Anda di halaman 1dari 82

RANGKAIAN LISTRIK

DASAR
Oleh : Drs. Sriyadi Purwoko
TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK
SMK NEGERI 7 (STM PEMBANGUNAN) SEMARANG
Disusun oleh : Andika Jaka Saputra (1111468)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya dapat terselesaikan Rangkuman Pembahasan Pelajaran
Rangkaian Listrik Dasar Arus Searah.
Rangkuman ini merupakan kumpulan catatan pelajaran Rangkaian Listrik
Dasar yang disampaikan kepada para siswa Program Keahlian Teknik Instalasi
Tenaga Listrik SMK Negeri 7 Semarang dari tahun ke tahun. Mengingat
pentingnya Ilmu Listrik tentang Rangkaian Listrik Dasar, kami menggunakan
metode penugasan setiap uraian pokok bahasan beserta soal-soal pendukung
agar siswa dapat dan mampu aktif memahaminya.
Pembahasan rangkuman ini akan dilengkapi dengan uraian-uraian
perumusan secara khusus sebagai pemahaman awal sebelum pokok bahasan
baru, misalnya asal mula tahanan seri dan pararel, penandaan rugi tegangan
dan lain-lain. Harapan kami, agar siapa saja yang akan mempelajari ini akan
mendapat kemudahan pemahaman.
Sudah barang tentu masih banyak kekurangan disana-sini, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun kami terima dengan senang hati demi
kesempurnaan selanjutnya. Semoga bermanfaat, terima kasih.

Penulis

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .............................................................................................


KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1. Bahan Dan Elektron.................................................................................... 1
2. Arus Listrik dan Arus Elektron ................................................................... 2
3. Potensial Listrik .......................................................................................... 3
4. Tahanan Penghantar ................................................................................... 4
5. Tahanan Seri dan Tahanan Pararel .............................................................. 7
6. Koefisien Temperatur Tahanan ................................................................. 13
BAB II. ANALISA RANGKAIAN
1. Hukum Ohm ............................................................................................. 17
a. Sambungan Seri Tahanan .............................................................. 17
b. Sambungan Pararel Tahanan ......................................................... 20
c. Penyederhanaan Rangkaian ........................................................... 22
d. Penandaan Rugi Tegangan ............................................................ 26
2. Hukum Kirchoff ....................................................................................... 27
a. Hukum Kirchoff Arus (HKA) ........................................................ 28
b. Hukum Kirchoff Tegangan (HKT)................................................. 28
c. Cara Penyelesaian Dengan menggukanan Hk.Kirchoff .................. 28
3. Teori Super Posisi..................................................................................... 32
4. Transformasi Rangkaian Tahanan Delta-Star/Star-Delta ........................... 38
a. Transformasi - Y ...................................................................... 39
b. Transformasi Y - ...................................................................... 41
5. Teori Thevenin ......................................................................................... 49
a. Transformasi Rth (R Thevenin) ..................................................... 49
b. Transformasi Vth (V Thevenin) .................................................... 50
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

ii

c. Kesimpulan ................................................................................... 50

BAB III. TEORI PELENGKAP


1. Daya Listrik ................................................................................................... 53
2. Kerja Daya dan Energi Listrik ........................................................................ 54
3. Perluasan Batas Ukur ..................................................................................... 56
a. Kumparan Putar Diarancang Sebagai Amperemeter ....................... 57
b. Kumparan Putar Diarancang Sebagai Voltmeter ............................ 60
4. Sambungan Battery ........................................................................................ 63
a. Sambungan Seri Battery ................................................................ 64
b. Sambungan Pararel Battery............................................................ 66
5. Rangkaian Kapasitor ...................................................................................... 67
a. Sambungan Seri Kapasitor............................................................. 68
b. Sambungan Pararel Kapasitor ........................................................ 70
6. Magnet ........................................................................................................... 72
a. Hukum Gaya Magnet ..................................................................... 73
b. Kuat Medan Magnet ...................................................................... 73

TAMBAHAN KUMPULAN SOAL ......................................................................... 75

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1. Bahan Dan Elektron


Menurut pelajaran ilmu Fisika bahwa semua zat baik padat, cair, maupun
gas yang kemudian kita sebut dengan bahan (dalam konteks ini bahan listrik)
yaitu semua zat yang digunakan/dimanfaatkan untuk bahan kelistrikan. Terdiri
dari bagian-bagian terkecil yang disebut molekul. Molekul terdiri dari partikelpartikel yang lebih kecil yang disebut dengan atom. Suatu atom tersusun dari inti
atom (Nucleus). Nucleus terdiri dari 2 partikel yaitu proton dan neutron. Proton
dinyatakan bermuatan positif, sedangkan neutron dinyatakan tidak bermuatan
(netral). Antara proton dan neutron terikat sangat kuat menjadi inti atom.
Elektron, yaitu partikel yang sangat kecil bergerak mengelilingi inti atom pada
garis orbit berbentuk elips. Elektrondinyatakan mempunyai muatan negatif
dengan massa yang sangat kecil kurang lebih sebesar 1/1640 massa proton.

Gambar 1. Susunan Atom Suatu Bahan

Beberapa hal yang perlu dimengerti tentang Atom :


Massa sebuah proton 1,66 x 10-27 Kg
Massa sebuah elektron 9,1096 x 10-31 Kg
Dengan satuan muatan Coulomb
1 coulomb = sejumlah muatan elektron 6,242 x 1018 Elektron
1 elektron = 1,602 x 10-19 Coulomb
Ternyata setiap bahan memiliki sejumlah proton dan elektron pada atomatomnya. Jika jumlah proton dan elektron pada setiap atom dari suatu bahan
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

sama besarnya, maka bahan tersebut dikatakan netral. Akan tetapi ada
kemungkinan bagi kita untuk memindahkan elektron-elektron yang dimiliki oleh
suatu bahanketempat lain bisa juga kita menambahkan jumlah muatan elektron
kedalam bahan tersebut. Akibatnya jumlah elektron menjadi tidak sama. Kondisi
ini dikatakan bahan tersebut bermuatan listrik. Selain itu setiap bahan
mempunyai jumlah elektron dari setiap atomnya yang berbeda.

2. Arus listrik dan Arus Elektron


Sebuah sumber listrik memiliki kutub positif dan kutub negatif, apabila
pada kutub positif dan kutub negatif tersebut dipasang saluran penghubung
berupa penghantar listrik, maka akan terjadi perpindahan elektron dari kutub
negatif ke kutub positif melalui penghantar tersebut. Perpindahan ini dalam
upaya mencari keseimbangan jumlah proton dan elektron dalam setiap atomnya.

Gambar 2. Arus Listrik dan Arus Elektron

Dari kejadian diatas dapat dibayangkan sebagai berikut:


Sebuah penghantar listrik dalam kondisi normal, jumlah elektron dan
proton pada setiap atomnya dikatakan setimbang, tetapi setelah ujung-ujung
penghantar tersebut disambung dengan kutub positif dan kutub negatif dari
sumber listrik, maka elektron akan mendesak elektron-elektron pada penghantar
dan terjadilah perpindahan elektron pada penghantar. Perpindahan elektron
pada penghantar ini disebut dengan arus elektron. Pada pembahasan teori listrik
tidak mempermasalahkan lebih jauh tentang arus elektron, yang lebih penting
adalah memahami arus listrik.
Arus listrik berlawanan dengan arah arus elektron. Jika arus elekton dari
kutub negatif ke kutub positif maka arus listrik dari titik yang bermuatan positif
menuju ke titik negatif. Karena yang bergerak adalah elektron sedangkan
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

protonnya tetap. Ternyata dari setiap bahan masing-masing mempunyai


kandungan elektron yan tidak sama, antara bahan satu dengan bahan lainnya.
Olehkarena itu akan dapat diketahui sifat bahan itu sendiri yang berkaitan
dengan jumlah elektron.
Jika suatu bahan mempunyai jumlah elektron yang banyak dari setiap
atomnya maka bahan tersebut bersifat sebagai penghantar, tetapi jika suatu
bahan jumlah elektronnya sangat sedikit, bahan tersebut bersifat sebagai bahan
penyekat.
Satuan dari arus listrik adalah Ampere (A), yang diambil dari nama Andre
Marie Ampere (1775-1836) yang menyatakan bahwa besar satu ampere adalah
jumlah muatan listrik sebesar 6,24 x 1018 elektron, mengalir pada suatu titik
tertentu dalam waktu satu detik. Jadi dapat disimpulkan :

6,24 x 1018 Elektron = 1 coulomb


1 ampere = 1coulomb/detik

3. Potensial Listrik
Sebuah elemen Volta mempunyai 2 plat (tembaga dan seng) dicelupkan
dalam suatu larutan asalm sulfat (H2SO4) akibat dari reaksi kimia, muatanmuatan elektron yang dimiliki oleh tembaga akan berpindah dan mengendap
pada batang zinc, sehingga batang zinc berkelebihan muatan elektron atau
menjadi bermuatan negatif sedang plat tembaga kekurangan elektron dan
bermuatan positif. Kedua plat tembaga dan zinc itu dikatakan berbeda
muatan/beda potensial (bertegangan).

Gambar 3. Elemen Volta

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

Potensial pada suatu titik dinyatakan sebagai besarnya kerja (usaha) yang
dilakukan untuk membawa satu satuan muatan positif satu coulomb dari tempat
tak terhingga menuju titik tersebut.
Tegangan listrik dengan satuan volt (V) diambil dari nama Alexander Volta
(1748-1827). 1 volt adalah perubahan energi sebesar 1 joule yang dialami oleh
muatan listrik sebesar 1 coulomb

1 Volt =

4. Tahanan Penghantar
Tahanan listrik dari suatu bahan adalah merupakan angka ketetapan yang
menunjukkan kemampuan menghantarkannya arus elektron. Tahanan atau
sering disebut hambatan / resistor / werstand diberi lambang R dengan satuan
ohm (), diambil dari nama George Simon Ohm (1787-1945)

Gambar 4. Simbol Tahanan R

Bahwa semua bahan mempunyai muatan elektron pada setiap atomnya,


jumlah elektron dari atom suatu bahan berbeda dengan jumlah elektron dari
atom bahan yang lain.
Jika suatu bahan mempunyai kandungan muatan elektron yang banyak
dari setiap atomnya bahan ini akan mudah menghantarkan arus elektron atau
arus listrik, arus elektron tidak terhambat yang artinya tahanannya kecil, bahan
ini disebut dengan bahan penghantar/konduktor. Sebaliknya suatu bahan yang
mempunyai sedikit muatan elektron dari setiap atomnya maka bahan ini akan
menghambat aliran elektron atau arus listrik yang artinya tahanannya besar. Dan
bahan ini disebut bahan penyekat atau isolator.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

Besar kecilnya tahanan suatu bahan khususnya bahan penghantar, dapat


dihitung berdasarkan nilai tahanan jenis dari bahan tersebut.

