disusun oleh :
FIDELA ZAHRADIKA FATHIMAH
NIM : 22030110141015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah mengenai diet dan berat badan menjadi masalah umum dunia
saat ini, di mana sebagian besar penduduk dunia mengalami kelebihan berat
badan dan obesitas.
Pengertian
obesitas
menurut
World
Health
pengaruh
penggunaan
diet
tinggi
protein
terhadap
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengkaji pengaruh penggunaan diet tinggi protein terhadap penurunan
berat badan orang obesitas.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan mekanisme kerja yang mendasari hubungan antara diet tinggi
protein dengan penurunan berat badan orang obesitas.
b. Menganalisis keefektifan pengaruh diet tinggi protein terhadap
penurunan berat badan.
c. Menganalisis tingkat keamanan
diet
tinggi
protein
terhadap
kesehatan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
mengenai alternatif diet tinggi protein yang lebih efektif dan aman bagi
populasi penderita obesitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Protein
1.1 Pengertian
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein terdiri dari asam-asam amino
yang mengandung unsur unsur C, H, O, N. Molekul protein juga
mengandung fosfor dan belerang. Beberapa jenis protein mengandung jenis
logam seperti besi dan tembaga. Komponen penyusun protein terdiri dari
karbon 51-55%, Hidrogen 0,5-7,3%, Oksigen 21,5-23,5%, Sulfur 0,52%,
Phosfor 0-1,5%. (Winarno, 1991). Protein sering disebut sebagai zat makanan
bernitrogen
karena
protein
merupakan
satu-satunya
zat
gizi
yang
setelah air, kira-kira 50% dari berat kering total sel. Protein dalam bahan
makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh usus dalam bentuk
asam amino. (Winarno, 2004).
Karena merupakan zat yang esensial bagi semua makhluk hidup,
protein terdapat secara luas di hampir semua jenis makanan.
1.2 Sumber Protein
Sumber-sumber protein dapat dibedakan menjadi sumber protein
nabati dan hewani. Sumber protein hewani antara lain terdapat dalam
daging, ikan, ayam, telur, dan susu. Sedangkan sumber protein nabati
banyak terdapat dalam jagung, kacang panjang, gandum, kedelai.
Tabel 2.2 Daftar Kadar Protein dalam beberapa jenis
makanan
No
Sumber
Protein ( g
Sumber
protein
%)
protein
18,8
nabati
Kacang
34,9
22,2
25,3
hewani
Daging
Protein (g%)
2
3
Hati
Babat
19,7
17,6
kedelai
Kacang ijo
Kacang
4
5
Jeroan
Daging
14,0
16,6
tanah
Beras
Jagung
7,4
9,2
kelinci
Ikan segar
17,0
Tepung
8,9
16,4
21,0
18,2
terigu
Jampang
Kenari
Kelapa
6,2
15,0
3,4
7
8
9
(Djaeni,
Kerang
Udang
Ayam
2008)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan protein pada hewan
rata-rata berkisar antara 17 20% berat total, sedangkan untuk protein
BMI (kg/m2)
< 18,5 kg/m2
ht
Batas
normal
Overweigh > 25 kg/m2
t
Pre-obese
Obese I
Obese II
Obese III
Tabel 2.6 Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT
dan lingkar perut menurut kriteria Asia Pasifik (2000)
Klasifikasi
Berat
IMT
(kg/m2)
badan <18,5
kurang
Risiko Ko-Morbiditas
Lingkar Perut
<90 cm (pria)
>90 cm (pria)
<80
cm >80
ccm
(wanita)
(wanita)
Rendah (risiko Sedang
meningkat
pada
23,0 24,9
25 29,9
>30,0
masalah
klinis lain)
Sedang
Meningkat
Meningkat
Moderat
Berat
Moderat
Berat
Sangat berat
diperlukan
untuk
mencegah
kehilangan
protein
tubuh
dan
hingga 30%, bahkan lebih. Normalnya, diet tinggi protein ini terutama
diberikan pada kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada pasien luka bakar
atau kanker, dan pasien dengan kondisi metabolik tertentu.
Diet tinggi protein bisa diterapkan dengan mengasup susu tinggi
protein, putih telur, atau ikan. Untuk mudahnya, kita mengonsumsi lauk
pauk lebih tinggi dari karbohidrat. Diet tinggi protein ini juga akan lebih
efektif jika digabungkan dengan serat. Diet tinggi protein biasanya
diasumsikan juga dengan diet rendah karbohidrat.
Disarankan untuk melakukan diet tinggi protein ini di satu waktu
tertentu daja, misalnya ketika sarapan untuk mencegah ngemil berlebihan di
pagi hari. Dan tidak disarankan pula untuk melakukan diet jangka panjang
secara terus-menerus.
3.2
Penggunaan Diet
Berat Badan
Metode diet ini ditemukan oleh Dr. Robert Atkins pada era 1970-an.
Aturan diet ini dengan meminimalkan asupan karbohidrat dan gula, serta
menggantinya dengan lebih banyak mengonsumsi protein dan lemak.
Protein dinilai sebagai makronutrien yang paling mengenyangkan jika
dibandingkan dengan karbohidrat dan lemak. Karena keefektifannya sebagai
zat gizi
dengan
peningkatan
konsumsi
konsumsi
karbohidrat
atau
protein
lemak
diimbangi
yang
dengan
cenderung
menyebabkan lebih cepat lapar, nafsu makan subjek dapat lebih terkontrol
dan dengan demikian dapat mengarah ke keseimbangan energi negatif.
Isu seputar diet ini juga mengatakan bahwa asupan protein yang tinggi
dapat meningkatkan massa otot dan mencegah penimbunan lemak,
sehingga hasil akhir diet ini juga berdampak pada komposisi tubuh yang
lebih berotot.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan:
1. Review studi literatur dan tinjauan pustaka penelitian terdahulu.
2. Survei lapangan.
Sumber data penelitian:
1. Teori dasar yang diambil dari buku ajar gizi resmi.
2. Teori pengembangan yang diambil dari jurnal penelitian gizi dan
kesehatan terbaru, baik skala internasional sebanyak 80% dan skala
nasional sebanyak 20%, minimal 10 tahun terakhir.
3. Data prevalensi orang dewasa obesitas di Kota Semarang dari Badan
Pusat Statistik Kota Semarang.
4. Data lapangan tentang penggunaan diet tinggi protein di Kota
Semarang dari hasil survei lapangan, data di klinik gizi dan klinik
obesitas, serta data di Rumah Sakit.
Penelitian di lapangan dilakukan dengan cara survei dan kuesioner.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Kerja Diet Tinggi Protein
Protein merupakan makronutrien yang dinilai paling mengenyangkan.
Dalam banyak kasus, diet tinggi protein dapat meningkatkan rasa kenyang
dan mengurangi asupan energi di waktu makan berikutnya dibandingkan
dengan diet tinggi karbohidrat atau lemak. Penelitian yang dilakukan Dr.
Fiastuti Witjiono, Sp.Gk dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini
menerapkan diet tinggi protein pada wanita dewasa obese dengan
memberikan 40% protein dari total energi sehari, dan diet ini terbukti lebih
efektif dalam memperlama waktu pengosongan lambung sehingga subjek
tidak
gampang
lapar
dibandingkan
dengan
subjek
yang
diberi
diet
Meskipun efek termal ini kecil pengaruhnya, yaitu hanya sekian persen
dari total energy expenditure, akan tetapi cukup memberikan efek terhadap
keseimbangan energi negatif yang berpengaruh terhadap penurunan berat
badan.
Selain
itu,
peningkatan
konsentrasi
asam
amino
juga
dapat
misal
protein
whey
dibandingkan
kasein.
Kasein
dapat
isu-isu
diet tersebut.
Beberapa
studi
menunjukkan
bahwa
diet
tinggi
protein
dapat
ekskresi
kalsium
dalam
urin
lebih
tinggi,
sehingga
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dipublikasikan dalam
jurnal ilmiah internasional, diet tinggi protein terbukti memiliki pengaruh
terhadap penurunan berat badan karena dapat memperlama rasa kenyang
dan mengurangi asupan energi di waktu makan berikutnya. Namun
hubungan antara tingkat satiety dan protein belum banyak diketahui.
Hipotesis yang berkembang adalah karena protein memiliki efek thermal
DAFTAR PUSTAKA
Fibre
on
Sausage
Patty
Acceptability,
Postmeal
Layman.
2009.
Dietary
Guidelines
Should
Reflect
New
Per B Mikkelsen. et. al. 2000. Effect of Fat-Reduced Diets on 24-H Energy
Expenditure: Comparisons Between Animal Protein, Vegetable Protein,
and Carbohydrate. American Society for Clinical Nutrition.
Richard J Wurtman. et. al. 2003. Effects of Normal Meals Rich in
Carbohydrates or Proteins on Plasma Tryptophan and Tyrosine Ratios.
American Society for Clinical Nutrition.
Rick Hursel. et. al. 2010. Effects of A Breakfast Yoghurt, With Additional Total
Whey Protein or Caseinomacropeptidedepleted lactalbuminenriched
Whey
Protein,
on
Dietinduced
Thermogenesis
And
Appetite
Nutrition.
SHA Holt. et al. 1995. A Satiety Index of Common Food. European Journal of
Clinical Nutrition.
Thomas L. Halton dan Frank B. Hu, MD, PhD. 2004. The Effects of High
Protein Diets on Thermogenesis, Satiety and Weight Loss: A Critical
Review. Journal of the American College of Nutrition.
Volker Schusdziarra. et. al. 2011. Impact of Breakfast on Daily Energy Intake
an
Analysis
of
Absolute
Versus
Relative
Breakfast
Calories.