LIPOSOM
Liposom merupakan vesikel yang berupa mikrosfer dari lipid bilayer, biasa digunakan untuk kendaraan suatu
senyawa obat. Umumnya berupa fosfolipid dan bervariasi.
Lipid bilayer yang umum digunakan adalah fosfolipid. Apabila fosfolipid dikeringkan maka dapat membentuk suatu
lapisan film. komponen lipid adalah trigliserida, dan komponen trigliserida adalah gliserol, maka berdasarkan
struktur senyawanya, dapat diketahui dengan jelas bahwa senyawa tersebut dapat disubstitusi dengan berbagai
macam senyawa molekul sehingga liposom-liposom tersebut bisa menjadi sangat bervariasi.
3.
4.
5.
Cocok untuk berbagai macam rute pemberian, meskipun demikian, lebih banyak diberikan dalam bentuk
injeksi.
3.
Large unilamelar
4.
Giant unilamelar
5.
Unilamelar
6.
Oligolamelar
7.
Multilamelar large
8.
Multivescicular
Dengan demikian, liposom dapat berupa unilamelar atau satu lapisan, oligolamelar atau berlapis lebih dari satu, dan
multilamelar atau berlapis banyak. Masing-masing memiliki fungsinya masing-masing, misalnya untuk liposom
yang membawa senyawa obat yang bersifat hidrofilik, biasanya digunakan liposom unilamelar. Sementara untuk
senyawa obat yang bersifat lipofilik, digunakan liposom oligolamelar, karena liposom ini memiliki ruang yang lebih
banyak untuk mengikat bagian lipofiliknya. Pemilihan oligolamelar atau multilamelar dan lainnya juga didasarkan
atas jenis pelepasan yang diinginkannya.
Berdasarkan cara pembuatannya, liposom terdiri dari:
1. Vesicle prepared by extrusion method
2.
3.
4.
5.
6.
Long circulating liposome, merupakan liposom yang ditujukan untuk menghindari kontak denagn enzim
agar dapat menuju target. Selama beredar, senyawa obat dalam liposom dibaut stabil, tidak rusak, agar
dapat sampai ke reseptor. Liposom jenis ini biasanya ditambah dengan PEG, karena dengan adanya
penambahan PEG menyebabkan liposom tidak terdeteksi enzim sehingga tidak rusak.
3.
Liposome targeted.
4.
Liposom cationics.
5.
Temperature sensitive liposome, merupakan liposom dengan titik leleh tertentu yang dapat lepas akibat
perubahan temperatur.
6.
pH sensitive liposome, merupakan liposom yang dapat lepas dengan adanya perubahan pH. Contohnya,
adanya penambahan asam oleat ternyata menyebabkan liposom menjadi sensitif terhadap pH. Suatu
liposom yang mengandung obat untuk tumor ditambahkan asam oleat sehingga pH mengarah ke asam,
sehingga pada suhu tubuh akan stabil, sementara ketika sudah mencapai lokasi tumor yang pH-nya kurang
dari 5 atau mengarah ke asam, liposom akan pecah atau obat akan lepas.
Fosfolipid sintesis
3.
Gliseolipid
4.
Sfingolipid
5.
Glycosfingolipid
6.
Steroid
7.
Polymeric material
8.
Suhu fase transisi. Liposom didapatkan pada suhu tersebut, yaitu pada suhu di mana fase padatan
bertransisi sebelum menuju fase cairan, disebutnya fase glasi (kalau tidak salah).
Stabilitas. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan liposom harus stabil. Tidak hanya itu, adanya
pengaruh dari lingkungan harus sudah diperhatikan dapat stabil atau tidaknya, misalnya perlu untuk
memperhitungkan kemungkinan interaksi dengan enzim.
Muatan.
Campuran lipid.
Kolesterol. Liposom dapat ditambah kolesterol untuk membuatnya menjadi lebih rigid atau kaku.
Source. Maksudnya, sumber bahan yang didapatkan harus murni, karena terkait dengan suhu fase transisi,
jika tidak mendapatkan fasenya, maka tidak dapat membentuk liposom. Suatu bahan yang tidak murni atau
ada pengotor dapat merubah suhu fase transisi, sehingga menjadi sulit untuk diketahui.
Cara pembuatan liposom, dapat dijelaskan dengan konsep The Budding Theory. Jadi misalnya bahan yang
digunakan adalah fosfatidilkolin, fosfatidilkolin membentuk susatu bilayer, lalu ditekan pada celah maka akan
menghasilkan liposom. Detail penjelasannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Selain itu, pembuatan liposom dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode High Shear Fermentation, seperti
pada mesin pembuat kopi.
Hasil hidrasi, atau hasil dari pengecilan ukuran menggunakan metode high shear fermentation ini biasanya masih
besar-besar, sekitar 200 nm. Kalau langsung diekstrusi atau menggunakan metode french pressi, biasanya akan
mampat meskipun menggunakan ukuran tekanan yang besar. Oleh karena itu, solusinya adalah dengan melakukan
ekstrusi secara bertingkat. Suatu penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan sekitar minimal 5 kali siklus untuk
mendapatkan distribusi ukuran yang sesuai.
Kenapa demikian? Kenapa bisa ukuran bervariasi? Bahkan ukuran yang dihasilkan dapat menjadi lebih besar,
karena terdapat gaya fusi juga yang terlibat.
