Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI ILMU, SISTEM KERJA

KEILMUAN SERTA TEORI-TEORI TENTANG


KEBENARAN

Makalah

Dipresentasikan dalam Seminar Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Program Studi Dirasah Islamiyah/Konsentrasi Syariah-Hukum Islam
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Maadul Yaqien Makkarateng


NIM. 8010121407
Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Samiang Katu, M.Ag
Dr. Abdullah, M.Ag

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang
terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena
ketiganya tidak dapat berkembang apabila tidak ada tiga alat
dan tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga alat dan
tenaga manusia adalah: akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga
dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai
kebahagiaan bagi dirinya.
Bertrand Russel menyampaikan bahwa jika seseorang
tertarik pada filsafat, ia tidak akan menjadi filosof yang baik
hanya dengan jalan mengetahui fakta-fakta ilmiah yang lebih
banyak, melainkan yang harus ia pelajari terlebih dahulu adalah
asas-asas, metode-metode, dan pengertian-pengertian yang
umum.1
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya
mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstraksikan
tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk
pengetahuan. Apa yang diperoleh dalam proses mengetahui
tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan
kegunaannya dimaksudkan ke dalam kategori yang disebut
pengetahuan, yang dalam bahasa inggris
disebut knowledge. Seperti halnya kepastian yang dimulai
1 Ahmad Syadali, Filsafat Umum, Cetakan III, (Bandung: Pustaka Setia,
1997) h. 64

dengan rasa ragu-ragu, maka pengetahuan dimulai dari rasa


ingin tahu.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai
karakteristik tersendiri. pengetahuan (knowledge) mempunyai
berbagai cabang pengetahuan, dan ilmu (science) merupakan
salah satu dari cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik
keilmuan itulah yang mencirikan hakikat keilmuan dan sekaligus
membedakan ilmu dari berbagai cabang pengetahuan lainnya.
Dengan kata lain, karakteristik keilmuan menjadikan ilmu
merupakan suatu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Dengan
demikian, oleh Jujun S. Suriasumantri dikatakan bahwa sinonim
yang tepat dari ilmu adalah pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge).2
Ilmu sebagai bagian dari pengetahuan merupakan suatu
cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Berpikir bukan
satu-satunya cara dalam mendapatkan pengetahuan, demikian
juga ilmu bukan satu-satunya produk dari kegiatan berpikir. Ilmu
merupakan produk dari proses berpikir menurut langkah-langkah
tertentu, secara umum dapat disebut sebagai berpikir ilmiah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

di

atas,

maka

dibuatlah rumusan masalah sebagai sebagai berikut:


2 Jujun S. Sumantri, Ilmu Dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan
KaranganTentang Hakekat Ilmu, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1999), h. 9

1. Apakah pengertian dan ciri-ciri dari ilmu?


2. Bagaimana sistem kerja keilmuan?
3. Bagaimana teori-teori tentang kebenaran?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ciri-ciri Ilmu
1. Pengertian Ilmu
Kata lmu berasal dari bahasa Arab yang diindonesiakan,
yaitu berasal dari akar kata

= yang

berarti hal mengetahui atau ilmu pengetahuan.3


Defenisi ilmu berdasarkan kamus Bahasa Indonesia ialah:
Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu.4

3 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap,


Cetakan XXV (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 2002), h. 966
4 http://kamusbahasaindonesia.org/ilmu/mirip diakses pada tanggal 6
Oktober 2015

Menurut Ahmad Syadzali, dikatakan bahwa ilmu adalah


kumpulan pengetahuan mengenai suatu kenyataan atau
obyek tertentu yang tersusun secara sistematis, dari usaha
manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamatan dan
percobaan-percobaan. Dalam hal ini yang menjadi sumbernya
adalah hasil penyelidikan dengan pengalaman (empiris) dan
percobaan (eksperimen), yang kemudian diolah dengan pikiran. 5
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri, ilmu adalah
suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam
agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Untuk
itu ilmu membatasi ruang jelajah kegiatannya pada daerah
pengalaman manusia. Artinya, obyek penelaahan keilmuan
meliputi segenap gejala yang dapat ditangkap oleh pengalaman
manusia melalui panca inderanya.6
2. Ciri-ciri Ilmu
Adapun ciri-ciri ilmu yaitu:
a) Komprehensif; ruang lingkupnya luas dan lengkap.
b) Sinoptik; unsur-unsurnya memiliki kebersamaan yang
integral.
c) Sistematik; teratur menurut sistem, ada korelasi.
d) Memiliki obyek kajian yang jelas.
e) Relatif; bersifat sementara dan terbuka terhadap penemuan
baru, kreatif dan pragmatis. Kebenaran ilmiah tidaklah
5 Ahmad Syadali, Filsafat Umum, h. 7
6 Jujun S. Sumantri, Ilmu Dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan
KaranganTentang Hakekat Ilmu, h. 3