Gambar 5. Pengukuran Tahanan Beban

Angka ketetapan yang menunjukkan nilai tahanan dari setiap


bahan disebut dengan Tahanan Jenis ( / rho) yaitu nilai
tahanan antara 2 permukaan dari suatu bahan dengan
penampang (luas permukaan)/Area, A= 1m2 dan panjang l = 1m
alam satuan ohm

Besarnya tahanan dari suatu bahan dapat dirumuskan :

Contoh :
1) Sebatang penghantar mempunyai panjang 100 m, penampang 4mm2
dengan tahanan jenis 50. Berapa tahanan penghantar dari batang
tersebut?
penyelesaiannya seperti berikut :
Diketahui : l

= 100 m

= 4mm2 = 4.10-6m2

= 50 = 50.10-6. 10-2m
= 50.10-6. 10-2. m
= 50.10-8m
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

Hitung

: Tahanan R!

Jawab

: R

.
.

= 50.102 . 25
= 1250 . 10-2
= 125.10-2
R

= 12,5

2) Dari soal nomer 1 diatas, berapa panjang penghantar agar tahanannya


menjadi 7,5 ?
Diketahui: A

= 4mm2 = 4.10-6m2
= 50 = 50.10-6. 10-2m
= 50.10-8m

= 7,5

Hitung : l
Jawab : R

7,5 =
7,5 =

.
.

7,5 = 12,5.102 . l
,

= 60 m

, .
, .
,
,

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

5. Tahanan Seri dan Tahanan Pararel


a.

Tahanan seri
Beberapa buah tahanan dikatakan tersambung seri adalah jika tahanan

tahanan tersebut tersambung berurutan dari tahanan satu ke tahanan berikutnya

Gambar 6. Tahanan Seri

Besarnya tahanan total dari beberapa tahanan yang tersambung seri


tersebut

dapat

dianalisa

dengan

memperhatikan

perumusan

tahanan

penghantar. Jika sebatang penghantar mempunyai panjang l meter dengan


panampang A m2, tahanan jenis ohm meter (m), maka dapat dirumuskan.

RAB =

Gambar 7. Tahanan Penghantar Yang Terbagi

Jika penghantar tersebut dari A-B sepanjang l, kita bagi menjadi 3 bagian
masing sepanjang l1 l2 l3, berarti l = l1+l2+l3, maka :

R A-B =

R A-B =

l1+l2+l3
A
.

R A-B = R1 + R2 + R3

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

Kesimpulan : beberapa buah tahanan yang tersambung seri mempunyai


tahanan total yang merupakan jumlah dari nilai tahanan yang tersambung seri
tersebut.

b. Tahanan pararel
Tahanan tersambung pararel adalah suatu rangkaian(sambungan) dari
tahanan tahanan yang diletakkan sejajar kemudian setiap ujung dari 2 tahanan
digabungkan. 2 buah tahanan yang tersampung pararel mempunyai tahanan
pengganti (RP)

Gambar 8. Tahanan Pararel

Untuk dapat merumuskan tahanan pengganti (RP) dari kedua tahanan


yang tersambung pararel dapat kita analisa dari perumusan 2 batang penghantar
dari bahan yang sama, mempunyai tahanan jenis yang sama, panjang sama,
penampang berbeda, kemudian dihubungkan pararel (gambar 8).
Dua buah penghantar dihubungkan pararel, penghantar 1 : panjang l1, tahanan
jenis 1, penampang A1, tahanan R1. Penghantar 2 : panjang l1, tahanan jenis 2
, penampang A2, tahanan R2. Kedua penghantar digandeng pada ujungnya
sehingga tersambung pararel seakan akan kedua penghantar tersebut lengket
tergabung menjadi satu sehingga mempunyai penampang gabungan A = A1+A2,
artinya tahanan pengganti RP dari kedua pengahantar yang menjadi satu.

RP =

RP =

=
.

RP

+
.
.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

contoh :
1)

Gambar 9. Rangkaian campuran tahanan

Diketahui beberapa tahanan R1 = 4 , R2 = 4, R3 = 6 , R4 =


6. Buatlah gambar rangkaian dari tahanan-tahanan yang diketahui dan
tentukan nilai tahanan dari rangkaian tersebut.

Diketahui : R1 = 4
R2 = 4
R3 = 6
R4 = 6
Hitung

: Tahanan R keseluruhan!

Jawab

:
R

= Rp1 + Rp2

=(

=(

=(

= 2+3

= 5

.
.

)+(
)+(

)+(

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

2) Apabila kita mempunyai beberapa buah tahanan sebagai berikut :


R1 = 4
R2 = 4
R3 = 6
R4 = 6
Buatlah sambungan/rangkaian dengan menggunakan tahanan-tahanan
yang ada dengan disambung seri, pararel ataupun campuran untuk
mendapatkan tahanan pengganti sebagai berikut :
a) 3

d) 13

b) 7

e) 14

c) 9

f ) 17

Jawaban :
a) R = 3

Rp

=
=

=1
Rs

= Rp + R1
= 1+3

Gambar 10

=3

b) R = 7

Gambar 11

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

10

Rs1 = R1 + R1

Rp =
.

=2+2

=4

=3

Rs2 = Rs1 + Rp
=4+3
=7

c) R = 9

Gambar 12

Rs1 = R2 + R2

Rp =
.

=4+4

=8

=1

Rs2 = Rs1 + Rp
=8+1
=9

d) R = 13

Gambar 13

Rs1 = R3 + R3

Rp =
.

=5+5

= 10

=3

Rs2 = Rs1 + Rp
= 10 + 3
= 13

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

11

e) R = 14

Gambar 14

Rs1 = R4 + R4

Rp =

Rs2 = Rs1 + Rp

=6+6

= 12

=2

= 12 + 2
= 14

f) R = 17

Gambar 15

Rs1 = R3 + R3 + R3

Rp =
.

=5+5+5

= 15

=2

Rs2 = Rs1 + Rp
= 15 + 2
= 17

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

12

6. Koefisien Temperatur Tahanan


Menurut teori yang dipelajari dalam ilmu fisika bahwa semua zat yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami pula perubahan bentuk fisik.
demikian juga halnya dengan penghantar yang mengalami perubahan panjang
dan diikuti oleh perubahan panjan dan diikuti pula oleh perubahan harga
tahanan.
jika penghantar yang mengalami perubahan suhu t = t2 t1 akan diikuti
perubahan panjang l = l2 l1 maka akan diikuti pula perubahan harga
tahanan R = R2 R1.
l1

R1 =

A
l

l1

R
l2
Gambar 16. Perubahan panjang pnghantar akibat perubahan suhu

Dari gambar 16 dapat disimpulkan :

RP =
RP =
RP =
RP =
R2

R = R2 R1

R =
)

l2

= l1 + l

= l1 + l2

= R1 + R

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

13

Ternyata kenaikan atau penurunan suhu penghantar sebanding dengan


kenaikan atau penurunan tahanan penghantar. nilai perubahan tahanan
penghantar akibat perubahan suhu setiap 1C disebut dengan koefisien
temperatur tahanan. koefisien temperatur tahanan diberi lambang yang
dinyatakan sebagai angka ketetapan yang menunjukkan harga kenaikan atau
penurunan dari tahanan penghantar setiap perubahan suhu 1C.
sebagai contoh :
sebatang penghantar pada suhu awal t1 mempunyai tahanan R1
dengan koefisien temperatur tahanan . jika penghantar mengalami perubahan
suhu, naik menjadi t2 maka tahanan penghantar berubah menjadi R2 berarti
R = R2 R1 dan perubahan suhu t = t2-t1, maka perubahan tahanan di
rumuskan :

R = R1 . 1 . (t2-t1)

t2 R2

R2

= R1 + R
= R1 + R1 . 1 . (t2-t1)

R2 = R1 { 1 + 1 . (t2-t1)}

t1 R1

R0 = R1 { 1 + 1 . (t0-t1)}
0

R0 = R2 { 1 + 2 . (t0-t2)}

t0 R0

Keterangan :
R0

= harga tahanan pada suhu t00C

R1

= harga tahanan pada suhu t10C

t0

= suhu pada t00C

t1

= suhu pada t10C

= koefisien tahanan pada suhu t00C

= koefisien tahanan pada suhu t10C

= R2 R1

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

14

selain perubahan tahanan akibat dari perubahan suhu penghantar


ternyata tahanan jenis penghantar juga mengalami perubahan.

jika R1 = R0 { 1 + 0 . (t1 t0)} maka 1 = 0 { 1 + 0 . (t1 - t0)}


jika R0 = R1 { 1 + 1 . (t0 - t1)} maka 0 = 1 { 1 + 1 . (t0 - t1)}
jika kita akan mencari perumusan 1 dari pedoman yang diketahui 0 dan
t1 dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
sebatang penghantar pada suhu 0C mempunyai koefisien temperatur tahanan
0 dengan tahanan R0, jika suhu naik menjadi t1C berarti
R1 = R0 { 1 + 0 . (t1 - 0)} => (i), sedangkan R0 = R1 { 1 + 1 . (0 - t1)} => (ii).
R1 pada persamaan (ii) diganti dengan nilai R1 ruas kanan persamaan (ii)
sehingga :
R0 = R0 (1 + 0 . t1) (1 - 1. t1)
Dari rumus R0 = R0 (1 + 0 . t1) (1 - 1. t1) dapat kita sederhanakan

\
R0

= R0 (1 + 0 . t1) (1 - 1. t1)
=

(1 + 0t1) (1 - 1t1)

= 1 + 0t1

- 1t1

- 1t1

- 1t1

(
1 - 1t1 =

- 1t1

= -1 +

=
1

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

15

Contoh soal :
Sebuah penghantar pada suhu 00C mempunyai nilai tahanan 20 , jika
koefisien temperetur tahanan pada 00C adalah 0,005. Hitung besarnya tahanan
jika suhu berubah menjadi 300C!

Diketahui

: t0 = 00C

0 = 0,005

R0 = 20

t1 = 300C

Hitung

: R1!

