Anda di halaman 1dari 25

JOURNAL GEOLOGI

April-Mei 1922

PRINSIP REAKSI PADA PETROGENESIS


X. L. ROWEN

Labotatorium Geofisika, Carnegie Institution of Washington

PENGANTAR
Sekarang sudah bertahun-tahun sejak ahli petrologi ertama kalinya mulai
berpikir tentang prinsip kristalisasi dari magma cair pada sifat larutan. Dalam
pembelajaran larutan biasa kondisinya sering ditemukan dengan relasi eutentik.
Dalam kasus sederhana antara 2 komponen, masing-masing penurunan titik lebur
dengan titik eutektik, dimana kedua suhu tersebut terpisah bersamaan dari
komposisi larutan yang sudah diperbaiki, yaitu cairan eutektik. Kasus ini dan
kondisi yang sama pada susunan yang lebih pada komponen yang sekarang miri
dengan ahli petrologi yang mereka perlukan disini untuk tidak diperluaskan.
Konsep eutektik awalnya digunakan oleh ahli petrologi dan menjadi salah satu
keperluan dalam teori petrogenesis. Konsep ini memandang pada suhu titik lebur
campuran mineral yang memiliki pembiasan tinggi. Ini melontarkan beberapa
faktor penentuan pemisahan mineral dari larutan yang sama. Namun, hampir
seluruhnya mendorong dalam cobaan penelitian yang hasilnya diharapkan yaitu
lokasi dari komposisi eutektik pada campuran mineral yang terpilih. Pada
investigasi ini, keduanya dalam sisi teoritis dan eksperimentalis. Vogt mengambil
bagian peenting rintisannya yang tidak ingin dilebih-lebihkan.

Sebagai kemungkinan dala antisipasi, itu segera ditemukan bahwa relasi


eutektik tidak selalu didapat, namun menjadi salah satu relasi kemungkinan antara
dua susuna atau lebih. Lebih awalnya, telah disadari bahwa ada campuran solid
antara dua omponen yang memungkinkan mengeliminasi relasi eutektik. Setelah
itu, metode eksperimen yang lebih akurat diperkenalkan, contohnya peleburan
tidak kongruen ditemukan, yang berperan penting dalam mengeliminasi eutektik.
Memang, sepertinya relasi antara komponen seperti pada hilangnya eutektik
begitu sering pada sistem mineral yang mungkin diragukan oleh pilihan yang
didasari oleh doktrin euteksia. Bisa lebih lama lagi dipandan sebagai pembaktian
besar pada teori petrogenesis. Meskipun sebagai keperluan yang disarankan di
masa lalu.
Sudah dimungkinkan bahwa relasi non eutektis tidak boleh terdapat
kejanggalan. Hal tersebut sepastinya hasil dari hukum solusi sama seperti
eutektik.
Lembar ini telah ditulis dengan objek yang mengatur kembali penegasan
konsep relasi mineral. Ini menunjukkan bahwa relasi lain antar tahan, yang
disebut hubungan reaksi, sangat sering dijumai pada silikat dan diwaktu yang
sama, konsep yang lebih luas dimana mengarah ke pembelajaran petrogenesa
daripada doktrin euteksia. Sehingga memungkinkan pengaturan tersebut sebagai
pedoman dan stimulasisi pada pencarian fakta.

SERI REAKSI KONTINYU


Hubungan reaksi dalam bentuk yang umum diilustrasikan oleh kasus
plagioklas feldspar. Diagram Equilibrium plagioklas (Plg. T) merupakan tipe
sederhana dan lazim ditemui. Fitur ini yang membutuhkan tekanan di hubungan
masa sekarang dapat dibawa keluar dengan sangat singkat. Kristalisasi dari cairan

secara acak seperti AbIAn4 berlangsung dengan cara berikut. Pada suhu 1450 o
kristal yang terkomposisi oleh AbIAn4 mulai memisah. Karena suhu menurun pada
peningkatan materi kristalisasi dan diwaktu yang sama mengubah komposisi
sekaligus garis solid. Dengan demikian, pada suhu 1370o kristal memiliki
komposisi AbIAn2. Dengan kata lain, kristal terbentuk pertama telah mengalami
perubahan komposisi. Memang, kristal seterusnya termodifikasi komposisinya
dengan cairan pereaksinya. Kristal dan cairan tersebut saling mempengaruhi satu
sama lain dilihat dari proses kristalisasinya.
Semua ini sekarang sebuah cerita lama dan diulang kembali hanya
perbedaannya pada kristalisasi antara satu senyawa pada sistem dan juga pada
sistem eutektik. Belakangan ini, sebuah kristal sekali terisah tidak lagi
menyangkut pada equilibrium, yang membuat dalam segala kasus khusus yang
terjadi mungkin diharapkan relatif jarang terjadi, khususnya pada larutan (magma)
yang rumit.

Karena hubungan
reaksi yang terus menerus antara kristal dan cairan dalam suatu larutan padat

seperti plagioklas. Diusulkan, untuk tujuan dari penelitian ini untuk mencari seri
material solid.
Bagian penting dari reaksi, hubungan reaksi kristal dengan cairan yaitu
ketika seri menjadi bagian dari sistem kompleks yang lebih. Ini terbukti bahkan
ketika bagian terakhir di seri menanggung relasi eutektik ke komponen yang baru
ditambahkan. Yang dapat dilihat ketika diopside ditambahkan ke plagioklas.
Diagram equilibrium pada sistem ini terdapat pada gambar 2. Lagi diagram ini
mirip dengan dengan diagram yang sebelumnya sudah didiskusikan sebelumnya,
namun beberapa fitur ini membutuhkan perhatian pada koneksi sekarang.
Larutan berkomposisi F (Diopsid 50 per cent, AbIAnI 50 per cent) mulai
mengkristalisasi pada suhu 1275o dengan pemisahan diopsit. Ketika suhu
menurun dan menambah jumlah kristal.

