PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi banyak hambatan dan
Oleh karena itu, kami menyusun karya tulis ini untuk mengkaji, menjelaskan
dan mengulas tentang metode-metode evaluasi perkerasan jalan raya untuk
menunjang kegiatan belajar-mengajar di lingkungan akademisi.
1.2
Rumusan Masalah
i.
ii.
iii.
iv.
1.3
1.4
Tujuan
i.
ii.
iii.
iv.
pelaksanaannya.
1.5
Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan ini adalah pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif
unduh internet.
BAB II
PERKERASAN JALAN
Bahan pengikat
Repetisi beban
Perkerasan Lentur
Perkerasan Kaku
Aspal
Semen
Timbul Rutting (Lendutan Timbul retak retak pada
Perubahan temperatur
1
2
perletakan
Modulus kekakuan tidak berubah.
Fungsi
Karakteristik
Indikator
Perkerasan
Perkerasan
Serviceability
Roughness
Texture
Evaluasi Fungsional
Safety
dan
Indeks
IRI
PSI
QI
Makroteksture
Mikroteksture
Koefisien Skid
Skid Resistance
Sifat
Evaluasi Struktural
Kapasitas
Resistance
IFI
Deflections
Mekanik
Perkerasan
Struktural
Kerusakan Jalan
Cracking
Surface Defects
Profile Deformations
Referencing
(Location of Pavemanet
System
Characteristic Data)
Sumber : Christopher Bennett, (2007). Data Collection Technology for Road Management,
Washington, D.C
perkerasan
ini
akan
mencatat
karakteristik
yang
mampu
keamanan berupa
kekesatan permukaan jalan (skid resistance) dan tekstur permukaan jalan (surface
texture), serta ketidakrataan jalan (road roughness) dalam hal pelayanan
(serviceability).
BAB III
METODE EVALUASI PERKERASAN JALAN
3.1
2) Staff Pelaksana
Pelaksana terdiri dari 3 orang petugas penilai dan 1 orang pengemudi. Para
petugas harus berpengalaman dalam bidang jalan, mengetahui persoalanpersoalan quality control, pelaksanaan, jenis dan penyebab kerusakan jalan.
3) Cara pemeriksaan
3.2
oleh Dirjen Bina Marga DPU, telah mengembangkan suatu metode penilaian
permukaan jalan secara visual. Metode ini telah diuji coba selama kurang lebih 3
tahun pada 4 kota besar di Indonesia, yaitu Bandung, Semarang, Surabaya dan
Medan. Metode ini secara garis besar dibedakan dalam 2 bagian.
Bagian pertama penilaian terhadap kondisi perkerasan dan bagian kedua
penilaian terhadap kondisi drainase. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan kerja
tim survey dan untuk memisahkan penentuan prioritas untuk perkerasan dan drainase.
3.2.1
Pelaksanaan
Peninjauan kondisi permukaan jalan meliputi hal-hal sebagai berikut :
Surface texture : peninjauan tentang keadaan permukaan jalan
Photoles : pencatatan dilakukan terhadap jumlah dan luas (m2)
Patching : pencatatan dilakukan terhadap jumlah dan luas (m2)
Cracking : pencatatan dilakukan terhadap panjang dan lebar keretakan
dan dicatat berdasarkan tipe retak (longitudinal, transverse, random dan
alligator)
Rutting : pencatatan dilakukan terhadap panjang dan dalamnya alur
yang ada.
Depression : pencatatan dilakukan terhadap jumlah dan kedalaman
depresi.
3.3
Pelaksanaan Survey
a. Penentuan section survey
Seksi survey diambil sepanjang jalan yang dievaluasi
b. Personal survey
Personal survey terdiri dari 2 orang evaluasi untuk 2 jalur jalan
c. Peralatan survey
Peralatan survey terdiri dari peta lokasi, alat tulis, formulir survey, clipboard,
manual survey, penggaris 30 cm, meteran 2 m, kalkulator, kamera, mobil.
d. Cara melakukan survey
Sebelum melakukan survey, semua data tentang jalan yang akan
yang sibuk dan hari-hari biasa untuk jalan yang tidak sibuk.
Survey dimulai dari ujung jalan dan dilakukan dengan berjalan kaki
Arah survey berlawanan dengan arah lalu lintas
Banyaknya lintasan survey tergantung lebar jalan
e. Peninjauan kondisi kerusakan
Peninjauan kondisi kerusakan meliputi :
Excess Asphalt
Ravelling dan Weathering
Block Cracking
Transverse dan Longitudinal Cracking
Alligator Cracking
Edge Deterioration
3.4
dengan alat Benkelman Beam yaitu dengan cara mengukur gerakan vertikal pada
9
permukaan lapis jalan melalui pemberian beban roda yang diakibatkan oleh beban
tertentu.
