Anda di halaman 1dari 6

PancasilaSebagaiEtikaPolitik

1.

Pengertian etika politik


Etika Politik merupakan cabang etika dan termasuk ke dalam lingkungan filsafat
serta mempertanyakan praksis manusia. Etika berkaitan dengan norma moral. Norma
Moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
pandang, baik atau buruk, sopan atau tidak sopan, dan susila atau tidak susila sebagai
seorang manusia.
Etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
yang baik serta yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. Etika merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok (etika umum
dan etika khusus).
Setiap kali kita menyusun strategi atau siasat untuk mendapatkan sesuatu, itulah
yang dinamakan berpolitik. Secara etimologis istilah politik sendiri pertama kali muncul
di Yunani, yaitu dari kata polis, yang artinya kota. Sedangkan dari segi
pemerintahan, kata Politik berarti cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani
suatu masalah) yang berkaitan dengan segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan
sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain (KBBI).
Pengertian politik berasal dari kosakata politics yang memiliki makna
bermacam-macam yaitu kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sisten itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan itu. Pokok politik yang berkaitan dengan negara (state), kekuasaan
(power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan (policy), pembagian
(distribution), secara alokasi (allocation).
Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik yang lebih banyak berkaitan
dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, kalangan
aktivis politik serta para birokrat dan para pejabat dalam pelaksanaan dan
menyelanggaraan negara.
Pengertian politik lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yang menyangkut
suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara. Jadi etika politik ialah etika
yang berkait erat dengan bidang pembahasan moral yang tidak dapat dipisahkan dengan
pelaku etika yaitu manusia. Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa
maupun negara, etika politik Tetap menetapkan dasar fundamental manusia sebagai
manusia. Dasar ini meneguhkan agar etika politik senantiasa didasarkan pada hakikat
manusia sebagai manusia yang beradab dan berbudaya.
Dengan kata lain, etika politik mempersoalkan kebaikan dan tanggung jawab
manusia sebagai manusia serta manusia sebagai warga negara terhadap negara, hukum
yang berlaku serta tatanan publik lainnya. Kebaikan manusia sebagai manusia tidak
selalu identik dengan kebaikan manusia sebagai warga negara. Keidentikan antara
manusia yang baik dengan warga negara yang baik dapat berlangsung dalam suatu
negara yang baik (Aristoleles). Negara yang baik membawa kebajikan manusia sebagai
manusia serta manusia sebagai warga negara.

Untuk menciptakan negara yang baik, penyelenggara negara dan warga negara
perlu memahami dan menjalankan etika politik sesuai dengan nilai-nilai dasar yang
disepakati sebagai titik temu dan panduan bangsa yang bersangkutan.
Ciri-ciri sistem politik pancasila
Pancasila sebagai sistem politik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bersifat kekeluargaan dan gotong royong yang bernafas Ketuhanan YME.
b. Menghargai hak-hak asasi manusia serta menjamin hak-hak minoritas.
c. Pengambilan keputusan sedapat mungkin didasarkan atas musyawarah untuk hasil
yang mufakat Bersendi atas hukum.
Ciri-ciri sistem politik liberalisme, diantaranya:
a.
Sangat menekankan kebebasan/kemerdekaan individu.
b.
Sangat menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia yang utama seperti hak hidup, hak
kemerdekaan, hak mengejar kebahagiaan, dan sebagainya.
c.
Melahirkan sekularisme (memisahkan antara negara dengan agama)
d.
Adanya budaya yang tinggi Paradigma Sistem Politik Pancasila Sebagai Sistem
Politik Indonesia.
Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea terakhir atau
keempat telah jelas disebutkan bahwa sistem politik Indonesia berlandaskan pada lima
bunyi Pancasila. Oleh karena itu sistem politik Indonesia sering disebut dengan sistem
politik Pancasila. Sistem tersebut berdasarkan pada semua peraturan yang ada di dalam
Undang Undang Dasar 1945.
Semua kedudukan, tugas, hubungan antar Institusi didalam suatu Negara secara
rinci diatur didalam UUD 1945. Disitu tertera pula tentang segala bentuk kewajiban
sekaligus hak negara yang harus dijalankan. UUD 1945 telah mengalami Banyak
perubahan atau dikenal dengan amandemen, oleh karena itu sistem politik yang ada di
Indonesia pada masa itu juga mengalami perubahan.
Tujuan politik, antara lain :
a. Membentuk suatu masyarakat yang baik dan teratur /good society (Aristoteles)
b. Mengembangkan kehidupan orang lain (Paul Wellstone)

2.

3.

Misi Etika Politik dan Pemerintahan


Etika Politik dan Pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat dan elit
politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki
keteladanan, rendah hati, dan siap mundur dari jabatan Politik apabila terbukti
melakukan kesalahan dan secara moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan
rasa keadilan masyarakat.
Etika politik ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam
perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik
serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif dan berbagai tindakan yang
tidak terpuji lainnya.

