Makalah
Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang
terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena
ketiganya tidak dapat berkembang apabila tidak ada tiga alat
dan tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga alat dan
tenaga manusia adalah: akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga
dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai
kebahagiaan bagi dirinya.
Bertrand Russel menyampaikan bahwa jika seseorang
tertarik pada filsafat, ia tidak akan menjadi filosof yang baik
hanya dengan jalan mengetahui fakta-fakta ilmiah yang lebih
banyak, melainkan yang harus ia pelajari terlebih dahulu adalah
asas-asas, metode-metode, dan pengertian-pengertian yang
umum.1
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya
mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstraksikan
tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk
pengetahuan. Apa yang diperoleh dalam proses mengetahui
tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan
kegunaannya dimaksudkan ke dalam kategori yang disebut
pengetahuan, yang dalam bahasa inggris
disebut knowledge. Seperti halnya kepastian yang dimulai
1 Ahmad Syadali, Filsafat Umum, Cetakan III, (Bandung: Pustaka Setia,
1997) h. 64
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ciri-ciri Ilmu
1. Pengertian Ilmu
Kata lmu berasal dari bahasa Arab yang diindonesiakan,
yaitu berasal dari akar kata
= yang
fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusanputusan itu sendiri.
Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan
antara putusan yang baru dengan putusan-putusan yang
telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.10
3. Teori Pragmatis
Pragmatis berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya;
yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan,
tindakan atau perbuatan. Teori ini dikembangkan oleh
seorang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut teori ini dinyatakan bahwa sesuatu ucapan,
hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada
asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat.
Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan
criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional
dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesa, atau ide adalah
benar apabila ia membawa kepada akibat yang
memuaskan, dan jika berlaku dalam praktek, serta
memiliki nilai praktis, maka dapat dinyatakan benar dan
memiliki nilai kebenaran.11
BAB III
10 Louis O. Kattsoff, Unsur-unsur Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1992) h. 180
11 Louis O. Kattsoff, Unsur-unsur Filsafat, h. 187
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu adalah Pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu memiliki ciri-ciri diantaranya; Komprehensif, Sinoptik,
Sistematik, Memiliki obyek kajian yang jelas, Relatif, Koheren,
Sistematis, Konsepsional, Rasional, Intersubjektif, Bersifat
empiris, Kognitif, Mempunyai dasar pembenaran, Otonom,
Memiliki hubungan fungsional dan kausal, Objektif, Progressive
dan Universal.
Sistem kerja keilmuan itu antara lain:
1. Observasi, yaitu menghimpun fakta-fakta atau data dari obyek
studi.
2. Klasifikasi data dan informasi.
3. Melakukan generalisasi empiris, yaitu membentuk defenisi dan
pelukisan umum serta melakukan analisa tentang fakta-fakta
yang ditemukan.
4. Melakukan eksperimentasi (percobaan).
5. Hipotesis, yaitu pengembangan teori ilmu yang sifatnya
sementara. Hipotesa ini dilakukan dengan jalan menentukan
sebab-sebab (dengan menentukan hal-hal yang mendahului
peristiwa), selanjutnya yaitu dengan merumuskan hukum/teori
sementara.
11
DAFTAR PUSTAKA
Kattsoff, Louis O.,Unsur-unsur Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana,
1992
Munawwir, A.W., Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap,
Cetakan XXV, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 2002
12