bersifat difinitif, suatu teori keilmuan yang dipandang benar


pada kurun waktu tertentu, mungkin saja salah dalam kurun
waktu yang lain.
f) Koheren; runtut, unsur-unsurnya tidak boleh mengandung
uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain.
g) Sistematis; masing-masing unsur saling berkaitan satu sama
lain, ada sistem dalam susunan pengetahuan dan dalam cara
memperolehnya.
h) Konsepsional; jelas prosesnya.
i) Rasional; unsur-unsurnya berhubungan secara logis.
j) Intersubjektif, kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah
didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman
secara subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri.
k) Bersifat empiris; berdasarkan pengalaman, penemuan,
pengamatan dan percobaan yang dilakukan.
l) Kognitif; pernyataan yang terkait dengan keilmuan itu
memang bersifat mengandung hakikat kebenaran itu sendiri.
m) Mempunyai dasar pembenaran/postulat; cara kerja ilmiah
diarahkan untuk smemperoleh derajat kepastian yang sebesar
mungkin.
n) Otonom; mempunyai kedudukan mandiri. Maksudnya,
meskipun faktor-faktor di luar ilmu juga ikut berpengaruh,
tetapi harus diupayakan agar tidak menghentikan
pengembangan ilmu secara mandiri.

o) Memiliki hubungan fungsional dan hubungan kausal. Ilmu


harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan
antara teori dan praktis.
p) Ilmu harus bersifat tampa pamrih, karena hal itu erat
kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
q) Objektif; setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi
oleh prasangka-prasangka subjektif.
r) Progressive; suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah
sungguh-sungguh bila mengandung pertanyaan-pertanyaan
baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
s) Universal; berlaku umum (untuk semua orang atau untuk
seluruh dunia). Jawaban atas pertanyaan apakah sesutu hal
itu layak atau tidak layak tergantung pada faktor-faktor
subjektif.7

B. Sistem Kerja Keilmuan


Dalam rangka mencapai kebenaran ilmiah dari suatu obyek
materi diperlukan pula sistem, yaitu hubungan secara
fungsional dan konsisten antara bagian-bagian yang terkandung
dalam sesuatu sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Hubungan yang demikian itu tidak lain adalah dalam rangka
mencapai satu tujuan, yaitu kebenaran ilmiah.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, antara cara pandang,
metode, dan sistem adalah hal-hal yang sangat menentukan bagi

7 Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat, (Ujungpandang: Lephas,


1975), h. 91-93

tercapainya kebenaran ilmiah. Sistem ini mempunyai daya kerja


aktif yang menggerakkan dan mengarahkan langkah-langkah
yang telah ditentukan di dalam metode sedemikian rupa
sehingga kontinuitas dan konsistensi daya kerja metode itu
mampu mencapai tujuan akhir.
Adapun pendekatan dalam metode ilmiah yang dapat
mengantar pada sistem kerja keilmuan yaitu terdiri atas dua,
yaitu; pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Deduktif;
yaitu dari peristiwa-peristiwa umum yang diselidiki, didapatkan
kesimpulan khusus. Sedangkan induktif; yaitu dari peristiwaperistiwa khusus yang diselidiki, didapatkan kesimpulan umum.
Metode pendekatan deduktif-induktif ini juga lazim digunakan
pada sistematika penulisan karya ilmiah dalam menyusun
kerangka berpikir yang lebih sistematis.
Berdasarkan metode pendekatan itu pula maka tahapan
dari sistem kerja keilmuan itu antara lain:
1. Observasi, yaitu menghimpun fakta-fakta atau data dari
obyek studi.
2. Klasifikasi data dan informasi.
3. Melakukan generalisasi empiris, yaitu membentuk defenisi
dan pelukisan umum serta melakukan analisa tentang
fakta-fakta yang ditemukan.
4. Melakukan eksperimentasi (percobaan)
5. Hipotesis, yaitu pengembangan teori ilmu yang sifatnya
sementara. Hipotesa ini dilakukan dengan jalan
menentukan sebab-sebab (dengan menentukan hal-hal