4.

Fungsi dan Tugas Etika Politik


Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik (dukungan masyarakat
terhadap sistem politik dan pemerintah) secara bertanggung jawab dan didasarkan pada
aspek yang rasional, objektif dan argumentatif. Tugas etika politik adalah membantu agar
pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara objektif dan sebagai

pegangan normatif bagi mereka yang ingin menilai kualitas tatanan kehidupan politik
dengan tolak ukur martabat manusia dan legitimasi moral.
Etika politik dapat membantu usaha aparatur negara untuk membumikan falsafah
dan ideologi negara yang luhur ke dalam realitas politik yang nyata. Etika politik
memberikan landasan normatif bagaimana sebuah negara dikelola demi kebaikan hidup
bersama seluruh masyarakat. Dalam menjalankan kehidupan politik dan kenegaraan
berbasis etika, para pekerja politik dan penyelenggara negara perlu memahami landasanlandasan normatif yang bersifat umum dan khusus.
Pokok pembahasan etika politik adalah hukum dan kekuasaan negara. Hukum
sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif dan kekuasaan sebagai lembaga
penata masyarakat yang berkuasa. Hukum tanpa kekuasaan negara tidak dapat berbuat
apa-apa, sifatnya normatif belaka artinya hukum tidak mempunyai kemampuan untuk
bertindak. Sedangkan kekuasaan negara tanpa hukum adalah buta, kekuasaan negara
yang memakai kekuasaannya tanpa hukum merupakan negara penindas.
Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi kekuasaan yang dirumuskan
dengan pertanyaan, yaitu dengan moral apa seseorang atau sekelompok orang
memegang dan menggunakan kekuasaan yang mereka miliki ? Betapapun besarnya
kekuasaan seseorang, dia harus berhadapan dengan tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya. Secara etika politik, seorang penguasa yang sesungguhnya adalah
keluhuran budinya.
Legitimasi kekuasaan meliputi :
a. Legitimasi etis yaitu pembenaran wewenang negara (kekuasaan negara berdasarkan
prinsip-prinsip moral) legitimasi etis kekuasaan mempersoalkan keabsahan kekuasaan
politik dari segi norma- norma moral dengan tujuan agar kekuasaan itu mengarahkan
kekuasaan ke pemakaian kebijakan dan cara-cara yang sesuai dengan tuntutan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Legitimasi legalitas yaitu keabsahan kekuasaan yang berkaitan dengan fungsi-fungsi
kekuasaan negara dan menuntut fungsi-fungsi kekuasaan negara itu dilakukan sesuai
dengan hukum yang berlaku.
5.

6.

Prinsip Sistem Politik Pancasila


Sebagai etika politik, Pancasila mempunyai prinsip :
a. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas.
b. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan beradab.
Mutlak karena merupakan anugrah dari Sang Pencipta.
c. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga
demi orang lain.
d. Partisipasi demokratis masyarakat
Prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada yang berhak untuk
menentukan dan memaksakan orang lain.
e. Adanya cita-cita the rule of law
f. Struktur sosial budaya masyarakat
g. Keadilan social
Dimensi Politis Manusia

Dimensi politis adalah dimensi masyarakat sebagai keseluruhan. Sebuah


keputusan bersifat politis apabila diambil dengan memperhatikan masyarakat secara
keseluruhan. Pengertian dimensi politis manusia ini memiliki dua segi fundamental yaitu
pengertian dan kehendak untuk bertindak (inilah yang senantiasa berhadapan dengan
tindakan moral manusia). Manusia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau
akibat dari kejadian tertentu, akan tetapi hal itu dapat dihindarkan karena kesadaran
moral akan tanggung jawabnya terhadap orang lain. Namun sebaliknya jika manusia
tidak bermoral maka ia tidak akan peduli dengan orang lain.
a.
Manusia sebagai makhluk individu-sosial
Manusia sebagai makhluk Individu dan makhluk sosial. Berbagai paham
Antropologi filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia dari kacamata yang
berbeda. Paham individualisme yang merupakan cikal bakal paham liberalisme
memandang manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Konsekuensinya dalam
setiap kehidupan masyarakat, bangsa maupun negara. Dasar ontologis ini merupakan
dasar moral politik negara. Sedangkan paham kolektivisme yang merupakan cikal
bakal sosialisme dan komunisme memandang manusia sebagai makhluk sosial saja.
b.
Dimensi Kehidupan Politis Manusia
Dalam kehidupan manusia jaminan atas kebebasan manusia baik sebagai makhluk
individu maupun sosial sulit untuk dilaksanakan, karena terjadinya benturan
kepentingan diantara mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya
anarkisme dalam masyarakat. Dalam hubungan inilah manusia memerlukan suatu
masyarakat hukum yang mampu menjamin hak-haknya, dan masyarakat itulah yang
disebut sebagai Negara.
7.

