016 mulai pukul 07.35-08.45 WIB. Materi yang diajarkan pada
pertemuan ini adalah perkembangan teknologi komunikasi. Tujuan
pembelajaran yang akan dicapai adalah siswa menyebutkan macammacam alat komunikasi pada masa lalu dan masa kini serta siswa dapat
menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi pada masa lalu dan
masa kini dengan benar.
a) Kegiatan awal
Pada kegiatan awal apersepsi pertama-tama guru mengucapkan
salam kepada siswa dan memimpin doa kemudian melaksanakan
presensi siswa yang hadir. Guru memberitahu siswa bahwa
pembelajaran akan dilaksanakan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Mind Mapping seperti pertemuan sebelumnya.
Sebelum memasuki materi guru bertanya jawab dengan siswa guna
merangsang pikiran siswa yang berkaitan dengan perkembangan
teknologi komunikasi.
b) Kegiatan inti
Pada tahap ini guru menjelaskan materi tentang perkembangan
teknologi komunikasi, kemudian guru membagi kelas ke dalam 4
kelompok kecil yang setiap kelompok beranggotakan 3 siswa.
Selanjutnya LKS dibagikan oleh guru kepada setiap kelompok
untuk didiskusikan dan dikerjakan, tugasnya yaitu membuat Mind
Mapping mengenai perkembangan teknologi komunikasi. Pada
pertemuan ini sebagian besar siswa terlihat semangat dalam belajar.
Hal ini karena sebagian besar siswa sudah memahami dalam
membuat Mind Mapping.
Waktu untuk dikusi kelompok selesai, guru meminta kepada
setiap kelompok itu mengakhiri dalam mengerjakan tugas.
Selanjutnya guru mempersilakan bagi kelompok yang berani
mempresentasikan hasil diskusinya akan mendapatkan nilai dari
guru. Cara seperti ini sangat menarik bagi siswa, sehingga siswa
erebut untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kemudian guru
meminta siswa untuk memberikan kesimpulan materi
perkembangan komunikasi secara bersama-sama.
c) Kegiatan akhir
Guru memberikan refleksi kepada siswa terhadap pembelajaran
yang telah berlangsung. Untuk melihat peningkatan prestasi siswa,
guru memberikan evaluasi secara lisan.
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua pada siklus II berlangsung pada hari Selasa,
24 Mei 2016. Pembelajaran berlangsung pada pukul 08.10-09.20 WIB.
Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua ini adalah perkembangan
teknologi transportasi. Pertemuan kedua adalah pertemuan terakhir dari
siklus II sehingga pada jam pelajaran kedua akan dilaksanakan tes
evaluasi siklus II guna mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.
Tindakan pada pertemuan kedua ini merupakan lanjutan dari
pertemuan pertama yang merupakan satu rangkaian pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping. Adapun tindakan yang dilakukan pada pertemuan kedua
adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan awal
Pada kegiatan apersepsi pertama-tama guru mengucapkan
salam kepada siswa, kemudian guru mengecek kesiapan
siswa untuk pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang akan
dicapai yaitu siswa dapat menjelaskan perkembangan
teknologi transportasi pada masa lalu dan masa kini dengan
benar. Guru menjelaskan bahwa pembelajaran masih
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping. Sebelum memasuki materi yang akan dipelajari,
guru melakukan apersepsi guna menggali pengetahuan
siswa mengenai materi yang akan dipelajari dengan cara
Tanya jawab.
b) Kegiatan inti
Pada tahap ini guru menjelaskan materi tentang
perkembangan teknologi transportasi. Kemudian guru
membentuk
kelompok
dengan
setiap
kelompok
beranggoatakan 3 siswa. Selanjutnya LKS dibagiakn oleh
guru pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan
dikerjakan, tugasnya yaitu membuat Mind Mapping. Pada
pertemuan ini sebagaian besar siswa terlihat antusias dalam
belajar. Hal ini dikarenakan sebagian besar sudah
memahami dalam mengerjakan Mind Mapping.
Waktu untuk diskusi kelompok selesai, guru meminta
kepada setiap kelompok untuk mengakhiri dalam
mengerjakan tugas, selanjutnya untuk mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas. Pada pertemuan ini, presentasi
dilakukan oleh semua kelompok.
c) Kegiatan Penutup
Pada akhir pertemuan kedua ini dilaksanakan selama satu
jam pelajaran karena akan dilaksanakan tes evaluasi siklus
II. Tes siklus II dilaksanakan secara individu, namun
sebelum dilakukan tes siklus II, terlebih dahulu siswa
bersama dengan guru mengulas materi yang telah dipelajari.