Pada suhu 1235o, ketika cairan yang memiliki komposisi G, plagioklas


berkomposisi AbIAn4 mulai memisah dan selanjutnya perubahan komposisi cairan

yang berada di batas kurva ED. Dan proses kristalisasi berjalan sampai batas
tertentu, relasi reaksi yang sama ada diantara kristal plagioklas dan cairan pada
sistem biner. Vogt menamakan kurva ED pada kurva batas eutektik atau garis
batas eutektik dan agar lebih meyakinkan, batas tersebut memiliki sifat kesamaan
dengan garis. Ini menandakan komposisi cairan equillibrium dengan 2 fase padat.
Selebihnya terletak di sepanjang lembah di permukaan peleburan dan ketika objek
menekankan fitur ini tidak ada tekanan yang serius pada istilah yang digunakan
Vogt. Disamping itu, penggunaan seperti itu cenderung tidak bisa diperkirakan
tentang kepentingan dalam relasi reaksi antara kristal plagioklas dan cairan yang
terdapat bersama batas kurva. Namun agak jauh dari pertanyaan nomenklatur,
perbedaan merupakan fundamental penting dalam petrogenesis. Pada kasus garis
eutektik yang benar dalam sistem terner, dua macam kristal yang terpisah yang
disebut relasi ke cairan dan ketika berkurang tidak lagi diperhatikan di
equilibrium. Apalagi, garis eutektik berakhir di sudut eutektik terner yang
menunjukkan komposisi seluruh cairan yang terdapat, jika reaksi selesai dalam
pengambilan sampel, kristal akan terus membentuk dan cairan terakhir digunakan
seluruhnya oleh reaksi pada suhu 1200o , ketika komposisi cairan adalah M dan
seluruh kristal memiliki komposisi Z. Namun, jika ada alasan awalnya kristal
tidak ikut pada reaksi penuh-dan ini mungkin terdaat ketika penetapan tempat
kristal atau tenggelamnya kristal supervenes-komposisi cairan mungkin
melampaui M dan cairan terakhir memiliki komposisi yang membuktikan
beberapa poin antara M dan D, dengan efek yang sesuai pada komposisi kristal
terakhir.
Fleksibilitas ini pada kelakuan cairan seluruhnya merupakan hasil dari
reaksi antara cairan dan kristal. Rangkaian kristalisasi dihadapkan pada respn ke
kondisi berlangsung dimana kristalisasi terdapat, untuk penghilangan kristal
dengan penetapan tempat kristal, penenggelaman, dan lainnya tergantung pada
kondisinya. Tidak ada respon yang memungkinkan pada sistem eutektik untuk
kondisi apapun, eutektik adalah tujuan dari seluruh cairan, semua mencapai, tak
ada yang melewati, dan fen of stagnant waters.

PASANGAN REAKSI DAN SERI REAKSI DIKONTINYU

Macam relasi
reaksi ditunjukkan oleh adanya seri larutan solid yang tidak hanya semacam
kepentingan kristalisasi magma. Gejala tipe kristalisasi lainnya, biasanya tidak
jauh dari larutan solid itu sendiri, bagaimanpun, konsekuensi di alam yang serupa.
Tipe ini diilustrasikan dalam beberapa sistem yang sudah di investigasi secara
eksperimen, namun dengan tujuan masa kini kita akan mendiskusikan kasus fase
yang muncul dekat mengenai mineral batuan.

Diagram equilibrium sistem MgO-SiO3 ditampilkan pada gambar 3.


Sebuah cairan yang memiliki komposisi 42 % MgO, 58 % SiO2, mulai
mengkristalisasi dengan emisahan Olivin Mg2SiO4 dan terus berlanjut sampa suhu
1557o ketika olivin bereaksi dengan cairan untuk membentuk Piroksi
Klinoenstatite. Jika kesempatan reaksi sempurna, cairan seluruhnya digunakan
oleh reaksi dan massa yang terkandung seluruhnya pada olivin dan piroksin. Jika
bertentangan, cairan dan olivin tidak akan bebas melanjutkan dalam kontak proses
mendalam, setelah mencapai tahap penyelesaian pada semua reaksi yang
memungkinkan dibawah keadaan tertentu, beberapa cairan mungkin tersisa. Ini
akan melanjutkan kristalisasi dengan cara biasa yaitu campuran dari piroksen
MgSi03 dan silika, Sehingga memperoleh massa yang terdiri dari olivin, piroksen,
dan silika. Sekali lagi ditemukan bahwa adanya hubungan reaksi memperkenalkan
flexibilitas sehingga produk yang berbeda diperoleh dengan berbagai kesempatan
dalam reaksi. Dalam kondisi tertentu
ada silika bebas yang terbentuk; sedikit dapat dibentuk; dan lainnya cukup
banyak muncul. Komposisi Mg2SiO4 dan MgSiO3 dapat disebut reaksi
berpasangan. Oleh karena itu, berarti bahwa kristal dari senyawa pertama bereaksi
dengan cairan untuk menghasilkan produk kedua ketika proses nornal dari
kristalisasi Sehubungan reaksi ini jenis mungkin ada di antara tiga atau lebih
senyawa dari senyawa, diatur dalam urutan yang tepat, kemudian dapat dikatakan
discontinue reaction series. Contoh dari jenis seri diberikan oleh sistem yakni
H2O-K2SiO3-SiO2 yang dikerjakan oleh Morey dan Fenner. Diagram Ekuilibrium
ditunjukkan pada Gambar 4. cairan dari komposisi A mulai mengkristal dengan
pemisahan K2SiO3. Ini bergabung dengan K2Si2O5 dan sisi dua mengkristal sisi,
cairan berubah komposisinya sepanjang kurva batas antara bidang mereka. Pada
cairan Q bereaksi dengan K2SiO3 mengubahnya menjadi KSiO3 H2O dan jika
kesempatan untuk reaksi sempurna yang membeku dan dialami seluruhnya. Di
sisi lain, jika kesempatan untuk reaksi terbatas, beberapa cairan Q yang tersisa
berlebihan dan hasil untuk mengkristal dengan Q1-Q2 dengan pemisahan
KSi2O5 dan K2SiO3 1/120. Pada Q2 crvstals dari K2Si205 bereaksi dengan