Landasan umum politik


Landasan umum dalam pengelolaan politik kenegaraan meliputi:
a. Setiap pekerja politik dan penyelenggara negara perlu memahami hakikat politik
sebagai seni mengelola kebaikan dan kemaslahatan hidup bersama lewat jalan-jalan
deliberatif (permusyawaratan) yang damai, bukan seni memperjuangkan
kepentingan pribadi lewat jalan-jalan kekerasan dan pemaksaan.
b. Pekerja politik dan penyelenggara negara harus memiliki Modal Moral (Moral
Capital). Moral di sini adalah kekuatan dan kualitas komitmen pemimpin dalam
memperjuangkan nilai-nilai, keyakinan, tujuan, dan amanat penderitaan rakyat.
Kapital di sini bukan hanya potensi kebajikan seseorang, melainkan potensi yang
secara aktual menggerakkan roda politik. Alahasil, bukan sekedar kualitas moral
individual, namun juga kemampuan politik untuk menginvestasikan potensi
kebajikan perseorangan ini ke dalam mekanisme politik yang bisa mempengaruhi
perilaku masyarakat (Kane, 2001).
Ada empat sumber utama bagi seorang pemimpin untuk mengembangkan,
menjaga, dan memobilisasi moral capital secara politik.
a. Basis moralitas yang menyangkut nilai-nilai, tujuan serta orientasi politik yang
menjadi komitmen dan dijanjikan pemimpin politik kepada konstituennya.
b. Tindakan politik yang menyangkut kinerja pemimpin politik dalam menerjemahkan
nilai-nilai moralitasnya ke dalam ukuran-ukuran perilaku, kebijakan, dan keputusan
politiknya.
c. Keteladanan yang menyangkut contoh perilaku moral yang konkret dan efektif, yang
menularkan kesan otentik dan kepercayaan kepada komunitas politik.

Komunikasi politik yang menyangkut kemampuan seorang pemimpin untuk


mengkomunikasikan gagasan serta nilai-nilai moralitas dalam bentuk bahasa politik
yang efektif, yang mampu memperkuat solidaritas dan moralitas masyarakat.
e. Pekerja politik dan penyelenggara negara harus memiliki komitmen pelayanan.
Komitmen pelayanan ini berjejak pada basis legitimasi negara pelayan yang
bersumber pada empat jenis responsibilitas: perlindungan, kesejahteraan,
pengetahuan, serta keadilan-perdamaian. Para pendiri bangsa secara visioner
menempatkan keempat basis legitimasi negara pelayan itu pada tujuan negara
sebagaimana tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
f. Pembuatan kebijakan publik harus memenuhi setidaknya empat prinsip utama:
Kemasukakalan, efisiensi, keadilan, dan kebebasan. Kebijakan publik harus
mempertimbangkan rasionalitas publik tanpa kesemena-menaan mengambil
kebijakan; adaptabilitas kebijakan dan institusi politik terhadap keadaan; senasib
sepenanggungan dalam keuntungan dan beban; serta persetujuan rakyat pada
pemerintah.
g. Kebijakan publik harus berpihak pada tiga pokok kemaslahatan publik (public
goods): legitimasi demokrasi, kesejahteraan ekonomi, dan identitas kolektif.
Basis legitimasi dari institusi-institusi demokrasi berangkat dari asumsi bahwa
institusi-institusi tersebut merepresentasikan kepentingan dan aspirasi seluruh rakyat
secara imparsial. Klaim ini bisa dipenuhi jika segala keputusan politik yang diambil
secara prinsip terbuka bagi proses-proses perdebatan publik (public deliberation), yang
bersifat: bebas, imparsial, setara, rasional dan berwawasan jauh ke depan.
Hanya dengan penghormatan terhadap prosedur-prosedur public deliberation
seperti itulah, peraturan dan keputusan yang diambil memiliki legitimasi demokratis
yang mengikat semua warga, dan pemerintah bisa melaksanakannya secara benar (right)
dan tanpa ragu (strong).
Demokrasi politik tak dapat berjalan baik tanpa demokratisasi di bidang ekonomi.
Pancasila sendiri mengisyaratkan, bahwa ujung pencapaian nilai-nilai ideal kebangsaan
harus bermuara pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Negara
kesejahteraan menjadi pertaruhan dari kesaktian Pancasila.
Kebijakan publik harus memperkuat dan menyandarkan diri pada nilai-nilai
identitas kolektif, sebagai landasan normatif yang bersifat khusus yang berlaku di suatu
negara. Dalam konteks Indonesia, identitas kolektif ini bernama Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum di Negara Republik Indonesia.
d.

8.