Jawab

: R1 = R0 { 1 + 0 . (t1 t0)}
R1 = 20 { 1 + 0,005 . (30 0)}
R1 = 20 ( 1 + 0,005 . 30)
R1 = 20 ( 1 + 0,15)
R1 = 20 + 3
R1 = 23

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

16

BAB II
ANALISA RANGKAIAN

1. Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan bahwa

Perbandingan beda potensial (v) antara 2 titik pada penghantar dengan arus (I)
yang mengalir pada pengantar adalah tetap selama penghantar tidak mengalami
perubahan suhu. Ternyata nilai yang tetap tersebut adalah tahanan (R).
Perhatikan gambar dibawah ini :

Gambar 17. Tahanan Penghantar Untuk Hk. Ohm

Perlu kita ingat bahwa :

a.

Rumus Tahanan (R)

Rumus Arus (I)

Rumus Tegangan (V) :

Sambungan Seri Tahanan


Jika kita mempunyai beberapa buah tahanan yang dihubungkan seri

kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan (E) maka tahanan tahanan


tersebut akan dialiri Arus (I).
Sehingga akan kita peroleh tahanan R1 , R2 , R3 , R4 hingga Rn memiliki
arus yang sama apabila dihubungkan secara seri. Tetapi tegangan pada setiap
tahanan tersebut akan memiliki nilai yang berbeda karena dipengaruhi oleh nilai
tahanan itu sendiri.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

17

Perumusan

Gambar 18. Sambungan Seri Tahanan

= .

= .

= .

=
=

=
=

= (

Dari gambar 18 jika diketahui R1 = 3 , R2 = 6 , I = 1 A.


berapakah nilai V1, V2 dan nilai sumber tegangan (E) tersebut?
Diketahui : R1 = 3
R2 = 6
I=1A
Hitung

: a) nilai V1!

b) nilai V2!

Jawab

: a)

= I . R1

b)

V1

V2

c) nilai E!
c)

E = I (R1.R2)

=1.3

= 1(3+6)

=3V

=9V

= I . R1
=1.6
=6V
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

18

Contoh Soal :
1)

Gambar 19.

Dari gambar 19 diketahui : R1 = 4 , R2 = 3 , R3 = 9


R4 = 2 , E = 9 V
Hitung

: V1, V2, V3, V4!

Jawab

: Rs = R1 + R2 + R3 + R4
= 4+3+9+2
= 18
Gambar 20. Penyederhanaan soal diatas

I=

V1 = I . R1

=
=

V2 = I . R2

.4

.3

V3 = I . R3

V4 = I . R4

.9

.2

=1 V

2)

Gambar 21

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

19

Dari gambar 21 diketahui : R1 = 6 , R2 = 9 , R3 = 3 , V1 = 3V


Hitung
Jawab :

: V2, V3, dan E!


I

V1 = I . R2

V2 = I . R3

.9

1
= 42 A

.3

1
= 12 A

= I (R1 + R2 + R3)
=

(6 + 9 + 3)

. 18

Gambar 22. Penyederhanaan rangkaian

=9V

b.

Sambungan Pararel Tahanan


Dua buah tahanan atau lebih yang disambung pararel akan mempunyai

sebuah tahanan pengganti (Rp). Jika sambungan pararel tersebut dihubungkan


dengan sumber tegangan (E) maka setiap tahanan sebagai cabang pararel,
masing masing akan dialiri arus I1, I2, I3 dst.

Contoh :

Gambar 23.

a.Sambungan Pararel Tahanan


b.Tahanan Pengganti Rangkaian a

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

20

Dari gambar 23 dapat kita analisa sebagai berikut :

= .

=
=

=
.

=
.

Dari gambar 23 jika diketahui R1 = 6 , R2 = 3 , I = 3 A.


berapakah nilai V1, V2 dan nilai sumber tegangan (E) tersebut?
Diketahui

: R1 = 3
R2 = 6
I=1A

Hitung

: a) nilai Rp!

Jawab

: a)

V1

b) nilai I1!

c) nilai I2!

= I . R1
=1.3
=3V

b)

V2

= I . R1
=1.6
=6V

c)

= I (R1+R2)
= 1(3+6)
=9V

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

21

c.

Penyederhanaan Rangkaian
Beberapa buah tahanan yang terangkai menjadi satu memungkinkan
tersambung seri semua, pararel semua atau gabungan dari sambungan seri dan
pararel. Dari sekian jumlah tahanan yang tersambung dalam saru tangkaian
dapat disederhanakan menjadi sebuah tahanan pengganti.
Langkah penyederhanaan rangkaian, dilaksanakan dengan menghitung
tahanan-tahanan yang tersambung seri atau pararel secara langsung, kemudian
secara bertahap diselesaikan hingga diperoleh sebuah tahanan pengganti.

Rs1

= R1 + R2

Rp1

R AD

= Rs1 + Rp1

Gambar 24. Penyederhanaan Rangkaian

Contoh Soal :

1)
2)

Gambar 25

Diketahui : R1 = 9
R2 = 4
R3 = 12
R4 = 6
E =9V
Hitung

: I1, I2, I3 dan I4!

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

22

Jawab

Dari rangkaian diatas dapat disederhanakan secara bertahap sebagai


berikut.

Rp1

=
.

=3

Rs

= R1 + R2
=9+3
= 12

Rp1

=4
Gambar 26. Penyederhanaan Rangkaian

I1 =

.2

=1

=2

I2 =
=
=

. I1
.
A

.I

I4

I3 =

.I
.2
A

. I1

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

23

2)
Diketahui : R1 = 6
R2 = 12
R3 = 6
1
I1 = 1 2 A

Hitung : I2, I3, E !


Gambar 27

Jawab

Rp =
=

=
=4

Rs = R1 +Rp
=4+6
= 10

Gambar 28. Penyederhanaan rangkaian

I2 =
=
=

xI
1
x 12

I3 =

xI

1
x 12

=1 A

E = Rs x I1
1
=10 x 1 2

= 15 V

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

24

3)