cairan untuk menghasilkan K2Si2O5

1
2 H2O dan pemadatan akan selesai jika

ada kebebasan penuh pada reaksi. kemungkinan ada beberapa cairan (Q) yang
tersisa jika reaksi tersebut terbatas dan itu akan melanjutkan untuk mengkristal
1
bersama QZ-Q3 dengan pemisahan K2Si2O5H2O dan K2SiO3 2 H2O. Pada

kristal Q3 K2SiO3

1
2 H2O diubah menjadi K2SiO3 H2O. Dalam hal ini selalu

ada beberapa cairan yang diperlukan untuk reaksi sempurna. Pada kesempatan
untuk reaksi, tapi ada lebih dari itu ketika reaksi terbatas, cair kemudian
mengkristal sepanjang batas antara K2SiO HO dan K2Si2O5 HO, dengan
pemisahan tersebut, sampai isoterm 200o tercapai, dan jika tidak ada lagi
pendinginan beberapa larutan yang tersisa yang tidak mengkristal sama sekali.
Hal ini jelas dari garis kristalisasi mengingat memiliki sepasang reaksi, K2Si2O5
dan juga dicontinue reaction series, K2SiO3-K2SiO3

1
2 H2O-K2SiO3 H2O.

Setiap bagian
dari seri dihasilkan dari bagian sebelumnya oleh reaksi cairan. Seri ini berbeda
dari reaksi kontinyu seri dalam perubahan komposisi yang terputus-putus,
mengambil menempatkan dalam langkah-langkah dan bukan oleh gradasi

insensible seperti dalam kontinyu seri.

Konsekuensi dari adanya seri reaksi ini memiliki telah ditunjukkan dalam
hal tersebut. Dalam kondisi tertentu kristalisasi kita bisa mendapatkan hanya tiga
fase K2Si03, K2Si205, dan K2Si03 Dalam kondisi lain kita bisa mendapatkan
bagian atau semua rantai panjang produk termasuk di atas tiga dan di Selain
K2Si205.H20 dan K2Si03.H20. Selain itu, ketika kristalisasi berjalan jauh ke
dalam seri, dapat memperoleh cairan yang kaya air yang gagal mengkristalisasi.
Formasi dari cairan ini berada dalam kondisi penting yang burhubungan dengan
kadaan yang berlimpah pada setiap tipe magma, misalnya granitik.

MINERAL-MINERAL LEPAS

Bagian dari seri reaksi yang penting dalam konsekuenssi berdasarkan


kandungannya, yang sebaliknya tidak akan terbentuk dari cairan yang ada,
mungkin, juga sebagai kegagalan dari penyelesaian reaksi, yang disimpan dalam
cairan dan muncul sebagai mineral di fase selanjutnya. Seperti mineral yang
dilepas karena keberadaan relasi reaksi dan di waktu yang sama pelengkapan
dalam komposisi mineral menghilang saat roses reaksi. Jadi dalam kasus reaksi
MgSiO4-MgSiO3, silika bebas terlepas sebagai hasil gagalnya penyelesaiaan reaksi
dan berubah menjadi MgSiO4.

PENGARUH SERI REAKSI PADA ORDE PEMISAHAN

Kita sekarang telah memeriksa beberapa contoh cara di mana seri reaksi dapat
membuat jalannya kristalisasi responsif dengan kondisi eksternal. Dalam penting
khususnya keberadaan dari seri reaksi yang lain, terus menerus dan terputusputus, penyebab proses kristalisasi yang terdapat di sistem eutektik. Dalam
kristalisasi dari feldspar plagioklas selalu saling memisah sebelum plagioklas
lainnya yang kurang yg mengandung kapur. Tidak ada hal seperti pemisahan
plagioklas yg memiliki kandungan kapur pertama dari campuran kaya plagioklas
yg mengandung kapur dan plagioklas sodik pertama (diikuti oleh plagioklas yg
mengandung kapur) dari campuran kaya plagioklas sodik, berdasatkan sistem
eutektik. Dan dengan pasangan reaksi yang terputus-putus bagian seri reaksi lebih
tinggi dari seri dan selalu terpisah sebelum menuju yang lebih rendah. kondisi
yang tidak semu dalam campuran dari forsterit dan klinoenstatit sehingga forsterit
memisahkan pertama dari campuran kaya forsterit dan klinoenstati pertama dalam
campuran kaya klinoenstati pada campuran eutektik. Pada Sebaliknya, forsterit,
namun dalam jumlah kecil, selalu terpisah pertama.

Dengan

demikian

keberadaan

seri

reaksi

cenderung

untuk

memperkenalkan sebuah ketetapan di urutan kristalisasi, plagioklas yg


mengandung kapur sebelum sodik plagioklas, jika sama sekali; forsterit (olivin)
sebelum clinoenstatite (piroksen), jika sama sekali, K2SiO3 sebelum K2Si03

H20 sebelum K2Si03

1
2

1
2 H2O.

