PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal
yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan
bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai
mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
(Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii
Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk
menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut.
( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan,
2007)
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan halusinasi
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan halusinasi
c. Mampu membuat diagnose keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan pada klien dengan halusinasi
d. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
C. Metode penulisan
Dalam punulisan makalah ilmiah, penuli menggunakan metode deskriptif yaitu
metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa serta menarik
kesimpulan yang selanjutnya akan di sajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang akan
menjadi bahan pembahasan.
D.
Sistematika penulisan
Adapun sestematika penulisan makalah ilmiah ini adalah terdiri dari : BAB I
pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penilisan dan
sistematika penulisan, BAB II Tinjauan teori yang meliputi pengertian, predisposisi
dan presipitasi, tanda dan gejala, penatalaksanaan, aspek legal etik, pengkajian,
analisa data, diagnosa, rencana tindakan keperawatan BAB III Tinjauan kasus yang
membahas tentang kasus halusinasi pendengaran dan pembahsan kasus
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
a.
Definisi Halusinasi
Berdasarkan definisi yang dapat dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu :
1.
2.
Halusinasi
adalah
penginderaan
tanpa
ada
4.
b. Macam-Macam Halusinasi
Maramis, 2004 menjelaskan bahwa halusinasi dapat dibagi menjadi lima macam,
yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran
Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungan dengan stimulus
yang nyata atau lingkungan, dengan kata lain orang yang berada disekitar
klien tidak mendengar suara atau bunyi yang didengar klien.
2. Halusinasi Penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar atau tanpa adanya
stimulus yang nyata dari lingkungan dengan kata lain orang yang berada
disekitar klien tidak melihat gambaran serta apa yang dikatakan klien.
3. Halusinasi Penciuman
Klien mencium sutatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus
yang nyata, artinya orang yang berada disekitar klien tidak mencium sesuatu
seperti apa yang dirasakan klien.
4. Halusinasi Perabaan
Klien merasa seperti ada sesuatu yang merayap-rayap ditubuhnya atau
kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata.
5. Halusinasi Pengecapan
Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau atau hirup. Individu itu
merasa mengecap sesuatu dimulutnya.
c. Penyebab Halusinasi
Faktor penyebab yang mungkin mengakibatkan perubahan persepsi sensori :
halusinasi adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya (Stuart and
Sundeen, 1998 dikutip oleh Hamid, 2005) yaitu :
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan saraf pusat dapat
menimbulkan gangguan halusinasi seperti hambatan perkembangan otak
khususnya korteks prontal, temporal, dan limbik. Gejala yang mungkin terjadi
adalah dalam belajar, daya ingat dan mungkin muncul perilaku menarik diri
atau kekerasan
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh, dan lingkungan sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi terjadinya halusinasi
dimana terjadi konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan)
kemiskinan, kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk.
d. Tanda dan Gejala Halusinasi
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
Fase Kedua
Comdemming (ansietas berat), halusinasi menjadi menjijikan
Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan, klien mungkin mengalami dipermalukan oleh
pengalama sensori dan menarik diri dari orang lain, psikotik ringan.
Perilaku klien : Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
Rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensorik dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi.
3. Fase ketiga
Respon Maladaptif
- Perilaku logis
- Persepsi akurat
terganggu (ilusi)
- Emosi konsisten
- Perilaku sesuai
- Hubungan sosial
harmonis
- Emosi
berlebihan/kurang
- Perilaku tidak
sesuai/tidak biasanya
- Menarik diri
- Gangguan proses
pikir, waham
- Halusinasi
- Perubahan proses
emosi
- Perilaku tidak
terorganisir
- Isolasi sosial
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah awal dari dasar dalam proses keperawatan dalam keseluruhan
(Keliat, 1998) yang meliputi :
a.
Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung terjadi perubahan persepsi sensori halusinasi yaitu :
1)
Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau susunan saraf pusat dapat
menimbulkan perubahan persepsi sensori : Halusinasi khususnya daerah
kortek, frontal, temporal dan limbik.
2)
Psikologis
Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi respon psikologi individu
adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan baik dalam keluarga
maupun masyarakat.
3)
Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya seperti kemiskinan konflik sosial budaya
(peperangan, kerusuhan) kehidupan yang terisolasi disertai stress yang
menumpuk.
b.
Faktor Presipitasi
Faktor pemicu atau penyebab terjadinya perubahan persepsi sensori : Halusinasi,
umumnya muncul gejala klien mengalami hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, yang disertai perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
c.
Mekanisme Koping
Mekanisme Koping yang sering dipakai pada klien dengan perubahan
persepsi sensori : Halusinasi adalah proyeksi untuk mengurangi perasaan cemas.
Karena klien mengalami berduka disfungsional sehingga terjadi gangguan konsep
diri : harga diri rendah yang mengakibatkan klien menarik diri dari lingkungan
sehingga menyebabkan klien berhalusinasi sehingga dapat berisiko perilaku
kekerasan dan perilaku menarik diri mengakibatkan klien defisit perawatan diri
sehingga terjadilah gangguan pemeliharaan kesehatan.
Pohon masalah
(Efek) Risiko Perilaku Kekerasan
Gangguan Pemenuhan
Kesehatan
Perubahan Persepsi
Sensori : Halusinasi
(CP)..
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan masalah utama
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran, yaitu :
1.
2.
3.
4.
3.
DX III : Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah (rasmun, 1998)
a. Tujuan Umum
Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.
b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tujuan Umum
Klien
dapat
meningkatkan
minat
dan
motivasinya
dalam
Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri
2. Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat
3. Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
c.
Intervensi
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya : dengan komunikasi terapeutik, beri
salam, perkenalkan diri, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan rasa
empati, buat kontak yang jelas.
TUK II : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
IV. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat dan telah diimplementasikan.
V. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan pendekatan SOAP :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan atau tidak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa :
1.
2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan.
3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang, dengan
masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan
Rencana selesai jika tujuan sudah tercapai (Keliat, 1999)