Diketahui

Diketahui :
R1 = 6
R2 = 2
R3 = 12
R4 = 3
R5 = 6

`````

E = 18 V

Gambar 29

Hitung : I1, I2, I3, I4, dan I5!


.

Rp1 =

=
=2

Rs1 = R2 + Rp1
=2+2
=4

Rp2 =
=

=
=3
Rs2 = R1 + Rp2
=6+3
Gambar 30. Penyederhanaan soal rangkaian

=9

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

25

I1

I2 =

=2 A

1
= 12

I4 =
=

. I1
.2

. I2
1
. 12

=1A

d.

I3

=
=
=

I5 =

. I1
.2
A

. I2

1
. 12

Penandaan Rugi Tegangan

Penandaan rugi tegangan yaitu pemberian tanda (+) atau (-) pada ujungujung tahanan yang dialiri arus dalam suatu rangkaian. Jika dua buah tahanan
tersambung seri dan kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan (E) maka
akan mengalirkan arus (I) pada setiap tahanan. Apabilakita kehendaki untuk
mengukur rugi tegangan pada setiap tahanan dengan menggunakan sebuah
Voltmeter maka polaritas voltmeter harus sesuai dengan polaritas ujung-ujung
tahanan. (polaritas = tanda (+) atau (-) pada rangkaian)
Beberapa ketentuan untuk mengetahui polaritas ujung-ujung tahanan atau
pemberian tanda (+) dan (-) terhadap ujung-jung tahanan adalah dengan
pedoman :

1. Mengetahui polaritas sumber tegangan E


2. Arus mengalir dari kutub positif E masuk ke kutub (-)
3. Tanda (+) rugi tegangan pada tiap tahanan pada titik arus datang
dan tanda (-) pada titik arus pergi.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

26

Gambar 31. Penandaan Rugi Tegangan

Dari gambar diatas dapat kita lihat titik A (ujung R1) kedatangan arus (I)
kita beri tanda (+). Sedangkan titik B (ujung R1 lainnya) ditinggalkan arus kita beri
tanda (-). Artinya potensial di titik A lebih positif dari pada potensial di titik B.
sehingga jika harga terukur oleh voltmeter adalah V1 maka VAB = +V1 tetapi VBA
= -V1, jika V1 = 6V maka VAB = +6V tetapi VBA = -6V.
Penandaan rugi tegangan ini akan dapat dipakai sebagai pedoman dalam
penyelesaian soal rangkaian pada teori Loop (rangkaian Tertutup) dan juga pada
penggunaan Hukum Kirchoff. Dari Gambar 31 diatas dapat kita analisa

LOOP ABCDEA

+ IR1 + IR2 E = 0

2. Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff adalah suatu kepastian dalam rangkaian yang dapat
digunakan sebagai pedoman untuk menganalisa suatu rangkaian dalam
menghitung arus cabang rangkaian yang mempunyai lebih dari 2 sumber
tegangan atau lebih dari 2 buah rangkaian tertutup. Hukum Kirchoff

terdapat 2

macam yaitu :

a. Hukum Kirchoff Arus (HKA)


b. Hukum Kirchoff Tegangan (HKT)

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

27

a.

Hukum Kirchoff Arus (HKA)


Jumlah

aljabar

dari

arus-arus

yang

bertemu dalam satu titik cabang adalah


sama dengan nol (I = 0)

+I1 + I2 I3 I4 + I5 = 0

Gambar 32. Hukum Kirchoff Arus I = 0

b.

Hukum Kirchoff Tegangan (HKT)


Jumlah aljabar dari rugi-rugi tegangan dan sumber tegangan dalam

rangkaian tertutup adalah sama dengan nol (IR + E = 0)

Diketahui : R1 = 6
R2 = 3
E = 9V
Dihitung : I?

Dijawab :
Loop ABCDEA = +IR1 + IR2 E = 0

c.

Cara Penyelesaian Dengan Menggunakan Hk. Kirchoff


1) Beri tanda abjad pada setiap belokan dan percabangan.
2) Tentukan rangkaian tertutup /Loop.
3) Tentukan arah arus cabang sementara (sesuai dengan praduga),
tentukan pula tanda rugi tegangan (+) dan (-).
4) Buat persamaan Hk.Kirchoff Arus dan buat persamaan Hk.Kirchoff
Tegangan.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

28

5) Sesuaikan tanda rugi tegangan dalam persamaan Hk.Kirchoff


Tegangan dengan tanda arah arus yang mengalir.
6) Buatlah analisa hitungan untuk menghitung arus cabang dengan
eliminasi

Contoh :
1)

Diketahui

: R1 = 6
R2 = 3
R3 = 4
E =6V

Gambar 33. Arah loop dan tanda rugi tegangan

Hitung

: I1 , I2 , I3!

Jawab

Hukum Kirchoff arus I = 0


Dititik B : I I1 I2 = 0
I = I1 + I2
Loop ABEFA =>

-I1R1 R3I + E = 0

-6I1 (I1+I2)4 + 6 = 0
-6I1 4I1 - 4I2 + 6 = 0

-10I1 4I2 + 6 = 0 - - - - - - - - - Loop BCDEB => I2R2 E + IR3 = 0


3I2 6 +4(I1+I2) = 0
3I2 6 + 4I1 + 4I2 = 0
7I2 + 4I1 - 6 = 0 - - - - - - - - - -

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

29

Eliminasi

: -10I1 4I2 + 6 = 0 (x2) -20I1 8I2 + 12 = 0


4I1 + 7I2 - 6 = 0 (x5)

20I1 + 35I2 - 30 = 0

27I2 18 = 0
I2 =
I2 =

Substitusi I2 ke persamaan 1
-10I1 4I2 + 6 = 0
-10I1 4
-10I1

I = I1 + I2

2
+6=0
3

=0

-10I1 +

=0

I=

I=1A

-10I1 = I1 =
I1 =
Jadi dari rangkaian diatas dapat diperoleh Hasil :
I=1A

I1 =

I2 =

2)

Gambar 34

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

30

Diketahui : R1 = 6 , R2 = 6 , R3 = 12
E1 = 6 V, E2 = 3 V, E3 = 9 V
Hitung

: I1, I2, I3!

Jawab

Hukum Kirchoff arus I = 0


Dititik B : I1 I2 I3 = 0
I1 I3 = I2
Loop ABEFA =>

+I1R1 + R2I2 + E2 - E1 = 0
I1.6 + (I1 I3) 6 + 3 - 6 = 0
6I1+ 6I1 6I3 - 3 = 0
12I1 6I3 - 3 = 0 - - - - - - - - - - 1

Loop EDCBE =>

-E3 I3R3 + R2I2 + E2 = 0


-9 I3.12 + (I1 I3) 6 + 3 = 0
6I1 - 6I3 12I3 - 6 = 0
6I1 18I3 - 6 = 0 - - - - - - - - 2

Eliminasi

: 12I1 6I3 - 3 = 0 (x1) 12I1 6I3 - 3 = 0


6I1 18I3 - 6 = 0 (x2) 12I1 36I3 - 12 = 0

30I3 + 18 = 0
30 I3 = -9
9

I3 = 30
3

I3 = 10 A
Substitusi I3 ke persamaan 1
12I1 6I3 - 3 = 0
3

12I1 6 ( 10) - 3 = 0
9

12I1 + 5 - 3 = 0
9

12I1 = 3 - 5
15 9

12I1 = 5 - 5
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

31

12I1 = 5

I2 = I1 - I3

6
5

I1 = 12

I1 =

x
1

I1 = 10 A

I2 =

- (

Jadi Dari Rangkaian Diatas dapat Diperoleh Hasil :


1

I1 = 10 A

I2 =

I3 = 10 A

3. Teori Super Posisi


Teori super posisi menyatakan bahwa setiap sumber tegangan dalam
suatu rangkaian akan mengeluarkan arus ke seluruh cabang rangkaian. Arus
cabang rangkaian merupakan gabungan dari arus arus yang keluar dari setiap
sumber tegangan.
Untuk menghitung arus arus cabang yang keluar dari salah satu sumber
tegangannya, sumber tegangan yang lain dianggap hubung singkat.
Arus cabang rangkaian total merupakan penjumlahan arus sesuai dengan
arah arus cabang yang dikeluarkan dari setiap sumber tegangan.
Contoh Soal :

1)
Diketahui : R1 = 6
R2 = 3
E1 = 6 V
E2 = 3 V
Hitung

: I, dengan cara T.
Super Posisi

Gambar 35

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

32

Jawab :
a. Arus cabang yang dikeluarkan dari E1 adalah I
1

I =

1+ 2

6
= 6+3
6
=9
Gambar 36. Arus I'

2
=3A

b. Arus cabang yang dikeluarkan dari E2 adalah I


I =

3
6+3

=3
9
Gambar 37. Arus I"

=1
A
3

I dan I satu arah maka,


I

= I + I
=

=
= 1A

2)

Diketahui :
R1= 6 , R2 = 12
R3 = 6 , E1 = 6 V
E2 = 12 V, E3 = 3 V
Gambar 38

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

33

Hitung :
a) I1, I2, I3 dengan Hukum Kirchoff!
b) I1, I2, I3 dengan Teori Super Posisi!
Jawab:
a) Dengan Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff arus I = 0
Dititik B : +I1 +I2 I3 = 0
I2 = I3 I1
Loop ABEFA =>

+I1R1 - R2I2 + E2 - E1 = 0
I1.6 + (I1 I3) 12 + 9 - 6 = 0
6I1+ 12I1 - 12I3 + 3 = 0
18I1 - 12I3 + 3 = 0 - - - - - - - -1-

Loop BEDCB =>

- I2R2 + E2 E3 + I3R3 = 0
- 12 (I1 I3) + 9 -3 + 6I3 = 0
-12I1 + 12I3 3 + 6I3 = 0
-12I1 + 18I3 + 6 = 0 - - - - - - -2-

Eliminasi

: 18I1 - 12I3 + 3 = 0 (x2) 36I1 - 24I3 + 6 = 0


-12I1 + 18I3 + 6 = 0 (x3) -36I1 + 54I3 - 18 = 0
30I3 - 12 = 0
30 I3 = 12
I3 =
I3 =

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

34

Substitusi I3 ke persamaan 1
12I1 6I3 - 3 = 0
3

12I1 6 ( 10) - 3 = 0
9

12I1 + 5 - 3 = 0
9

12I1 = 3 - 5

15 9

12I1 = 5 - 5
6

12I1 = 5

I2 = I1 - I3

6
5
I1 = 12

I1 =

x
1

I1 = 10 A

- (

I2 =

Jadi Dari Rangkaian Diatas dapat Diperoleh Hasil :


1

I1 = 10 A

I2 =

I3 = 10 A

b) Dengan Teori Super Posisi


o E1
Sumber E1 mengeluarkan arus I1, I2, I3

Gambar 39.

Rp

=
=

Rs

= Rp + R1

= 4+6

=4

= 10

I1 =

I2 =

. I1

I3 =

. I1
.
A

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

35

o E2
Sumber E1 mengeluarkan arus I1, I2, I3

Gambar 40.

Rp

=
=

Rs

= Rp + R2

= 3+12

=3

I2 =

I1 =

= 15

. I1
.

I3 =
=

. I1
.

o E3
Sumber E1 mengeluarkan arus I1, I2, I3

Gambar 41.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

36

Rp

=
=

Rs

= Rp + R3

= 4+6

=4

I3 =
=

= 10

I2 =
A

. I1

I1 = I1- I1- I1
I1 =

I1 =
=

. I1
.

I2 = I2- I2- I2
I2 =

- +

=-

I3 = I3- I3- I3
I3 =

=
=

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

37

4. Transformasi Rangkaian Tahanan Delta-Star / Star-Delta


Jika kita mempunyai suatu rangkaian dari beberapa buah tahanan yang
dihubungkan dengan sebuah sumber tegangan E, maka untuk menghitung arus
yang mengalir mula mula dengan menyederhanakan rangkaian dari tahanan
tahanan yang tersambung pararek langsung sehingga diperoleh sebuah tahanan
pengganti total.
Namun demikian ada suatu rangkaian dengan tahanan tahanan yang
tidak tersambung seri atau pararek langsung, misalnya pada gambar berikut :