SERI DALAM SERI

Kedua jenis kontinyu dan tidak kontinyu dari seri reaksi mungkin jauh lebih sulit
dari contoh sederhana yang dipilih dalam ilustrasi. Seri reaksi terus menerus dapat
merangkul lebih dari dua komponen, dan reaksi antara cairan dan kristal
kemudian akan berkaitan dengan penyesuaian relatif konsentrasi semua
komponen. Demikian juga diskontinyu seri reaksi dapat terdiri dari beberapa
bagian. Lebih dari ini, setiap bagian dari serangkaian reaksi diskontinyu mungkin
sendiri menjadi seri reaksi kontinyu. Kasus ini dicontohkan oleh Sistem diopsideforsterit-silika. Di sini kita memiliki diskontinyu pada seri reaksi olivinclinopyroxene-silika di mana anggota yang Klinopiroksi sendiri merupakan seri
reaksi kontiny, yaitu, seri larutan solid. Kristalisasi cairan dari sistem ini akan
menggambarkan kompleksitas hubungan reaksi yang dapat menyebabkan bahkan
dalam sistem yang relatif sederhana ini. Cairan D (Gambar. 5) mulai mengkristal
dengan pemisahan olivin, forsterit. Pada olivin F kristal mulai sepenuhnya
bereaksi dengan cairan untuk membentuk Klinopiroksin dari komposisi R, dan
karena suhu turun dengan cairan pereaksi, tidak hanya dengan kristal olivin untuk

berubah menjadi piroksen, tetapi juga dengan kristal piroksen sudah hadir untuk
membentuk lebih mengandung kapur. Jadi di F olivin telah benar-benar berubah
menjadi piroksen seluruhnya yang kini memiliki Komposisi R. Dalam hal ini,
juga, kurangnya kesempatan untuk melengkapi reaksi akan memiliki peran
penting pada jalannya cairan dan jenis kristal yang dihasilkan dari itu. Kegagalan
reaksi akan memperkaya cairan tidak hanya di silika tetapi juga di lebih yg
mengandung kapur piroksin.

SERI KRISTALISASI PADA BATUAN

Jumlah yang memadai pada contoh hubungan reaksi memiliki gambaran


aspek yang lebih penting dari itu. Lebihnya contoh yang memiliki banyak kasus
ditangani dengan anggota kelompok pembentuk batuan umum dan prevalensi seri
reaksi satu jenis dengan yang lain di antara mineral silika pembentuk batuan
ditunjukkan oleh beberapa contoh. Data tidak yang tidak didapat dan tidak
mungkin untuk beberapa waktu untuk diskusi kuantitatif seri eeaksi dalam
campuran yang sesuai dengan magma alami. Sehingga, kurang diyakini bahwa

banyak yang bisa diperoleh dari analisa kualitatif dalam fitur ini mineral batuan.

Perlu diterangkan dalam menyatakan bahwa keberadaan reaksi hubungan


antara dua fase dalam sistem yang sederhana ada sebuah hubungan identik antara
mereka dalam lebih sistem yang kompleks. Dalam kasus fase olivin dan
magnesian piroksen, yang hubungan seperti itu ada di sistem biner MgO-SiO 2,
tidak masuk akal untuk mengharapkan bahwa relasi mungkin dimodifikasi dalam
sistem yang lebih kompleks. Sebenarnya, bagaimanapun, adalah menemukan
bahwa hubungan terus berlanjut di semua sistem yang lebih kompleks dalam
pemeriksaan, yang sebenarnya menjadikan itu lebih mungkin, tetapi tidak berarti
bahwa hubungan reaksi memperoleh dalam sistem magmatik. Layanan yang
diberikan oleh penyelidikan eksperimental, asalkan terbatas pada sejumlah
komponen, harus menunjukkan di mana hubungan reaksi yang diharapkan.
Apalagi, menginstruksikan untuk apa yang mungkin kita harapkan di jalan
indikasi reaksi dan dengan demikian memungkinkan untuk memperluas

kesimpulan kami untuk fase tidak terbentuk di bawah kondisi laboratorium. Ini
membawa kita ke pertanyaan dari kriteria hubungan reaksi. Kriteria dari seri
reaksi, umum untuk kedua kontinyu dan diskontinyu T3e, dan melayani untuk
menunjukkan fundamental mereka serupa, hanya kecenderungan satu mineral
untuk tumbuh ditempat lain sebagai inti. Dalam kasus seri kontinyu ini umumnya
dikenal sebagai zonasi campuran-kristal dan di diskontinyu yang ebagai
pembentukan reaksi, korona, dll, Dengan demikian kita memiliki bukti jelas
semacam ini, dari berbagai batuan, yang bahwa plagioclases merupakan
serangkaian reaksi kontinyu dan yang piroksen, amphibole, dan mika membentuk
rangkaian yang dikontinyu.
Perkembangan ini memiliki struktur yang khusus, bagaimanapun,
tergantung pada kondisi tertentu konsolidasi dan kurangnya struktur seperti
mendatang dalam kasus individual tidak boleh dianggap sebagai menunjukkan
kurangnya hubungan reaksi dalam kasus itu. Itu harus, sebagian, dari survei
umum hubungan mineral di batuan beku bahwa seri reaksi dapat disimpulkan.
Untungnya seri reaksi kontinu mudah diambil keluar, untuk keberadaan belaka
larutan padat atau variabilitas suatu komposisi dalam fase kristal cukup untuk
menetapkan bahwa fase sebagai seri reaksi kontinyu. Jumlah kepentingan yang
berada pada mineral batuan beku dengan satu pengecualian kuarsa menjadi
anggota seri larutan solid. Deteksi seri reaksi diskontinyu tidak selalu begitu
mudah, dan elemen terkait masuk sampai batas tertentu. Sebagai contoh informasi
yang akan diperoleh pada titik ini dari survei umum urutan beku mari kita
mereproduksi tabel yang diberikan Harker yang menunjukkan relasi pada bukit
Garabal.