yang mendahului peristiwa), selanjutnya yaitu dengan


merumuskan hukum/teori sementara.
6. Verfikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang
diajukan.
7. Menyimpulkan teori logis berdasar pada fakta dan data
yang telah diuji. Dengan bantuan metode
penelitian keilmuan, ramalan tersebut diuji dengan fakta
empiris dan diolah dengan bantuan analisis statistik untuk
menghasilkan kesimpulan umum.8
C. Teori-teori Tentang Kebenaran
Dalam menguji suatu kebenaran, diperlukan teori-teori
ataupun metode-metode yang akan dapat berfungsi sebagai
penunjuk jalan. Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran
dalam perspektif filsafat ilmu.
1. Teori Korespondensi
Menurut teori ini dinyatakan bahwa kebenaran atau
keadaan benar itu berupa kesesuaian (correspondence)
antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau
pendapat dengan obyek yang dituju oleh penyataan atau
pendapat tersebut.9
2. Teori Konsistensi/Koherensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan
antara putusan (judgement) dengan suatu yang lain, yakni
8 Jujun S. Sumantri, Ilmu Dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan
KaranganTentang Hakekat Ilmu, h. 17-18
9 Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat, h. 107

fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusanputusan itu sendiri.
Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan
antara putusan yang baru dengan putusan-putusan yang
telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.10
3. Teori Pragmatis
Pragmatis berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya;
yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan,
tindakan atau perbuatan. Teori ini dikembangkan oleh
seorang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut teori ini dinyatakan bahwa sesuatu ucapan,
hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada
asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat.
Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan
criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional
dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesa, atau ide adalah
benar apabila ia membawa kepada akibat yang
memuaskan, dan jika berlaku dalam praktek, serta
memiliki nilai praktis, maka dapat dinyatakan benar dan
memiliki nilai kebenaran.11

BAB III
10 Louis O. Kattsoff, Unsur-unsur Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1992) h. 180
11 Louis O. Kattsoff, Unsur-unsur Filsafat, h. 187

10

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu adalah Pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu memiliki ciri-ciri diantaranya; Komprehensif, Sinoptik,
Sistematik, Memiliki obyek kajian yang jelas, Relatif, Koheren,
Sistematis, Konsepsional, Rasional, Intersubjektif, Bersifat
empiris, Kognitif, Mempunyai dasar pembenaran, Otonom,
Memiliki hubungan fungsional dan kausal, Objektif, Progressive
dan Universal.
Sistem kerja keilmuan itu antara lain:
1. Observasi, yaitu menghimpun fakta-fakta atau data dari obyek
studi.
2. Klasifikasi data dan informasi.
3. Melakukan generalisasi empiris, yaitu membentuk defenisi dan
pelukisan umum serta melakukan analisa tentang fakta-fakta
yang ditemukan.
4. Melakukan eksperimentasi (percobaan).
5. Hipotesis, yaitu pengembangan teori ilmu yang sifatnya
sementara. Hipotesa ini dilakukan dengan jalan menentukan
sebab-sebab (dengan menentukan hal-hal yang mendahului
peristiwa), selanjutnya yaitu dengan merumuskan hukum/teori
sementara.

11

6. Verfikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan.


7. Menyimpulkan teori logis berdasar pada fakta dan data yang
telah diuji. Dengan bantuan metode penelitian keilmuan, ramalan
tersebut diuji dengan fakta empiris dan diolah dengan bantuan
analisis statistik untuk menghasilkan kesimpulan umum.
Beberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat
ilmu:
1. Teori Korespondensi
2. Teori Konsistensi/Koherensi
3. Teori Pragmatis

DAFTAR PUSTAKA
Kattsoff, Louis O.,Unsur-unsur Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana,
1992
Munawwir, A.W., Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap,
Cetakan XXV, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 2002

12

Suhartono, Suparlan, Dasar-Dasar Filsafat, Ujungpandang:


Lephas, 1975
Sumantri, Jujun S., Ilmu Dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan
KaranganTentang Hakekat Ilmu, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1999
Syadali, Ahmad, Filsafat Umum, Cetakan III, Bandung: Pustaka
Setia, 1997

Anda mungkin juga menyukai