Gambar 42. Contoh rangkaian yang harus diselesaikan dengan cara star delta

R2 dan R4

Bukan tersambung seri/pararel

R1, R3, R5

Bukan tersambung seri/pararel

R1, R2, R3

Tersambung Delta ()

R3, R4, R5

Tersambung Delta ()

R2, R3, R4

Tersambung Star (Y)

Ternyata dari gambar rangkaian tersebut tidak bisa disederhanakan


dengan mencari tahanan tahanan yang tersambung seri langsung atau
tersambung pararel langsung. Tetapi terlebih dahulu harus mencari tahanan
tahanan pengganti dari setiap 3 buah tahanan yang tersambung Delta () atau
mencari tahanan pengganti dari setiap 3 buah tahanan yang tersambung Star (Y),
baru kemudian dapat disederhanakan.
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

38

Mencari 3 buah tahanan pengganti dari sambungan delta menjadi star


atau dari sambungan star menjadi delta seperti ini disebut transformasi delta
star / star delta.

a.

Transformasi - Y
Jika kita mempunyai 3 buah tahanan R1 R2 R3 tersambung dengan titik
sambung 1 2 3, akan kita cari 3 buah pengganti Ra Rb Rc dengan ujung ujung
titik 1 2 3.

Gambar 43. Perubahan rangkaian Delta ke Star

TAHANAN

SAMBUNGAN

SAMBUNGAN

PENGGANTI

DELTA

BINTANG

R1-2

R1-2 =

R2-3

R2-3 =

R3-1

R3-1 =

(
(
(
(
(
(

KESIMPULAN

)
)

R1-2 = Ra + Rb

Ra + Rb =

)
)

R2-3 = Rb + Rc

Rb + Rc =

)
)

R3-1 = Ra + Rc

Ra + Rc =

)
)

)
)

)
)

Dari tabel diatas diperoleh persamaan sebagai berikut :


Ra + Rb =
Rb + Rc =
Ra + Rc =

(
(

_ _ _ _ _ _ Persamaan 1

)
_ _ _ _ _ _ Persamaan 2
)

)
_ _ _ _ _ _ Persamaan 3
)

(
(

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

39

Mencari Ra
Persamaan 1 + Persamaan 3 Persamaan 2
(Ra + Rb) + (Ra + Rc) - (Rb + Rc) =

)
(

)
)

)
1 2+ 2 3+ 1 2+ 1 3 1 3 2 3
1+ 2+ 3

Ra + Rb + Ra + Rc - Rb Rc =

2 Ra =

Ra =

.(

Ra =

_ _ _ _ Persamaan 4

Mencari Rb
Persamaan 1 + Persamaan 2 Persamaan 3
(Ra + Rb) + (Rb + Rc) - (Ra + Rc) =

(
(

(
(

)
)

)
1 2+ 2 3+ 1 3+ 2 3 1 2 1 3
1+ 2+ 3

Ra + Rb + Rb + Rc - Ra Rc =

2 Rb =

Rb =

Rb =

)
(

.
.(

_ _ _ _ Persamaan 5

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

40

Mencari Rc
Persamaan 2 + Persamaan 3 Persamaan 1
(Rb + Rc) + (Rc + Ra) - (Ra + Rb) =

(
(

)
1 3+ 2 3+ 1 2+ 1 3 1 2 2 3
1+ 2+ 3

Ra + Rb + Rb + Rc - Ra Rc =

2 Rc =

Rc =

Rc

)
(

.
.(

_ _ _ _ Persamaan 6

b.

Transformasi Y -
Jika kita ketahui harga-harga Ra , Rb , Rc yang tersambung star (Y),
kemudian akan kita cari perumusan R1 , R2 , R3 yang tersambung Delta .

Ra =

_ _ _ _ _ _ Persamaan 1

Rb =

_ _ _ _ _ _ Persamaan 2

_ _ _ _ _ _ Persamaan 3

Rc

Gambar 44. Perubahan rangkaian dari Star ke Delta

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

41

Dari persamaan 4 =>

Ra =
R1R2 = Ra( 1 + 2 + 3) _ _ _ _ _ Persamaan 7

Dari persamaan 5 =>

Rb =
R2R3 = Rb( 1 + 2 + 3) _ _ _ _ _ Persamaan 8

Dari persamaan 6 =>

Rc =
R1R3 = Rc( 1 + 2 + 3) _ _ _ _ _ Persamaan 9

Mencari R1
Persamaan 7 : Persamaan 8

=
R3

Persamaan 9 : Persamaan 8

=
R2

Substitusikan hasil R3 dan R2 diatas ke dalam persamaan 7


R1R2
R1Rb
Rc
R1Rb
R1 Rc

R1

R1

R1Rb
Rc

= Ra(R1 + R2 + R3)
R1Rb R1Rb
1 + Rc + Ra
Rb Rb
= RaR1 1 + Rc + Ra
RaRb RaRb
= R1 Ra + Rc + Ra

= Ra

RaRb RaRb
= Ra + Rc + Ra
RaRb RaRb
= Ra + Rc + Ra

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

42

=
R1Rb

= RaRc + RaRb + RbRc

R1
R
1

=
=

Mencari R2
Persamaan 7 : Persamaan 9

=
=

R3

Persamaan 8 : Persamaan 9

=
=

R1

Substitusikan hasil R3 dan R1 diatas ke dalam persamaan 7


R1R2
R2Rc
Rb
R2Rc
Rb

R2
R2

R2Rc
R2
Rb

= Ra(R1 + R2 + R3)
R2Rc
R2Rc
+ 2 + Ra
Rb
Rc
Rc
= RaR2 Rb + 1 + Ra

= Ra

= R2

RaRc
RaRc
+ Ra + Ra
Rb

+ Ra +

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

43

R2Rc

= RaRc + RaRb + RbRc

R2

MENCARI R3
Persamaan 8 : Persamaan 7

=
=

R1

Persamaan 9 : Persamaan 7

=
=

R2

Substitusikan hasil R1 dan R2 diatas ke dalam persamaan 8


R2R3
R3Ra
Rc
R3Ra
Rc

R3
R3

R3Ra
Rc

R3Ra R3Ra
+ Rc + R3
Rb
Ra Ra
= RbR3 Rb + Rc + 1

= Rb

R3 = R3

R3Ra
R3

= Rb(R1 + R2 + R3)

RaRb RaRb
+ Ra + Rb
Rb

+ Rb

= RaRc + RaRb + RbRc

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

44

Contoh Soal Sambungan -Y :


: R1 = 8 , R2 = 6

Diketahui

R3 = 4 , R4 = 12
R5 = 8 , R6 = 12
R7 = 16 , E = 30 V
Hitung

:I

Jawab

:
.

Ra =
.

Rb =
.

=
2

= 1 22

= 2 22

= 1 11

= 2 11
.

Rc =
=

=
6

= 3 22
3

= 3 11

Gambar 45. Tahapan penyederhanaan rangkaian dari


delta ke star

Rs1

= R1 + Ra

Rs2

= 9 11

Rs3

= 8 + 1 11
Rs1

= R5 + Rb

= 8 + 2 11
Rs2

= 10 11

= R6 + Rc
= 6 + 3 11

Rs3

= 9 11

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

45

Rp1

=
.

=
Gambar 46

=
=
= 4

= 4

R total = Rs1 + Rp1 + R7


1

= 9 11 + 4
107

= 9 1177 + 4

+ 16
+ 16

= 29
= 29,9

Gambar 47

=
=

(pembulatan)

= 1,00334

=1A

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

46

Contoh soal sambungan Y - :


: R1 = 8 , R2 = 6

Diketahui

R3 = 4 , R4 = 12
R5 = 8 , R6 = 6
R7 = 16 , E = 30 V
Hitung

:I

Jawab

Ra

R3R4+R3R5+R4R5
R5

4.12+4.8+12.8
R5

48+32+96
8
176

= 8

= 22
Gambar 48. Penyederhanaan rangkaian dari Star
ke Delta

Rb

R3R4+R3R5+R4R5
R3

Rc

R3R4+R3R5+R4R5
R4

4.12+4.8+12.8
4

4.12+4.8+12.8
12

48+32+96
4

48+32+96
12

176

176

= 4

= 12

= 44

= 14 3

= 14,6

Rp1

R2 .Ra

= R2+Ra
=

Gambar 49

Rp2

R6 .Rb

= R6+Rb
=

=4

=5

=4

=5

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

47

Rs1

= Rp1 + Rp2
=4

+5

=4

+5

=9

= 10 (pembulatan)

Rp3

=
.

,
,

=5

= 6 (pembulatan)

R total

= R1 + Rp3 + R7
= 8 + 6 + 16
= 30

I =
=
=1A
Gambar 50. Penyederhanaan rangkaian

Dari soal soal diatas kita dapat melihat bagaimana kita menyelesaikan
suatu rangkaian dengan menggunakan Delta ke star ( - Y) ataupun
menggunakan Star ke Delta (Y - ).

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

48

5. Teori Thevenin
Teori Thevenin adalah salah satu cara dalam penyelesaian rangkaian, jika
kita ingin menghitung arus yang mengalir disalah satu tahanan (beban). Teori ini
ditemukan oleh seseorang dengan panggilan Thevenin.
Thevenin menyatakan bahwa, Rangkaian selain beban dapat diganti
engan sebuah tahanan yang disambung seri dengan sebuah sumber tegangan.

Gambar 51. Penggantian rangkaian sesuai teori thevenin

Keterangan

: RL

= Tahanan beban

IL

= Arus Beban

Rth

= Tahanan Thevenin

Vth

= Tegangan Thevenin

IL =

Dari gambar diatas kita dapat mencari Rth, Vth dan IL dengan cara
sebagai berikut :

a.

Mencari Rth (R Thevenin)


Syarat : 1) Beban Terbuka (Open Circuit)

2) Sumber tegangan dianggap hubung singkat (Short Circuit)


3) Hitung RAB = Rth
Rs = R1 + R2
Rp1 =

RAB = R4 + Rp1 + R5

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

49

b.

Mencari Vth (V Thevenin)


Syarat : 1) Beban Terbuka (Open Circuit)

2) Sumber tegangan tetap ada.


3) Hitung VAB = Vth

Saat arus mengalir pada tahanan


terbuka, apabila menemui jalan
buntu seberti pada R4 dan R5
maka tidak dihitung / dianggap
tidak ada.

VAB = (R1 + R2 + R3) x I

c.

Kesimpulan

IL =

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

50

Contoh soal :
Diketahui

: R1 = 6

R3 = 4

R2 = 6

R4 = 3

R5 = 3

RL = 6

E = 12 V
Dihitung

: IL ?

Gambar 52

Jawab

a. Mencari Rth

Rs1

= R1 + R2
=6+6
= 12

Rp1

=
=

=
=3

Rth

= R4 + Rp1 + R5
=3+3+3
=9

Gambar 53. Penyederhanaan rangkaian mencari Rth

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

51

b. Mencari Vth

Rs1

= R1 + R2 + R3
=6+4+6
= 16

12
= 16
3
=4 A

Vth

= I . R3
=

x4

=3V
Gambar 54. Penyederhanaan rangkaian mencari Vth

c. Kesimpulan

R total = Rth + RL
=9+6
= 15

IL

=
=
=

A
A

Gambar 55. Penggantian rangkaian dengan Rth dan Vth

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

52

BAB III
TEORI PELENGKAP

1. Daya Listrik
Daya listrik pada rangkaian arus searah khususnya da gaya listrik pada
umumnya diberi lambang P yang berasal dari kata Power dengan satuan
Watt (w). Dirumuskan sebagai perkalian antara tegangan yang terpasang
pada beban dengan arus yang mengalir pada beban.

P = V. I

Jika kita mempunyai suatu beban (R) dalam suatu rangkaian yang dialiri
arus I pada tegangan v maka :
P = V. I

P = V. I

P = (I.R) I

P=V.

P = I2 R

P=

Gambar 56.

Jadi

dari

penguraian

diatas,

untuk

mencari

Daya

kita

dapat

menggunakan rumus :

P = I2 R

P = V. I

P=

Jika kita perhatikan pada sebuah lampu pijar akan tertulis data tentang
lampu, daya dan tegangannya. Misalkan :

a. Sebuah lampu pijar tertulis 40 watt / 220 V. Artinya : Jika


lampu tersebut dipasang pada tegangan 220 V maka daya
lampu 40 watt.

Dalam bohlam apabila dipasang pada teangan yang berbeda maka daya
akn berbeda. Tetapi R (tahanan) tetap. Sebenarnya Daya lampu tergantung