Akan dicatat bahwa mineral muncul dalam urutan tertentu, sebagai mereka
mungkin dalam sistem di mana hubungan eutektik sederhana, tetapi mereka juga
menghilang dalam urutan yang sama, fitur yang sama sekali berbeda dengan
sistem eutektik. Dalam sistem eutektik tidak pernah mineral menghilang. Mineral
pertama terbentuk hanya bergabung dengan yang lain, pasangan ketiga, dan
seterusnya sampai semua mineral muncul bersama di produk eutektik akhir.
Sangat berbeda dari ini kondisi yang benar-benar ditentukan, yaitu, hilangnya
mineral di urutan di mana mereka muncul, yaitu inti dari reaksi itu sendiri, Setelah
pemeriksaan secara rinci ditemukan bahwa 2, 3, dan 4 menghilang idi B, 5
menghilang di D, dan 6 di E. Dari ini kita menyimpulkan bahwa fase ini
menanggung reaksi (bukan pengurangan belaka) sehubungan dengan cairan dan
bahwa, sebagai akibat dari reaksi, fase muncul kemudian terbentuk. Kami tiba di
pasti kesimpulan bahwa 4, 5, dan 6 merupakan seri reaksi dan pada saat yang
sama catatan indikasi bahwa mereka hanyalah bagian dari rangkaian yang
mengandung anggota lebih.

Dengan mengumpulkan informasi yang akan diperoleh dari pemeriksaan


urutan tersebut dan pengamatan struktural hubungan mineral kesimpulan untuk
seri reaksi di batuan yang akan tiba di. Tanpa menunjukkan bukt yang rincii,
dilakukan usaha di bawah untuk mengatur mineral dari batu subalkaline biasa
sebagai seri reaksi. Baik Akurasi yang diklaim. Hal ini dianggap hanya sebagai
kerangka di mana orang lain dapat membangun, membuat modifikasi tersebut dan
tambahan yang mungkin ditemukan yang diperlukan,

Dimulai pada ujung atas seri ke dasar campuran yang kita miliki di dua
seri reaksi yang berbeda pertama, seri kontinyu pada plagioclases dan seri
diskontinyu pada olivines-pyroxenes-amphiboles, dll Seperti diturunkan di seri
ini, namun, mereka menjadi kurang begitu jelas, di pyroxenes alumina dan
amphiboles sejumlah interlocking dimulai dan mereka akhirnya bergabung
menjadi satu seri / Hal itu diungkapkan konvergensi dari seri, dengan sembari
menghubungkan nama mineral pada awalnya, dan akhirnya bergabung dari dua
seri dengan panah konvergen pada kalium feldspar. Hanya di mana dua seri
menggabungkan benar-benar kurang lebih diipertanyaakn, tetapi diberikan cukup
erat untuk tujuan kita sekarang pada gambar.

Bahwa seri, olivines-pyroxenes-amphiboles-biotites, serangkaian reaksi


baik dibuktikan dalam banyak varietas batu. Dengan ini dimaksudkan bahwa
cairan bereaksi dengan olivines untuk menghasilkan piroksin, dengan pyroxenes
untuk menghasilkan amphiboles, dan dengan amphiboles untuk menghasilkan
biotites. Dalam kadar air terus meningkat dari seri ini berhubungan dengan seri
K2SiO3-K.2SiO3
mungkin

1
2 H2O-K2SiO3 H2O. Seri reaksi kontinyu dari plagioclases

dipahami

pada

serangkaian

mineral

batuan.

Ini

merupakan

keberuntungan, untuk seri terjadi menjadi penting khususnya dalam hal itu
berjalan melalui berbagai kondisi dan komposisi di seri batuan. Kami hanya
memiliki pengayaan terus-menerus cairan di feldspar alkali dengan pemisahan
berbagai kalium dari feldspar alkali sebagai fase terpisah ketika telah melampaui
nya kelarutan dalam campuran plagioklas. Dengan pembentukan potensi feldspar
abu di salah satu seri dan dari biotit yang lain, dua seri sehingga erat bercampur
untuk membentuk satu seri.
Ada sedikit sifat kristalisasi eutektik di seri kristalisasi diberikan dalam hal
tersebut. Pada tahap awal dan sebagai antara dua seri ada beberapa saran yang
eutektik hubungan dalam anggota dari salah satu seri menurunkan titik lebur dari
anggota dari seri lainnya. Selain itu satu atau yang lain mulai memisahkan
pertama sesuai dengan yang hadir lebih lebih diproporsi tetap. Ada analogi
dengan kristalisasi eutektik berakhir karena alasan sederhana bahwa tidak ada
eutektik, tidak ada yang tak terelakkan akhir-titik di mana pembekuan akhir harus
terjadiketika cairan telah mencapai komposisi tertentu. Mineral yang memiliki
hubungan reaksi terhadap cairan, bukan pengurangan relasi belaka. Setiap mineral
dipisahkan cenderung selalu berubah menjadi anggota dari seri reaksi. Perubahan
komposisi dipengaruhi oleh reaksi dengan cairan, dan berkesempatan untuk reaksi
cairan sepenuhnya digunakan, dalam beberapa kasus cepat, di lain kemudian, dan
kemudian fase pemadatan selesai.

