Anda di halaman 1dari 6

Obat merupakan zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau

mencegah penyakit pada manusia atau hewan (Ansel, 1985). Salah satu obat yang digunakan sebagai
antiradang dan analgesik adalah ibuprofen.
Ibuprofen (Gambar 1) merupakan obat analgetik golongan Non-Steroid Anti-Inflammatory drugs
(NSAIDs) turunan asam arilasetat. Obat ini terutama digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat
peradangan pada berbagai kondisi rematik dan arthritis. Ibuprofen menimbulkan efek analgesik
dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang
mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase. Penghambatan tersebut menyebabkan
pencegahan sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin,
histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa
sakit secara mekanis atau kimiawi (Katzung, 2001; Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Ibuprofen telah banyak diproduksi oleh berbagai pabrik farmasi dengan berbagai nama dagang. Oleh
sebab itu diperlukan metode analisis yang baik untuk menganalisis kandungan ibuprofen tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metode analisis ibuprofen dan aplikasinya dalam tablet
generik, merek pada matriks plasma tikus wistar jantan.

Gambar 1. Struktur ibuprofen (Depkes, 1995).

Ibuprofen
Ibuprofen atau asam 2-(-4-Isobutilfenil) propionat dengan rumus molekul
C13H18O2 dan bobot molekul 206,28. Ibuprofen berupa serbuk hablur putih hingga
hampir putih, berbau khas lemah dan tidak berasa dengan titik lebur 75,0 77,5C.

Rumus bangun dari ibuprofen adalah sebagai berikut :

Struktur Kimia Ibuprofen


Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam
metanol, dalam aseton dan dalam kloroform serta sukar larut dalam etil asetat (Ditjen
POM, 1995).
Larutan ibuprofen dalam NaOH 0.1N dengan (A11=18.5), memperlihatkan
serapan maksimum pada panjang gelombang 265 dan 273 nm sedangkan pada
inframerah memperlihatkan puncak pada 1721, 1232, 779, 1185, 1273 dan 870 cm-1
(Moffat. A. C., dkk., 2005).
Ibuprofen merupakan obat anti radang non steroid, turunan asam arilasetat yang
mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik yang tinggi, terutama digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai kondisi rematik dan arthritis.
Ibuprofen dapat menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna, diabsorpsi cepat
dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paruh 1.8-2 jam, dosis: 400 mg 3-4 dd (Katzung, B.G., 2002;
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000).
Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan
selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis
prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit
oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin,
prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara
mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo, B., 2000).

2.1. Obat

2.1.1. Pengertian Obat


Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).
Defenisi menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
2.1.2. Peran Obat
Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran obat secara umum adalah
sebagai berikut:
1. Penetapan diagnosa
2. Untuk pencegahan penyakit
3. Menyembuhkan penyakit
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
6. Penigkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, dkk, 2009)
2.1.3. Penggolongan Obat
2.1.3.1. Berdasarkan Jenisnya
1. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan warung, tanpa resep dokter,
ditandai lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W = Waarschuwing = peringatan), yakni obat-obatan yang
dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai lingkaran biru
bergaris tepi hitam.
Universitas Sumatera Utara

2. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = Gevaarlijk = berbahaya), yaitu obat berkhasiat keras yang
untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi
hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.
3. Psikotropika dan Narkotika
Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan
syaraf pusat dan menimbulkan kelainan prilaku.
Narkotika adalah zat atau obatyang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan
dengan memasukkannya kedalam tubuh manusia (Chaerunisaa, dkk, 2009).
2.1.3.2. Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat
Obat digolongkan menjadi lima jenis :
1. Obat yang bekeja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit karena bakteri atau mikroba,
contoh: antibiotik.
2. Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh: serum, vaksin.
3. Obat yang menghilangkan gejala penyakit = simptomatik, missal gejala penyakit nyeri, contoh:
analgetik, antipiretik.
4. Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang kurang, contoh:
vitamin, hormon.
5. Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat berkhasiat
untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua proinjection
Selain itu, obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya misalkan antihipertensi,
cardiaca, diuretic, hipnotik, sedative dan lain-lain (Chaerunisaa, dkk, 2009).
Universitas Sumatera Utara

2.1.3.3. Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiaannya


Obat dibagi dua golongan:
1. Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik, acetaminophen
2. Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotik (Anief, 1994).
2.1.3.4. Berdasarkan Cara Pemberiannya
1. Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh: serbuk, kapsul, tablet sirup.
2. Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh supositoria, laksatif.
3. Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaput lendirdan masuk ke pembuluh darah,
efeknya lebih cepat. Untuk penderita tekanan darah tinggi, Contoh: tablet hisap, hormone.
4. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikan secara intravena,
subkutan, intramuscular, intrakardial.
5. Langsung ke organ, contoh intrakardial.
6. Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 1994).
2.1.3.5. Berdasarkan Efek yang Ditimbulkannya
1. Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara oral
2. Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit, telinga, mata (Anief,
1994).
2.1.3.6. Berdasarkan Penamaannya
Menurut Widodo (2004), penamaan dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.
2. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang disepakati sebagai nama
obat dari suatu nama kimia.
3. Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-masing produsen obat. Obat
bermerek disebut juga dengan obat paten.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Obat Nama Generik


2.2.1. Pengertian Obat Generik
Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang telah
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International Non-propietary Names) dari WHO
(World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan
sebagai judul dari monografi sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat
tunggal.
Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah dengan nama generik yang dibuat
secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Harga obat disubsidi oleh pemerintah. Logo
generik menunjukkan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan (Menkes) RI.
Obat generik esensial adalah obat generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat (Widodo, 2004).
2.2.2. Pengenalan Obat Generik
Obat pada waktu ditemukan diberi nama kimia yang menggambarkan struktur
molekulnya. Nama kimia obat biasanya amat kompleks sehingga tidak mudah
diingat orang awam. Untuk kepentingan penelitian biasanya nama kimia
disingkat dengan kode tertentu. Setelah obat itu dinyatakan aman dan
bermanfaat melalui uji klinis, barulah obat tersebut didaftarkan pada Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Obat tersebut mendapat nama
generik dan nama dagang. Nama dagang ini sering disebut nama paten.
Perusahaan obat yang menemukan obat tersebut dapat memasarkannya
dengan nama dagang. Nama dagang biasanya diusahakan yang mudah diingat
oleh pengguna obat. Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak
atas paten penemuan obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten
tersebut masih berlaku, obat ini tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik
dengan nama dagang pabrik peniru ataupun dijual dengan nama generiknya.
Obat nama dagang yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual
oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda yang biasanya disebutsebagai
me-too product di beberapa negara barat disebut branded generic atau tetap
dijual dengan nama generik (Chaerunisaa, dkk, 2009)

Anda mungkin juga menyukai