dari harga tegangan (V) dan arusnya (I) dari sebuah lampu yang mempunyai
harga tetap adalah R. Jadi untuk lampu pijar dengan daya 40 watt / 220 V

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

53

apabila terpasang pada tegangan 110V dan 440V kita harus mencari nilai R
terlebih dahulu, setelah itu menentukan nilai Daya pada tegangan tersebut.
Diketahui

: Lampu = 40 watt / 220 V

Dihitung

: Tentukan P! Pada tegangan 110V dan 440V

Jawab

R =
=

Nilai P ada tegangan 110V


P =V.I
= V.
= 110.
=

.
.

x 40

= x 40
= 10 Watt
Nilai P ada tegangan 440V
P =V.I
= V.
= 440.
=

.
.

x 40

= 4 x 40
= 160 Watt

2. Kerja Daya dan Energi Listrik


Arus listrik bila mengalir melalui penghantar akan menimbuklakn panas,
oleh karena arus listrik memaksa elektron-elektron untuk bergerak melalui
molekul-molekul atau atom-atom dalam penghantar. Oleh karena itu, dengan
mengalirnya arus listrik akan disertai timbulnya panas.
Jika arus listrik dinyatakan sebagai jumlah muatan yang mengalir setiap
detik, sebenarnya muatan listrik itu sendiri adalah arus yang mengalir selama
waktu tertentu.

Q=I.t
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

54

Jumlah muatan selama waktu tertentu dinyatakan dalam satuan


coulomb/ampere detik. Pada satuan yan lebih besar sering kali disebut dalam
satuan ampere jam (ampere hours) yaitu Ah.
Jika konsumen listrik menggunakan sumber dari perusahaan listrik,
maka yang dibeli adalah energi yang terpakai yaitu jumlah daya selama waktu
tertentu. Kita dapat juga menggunakan Hukum Joule yang menyatakan
bahwa, Untuk mengalirkan arus (I) diperlukan sejumlah kerja energi (A) yang
mengalir pada tahanan (R), selama waktu (t) tertentu.
A=P.t
A = V. I . t

A=P.t
Dapat Dijabarkan =>

A = (I.R) I . t
P = I2 R

Energi (A) disini memiliki satuan Joule (Watt Detik). Pada skala yang
lebih besar seringkali dinyatakan dalam satuan Watt Jam/Watt Hours (Wh)
atau Kilo Watt Hours (KWH)
Kerja ini akan diubah menjadi panas dan merupakan kerugian listrik.
Jumlah panas yang dihasilkan adalah :
Dengan

H=

J = 4,186 J/kal
= 4186 J/ Kkal

Dari rumus diatas dapat kita analisa sebagai berikut :

H=

Dari hasil disamping apabila kita masukkan nilai J


.

H=
H=
H=
H=

( . ).

. .

akan kita peroleh H =

.
,

dan nilai

= 0,24

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa :

H= ,

. .

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

55

Contoh soal :
Sebuah lampu pijar tertulis 100W/220V, dipasang pada tegangan 110V
selama 1 Jam. Hitung jumpah panas yang ditimbulkan serta hitung dayanya!
Diketahui

Lp = 100W/200V
V = 110 V
t = 3600 s

Hitung

: P dan H!

Gambar 57

Jawab :

P =

R =
=

= 484

=
= 25 watt

H = 0,24 . P.t
= 0,24 . 25 . 3600
= 21600 kal
= 21,6 Kkal

3. Penggunaan Rangkaian Seri/Pararel Tahanan


Alat ukur listrik adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
besaran listrik misalnya, voltmeter untuk mengukur tegangan, ampermeter
untuk

mengukur

arus

dan

sebagainya.

Sebuah

alat

ukur

dapat

menginformasikan besaran yang diukur dengan bermacam-macam cara


misalnya dengan angka digital. Dengan jarum penunjuk yang berhenti pada
angka skala.
Salah satu prinsip kerja yang dipakai pada alat ukur listrik adalah azaz
kumparan putar. Prinsip kumparan putar memanfaatkan arus listrik yang
mengalir pada kumparan untuk dapat mendeteksi besarnya arus yang
mengalir dalam suatu rangkaian. Misalnya sebuah multimeter yang dapat
dipakai untuk mengukur berbagai besaran listrik.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

56

Sebuah kumparan putar dipasang diantara dua kutub magnit utara dan
selatan,

sehingga

jika

keda

ujung

kumpara

dipasag

pada

sumber

tegangan/kumparan dialiri arus listrik maka akan terjadi gaya tolak/gaya tarik
antara kutub magnet dengan kumparan yang akan menyebabkan kumparan
berputar. Putaran kumparan ini dibatasi oleh sebuah pegas, kumparan yang
tersambung langsung

jarum penunjuk sehingga gerakan kumparan

bersamaan dengan gerakan jarum penunjuk (gerakan jarum penunjuk


mengikuti gerakan kumparan.
Tahanan kumparan putar ini ada kalanya disebut dengan tahanan
dalam (Rd) atau tahanan meter (Rm).
Kumparan aka bergerak menggerakkan jarum penunjuk dari posisis
skala 0 sampai skala maksimum apabila kumparan dialiri arus yang disebut
dengan Imax, dengn demikian pada saat jarum pada posisi sala max arus
yang mengalir Imax dan tegangan pada kumparan Vmax.
Vmax = I max . Rd
Jika kumparan putar ini dirancang sebagai alat ukur arus (ampermeter)
maka arus yang akan diukur semestinya lebih besar dari Imax arus sisa IImax disalurkan ke tahanan pararel dan jika kumparan putar ini akan
dirancang untuk mengukur tegangan (voltmeter), maka tegangan yang akan
diukur akan jauh lebih besar dari pada Vmax, tegangan sisa V-Vmax
disambungkan ke tahanan seri.

a. Kumparan Putar Dirancang Sebagai Ampermeter


Sebuah kumparan putar dimisalkan memiliki tahanan dalam (Rd) 200.
Jarum penunjuk akan bergerak dan berhenti pada skala max bila dialiri arus
100A. Maka Vmax :
Diketahui :

Rd

= 200

Imax = 100A
Hitung

Vmax?

Jawab

Vmax = Imax . Rd
Vmax = 100.10-6 x 200
Vmax = 20.10-3
Vmax = 20 mV
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

57

Kesimpulan :
Kumparan putar ini tidak boleh dialiri arus lebih besar dari Imax. Tetapi
dapat dipakai untuk mengukur arus yang lebih besar.
Jika batas ukur yang kita kehendaki 1mA artinya jarum penunjuk
berhenti pada skala max, arus yang terukur 1mA sedangkan cara
penyambungan Ampermeter adalah tersambung seri dengan beban.
Imax = 100A
= 1 mA

I sisa = Batas ukur Imax


= 1 mA 100A
= 1000.10-6 100. 10-6
= 900. 10-6
= 900A
Sisa arus (Ish)yang tidak boleh mengalir kedalam kumparan sebesar IImax = 900A disalukan ke sebuah tahanan yang tersambung pararel
terhadap alat ukur.
Rd x Im

= Rsh. Ish

200.100

= Rsh. 900

20.000

= 900Rsh

= Rsh

22

= Rsh

Gambar 58. Rangkaian Ampermeter

Rsh

=
=

Rsh =
Rsh =

Jika

=n

n = kelipatan Im terhadap
batas ukur

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

58

Contoh soal :
Sebuah kumparan putar mempunyai
tahanan dalam Rd = 200. Jarum akan
menyimpang pada skala penuh jika
kumparan dialiri arus max Im = 100A.

Gambar 59

Rancanglah

kumparan

membentuk

sebuah

putar

amperemeter

dengan batas ukur a. 500mA b.1A


c.2,5A!

a. Ish1 = I1 Im
= 500mA 100 A
= 500.000A 100 A
= 499.900A

Rsh1 =

(pendekatan)

Rsh1 =
.

200
Rsh1 = 4999

Rsh1 = 0,04

b. Ish2 = I2 Im
= 1A 100 A
= 1.00.000A 100 A
= 999.900A

Rsh2 =
=

ini

(pendekatan)

Rsh2 =
.

200
Rsh2 = 9999

Rsh2 = 0,02

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

59

c. Ish3 = I3 Im
= 2,5A 100 A
= 2.500.000A 100 A
= 2.499.900A

Rsh3 =
=

(pendekatan)

Rsh3 =
.

200
Rsh3 = 24999

Rsh3 = 0,008

Kesimpulan gambar :

Gambar 60. Kesimpulan rangkaian amperemeter

b. Kumparan Putar Dirancang Sebagai Voltmeter


Apabila sebuah kumparan putar mempunyai tahanan Rd akan
menyimpangkan jarum penunjuk pada angka skala penuh, jika kumparan
dialiri arus maksimal (I max). Dengan demikian, jarum penunjuk pada skala
penuh apabila ujung ujung kumparan putar bertengangan Vmax=Imax.Rd
dengan demikian apabila kumparan putar ini akan dirancang sebagai alat
ukur tegangan (voltmeter), agar kumparan putar tidak terpasang pada
teganga yang terlalu besar/tidak sesuai dengan tegangan yan dikehendaki
batas ukur, maka harus dipasang tahanan seri terhadap kumparan putar.
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

60

Gambar 61. Tahanan dipasang seri terhadap kumparan putar

Diketahui :

Rd

= 200

Imax = 100A
V BU = 10V (V BU = V Batas Ukur)
Hitung

Rs?

Jawab

V BU = Im.Rs + Im.Rd
V BU - Im.Rd = Im.Rs
= Rs
Rs =
(

Rs =

Im . Rd = Vmax

Rs =

Rs =

=n

Rs = (n 1) . Rd

Contoh soal :
Sebuah kumparan putar mempunyai tahanan dalam Rd = 200. Jarum
akan menyimpang pada skala penuh jika kumparan dialiri arus max Im =
100A. Rancanglah kumparan putar ini membentuk sebuah Voltmeter
dengan batas ukur a. 30V b.50V c.150V!

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

61

a. Rs1 = (
=(

- 1) . Rd

=(

Vmax = Im.Rd
= 200. 100.10-6

- 1) . 200

= 2.10-2 V
- 1) . 200

= 1499 x 200
= 299.800

b. Rs2 = (
=(
=(

- 1) . Rd

c. Rs3 = (

- 1) . 200
- 1) . 200

=(
=(

- 1) . Rd

- 1) . 200
- 1) . 200

= 2499 x 200

= 7499 x 200

= 499.800

= 1499.800

Kesimpulan gambar :

Gambar 62. Kesimpulan rangkaian voltmeter

Dari perhitungan diatas didapat :


Rs1 = 299.800
Rs2 = 499.800
Rs3 = 1499.800

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

62

4. Sambungan Battery
Batrai merupakan sumber tegangan arus searah dengan proses
kimiawi. Ada 2 macam batrai :
o Elemen Kering (Batu Batrai)