Saat tes evaluasi siklus II semua berjalan dengan tenang
dan lancer. Siswa yang sudah selesai mengerjakan diminta
untuk mengumpulkan hasil pekerjaan dan langsung diminta
mengisi angket respon siswa. Sebelum pelajaran diakhiri,
guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya. Guru menutup pelajaran dengan
salam.
c. Observasi siklus II
Kegiatan observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran IPS
berlangsung. Kegiatan observasi pada siklus II ini difokuskan pada
pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mengamati jalannya embelajaran.
Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan guru pada siklus II
Berdasarkan hasil observasi siklus II hasil yang didapat adalah
sebagai berikut:
a) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping sudah lancer dan tidak canggung lagi. Hal ini
dikarenakan, guru sudah terbiasa dalam menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada
pertemuan sebelumnya.
b) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dengan memggunakan pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping
sudah
sesuai
dengan
langkah-langkah
pembelajaran yang disusun dalam RPP.
c) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping pada siklus II sudah baik dan sesuai langkah-
kepada siswa agar percaya diri dan lancar ketika membacakan hasil
diskusi.
2) Hasil angket respon siswa
Pada pelaksanaan siklus II respon siswa terhadap pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping
menunjukkan peningkatan dari siklus l.
Hasil angket siswa setelah kegiatan pembelajaran siklus II terdapat
96% merasa senang, 92% siswa merasa mudah memahami
pelajaran, 79% siswa ada keberanian mengemukakan pendapat,
92% mendorong siswa lebih kreatif, 83,5% siswa tidak merasa
kesulitan, dan 83,5% siswa dapat bekerjasama. Respon siswa
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada
siklus II baik
3) Prestasi belajar
Tabel 9
Berdasarkan tes individu yang dilaksanakan pada akhir siklus II
didapatkan bahwa siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 11
siswa dengan persentase ketuntasan adalah 92% , rata rata kelas
yang didapatkan siklus II adalah 83,25. Berdasarkan hasil tes
evaluasi siklus II prestasi belajar meningkat dan sudah mencapai
indikator keberhasilan penelitian karena 75% dari siswa mencapai
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang diharapkan yaitu 65,
sehingga tidak perlu dilakukan tindakan siklus berikutnya.
Tabel 10
FrekuensiPrestasi Belajar IPS Siswa Silus II
Dari table diatas dapat disajikan data persentase ketuntasan
belajar siswa siklus II dalam bentuk table sebagai berikut:
Gambar 6 : Grafik persentase ketuntasan belajar IPS siswa
siklus II
Berdasarkan data diatas menunjukkan adanya paningkatan
prestasi belayar IPS siswa pada siklus II. Setelah dilakukan
tindakan siklus II siswa yang tuntas KKM mencapai 11 siswa dan
yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa saja. Berdasarkan data tersebut
persentase ketuntasan siklus II adalah 92%. Rata-rata nilai kelas
pada siklus II adalah 83,25. Dilihat dari pencapaian prestasi belajar
IPS siswa yang sebanyak 92% dan mencapai nilai rata-rata 83.25
maka nilai prestasi pada siklus II sudah memenuhi indikator
penelitian. Berdasarkan hasil refleksi siklus II yang menunjukkan
pencapaian indikator keberhasilan
penelitian, maka siklus II dianggap sudah cukup dan tidak
dilanjutkan untuk siklus berikutnya.
B. Data Lengkap
1. Perbandingan Data Pra Siklus dengan Data Siklus I
Berdasarkan analisis data nilai pra siklus nilai siklus I dapat dilihat adanya
peningkatan prestasi belajar IPS. Pesentase ketuntasan belajar dan nilai rata-rata
kelas meningkat. Pada tabel berikut ini disajikan perbandingan tingkat kemajuan
prestasi siswa pada tindakan pra Siklus dengan tindakan siklus I.
Tabel 11
Perbandingan Data Nilai IPS Pra Siklus Data Nilai Siklus I
2. Perbandingan Data Pra Siklus, Data Siklus I, dan Data Siklus II
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada nilai pra siklus, nilai siklus I,
dan nilai siklus II menunjukan terjadi peningkatan prestasi belajar IPS siswa kelas
IV SD Negeri Nogosaren Gamping Sleman. Berdasarkan nilai pra siklus, nilai
siklus I, dan nilai siklus IIselalu terjadi adanya kemajuan nilai yang diperoleh
siswa.
Berdasarkan data perbandingan nilai pada pra siklus dan tes evaluasi siklus I
dapat diketahui terjadi peningkatan nilai IPS siswa. Pada tindakan pra siklus, nilai
rata-rata yang dicapai siswa adalah 61,67. Setelah dilaksanakan pembelajaran
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada siklus I, nilai
rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi 73,38. Pada pra siklus diketahui
siswa yang tuntas belajar adalah 5 siswa dengan persentase ketuntasan 41.67%.