Jadi kita melihat bahwa seri batu tidak dapat dipartisi menjadi divisi
seperti gabro, diorite, dll, masing-masing memiliki eutektiksendiri. Semua ini
milik serangkaian kristalisasi tunggal, untuk sistem polikomponen tunggal, yang
didominasi oleh reaksi seri.
Bahkan setelah apa yang biasanya disebut konsolidasi lengkap dari batu
banyak perubahan yang bersifat reaksi dapat terjadi antara mineral. Biasanya
sejumlah kecil cairan adalah faktor dalam ini. Perubahan yang umum dijelaskan
di bawah Metamorfisem. Aspek-aspek tertentu dari perubahan ini telah dijelaskan
oleh VM Goldschmidt dalam lembar metasomatisme. Hal ini penting untuk
dicatat dalam koneksi ini bahwa reaksi metasomatic bersifat tidak terbatas pada
tahap metamorf tetapi, seperti telah kita lihat, fitur konstan seluruh proses
kristalisasi dari magma. Eskola telah mengajukan bukti untuk percaya bahwa,
setiap wakt, kristalisasi magma asli mungkin itu sendiri berlangsung pada kondisi
yang biasanya lazim selama metamorfisme. Batuan kemudian menyajikan "facies
mineral" identik dengan batuan metamorf dari komposisi yang sama terbentuk di
bawah kondisi yang sama. Seri reaksi yang sama sekali berbeda dalam kristalisasi
batuan ini dan kami belum pergi jauh menuju pemahaman ini, meskipun Eskola
membuat banyak untuk menetapkan kita di arah kami. Kondisi yang bervariasi
diperlukan untuk menghasilkan fasies yang berbeda adalah dari urutan yang
berbeda dari besarnya dari variasi kondisi di sini dianggap. Sebagian besar
merupakan variasi laju pendinginan dan kami di sini prihatin terutama dengan
batuan beragam yang pada umumnya didirikan urutan yang dapat diproduksi di
bawah kondisi dasarnya fasies terutama. Dengan pemadaian fraksinasi dalam
kondisi pendinginan yang lambat, bagaimanapun, memiliki konsentrasi seperti
pengidentifikasi mineral dan konsekuen menurunkan suhu konsolidasi yang
sesuai dengan kondisi mereka dari facies lainnya.

ATURAN EMPIRIS TENTANG PERINTAH KRISTALISASI

Sebagai hasil dari pengetahuan yang paling luas tentang hubungan mineral
dalam batuan Rosenbusch dirumuskan aturan tertentu mengenai urutan
kristalisasi. Ketika Petrologi mulai berpikir kristalisasi batuan dalam hal eutectics
aturan ini tampak cukup berbeda dengan teori, hal ini menyatakan bahwa mineral
harus memisahkan pertama yang lebih lebih eutektik. Untuk merekonsili ini
dengan aturan Rosenbusch ini memberikan ketetapan kristalisasi adalah masalah
yang sangat sulit, namun ia mengakui bahwa aturan itu mewakili fakta dalam
sangat luar biasa. Dalam terang prinsip reaksi ada kesulitan seperti ditemui. Ini
adalah karakteristik dari seri reaksi, seperti yang kita lihat, bahwa betapapun
kecilnya jumlah dari setiap bentuk anggota mungkin, selalu membentuk sebelum
anggota yang lebih rendah dari seri. Sejauh seri reaksi mengontrol kristalisasi
batuan cenderung menghasilkan urutan tetap kristalisasi.
Generalisasi lain tentang urutan kristalisasi berasal dari sekolah Perancis
petrologi. Itu menerangkan bahwa mineral memisahkan di urutan peleburan,
setidaknya peleburan pertama. Generalisasi ini, juga, dalam penerangan doktri
eutektik tampaknya cukup masuk akal, tapi di sini lagi ada yang sangat ditentukan
sesuai dengan fakta-fakta. Zat seperti spinel dan Kromit adalah salah satu bahan
yang paling tahan api. Magnesian olivin memiliki tertinggi lebur-titik umum
pembentuk batuan silikat. Pyroxenes lebih magnesian dalam daftar, dengan
feldspars lebih yg mengandung kapur tentang setara dengan mereka. Piroksin
lebih kompleks, amphiboles, dan khususnya lebih feldspars alkali lebih rendah.
Dan daftar ini sesuai sangat memuaskan dengan urutan pemisahan mineral dari
magma. Sekali lagi kita berhadapan dengan kecenderungan yang diperkenalkan
dengan kehadiran seri reaksi. Ini adalah karakter akrab dari seri reaksi tipe
kontinyu bahwa titik lebur yang lebih tinggi harus mengkristal pertama (Seperti
plagioclases), dan ada kecenderungan yang tidak kurang berbeda dalam arah ini di
diskontinyu pada seri reaksi.
Penjelasan ini dan pembenaran dari doktrin di sekolah Perancis,
bagaimanapun, dianggap sebagai proposal yang kita harus balikkan sikap yang
timbul dari pertimbangan eutektik dan menerima tanpa syarat pernyataan bahwa

mineral memisahkan pada sebaliknya urutan titik lebur. Ada yang terlalu banyak
pengecualian yang jelas untuk aturan tersebut. Namun, pengecualian ini sendiri
seperti mungkin diantisipasi dalam sistem yang didominasi oleh seri reaksi. Kita
telah melihat pada halaman sebelumnya bahwa mineral tertentu yang mungkin
disebut mineral dirilis mungkin muncul dalam sistem tersebut. Hal ini biasanya
mineral yang termasuk dalam kategori ini memiliki pengecualian. Prinsip ini
adalah kuarsa. Ini adalah sebuah mineral dirilis dari reaksi, olivine-piroksen dan
tidak diragukan lagi memiliki hubungan yang sama dalam reaksi, kalium feldsparmika, semacam sebuah hidrolisis yang membutuhkan konsentrasi yang cukup air.
Mineral iniadalah mineral tinggi titik lebur tapi pemisahan sangat lambat yang
akan terhubung dengan karakternya sebagai mineral dilepas. Dengan kata lain, hal
itu dapat dianggap sebagai tidak benar-benar hadir di cairan pada tahap awal,
tetapi sebagai pelepasan konsekuensi dari reaksi tersebut.
Beberapa mineral dapat memisahkan awal ketika unsur intrinsik hadir dan
juga mungkin muncul sebagai mineral dirilis di tahap-tahap selanjutnya.
Magnetite adalah contoh yang sangat baik. Ini mungkin memisahkan sangat awal
dari gabro dan itu bisa dibentuk sangat lambat sebagai akibat dari, katakanlah,
reaksi piroksen-hornblende dan khususnya dari mica-feldspar.

