Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia menjadikan beras sebagai salah satu makanan pokok, karena beras
salah satu bahan makanan yang mudah diolah, mudah disajikan, enak, dan
mengandung protein sebagai sumber energi sehingga berpengaruh besar terhadap
aktivitas tubuh atau kesehatan
Beras memiliki nilai gizi yang cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat
sebesar 360 kalori, protein sebesar 6.8 gr dan kandungan mineral seperti Ca dan
Fe masing-masing 6 mg dan 0.8 mg. Masyarakat Indonesia pada umumnya
memilih beras yang putih, mengkilap, jernih dan licin. Namun banyak beredar
beras putih mengandung zat klorin yang membahayakan kesehatan.
Untuk membedakan beras super asli dan beras berklorin masyarakat harus
benar-benar memperhatikan warnanya. Beras super asli warnanya putih jernih
bukan putih mengkilap seperti lilin, yang asli bila diraba akan terasa kasar,
berbeda dengan beras berklorin yang akan terasa licin. Perbedaan lain bisa dilihat
dari air cucian beras, air hasil bilasan beras super asli warna cenderung lebih
jernih, air cucian beras berklorin putih pekat dan selalu mengeluarkan busa yang
mengambang
Pemakaian bahan pemutih pada beras yang tidak jelas dan tidak sesuai
spesifikasi bahan tambahan yang diperbolehkan untuk pangan, dan konsentrasi
pemakaian di atas ambang batas berbahaya bagi kesehatan manusia.
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh
kuman. Zat klorin akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang
diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin berwujud gas berwarna
kuning kehijauan dengan bau cukup menyengat. Zat klorin yang ada dalam beras
akan mengikis mukosa usus pada lambung (korosit) sehingga rentan terhadap
1

penyakit maag. Dalam jangka panjang mengkonsumsi beras yang mengandung


klorin akan mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal.
Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

033/Menkes/Per/IX/2012, bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan


Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan pematang tepung yang
diperbolehkan.
Identifikasi dan penetapan kadar klorin pada beras ini dapat dilakukan
dengan reaksi warna dan metode volumetri yaitu titrasi menggunakan metode
Iodometri. Pada metode ini klorin yang bersifat oksidator akan ditetapkan
kadarnya, direaksikan dengan ion iodida berlebih sehingga iodium dibebaskan,
baru kemudian iodium yang dibebaskan ini dititrasi dengan larutan baku sekunder
Na2S2O3 dengan menggunakan indikator amilum.

1.2 Tujuan

Pengertian beras
Untuk mengetahui Klorin
Untuk mengetahui ciri-ciri beras yang mengandung klorin
Untuk mengetahui metode Iodometri
Untuk mengetahui kadar Klorin pada beras
Untuk mengetahui bahaya mengonsumsi beras yang mengandung

klorin
Untuk mengetahui cara menanggulangi dampak akan bahaya klorin
pada beras
1.3 Manfaat

Mengetahui pengertian beras


Mengetahui Klorin
Mengetahui ciri-ciri beras yang mengandung klorin
Mengetahui metode iodometri
Mengetahui Kadar Klorin Pada Beras
Mengetahui bahaya mengonsumsi beras yang mengandung klorin
Mengetahui cara menanggulangi dampak akan bahaya klorin pada
beras

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beras


Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam.
Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan
'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen
padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit
gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan,
ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.
Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan
gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada
endospermia.
Beras biasa yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki
sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini
mendominasi pasar beras. Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang
memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. Beras
hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi
antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati
hitam. Ketan berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh
patinya merupakan amilopektin. Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras
hitam.
Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok
terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai
macam panganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk
dijadikan tapai. Selain itu, beras merupakan komponen penting bagi jamu beras
kencur dan param. Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan air
tajin.

2.2 Klorin

Klorin adalah unsur yang umum di Bumi, tetapi tidak ditemukan secara
alami dalam keadaan murni karena sangat reaktif dan cenderung membentuk
senyawa dengan unsur-unsur lainnya. Pada suhu kamar dan tekanan normal,
klorin adalah gas kuning-hijau yang lebih berat dari udara. Meskipun beberapa
senyawa yang sangat penting untuk berbagai bentuk kehidupan termasuk
manusia dalam bentuk unsur, gas sangat beracun. Klorin digunakan dalam
industri untuk memproduksi plastik, insektisida, untuk membersihkan air untuk
minum dan kolam renang; dan sebagai agen pemutih dalam industri kertas. Klorin
adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman.
Zat klorin akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang
diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin berwujud gas berwarna
kuning kehijauan dengan bau cukup menyengat. Zat klorin yang ada dalam beras
akan mengikis mukosa usus pada lambung (korosit) sehingga rentan terhadap
penyakit maag. Dalam jangka panjang mengkonsumsi beras yang mengandung
klorin akan mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal.

2.3 Ciri-Ciri Beras Yang Mengandung Klorin


Dengan Cara Diraba di telapak tangan, jika beras ini terasa licin di
genggaman tangan maka sudah bisa dipastikan beras ini Berpemutih.
Dengan Cara Dicium. Beras berpemutih pastinya memliiki bau yang beda
dengan beras pada umumnya, dia lebih cendrung mengeluarkan bau
diterjen atau bahan kimia.
Dengan Cara Dilihat. Jika anda lihat secara seksama, beras berpemutih
akan terlihat lebih bening, karena sari beras ikut larut saat proses
pemutihan dengan pemutih pakaian.

Beras berpemutih tidak tahan bila disimpan, jika anda menyimpan beras
dalam beberapa hari dan beras tersebut mengeluarkan bau tengik, setelah
anda masak pun berasa asam, maka cepat dan segera buang beras tersebut.
Karena sudah bisa dipastikan beras tersebut berasal dari proses pemutihan
menggunakan bahan kimia.
Saat dicuci, beras berpemutih tidak mengeluarkan warna putih air bekas
cucian, karena warna putih hasil cuci beras tersebut sudah hilang saat
proses Pemutihan.
Sesudah ditanak, biasanya beras pemutih berasa tidak enak seperti beras
pada umumnya, dan warnanya pun tidak seputih sebelum ditanak.
Pada umumnya Beras Berpemutih harganya lebih murah. Jangan mudah
tergiur harga murah, disini kecermatan anda lebih dituntut demi kesehatan
anggota keluarga.
2.4 Metode Iodometri

Metode iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk


menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar
dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti
CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium
iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan
larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran
setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel.
Prinsip dari metode ini adalah sifat oksidator kuat pada klorin akan direduksi
dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium. Iodium yang
dihasilkan kemudian di titrasikan dengan larutan baku natrium tiosulfat,
banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran berbanding lurus
dengan iod yang dihasilkan.
Titrasi larutan dilakukan dalam suasana asam dengan penambahan asam
asetat. Fungsi penambahan asam asetat adalah supaya iodium bereaksi dengan
hidroksida dari asam asetat dan akan menjadi ion iodida, dan erlenmeyer yang
berisi larutan iodium ditutup menggunakan plastik hitam, karena iodium mudah

teroksidasi oleh cahaya dan udara sehingga akan sulit dititrasi menggunakan
natrium tiosulfat.
Pada titrasi iodometri menggunakan amilum sebagai indikator yang berfungsi
untuk menunjukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari
biru menjadi tidak berwarna. Larutan indikator amilum ditambahkan pada saat
akan menjelang titik akhir dititrasi, karena jika indikator amilum ditambahkan
diawal akan membentuk iod-amilum memiliki warna biru kompleks yang sulit
dititrasi oleh natrium tiosulfat.

2.5 Kadar Klorin Pada Beras


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan prosedur penelitian,
diperoleh hasil penelitian. Dari penelitian analisa kualitatif pada beras
menggunakan reaksi warna didapat hasil sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan klorin dalam beras sebelum dimasak pada


pencucian ketiga didapatkan kadar klorin sebesar 0,08 %. Pada sampel beras yang
sudah dimasak atau sudah menjadi nasi pada suhu 780C didapatkan kadar klorin
sebesar 0,0020 %, Klorin pada beras sebelum dan sesudah dimasak tidak hilang
hanya mengalami penurunan kadar.

2.6 Bahaya Mengonsumsi Beras Yang Mengandung Klorin


Klorin pada beras akan mengakibatkan pengikisan mukosa usus pada lambung
(korosit) sehingga rentan terhadap penyakit maag. Dalam jangka panjang
mengkonsumsi beras yang mengandung klorin akan mengakibatkan penyakit
kanker hati dan ginjal. Tetapi kadar klorin tidak semuanya terakumulasi di dalam
tubuh, sebagian besar klorin dieksrkesikan melalui urin dan faces. Klorin yang
masuk kedalam tubuh melalui oral proses ekskresi urin terjadi pada saat 24 jam
dimana 14% dikeluarkan melalui urin dan 0,9% dikeluarkan melalui faces, dan
setelah 72 jam maka 35% dikeluarkan melalui urin dan 5% dikeluarkan melalui
faces.

2.7. Cara Menanggulangi Dampak Dari Mengonsumsi Beras Yang Mengandung


Klorin
Jadi Konsumen Cerdas !
Aksi pedagang beras yang curang akhir-akhir ini memang mulai
meresahkan. Pemerintah menghimbau untuk memperketat pengawasan terhadap
peredaran dan perdagangan beras di pasaran. Pemerintah juga perlu melakukan
penelitian dan standarisasi beras yang baik untuk dikonsumsi masyarakat.
Dibutuhkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai media
secara lebih luas sehingga masyarakat mengetahui dan mengenal dan dapat
membedakan mana beras yang baik ataupun yang berbahaya serta mengetahui
bahayanya bagi kesehatan.
Masyarakat sebagai konsumen juga tak boleh berpangku tangan. Menjadi
konsumen cerdas merupakan salah satu cara untuk mencegah dan menghentikan
berlangsungnya praktek curang ini. Jangan mudah tergiur oleh penampilan fisik
dan harga murah karena bisa saja mengandung bahan berbahaya. Membeli beras
harus teliti agar tak jadi korban beras campuran.

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam.
Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang
ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi).
Beras yang diduga dari segi fisik mengandung klorin dengan ciri berwarna
putih seperti lilin, tekstur licin, dan berbau kimia, dan paling diminati oleh
pembeli.
Metode iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih
besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO4.5H2O.
Dari hasil perhitungan klorin dalam beras sebelum dimasak pada
pencucian ketiga didapatkan kadar klorin sebesar 0,08 %. Pada sampel
beras yang sudah dimasak atau sudah menjadi nasi pada suhu 780C
didapatkan kadar klorin sebesar 0,0020 %, Klorin pada beras sebelum dan
sesudah dimasak tidak hilang hanya mengalami penurunan kadar.
Klorin pada beras akan mengakibatkan pengikisan mukosa usus pada
lambung (korosit) sehingga rentan terhadap penyakit maag. Dalam jangka
panjang

mengkonsumsi

beras

yang

mengandung

klorin

akan

mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal.


Cara menanggulanginya adalah pengawasan terhadap peredaran dan
perdagangan beras di pasaran. Pemerintah juga perlu melakukan penelitian
dan standarisasi beras yang baik untuk dikonsumsi masyarakat.
3.2 Saran
Bagi masyarakat sebaiknya memperhatikan ciri-ciri fisik beras seperti
warna, bau dan tekstur beras sebelum membeli beras.

Kepada pembaca dan masyarakat umumnya diharapkan melakukan


pencucian beras sebanyak tiga kali pencucian untuk mengurangi kadar
klorin di dalam beras.

10

Anda mungkin juga menyukai