Tujuan dari pemeriksaan Benkelman Beam ini adalah untuk memperoleh data
lapangan yang akan bermanfaat pada :
1. Penilaian struktur perkerasan
2. Perbandingan sifat-sifat struktural sistem perkerasan yang berlainan.
3.4.1 Peralatan
1. Truk dengan spesifikasi standar sebagai berikut :
- Berat kosong truk (5 01) Ton
- Jumlah as 2 buah, dengan roda belakang ganda
- Beban masing-masing roda belakang ban ganda yaitu (4,08 0,045) Ton atau
(9000 100) Lbs
- Ban dalam kondisi baik dan dari jenis kembang halus (zig-zag) dengan ukuran
25,4 x 50,8 cm atau 10 x 20 inchi
- Tekanan angin ban (5,5 0,0) kg/cm2 atau (80 1) Psi
- Jarak sisi kedua bidang kontak ban dengan permukaaan jalan antara 10-15 cm
atau 4-6 inchi
2. Alat timbang muatan praktis yang dapat dibawa kemana-mana (Portable Weight
Bridge) kapasitas 10 Ton.
3. Alat Benkelman Beam terdiri dari dua batang yang mempunyai panjang total
standar (366 0,16) cm yang terbagi menjadi 3 bagian dengan perbandingan 1 : 2
sumbu 0 dengan perlengkapan sebagai berikut :
- Arloji pengukur (dial Bouge) berskala mm dengan ketelitian 0,01mm
- Alat penggetar (Buzzar)
- Alat pendatar (Waterpass)
4. Pengukur tekanan yang dapat mengukur tekanan angin ban minimum 5 kg/cm2
atau 80 Psi.
5. Termometer (5oC-70oC) dengan perbandingan skala 10C atau (40F-140F) dengan
pembagian skala 1oF.
6. Rol meter 30 m dan 3 m (100ft dan 10ft).
7. Formulir lapangan dan hardboard).
8. Minyak arloji pengukur dan alkohol murni untuk membersihkan batang arloji
pengukur.
9. Perlengkapan keamanan bagi petugas dan tempat pengujian :
10
- Tanda batas kecepatan lalu lintas pada saat melewati tempat pengujian pada
ditempatkan 50 m didepan dan dibelakang truk.
- Tanda penunjuk lalu lintas yang dapat dilewati.
- Tanda lampu peringatan terutama bila pengujian malam hari.
- Tanda pengenal kain yang dipasang pada truk dibagian depan dan belakang.
- Tanda pengaman lalu lintas yang dipegang oleh petugas.
- Pakaian khusus petugas yang warnanya dapat dilihat jelas oleh pengendara.
Pelaksanaan
1.
2.
kaku.
Dalam keadaan batang pengukur terkunci, menempatkan Benkelman Beam pada
3.
4.
5.
6.
7.
dengan kuat.
Mengatur arloji pengukur alat penyetel (AP1) pada dudukannya hingga ujung
batang arloji bersinggungan dengan batang pengukur tepat diatas TB kemudian
8.
12
13
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang diletakan diatas lapis pondasi dengan ketebalan
tertentu dan dapat menahan beban lalu lintas.
2. Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas :
konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement), konstruksi perkerasan kaku (Rigit
Pavement) dan konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement).
3. Evaluasi perkerasan jalan harus dilakukan secara teratur untuk mengetahui kinerja sebuah
perkerasan pada titik tertentu dan pada masa yang akan datang .
4. Evaluasi perkerasan diklasifikasikan menjadi dua yaitu evaluasi fungsional
dan evaluasi struktural.
5. Di Indonesia, metode pemeriksaan tingkat kerusakan jalan secara visual
dikembangkan oleh Puslitbang Jalan tahun 1979, antara lain Metode Bina
Marga (1979), Metode Yoganandan (1988) serta Metode Harijanto dan Abidin
(1988) yang telah mengembangkan metode Pennsylvania USA.
6. Metode yang digunakan sebagai pegangan dalam pengujian perkerasan jalan
yaitu dengan menggunakan alat Benkelman Beam, dengan cara mengukur
gerakan vertikal pada permukaan lapis jalan melalui pemberian beban roda
yang diakibatkan oleh beban tertentu.
4.2 Saran
Pembangunan jalan sebaiknya direncanakan dengan baik dan lebih teliti agar
tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang singkat, dan perlu dilakukan
pemeliharaan jalan untuk kelancaran proses lalu lintas. Metode-metode yang telah
diuraikan mungkin masih mempunyai kekurangan namun ini menjadi salah satu cara
untuk menganalisis pada kerusakan jalan, sebaiknya lebih mencari metode baru untuk
evaluasi kerusakan jalan yang lebih ekonomis, praktis dan efisien supaya saat
evaluasi kerusakan jalan tidak mengganggu arus lalu lintas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Christopher Bennett, 2007, Data Collection Technology for Road Management, Washington, D.C
Clarkson H Oglesby, 1999, Teknik Jalan Raya 1, Gramedia, Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung
15