KEMAJUAN TERHADAP PEMAHAMAN SERI REAKSI DI MAGMA

Di tempat ini mungkin baik untuk menunjukkan di mana keberadaan


dalam kebutuhan tertentu peningkatan pengetahuan untuk memahami sifat yang
tepat dari reaksi yang terjadi. Ini akan dicatat bahwa setiap anggota dari seri reaksi
diskontinyu, olivines-pyroxenes-amphiboles-biotites, itu sendiri merupakan seri
reaksi terus menerus. Dari olivines dan pyroxenes kita tahu cukup banyak, tetapi
secara praktis tidak ada yang diketahui mengenai rincian amphiboles atau biotites
Pada seri reaksi, dan ini berarti tidak hanya jangkauan mereka mungkin komposisi

tetapi juga bagaimana komposisi yang diatur dalam seri. Seri reaksi terus menerus
dari plagioclases menempati tempat yang lebih mencolok daripada reaksi
kontinyu lainnya, bukan hanya karena kita tahu lebih banyak tentang hal itu,
tetapi karena, seperti sudah ditunjukkan, itu masuk ke dalam seri batu melalui
banyak lebih luas kondisinya. Dari plagioklas kita perlu tahu bagaimana feldspar
kalium masuk ke dalam, pada saat ini koneksi khususnya, pada tahap apa dalam
konsentrasi yang molekul kalium harus muncul sebagai fase terpisah. Perlu
diketahui juga, komposisi yang tepat dari piroksen yang membentuk oleh reaksi
dari olivin dari komposisi tertentu, komposisi yang tepat dari amphibole yang
membentuk dari piroksen tertentu, dan sebagainya. Ada pertanyaan yang dapat
ditumpahkan oleh sistematis Studi equilibrimn mineral sintetis dan dengan
pemisahan dan analisis mineral ikutan dalam berbagai jenis batuan. Studi
semacam ini sekarang sedang dijalankan di Laboratorium ini dengan Aurousseau
pada olivines, oleh Washington dan Merwin pada pyroxenes, dan oleh Buddington
pada melilites. Eskola menunjukkan pentingnya kerja seperti pada mineral alami,
mengacu di bawah nama khusus, fasies petrologi. Hasil ini dan keluarga
investigasi dapat menguntungkan dihormati.

prinsip reaksi merujuk detail

berjenis pada mereka kemungkinan untuk membuktikan terlalu melelahkan


kecuali dipertimbangkan dalam sehubungan dengan beberapa prinsip koordinasi
tersebut.

SERI REAKSI DAN DIFERENSIASI MAGMATIK

Sebagai informasi yang diperoleh dari studi tersebut dari seri reaksi
terakumulasi, pengetahuan kita diferensiasi batuan beku harus meningkatkan
mencolok, untuk prinsip reaksi adalah prinsip diferensiasi. Kita telah melihat,
dalam pemeriksaan sistem sederhana yang digunakan untuk menggambarkan seri
reaksi, bagaimana keberadaan dari hubungan reaksi meminjamkan fleksibilitas
untuk perilaku pendingin cair, menjadikan itu mampu memberikan produk yang

berbeda menurut kondisi di mana mendingin. Ini sama Sejatinya pada seri reaksi
kompleks yang mendominasi crystalisai dari magma, untuk magma subalkaline,
Disarankan pada Tabel II. Sebagai hasil dari keberadaan reaksi hubungan ada
indikasi, itu mungkin terjadi bahwa hubungan magma pada olivin mungkin, pada
tahap berikutnya, bereaksi dengan olivin dan mengubahnya menjadi piroksen,
dan, menurut sejauh mana kondisi mengendalikan memfasilitasi reaksi, masa
depan seluruh Tentu saja dari magma yang diubah. Jika kondisi sangat
menguntungkan reaksi mungkin lengkap dan olivin mungkin muncul, tempatnya
diambil oleh piroksen. Cairan kemudian mendingin lebih lanjut dengan
pengendapan anggota kemudian dari seri kristal. Jika kondisi tidak begitu
menguntungkan beberapa olivin dapat dibiarkan tidak berubah dan, karena itu,
cairan yang agak berbeda yang tersisa untuk menyampaikan bawah urutan kristal.
Begitu pula dengan reaksi, pyroxene- amphibole. Tidak hanya itu, tetapi dalam
setiap kelompok mineral Reaksi dapat berbagai dilihat pada kondisi yang berbeda.
Hal ini berlaku tidak hanya dari para anggota olivin-pyroxene-seri amphibole
tetapi juga dari seri plagioklas, dan cairan dapat sepenuhnya digunakan oleh
reaksi, kadang-kadang sebelumnya, kadang-kadang kemudian. Ini perlu tidak
mengherankan, karena itu, bahwa membedakan berasal dari magma gabro dapat
bervariasi baik dalam ruang lingkup dan kualitas. Mungkin hanya gabro dan diorit
dalam satu kasus, tetapi lebih lama urutan termasuk granit. Kita mungkin
memiliki sebuah potasiu, granit dalam satu kasus dan granit sodik di lain.
Cepatnya kristalisai pada tahap awal, dengan selanjutnya melambat-up,
tampaknya mengikat banyak feldspar kalium pada awal dibentuk plagioklase dan
memberikan granit sodik. Di sisi lain pendinginan lambat seluruh tampaknya
untuk menghindari faktor ini dan memberikan granit kalium, terlalu sedikit yang
diketahui belum rincian dari berbagai reaksi seri untuk memungkinkan pernyataan
yang sangat jelas pada titik-titik ini.
Dalam pemberian garis besar seri kristalisasi dalam daftar batuan (dan
Oleh karena itu diferensiasi) telah dilakukan hanya sejauh sebagai konstituen dari
granit. Hal ini seharusnya tidak ditafsirkan sebagai petunjuk bahwa ada sesuatu
akhir tentang granit dengan berbagai seri diferensiasi. Kita telah melihat dalam