Setelah dilakukan tindakan siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat
menjadi 8 siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 67%. Pencapaian nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada pra siklus adalah 85 sedangkan nilai tertinggi
pada tindakan siklus I adalah 95, nilai terendah yang diperoleh siswa mengalami
kenaikan. Pada pra siklus nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 45,
sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 55.
Perbandingan peningkatan prestasi belajar IPS siswa dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 12
Perbandingan Data Nilai Pra Siklus, Data Nilai Siklus I, dan Data Nilai
Siklus II
Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat peningkatan prestasi belajar IPS siswa
dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada setiap siklus terjadi peningkatan
prestasi belajar IPS. Nilai rata-rata pada pra siklus 61.67 meningkat menjadi 73,38
pada siklus I. Sedangkan pada Siklus II peningkatan rata-rata terlihat lebih besar
daripada siklus I. Nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah 83,25. Siswa yang
tuntas belajar juga mengalami peningkatan dari setiap siklus. Pada tindakan pra
siklus siswa yang tuntas sebesar 41 ,67%, naik pada siklus I menjadi 67%.
Meningkatnya siswa yang tuntas KKM juga terjadi pada siklus II, siswa yang
tuntas KKM adalah 92%.
C. Peningkatan Pada Siswa, Pembelajaran, dan Kelas
1. Peningkatan pada Siswa
Berdasarkan data perolehan nilai IPS siswa kelas IV SD Negeri Nogosaren
Gamping Sleman, dapat diketahui bahwa nilai pada pra siklus siswa yang dapat
tuntas belajar baru 5 anak dari keseluruhan 12 siswa dengan persentase ketuntasan
adalah 41,67% dan rata-rata nilai kelas adalah 61,67. Setelah diterapkannya
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping,
terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pada hasil tes evaluasi siklus I
ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 67% dan nilai rata-rata kelas menjadi
73,38. Nilai yang diperoleh seluruh siswa meningkat lagi pada siklus II, yaitu
dengan persentase ketuntasan 92% dan nilai rata-rata kelas mencapai 83.25.
Berdasarkan data tersebut, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping berhasil
meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Nogosaren.
belajar mengalami peningkatan sebesar 17,38%. Peningkatan pada siklus I ke siklus II adalah
sebesar 20 % dan rata-rata nilai meningkat dari 62,06 menjadi 69,55 atau sebesar 7,49.
Sedangkan pada hasil penelitian ini dihasilkan yaitu peningkatan pada siklus I ke siklus II
sebesar 25% dan rata-rata meningkat drastis dari 73,38 menjadi 83,25 atau sebesar 9,87. Jadi
dapat disimpulkan hasil penelitian sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
namun pada penelitian ini peningkatan persentase ketuntasan mencapai 25% sedangkan pada
penelitian yang dilakukan Sutrisno peningkatan sebesar 20%.
2. Penelitian yang relevan yang kedua yaitu diambil dari Jurnal ISSN 2088-2092 Jurnal
publikasi pendidikan, Volume V Nomor 3, September 2015 yang dilakukan oleh Natriani
syam dan Judul "Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SDN 54 Kota Parepare. Hasil penelitian yaitu pada siklus I hasil belajar masih dalam kategori cukup yaitu 73%
siswa lulus KKM sedangkan pada siklus II hasil belajar telah mencapai indikator keberhasilan
dengan kategori baik yaitu 88% siswa dapat tuntas KKM. Peningkatan pada siklus I ke siklus
II sebesar 15%. Hasil penelitian yang dilakukan Oleh Natriani Syam dan Ramlah
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Mind
Mapping, sedangkan pada penelitian ini model pembelajaran Mind Mapping dapat
meningkatkan prestasi belajar. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan baik
prestasi belajar maupun
hasil belajar menggunakan model pembelajaran Mind Mapping.
3. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Oleh
Ayung Putri Panuntun Yogyakarta tahun 2013 dengan judul "Peningkatan Prestasi Belajar IPS
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Mind Mapping Pada Siswa Kelas IV SD N Krajan
Poncosari Srandakan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta". Berdasarkan hasil penelitian tersebut
didapat bahwa nilai rata-rata pra siklus sebesar 69,1. Nilai rata-rata siswa pada tindakan siklus I
sebesar 75,75 sedangkan nilai rata-rata pada tindakan siklus II meningkat menjadi 83,5.
Persentase ketuntasan awal sebesar 30%, pada siklus I persentase ketuntasan kelas meningkat
menjadi 70%. Peningkatan prestasi masih berlanjut pada tindakan siklus II. Menurut hasil tes
akhir siklus II persentase ketuntasan kelas meningkat menjadi 90%. Peningkatan prestasi dari
siklus I ke siklus II persentasenya adalah 20%. Sedangkan pada hasil penelitian ini dihasilkan
yaitu peningkatan pada siklus I ke siklus II sebesar 25% dan rata-rata meningkat drastic dari 73,38
menjadi 83,25 atau sebesar 9,87. Jadi dapat disimpulkan hasil penelitian sama-sama dapat
meningkatkan prestasi belajar IPS siswa namun pada penelitian ini peningkatan persentase
ketuntasan mencapai 25% sedangkan pada penelitian yang dilakukan Ayung Putri Panuntun
peningkatan prestasi dari siklus I ke siklus II sebesar 20%.