o Elemen Basah (Accumulator)
Sebenarnya, batrai merupakan suatu gabungan dari beberapa sumber
pembangkit DC yang kecil yang biasa disebut dengan cell (sel). Besar
kecilnya tegangan batrai bisa diatur dengan menyusun beberapa buah sel
sehingga diperoleh harga tegangan yang dikehendaki. Sebuah batrai
mempunyai kekuatan untuk membangkitkan tegangan yang sering disebut
dengan gaya gerak listrik (E) atau (GGL) dan sebuah tahanan dalam (Rd)
yang tersambung seri.

Gambar 63. Rangkaian Batrai

Beda potensial antara kutub positif dan kutub negatif dari sebuah batrai
disebut dengan Tegangan Jepit (V). Sebuah batrai sebelum dihubungkan
dengan beban tahanan luar (RL) maka besarnya tegangan jepit (V) sama
dengan E (V=E).

Gambar 64. batrai tidak disambung dan disambung dengan RL

Tetapi setelah dihubungkan dengan tahanan luar RL, V= I.RL I =

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

63

a. Sambungan Seri Battery


Beberapa buah batrai disusun berurutan, kutub positif batrai pertama
dihubungkan dengan kutub negatif batrai ke 2, kutub positif batrai ke 2
dihubungkan dengan kutub negatif batrai ke 3 dan sambung menyambung
sesuai tegangan yang dikehendaki, maka akan terdapat 2 ujung yaitu kutub
positif dan kutub negatif batrai.

Gambar 65.Sambungan seri batrai

Jika jumlah batrai adalah n sebelum dihubungkan dengan tahanan


luar (RL) maka tegangan jepit V = n.E, tetapi setelah dihubungkan dengan
tahanan luar didapat tegangan jepit V = I. RL

I (nRd+RL) = n.E
I nRd + IRL= n.E
I RL = nE I nRd
V

= nE n.V

Contoh Soal:
1) 3 buah batrai masing-masing mempunyai E = 2 V, tahanan Rd = 1
dihubungkan seri disambungkan dengan tahanan luar RL= 9 berapa
tegangan jepit V?

Gambar 66. Rangkaian seri batrai

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

64

=
=

V = I . RL

=4

.9
V

2) 3 buah batrai masing-masing mempuyai GGL E= 2 V dengan Rd = 1


dihubungkan terbalik. Dan dihubungkan pada tahanan luar RL = 8 .
Hitung I dan tegangan jepitnya!

Gambar 67.

-E + IRd E + IRd + IRd +E = 0


-E + 3IRd = 0
3IRd = E

=
=
=

V = I . RL
=

=1

.8
V

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

65

b. Sambungan Pararel Battery


Beberapa buah batrai yang disambung pararel adalah jika kutub-kutub
negatif dari batrai dihubungkan menjadi satu dan kutub-kutub positif dari
batrai juga dihubungkan menjadi satu, sehingga kita dapatkan sebuah
sambungan kutub positif dan sebuah sambungan kutub negatif yang
menjadi terminal batrai dengan catatan GGL batrai sama besarnya.

Gambar 68. Sambungan Pararel Batrai

Dari sejumlah batrai yang tersambung pararel dengan jumlah cabang


pararel m = jumlah cabang pararel, dapat diganti dengan membayangkan
adanya sebuah GGL yang disambung seri dengan sebuah tahanan dalam
pengganti.
Jika ke 3 batrai yang tersambung pararel diatas masing-masing
mempunyai GGL E dan tahanan dalam Rd, jumlah cabang pararel m = 3,
maka dapat diganti dengan

Sebelum sambungan dihubungkan dengan tahanan luar (RL), tegangan


jepit dari sambungan tersebut V = E. Tetapi setelah dihubungkan dengan
tahanan luar (RL) maka tegangan jepit dari sambungan tersebut V = I.RL.
dengan I

Contoh Soal :
3 buah batrai amsing-masing mempunyai GGL (E) = 2 V, Rd = 1 dan
disambung pararel dengan tahanan luar RL, sehingga tegangan jepit yang
terukur V = 1 V. Berapa nilai RL?
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

66

Gambar 69.

V = I. RL

1 =

.RL

1 =

.RL

1 ( + RL) = 2RL

+RL

= 2RL
= 2RL RL

RL

5. Rangkaian Kapasitor
Kapasitor adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi
untuk menyimpan muatan listrik. Secara kontruksinya kapasitor terdiri dari dua
plat logam yang terletak sejajar, antara kedua plat dipisahkan oleh suatu
isolasi yang disebut Dielektrik. Dielektrik ini bisa berupa udara, hampa udara,
kertas, minyak dan lain sebagainya.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

67

Simbol dari kapasitor adalah dua garis sejajar pendek yang diberi garus
datar yang diberi lambang C. Jika antara kedua plat dihubungkan dengan
sumber tegangan DC, maka plat yang dihubungkan dengan kutub negatif
sumber tegangan menyimpan muatan negatif atau muatan elektrin pada
seluruh permukaannya. Sedangkan plat yang dihubungkan dengan sumber
tegangan positif akan menyimpan muatan positif pada seluruh permukaannya.
Macam-macam bentuk kapasitor dibuat sesuai dengan kebutuhannya.
Kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan disebut dengan Kapasitas
Kapasitor. Hubungan antara kapasitas kapasitor, jumlah muatan yang
tersimpan oleh kapasitro serta tegangan yang terpasang antara kedua plat
kapasitor yaitu :
Kapasitas kapasitor merupakan perbandingan antara jumlah muatan yang
tersimpan dengan tegangan yang terpasang.
Apabila jumlah muatan yang tersimpan pada kapasitor diberi lambang
Q dengan satuan Coulomb, dan tegangan diberi lambang V dengan
satuan Volt, serta kapasitas kapasitor diberi lambang C dengan satuan
Farad. Maka dapat kita peroleh persamaan :
Keterangan :

Q = Muatan yang tersimpan (coulomb)


V = Tegangan (volt)

C=

C = Kapasitas Kapasitor (Farad)

Dalam prakteknya, ukuran kapasitor dalam mode yang kecil yaitu micro farad
(F), nano farad (nF), dan pico farad (pF).

a. Sambungan Seri Kapasitor


Beberapa buah kapasitro yang tersambung seri kemudian dihubungkan
dengan sumber tegangan DC maka pada setiap kapasitor akan menyimpan
muatan yang sama besarnya.
Jika kita mempunyai 3 buah kapasitor tersambung seri dan
dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka pada C1 menyimpan
muatan Q1 dengan beda potensial V1. Pada maka pada C2 menyimpan
muatan Q2 dengan beda potensial V2. Dan pada maka pada C3 menyimpan
muatan Q3 dengan beda potensial V3.
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

68

Dalam Hal ini Berlaku :

1.

V = V1 + V2 + V3

2.

Q = Q1 = Q2 = Q3

3.

Cp =

Dari ketiga kapasitor itu mempunyai kapasitas pengganti


sedangkan :

=
C1 =

=>

V1 =

C2 =

=>

V2 =

C3 =

=>

V3 =

Q(

)=Q(

Contoh :
3 buah kapasitor masing masing memiliki nilai C1= 0,5 F , C2= 0,4 F ,
C3= 0,8 F. Disambung seri dan dihubungkan dengan sumber tegangan V
yang menyebabkan V3= 24V. Hitunglah :
a. Kapasitor Pengganti
b. V1, V2, dan V3
Diketahui :

C1= 0,5 F = 0,5 x 10-6F


C2= 0,4 F = 0,4 x 10-6F
C3= 0,8 F = 0,8 x 10-6F
V3= 24 V

Hitung

: a) Kapasitor Pengganti
b) V1, V2, dan V3

Gambar 70. Rangkaian Seri Kapasitor

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

69

Jawab :
a. Kapasitor pengganti

0,5 x 106

+
+

0,4 x 106

0,8 x 106

4x 106F

Cp =

4x 106F

Cp = 0,173 x 10-6F
Cp = 0,173 F

b. V1, V2, dan V3


C3 =
Q = V3 . C3
Q3 = 24 x 0,8 x 10-6
= 19,2 x 10-6C

V1 =
=

V1 =
19,2 x 106

0,5 x 106

= 38,4 V

V = V1 + V2 + V3
19,2 x 106
0,4 x 106

= 48 V

= 38,4 + 48 + 24
= 110,4 V

b. Sambungan Pararel Kapasitor


Beberapa buah kapasitor yang disambung pararel dan dihubungkan
dengan sumber tegangan, maka beda potensial dari kapasitor-kapasitor
yang tersambung pararel adalah sama besarnya. Sedangkan muatan yang
tersimpan pada setiap kapasitor sebanding dengan nilai kapasitornya
masing-masing.

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

70

Dari sekian kapasitor yang tersambung pararel, membunyai kapasitas


pengganti sebanding dengan jumlah muatan yang tersimpan dari kapasitorkapasitor yang tersambung pararel tersebut.
Kita mempunyai 3 kapasitor yaitu C1, C2, C3 yang
disambung pararel kemudian dihubungkan dengan
sumber

tegangan

V,

maka

setiap

kapasitor

menyimpan muatan Q1, Q2, Q3. Jumlah ketiga


muatan dari ketiga kapasior tersebut sebanding
dengan kapasitas total.
Dari keterangan diatas dapat kita ketahui :
Gambar 71. Rangkaian pararel
kapasitor

Q1

= C1 . V

Q2

= C2 . V

Q3

= C3 . V

Q1 + Q2 + Q3= C1 . V + C2 . V + C3 . V
Q

= C1 . V + C2 . V + C3 . V

Ct. V = C1 . V + C2 . V + C3 . V
Ct. V = ( C1 + C2 + C3 ) V
Ct

= C1 + C2 + C3

Sesuai dengan gambar 38 diketahui tiga buah kapasitor masing-masing


C1= 2,5 F C2= 3 F C3= 4 F dihubungkan pararel dan dipasang pada
tegangan V seingga menyebabkan muatan yang tersimpan pada Q1= 15 C.
Hitung Q1, Q2, Qt!
Diketahui : C1= 2,5 F = 2,5 x 10-6F
C2= 3 F = 3x 10-6F
C3= 4 F = 4x 10-6F
Q1= 15 C = 15x 10-6C
Hitung

: Q1, Q2, Qt

Jawab

: C1=

Q2= C2 x V

Q2= C2 x V

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

71

V=

V=

15x 10 6
6

2,5 x 10

V=6V

= 3x 10-6 x 6

= 4x 10-6 x 6

= 18x 10-6 C

= 24x 10-6 C

= 18 C

= 24 C

Qt = Q1 + Q2 + Q3
= 15 x 10-6C + 18 x 10-6C + 24 x 10-6 C
= 57 x 10-6 C
= 57C

6. Magnet
Magnet adalah suatu benda yang mempunyai unsur besi/baja yang
dapat menarik besi dengan besar dan jarak tertentu. Menurut asalnya magnet
dibedakan sebagai magnet alam dan magnet buatan.
Menurut kekuatan magnetnya dibedakan sebagai magnet permanen
dan megnet remanen (sementara). Sifat magnet yang paling utama dapat
terpengaruh oleh garis gaya magnet bumi, yaitu jika sebatang magnet
diletakkan dalam posisi lepas bebas mendatar dipermukaan bumi, maka salah
satu dari ujung magnet mengarah ke utara bumi dan ujung yang lainnya
mengarah ke kutub selatan bumi sehingga bagian ujung magnet yang
mengarah ke kutub utara bumi disebut dengan kutub utara dan yang satu
lagi disebut kutub selatan.
Sifat yang lain dari magnet adalah memiliki kekuatan gaya tolak atu
gaya tarik terhadap kutub magnet yang lain, oleh karena kutub utara
dibayangkan mengeluarkan garis gaya magnet dan kutub selatan di tuju garis
gaya magnet.
Gaya tolak atau gaya tarik antara kedua kutub sangat tergantung dari
medium (zat antara) yang ada di antara kedua kutub yang bersangkutan.
Angka ketetapan yang menunjukkan pengaruh kekuatan gaya tolak atau gaya
tarik dari kedua kutub magnet yang dipengaruhi oleh medium disebut
Permeabilitas. Setiap permeabilitas absolut dengan lambang

dibaca

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

72

myu dan permeabilitas relatif r, sebagai pedoman untuk menentukan


harga [ermeabilitas relatif adalah ruang hampa udara yaitu permeabilitas dari
ruang hampa udara r = 1. Sedangkan permeabilitas absolut adalah 0 4 x
10-7 H/m. Sehingga setiap medium mempunyai permeabilitas = 0 . r H/m.

c. Hukum Gaya Magnet


Coloumb

adalah

orang

yang

pertama

kali

mengadakan

percobaan/penelitian terhadap besarnya gaya magnet (gaya tolak & gaya


tarik) antara dua kutub yang dipisahkan oleh suatu medim.
Jika kua kutub dari suatu magner adalah m1 dan m2 (wb = weber) terpisah
dengan jarak r (meter) berada pada suatu medium engan permeabilitas ,
maka antara kedua kutub magnet tersebut mempunyai gaya tolak/tarik
sebesar :
F=
F=

= 0 x r

.
.
.

d. Kuat Medan Magnet (H)


Kuat medan magnet didefinisikan sebagai suatu gaya tolak/gaya tarik
dalam medan magnet yang ditimbulkan oleh satu weber kutub.
Jika sebuah kutub memberikan garis gaya magnet dengan kuat magnet
m, maka kuat medan magnet h dengan jarak r meter dari kutub adalah
dibayangkan sebesar gaya uang ditimbulkan antara kutub magnet dengan
1 satuan kutub utara yaitu:

F=
H=

.
.

.
.

H=F
Satuan
(N/wb)

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

73

Contoh:
Sebuah kutub utara mempunyai kuat kutub m = 2

wb, tentukan kuat

medan H dititik A yang berjarak 5 cm dati kutub, jika magnet berada di


udara.
Diketahui :

-6

m=2

wb = 2 x 10 wb

r = 1
x 10-7

0 = 4

Q1= 15 C = 15x 10-6C


r = 5 cm = 5 x 10-2 meter
Hitung

Jawab

H=

H=

. .( .
.

H=
H=

.
.

.
. .

. .

H=
H=
H= 1000
H=
H= 318

N/wb

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

74

TAMBAHAN
KUMPULAN SOAL
1. Sebatang peghantar panjang 100m mempunyai tahanan 20 . Erapa
tahanan penghantar sepanjang 20m?
2. Menurut soal nomor 1, jika diketahui sebuah penghantar mempunyai
tahanan 12,5 . Berapa panjang penghantar tersebut?
3. Menurut soal nomor 1, berapa nilai tahanan penghantar setiap 5 meter?
4. Berapa meter panjang penghantar yang diperlukan untuk mendapatkan
tahanan penghantar 14 dari data soal nomor 1?
5. Dua buah tahanan R1 = 6 disambung seri dengan R2 = 3. Kemudian
dipasang pada tegangan 12V DC. Berapa volt beda potensial pada ujungujung R1?
6. Dari data soal nomor 5, berapa rugi tegangan para R2?
7. Berapa arus listrik yang mengalir pada R1 dari data soal nomor 5 diatas?
8. Jika R1 = 6 dan R2 = 12 disambung pararel, kemudian dipasang
pada tegangan E = 12 V, berapa arus yang mengalir di R1?
9. Berapa tahanan pengganti dari kedua tahanan R1 dan R2 dari soal nomor
8 diatas?
10. Berapa arus yang mengalir di R2 dari soal nomor 8 diatas?
11. Jika sebuah penghantar dipanaskan (mengalami perubahan suhu),
apakah akan merubah nilai tahanan penghantar tersebut? Mengapa?
12. Dari soal nomor 11, jika penghantar didinginkan akankah merubah nlai
tahanan penghantar tersebut? Mengapa?
13. Dua buah lampu pijar L1 = 40W/220V, dan L2 = 60W/220V disambung
pararel, kemudian dipasang pada teganga 220V, berapa daya totalnya?
14. Jika kedua lampu soal nomor 13 diatas dipasang pada tegangan 110V,
berapa daya totalnya?
15. Jika sebuah lampu pijar 100W/220V dipasang pada tegangan 110V,
berapa daya totalnya?
16. Dari soal nomor 15. Jika lampu pijar diatas dipasang pada tegagan 440V
berapa daya totalnya?
17. Apa nama alat ukur yang dipakai untuk menguku arus listrik?
SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

75

18. Bagimanakah cara pemasangan dari alat ukur amperemeter?


19. Disebut apakah tahanan ang digunakan untuk memperluas batas ukur
amperemeter?
20. Alat apakah yang digunakan untuk mengukur beda potensial antara 2 titik
penghantar yang berarus?
21. Sebuah kumparan putar yang akan dirncang sebagai voltmeter harus
dipasang apa?
22. Tiga buah tahanan masing-masing R sama besarnya. Jika ketigaya
disambung pararel berapa kali R tahanan penggantinya?
23. Tiga buah tahanan R1 = 2. R2 = 3.R3 . Jika R3 = 4 , berapa tanan
pengganti jika ketiganya disambung pararel?
24. Dari data soal nomor 23, jika ketiga tahanan dihubungkan seri, berapa
nilai tahanan totalnya?
25. Jika kita mempunyai 2 buah tahanan sama besar masing-masing R .
Buktikan jika kedua tahanan disambung pararel tahanan penggantinya 0,5
!
26. Sebuah kumparan mempunyai tahanan 180 dan arus maksimum 100
mA. Bagaimana caranya agar dapat dipakai sebagai amperemeter
dengan batas ukur 1 mA?
27. Untuk batas uku volmeter 150V, jarum penunjuk pada skala 100. Berapa
tegangan erukurnya?
28. Sebuah tahanan 6 agar nilainya menjadi 4 harus disambung tahanan
berapa ? Dengan cara apa?
29. Sebuah tahanan 6 aga nilainya menjati2 harus disambung pararel
dengan tahanan berapa ?
30. Agar tahanan totalnya 12 maka tahanan 8 harus disambung dengan
tahanan berapa ? Dengan cara apa?
31. Tahanan 4 disambung dengan amperemeter dan sumber tegangan 6V ,
agar arus totalnya 2 A, maka rangkaian tersebut harus disambung dengan
tahanan berapa ? Dengan cara apa?
32. Sumber tegangan 6V harus disambung tahanan berapa agar aru yang
mengalir di tahanan 0,2A?

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

76

33. Sumber tegangan 12V dihubungkan dengan 2 buah tahanan yang


tersambng seri, jika R1 = 4 maka berapa kah R2 agar arus yang
mengalir 0,5A?
34. Dua buah tahanan tersambung eri dipasang pada tegangan 6V, jika R1 =
2 dan rugi tegangan pada R2 (V2 = 4V) berapa nilai R2?
35. Dari data soal nomor 34, berapa besar rugi tegangan pada R1(V1)?
36. Tiga buah tahanan tersambung pararel, jika R1 = 12 , R2= 6 , dan
disambung dengan sumber tegangan 6V didapat arus total yang mengalir
3A. Berapa nilai R3?
37. Dari data soal nomor 36, berapa amperekah arus yang mengalr pada R1?
38. Dari data soal nomor 36, berapa volt rugi tegangan pada R2(V2)
39. Tiga buah tahanan tersambung secara pararel, jika Rt = 2 , R1=4 dan
R2=12 , berapa nilai R3?
40. Jika dua buah kapasitor disambung secara seri, jika C1 = 24F, dan C2=
4 F berapakah nilai kapasitor totalnya?
41. Jika dua buah kapasitor pada soal nomor 40 disambung dengan sumber
tegagan E dan Q1 = 24 C, hitung nilai E!
42. Sebuah kapasitor C = 6 F harus disambung ser dengan kapasitor berapa
F agar kapasitas totalnya menjadi 2 F!
43. Jika rangkaian kapasitor pada soal nomor 42 disambung dengan
tegangan E = 6V, berapa besar muatan yang tersimpan dalam C1?
44. Dua buah kapasito C1 = 6 F, C2 = 2 F, sisambung seri dan dipasang
pada tegangan 24 volt, harga apakah yang bernilai sama pada C1 dan C2
dan berapa besarnya?
45. Tiga buah kapasitor disambung pararel dan dipasng pada tegangan E.
Jika C1 = 6F dan Q1 = 18 C, harga apakah yang sama besarnya pada
C1,C2 dan C3? Berapa besarnya?
46.
Diketahui

: R1 = 6
R2 = 3
R3 = 6
E =9V

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

77

Hitung

: I1 , I2 , I3 Dengan cara Hk.Kirchoff!

47.

Diketahui : R1 = 6 , R2 = 6 , R3 = 12
E1 = 6 V, E2 = 3 V, E3 = 9 V
Hitung

: I1, I2, I3! Dengan Hk.Kirchoff dan Teori Super Posisi!

48.

Diketahui

: R1 = 8 , R2 = 6
R3 = 4 , R4 = 12
R5 = 8 , R6 = 6
R7 = 16 , E = 30 V

Hitung : a. I dengan transformasi -Y


b. I dengan transformasi Y-

49.

3 buah batrai masing-masing mempunyai E = 4 V, tahanan Rd = 2


dihubungkan seri disambungkan dengan tahanan luar RL= 6 berapa
tegangan jepit V?

50. Dari soal nomor 49, berapa nilai RL jika diketahui ketiga batrai disambung
pararel dengan V = 1?

SMK N 7 Semarang | TITL | Rangkaian Listrik Dasar |

78

Anda mungkin juga menyukai