sistem K2SiO3-SiO2-H2O bahwa ketika massa setiap didinginkan sampai 200 dan
tidak lebih jauh ada umumnya akan cairan yang tersisa yang tidak pernah
mengkristal.

Komposisi cairan ini terletak di beberapa titik di 200 isoterm. Jika


pendinginan yang terus 100 dan tidak lebih jauh ada lagi pada cairan yang
komposisi nya berpengaruh pada titik 100 isoterm, dan cairan ini akan
direalisasikan. Dan sehingga untuk setiap temperatur kecuali beberapa temperatur
negatif di mana air itu sendiri akan muncul seperti es. Kondisi serupa akan ada
dalam sistem kemunculam oleh magma. Pendinginan batuan selalu dibatasi oleh
suhu lingkungan mereka. Selalu ada zat cairan yang tidak mengkristal dan besar
kemungkinan untuk yang terakhir konstituen batu menanggung hubungan reaksi
cair ini.
Dalam hubungan ini perilaku cairan mengkristal bersama perbatasan Q 5H2O (Gambar. 4) mungkin instruktif. Pada tinggi suhu kristalisasi terdiri dari
pemisahan sederhana baik KHSi2O5 dan kuarsa, tetapi pada suhu yang lebih
rendah KHSi2O5 memisahkan dan melarutkan kuarsa, atau, lebih baik, cairan
bereaksi dengan kuarsa, mengubahnya menjadi KHSi2O3. Jika reaksi tidak bebas
mengambil tempat cairan dimana meninggalkan kurva batas, masuk ke dalam
Bidang KHSi2O5, dan setelah itu hanya KSi2O3 memisahkan dari itu, tidak hanya
kuarsa. Dengan demikian kita memiliki hubungan reaksi antara cair dan kristal
pada tahap yang sangat terbaru.

Ada beberapa indikasi bahwa pada cairan granit di pegmatite, kondisi


kurang lebih serupa berlaku. Kuarsa mungkin bereaksi dengan cairan untuk
menghasilkan feldspar dan kadang-kadang grafis struktur mungkin akibat dari
reaksi ini (zat pengganti). Mengapa zat pengganti harus menghasilkan struktur

grafis dalam beberapa kasus dan tidak pada orang lain tidak jelas, tapi
kemungkinan harus dianggap bahwa struktur grafis mungkin sering merupakan
hasil dari pengganti baik dalam mineral batuan dan mineral bijih. Grafisp
pertumbuhan dari spinel dan piroksen dilihat dalam batuan tertentu bisa hampir
diartikan selain sebagai akibat reaksi. Experimental dikerjakan pada sistem yang
melibatkan fase ini menunjukkan cukup jelas bahwa apa menunjukkan hubungan
antara eutektik spinel dan piroksen tidak untuk dimain-mainkan. ''

Jika reaksi semacam itu disarankan (melibatkan kuarsa, feldspar, dan


molekul mika) adalah fitur yang pasti granit pegmatitic itu mungkin bahwa
kegagalan reaksi dapat menghasilkan cairan kekurangan silika, seperti cairan
seperti yang dihasilkan dalam sistem di atas. Dari feldspathoid cairan ini dapat
disimpan bukannya beberapa feldspar. Jadi ada kemungkinan bahwa batuan
bersifat alkali mungkin, dalam beberapa kasus, terbentuk sebagai hasil dari
hubungan reaksi antara mineral perlu dicatat. Foye telah mencatat hubungan yang
sangat dekat antara granit pegmatites dan syenite nephelite di Haliburton, Ontario.

RINGKASAN

Teori Petrogenic telah melampaui tahap di mana konsepsi dari eutectics


dapat lagi dianggap sebagai salah cukup layanan. Penyelidikan eksperimental dan
studi tentang batu sendiri, dalam terang penyelidikan tersebut telah membuat jelas
bahwa hubungan eutektik tidak penting tetapi bahwa hubungan lain antara fase
cair dan kristal, di sini disebut hubungan reaksi, adalah sangat penting mendasar.
Seri larutan padat biasa seperti plagioclases dapat dianggap sebagai reaksi
kontinyu karena selama kristalisasi setiap anggota diproduksi dari anggota lebih
dulu daripada reaksi dengan cairan, variasi komposisi yang berkelanjutan. Ada

juga diskontinyu yang menunjukkan karakter yang terkait tetapi dengan


diskontinuitas perubahan komposisi. Seri olivine-piroksen-amphibole-mika
adalah contoh menonjol di antara mineral pembentuk batuan.
Atas dasar pertimbangan tersebut mineral penyusun batu dari urutan beku
dapat diatur sebagai seri reaksi dan itu adalah keberadaan seri seperti yang
mengontrol kristalisai dan diferensiasi urutan batuan. Bahkan padastruktur grafis,
biasanya dianggap sebagai struktur eutektik, mungkin dipertimbangkan pada hasil
reaksi antara fase lainnya.

Anda mungkin juga menyukai