Etika Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


Pembangunan etika politik sangatlah urgent, perlu adanya pemikiran dalam
rangka menata kembali kultur politik bangsa Indonesia. Sebagai warga negara, kita telah
memiliki hak-hak politik dan hak-hak politik tersebut bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan sesama warga negara dalam wadah infra struktur dan supra struktur. Wadah infra
struktur meliputi mimbar bebas, unjuk rasa,bicara lisan dan tulisan, aktivitas organisasi
politik, kampanye pemilihan umum, penghitungan suaradalam memilih anggota legislatif
dan eksekutif. Wadah supra struktur mencakup semua lembaga legislatif di semua
tingkat, eksekutif dari presiden sampai RT/RW, dan jajaran kekuasaan kehakiman (pusat
sampai daerah).
Etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap akan tetapi melalui
moralitas yang bersumber pada hati nurani, rasa malu kepada masyarakat dan rasa takut
kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam kehidupan politik bangsa Indonesia banyak suara

masyarakat yang menuntut dibentuknya dewan kehormatan pada institusi kenegaraan


dan kemasyarakatan dengan harapan etika politik dapat terwujud dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Terwujudnya etika politik dengan baik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran dan keikhlasan hati nurani dari
masing-masing warga negara yang telah memiliki hak politiknya untuk melaksanakan
ajaran moral dan norma-norma aturan berpolitik dalam negara.
9.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik


Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber peraturan
perundang-undangan melainkan juga sumber moralitas utama dalan hubungannya
dengan legitiminasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan. Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang adil
dan beradab, adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan.
Negara Indonesia yang berdasarkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
bukanlah negara Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan dan penyelenggaraan negara
pada ligitiminasi religius. Kekuasaan kepala negara tidak mendasarkan pada legitiminasi
religius melainkan mendasarkan pada legitiminasi hukum dan demokrasi. Oleh karena
itu asas sila pertama lebih berkaitan dengan legitiminasi moral. Inilah yang membedakan
negara yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan teokrasi. Walaupun dalam negara
Indonesia tidak mendasarkan pada legitiminasi religius, namun secara moralitas
kehidupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, terutama
hukum serta moral dalam kehidupan bernegara
Sistem politik bhineka tunggal ika atau Pancasila ini sangatlah berpijak pada silasila di dalam Pancasila. Pada sila pertamanya yang berbunyi Ketuhanan yang Maha
Esa tersirat bahwa Indonesia menghargai keberagaman agama dan keyakinan. Pada sila
keduanya yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, kita diajarkan untuk
tidak boleh memperlakukan orang lain berbeda-beda entah itu berdasarkan harkat
ataupun martabatnya. Sila ketiganya mengajarkan kita untuk selalu berdamai apapun
keadaannya. Sila keempatnya mengatakan bahwa kedaulatan benar-benar berada
ditangan rakyat penuh. Di sila terakhirnya yang berbunyi Keadilan Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, telah terkandung tujuan dari sistem politik Pancasila. Keadilan sosial adalah
keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan
membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
Namun realita yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwa penerapan pancasila
sebagai etika politik sudah mulai terkikis. Salah satu contoh kecilnya adalah curi start
dalam berkampanye. Sampai ke tindakan korupsi yang sudah menjadi tontonan kita
sehari-hari di tv.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bahan Kuliah Han
    Bahan Kuliah Han
    Dokumen57 halaman
    Bahan Kuliah Han
    Dani Caw
    Belum ada peringkat
  • Block Book
    Block Book
    Dokumen12 halaman
    Block Book
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • Block Book
    Block Book
    Dokumen12 halaman
    Block Book
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • Bahan Kuliah Han
    Bahan Kuliah Han
    Dokumen57 halaman
    Bahan Kuliah Han
    Dani Caw
    Belum ada peringkat
  • Zudan
    Zudan
    Dokumen13 halaman
    Zudan
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • Block Book
    Block Book
    Dokumen12 halaman
    Block Book
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • Ident It As N Asional
    Ident It As N Asional
    Dokumen28 halaman
    Ident It As N Asional
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • About
    About
    Dokumen8 halaman
    About
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pendidikan Pancasila
    Tugas Pendidikan Pancasila
    Dokumen1 halaman
    Tugas Pendidikan Pancasila
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • Evana
    Evana
    Dokumen25 halaman
    Evana
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • Modul 6 Kelola
    Modul 6 Kelola
    Dokumen13 halaman
    Modul 6 Kelola
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • Suleman Batubara and Law
    Suleman Batubara and Law
    Dokumen20 halaman
    Suleman Batubara and Law
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat
  • pEMBANGUNAN Kesehatan
    pEMBANGUNAN Kesehatan
    Dokumen18 halaman
    pEMBANGUNAN Kesehatan
    Santi Putri Melisa
    Belum ada peringkat