Hal ini menunjukan bahwa model Mind Map dapat meningkatkan prestasi belajar IPS jika
dilaksanakan dengan langkah-langkah yang benar. Langkah langkah pembelajaran model Mind
Map menurut Cucu Suhana, (2015: 49) adalah: Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai, guru mengemukakan permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik dan
sebaiknya permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik sebaiknya permasalahan yang
mempunyai alternative jawaban, membentuk kelompok yang anggotanya masing-masing 2-3
orang, tiap kelompokmenginventarisasi dan mencatat alternative jawaban hasil diskusi, tiap
kelompok atau secara acak kelompok tertentu membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di
papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru, dari data-data di papan peserta didik diminta
membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
Meskipun pembelajaran IPS menggunakan model Mind Mapping sudah berjalan cukup baik
dengan menerapkan langkah-langkah yang benar, tentu saja masih ada kendala-kendala yang
dihadapi. Kendala yang ditemui pada model Mind Mapping dalam peningkatan prestasi belajar
siswa kelas IV SD Negeri Nogosaren Gamping Sleman tahun ajaran 2015/2016 meliputi: a) masih
banyak siswa yang tidak membawa perlengkapan alat tulis (crayon/pensil warna), b) media yang
terbatas pada kertas, c) karakteristik siswa yang banyak sulit untuk memahami dan menyesuaikan
dalam waktu Singkat, d) guru membutuhkan kepiawaian menggambar. Peneliti mencoba
memberikan solusi untuk mengatasi kendala tersebut antara lain: a) guru memberikan pengarahan
pada siswa untuk membawa alat tulis yang lengkap, b) guru melakukan selingan menggunakan
Mind Map lewat papan tulis yang luas dengan menggunakan kapur warna, c) guru harus lebih
mempelajari karakteristik siswanya, d) guru lebih giat berlatih menggambar agar hasil Mind
Mapping lebih maksimal.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus
pada upaya meningkatkan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Mind Mapping pada siswa kelas IV SD Negeri Nogosaren Gamping Sleman dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif Mind Mapping dapat
membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif. Adanya
pembentukan kelompok dan diskusi kelompok dalam model pembelajaran kooperatif
tipe Mind Mapping, maka akan menunjang peningkatan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Mind Mapping juga mendorong siswa
untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
2. Pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat
meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Nogosaren. Hal ini dilihat
dari persentase kenaikan nilai IPS siswa kelas IV mulai dari pra siklus hingga siklus II.
Pada hasil pra siklus, persentase ketuntasan adalah 41,67%. Setelah dilakukan tindakan
siklus I didapatkan adanya peningkatan prestasi belajar IPS siswa, dapat dilihat dari
persentase ketuntasan yang naik menjadi 67%. Peningkatan prestasi belajar IPS masih
berlanjut pada tindakan siklus II. Berdasarkan hasil tes evaluasi siklus II persentase
ketuntasan naik secara signifikan menjadi 92%. Peningkatan prestasi belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri Nogosaren juga dapat terlihat dari kenaikan rata-rata kelas dari
setiap tindakan yang dilakukan. Pada pra siklus nilai rata-ratankelas adalah 61,67,
kemudian terjadi kenaikan setelah dilakukan tindakan siklus I, nilai rata-rata kelas naik
menjadi 73,38. Pada siklus II nilai rata-rata kelas naik secara signifikan menjadi 83,25.
B. Saran
Berdassarkan penelitian tindakan kelas ini,maka dalam usaha meningkatkan prestasi belajar
IPS siswa SD Negeri Nogosaren Gamping Sleman tahun ajaran 2015/2016, peneliti
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dalam proses
pembelajaran IPS di SD hendaknya dapat dikembangkan lebih lanjut dalam rangka
peningkatan prestasi belajar IPS di sekolah dasar.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam
mengajar sehingga tidak menimbulkan kebosanan siswa dalam mengikuti
pelajaran dan menjadikan pelajaran lebih menarik.
b. Guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pendapat
dengan temannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengajak siswa berdiskusi
atau melaksanakan kerja kelompok.
c. Guru disarankan memberikan perbaikan atau remidi bagi anak yang belum tuntas
3. Bagi siswa
a. Siswa hendaknya lebih percaya diri dalam menyampaikan persentasi hasil diskusi.
b. Siswa hendaknya lebih berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran.