TINJAUAN PUSTAKA
a. Manifestasi Awal
Hiperemi diskus
Edema nervus optik sulit dibedakan tetapi dapat diketahui dengan
pemeriksaan menggunakan slit lamp biomikroskopi dan ophtalmoskopi
direct. Edema dimulai dari nasal diskus yang diketahui dari batas yang
kabur.
Perdarahan kecil di
nervus
optikus
dapat
diketahui dengan
sentral
Diskus menjadi berkilau (small glistening crystalline deposits) atau
diskus psedodrusen
3.1.3. Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Derajat 0
Pembengkakan minimal di margin nasal
Vaskular terlihat jelas
Cup and disk terlihat jelas
2.
Derajat 1
Pembengkakan 230 di nasal, superior dan inferior membentuk huruf C
Margin temporal normal
Cup mulai kabur
3.
Derajat 2
Margin temporal mulai mengalami pembengkakan
360 diskus membengkak
Pembuluh darah besar masih terlihat
4.
Derajat 3
Seluruh diskus membengkak
Pembuluh darah di tepi diskus terlihat kabur
Cup terlihat kabur
5.
Derajat 4
Papil opaque
Pembuluh darah membesar tapi tidak seluruhnya terlihat kabur. Terlihat jelas
di permukaan diskus namun menghilang di tepi
6.
Derajat 5
Papil opaque
Corakan vaskular terlihat kabur di permukaan diskus
3.1.5. Terapi
Tergantung dari penyebab dasarnya, misalnya papi; ede,a karena retinopati hipertensif
akan cepat membaik dengan obat anti hipertensi.
3.1.6. Prognosis
Atrofi papil primer juga dapat terjadi pada kelainan retina yang luas seperti
korioretinitis, retinitis pigmentosa serta oklusi arteri retina sentralis. Atrofi jenis ini
disebabkan oleh lesi yang mengenai jalur visual pada bagian retrolaminar saraf optik ke
badan genikulatum lateral. Lesi yang mengenai saraf optik akan menghasilkan atrofi papil
yang unilateral, sedangkan lesi yang mengenai chiasma dan traktus optikus akan
menyebabkan atrofi papil yang bilateral.
Atrofi papil sekunder didahului oleh pembengkakan optic nerve head dan pada
funduskopi didapatkan papil pucat, batas kabur, ekskavasio yang mengecil atau menghilang
disertai lamina kribosa yang tidak tampak. Atrofi papil sekunder selalu terjadi oleh karena
proses yang terjadi pada papil sendiri, dapat berupa radang (papilitis), kelainan pembuluh
darah (AAION) atau edema papil akibat peningkatan TIK.
Pemeriksaan biasanya meliputi CT-Scan kepala, pemeriksaan penyakit dalam dan
penunjang lainnya. Pengobatan dan prognosis tergantung dari penyebab yang mendasari.
3.2.2. Patofisiologi
Degenerai saraf optik berhubungan dengan kegagalan regenerasi di mana terjadi
proliferasi astrosit dan jaringan glian. Akson saraf optik ditutupi oleh oligodendrosit, jika
akson ini rusak maka tidak akan dapat beregenerasi. Terdapat 3 teori patogenesis, yaitu:
1. Degenerasi serabut saraf yang berhubungan dengan gliosis berlebihan. Perubahan ini
merupakan tanda patologis dari consecutive optic atrophy dan postneuritic optic atrophy.
2. Degenerasi serabut saraf dan gliosis dalam keadaan normal di mana astrosit berproliferasi
dengan sendirinya dan tersusun pada kolum longitudinal mengganti serabut saraf
(columnar gliosis). Keadaan ini terjadi pada atrofi papil primer.
3. Degenerasi serabut saraf yang berhubungan dengan gliosis yang tidak berfungsi. Hal ini
terjadi akibat kurangnya aliran darah. Perubahan patologi ini disebut sebagai cavernous
optic atrophy dan merupakan ciri dari glaukoma dan ischemic optic atrophy.
3.2.3. Gambaran Klinis
1. Hilangnya penglihatan dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan tergantung pada
penyebab dan bersifat parsial atau total.
2. Pupil semi dilatasi dan refleks cahaya langsung sangat minimal atau absen.
perdarahan peripapil atau eksudat retina. Penurunan visus terjadi mendadak hingga hitung jari
atau persepsi cahaya.
Pada APION dan NA-PION gejalanya akut, tanpa nyeri, kehilangan visus unilateral
atau bilateral. Hilangnya lapang pandang pada daerah sentral atau kombinasi dengan tipe lain.
Pada funduskopi, diskus optikus terlihat normal namun akan berkembang menjadi pucat
dalam 6-8 minggu.
3.3.5. Pengobatan
Jenis non-artritis pengobatan ditujukan terhadap faktor dasar dan faktor pencetus
sedangkan pada artritis diberikan kortikosteroid dosis tinggi, yaitu prednison oral 80 mg/hari
atau >100 mg/hari selama 2-3 minggu lalu dilakukan tappering off setiap 2 minggu dengan
dosis 10% dari dosis inisial
Penyebab pasti neuritis optik tidak diketahui, tetapi kelainan sistem imun yang
menyerang selubung mielin saraf optic akan menyebabkan radang. Pada orang normal,
myelin membantu impuls listrik menuju saraf optic, dari mata ke otak. Di otak, impuls
tersebut akan diubah menjadi informasi visual.
Penyakit atau kelainan sistemik yang dapat menimbulkan neuritis optik adalah sifilis,
penyakit kelainan darah, diabetes mellitus, keganasan serta intoksikasi. Dikenal dua bentuk
klinik berdasarkan pemeriksaan fundus, yaitu: (1) papilitis, yaitu bila proses radang terdapat
pada saraf optik yang berada di dalam bola mata (papil saraf optik) serta tampak sebagai
edema papil yang kemerahan (2) neuritis retrobulbar, bila proses radang terdapat pada saraf
optik di belakang mata dan tidak tampak kelainan pada papil saraf optik.
3.4.2. Gejala Klinis
Neuritis optik biasanya menyerang satu mata walaupun lama-kelamaan dapat terjadi
pada kedua mata. Gejala yang dirasakan pasien adalah sebagai berikut:
1. Nyeri, biasanya dirasakan memberat dengan pergerakan bola mata. Nyeri bertahan selama
beberapa hari.
2. Pandangan kabur, umumnya terjadi secara mendadak disertai skotoma pada lapang
pandang sentral. Keluhan akan memberat bila cuaca panas atau latihan dan biasanya
gangguan pandangan terjadi secara permanen.
3. Gangguan penglihatan warna, umumnya gangguan terjadi pada persepsi warna merah yang
terlihat kabur atau kurang tegas dari normal.
4. Fotofobia.
5. Pada papilitis didapatkan kelainan fundus okuli yang bervariasi tergantung berat dan
luasnya penyakit, akan tetapi didapati edema papil. Pada keadaan yang berat dijumpai sel
radang di dalam badan kaca prepapil, eksudat makula (star figure) atau perdarahan sekitar
papil (neuro-retinitis). Pada neuritis retrobulbar tidak didapatkan kelainan fundus okuli.
3.4.3. Pengobatan