Osmotic behavior and entrapped volume. Hal ini perlu diperhitungkan, apakah
jumlah obat yang masuk ke dalam liposom telah terdistribusi secara rata dan
sesuai dengan dosis yang ditentukan? Jangan sampai ada obat yang berada di
luar dan tidak terperangkap di dalam.
3.
4.
5.
Parameter lain yang dapat diukur adalah stabilitas. Stabilitas diukur misalnya dengan menambahkan enzim, pH,
suhu, atau bahan lain yang mungkin dapat mengganggu stabilitasnya. Biasanya yang dapat diukur hanya terkait
dengan stabilitas fisik dan biologis saja, untuk stabilitas kimia agak sulit, karena dalam tubuh, liposom akan banyak
berinteraksi dengan senyawa kimia.
Setelah itu, aspek keamanannya perlu diperhatikan. Di antaranya:
1. Toksisitas bahan. Perlu diperhatikan apakah bahan yang digunakan bersifat toksik atau tidak.
2.
Sisa pelarut. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, komponen lipid dilarutkan dalam kloroform yang relatif
toksik. Jadi, harus diperiksa apakah masih ada sisa pelarutnya.
3.
Dose dumping. Hal ini penting untuk liposom yang bersifat control release, karena jika salah-salah, bisa
saja bukannya lepas perlahan-lahan, justru lepas semua yang akhirnya malah menyebabkan toksisitas.
terdapat berbagai macam inovasi dari vesikular dalam sistem penghantaran obat, antara lain provescicle,
transfersomes, dan ethosomes.
Dry granules, dibuat dari liposom yang sudah jadi kemudian dilakukan freeze dry atau pengeringan beku.
3.
4.
Protransfersomes.
Untuk yang terbuat dari liposom yang sudah jadi kemudian dikeringkan, beberapa karakteristik asli dapat
mengalami perubahan. Akibat pengeringan beku beberapa karakteristik ini dapat berubah:
1. Morfologi
2.
Sudut reposa
3.
4.
Laju hidrasi
5.
Entrapment efficient
6.
Deformability, merupakan kemampuan untuk merubah bentuk. Misalnya ditambah surfaktan supaya lebih
fleksibel. Cara mengujinya adalah dengan menghitung jumlah liposom yang dapat melalui membran
tertentu yang mana membran yang dibuat memiliki ukuran lebih kecil dari liposom yang diuji.
7.
8.
Farmakokinetika
Transfersome merupakan modifikasi dari liposom yang digunakan untuk transdermal (dapat memberikan aktivitas
sistemik atau lokal). Pada sediaan kosmetik secara umum, transdermal ditujukan untuk memberikan efek lokal.
Misalnya memasukkan kolagen ke dalam kulit wajah menggunakan transfersome.
Ethosomes adalah modifikasi dari liposom juga hanya saja khusus untuk yang dapat larut dalam etanol. Jadi, cara
pembuatannya adlaah dengan mengeringkan sampai jadi film, lalu dihidrasi dengan air dan etanol.
Nanopertikel (nanopartikel sm molekul lebih besar mana?)
Dari skema, dijelaskan bahwa partikel lebih besar dari nanopartikel, lalu nanopartikel lebih besar dari molekul,
molekul lebih besar dari unsur atau atom. Jadi jelas, bahwa yang lebih kecil adalah molekul, karena juga
nanopartikel merupakan kumpulan dari molekul-molekul.
Adanya bagian yang bocor menyebabkan nanopartikel akhirnya dapat masuk dan memberikan efek terapinya.
Nanopartikel memiliki ukuran 200 nm sampai 1000 nm. Di atas 1000 nm sudah termasuk ke dalam mikropartikel.
Lebih jauh lagi, nanopartikel telah digunakan diberbagai bidang, khususnya dalam bidang kefarmasian, antara lain:
1. Nanopartikel dijadikan sebagai alat penghantar obat untuk tujuan pulmonary delivery (3 mikrometer),
nasal delivery (5-20 mikrometer), embolism (10-20 mikrometer), dan target "leaky" and vessel (<250 li=""
nanometer="">
2.
Dalam farmasetika, nanopartikel digunakan untuk meningkatkan disolusi dan kecepatan disolusi. Dalam
hal ini disolusi dan kelarutan tidak sama. Kelarutan tidak pernah mengalami perubahan, tetapi kecepatan
kelarutannya dapat diubah. Dengan meningkatkan kecepatan disolusi maka bioavailabilitas obat mengalami
peningkatan karena dapat mempercepat ketersediaan molekuler.
Contoh poin nomor dua adalah sediaan farmasi berupa suspensi. Suspensi terdiri dari komponen cair dan padatan.
Bagian yang padat memiliki kecenderungan untuk mengalami pengendapan. Dengan memperkecil ukurannya
menjadi ukuran nano, maka bioavailabilitas obat dapat mengalami peningkatan. Berdasarkan suatu penelitian, dapat
dilihat perbedaannya melalui grafik di bawah ini.
Cara membuat nanosuspensi adalah dengan cara memcampurkan zat padat dengan pelarutnya yang cocok, lalu
ditambah dengan polimer. Sebelum ditambah polimer, akan terjadi proses pengendapan. Ketika ditambah polimer
dan dilakukan pengadukan, maka molekul-molekul yang tidak terlarut akan terperangkap ke dalam polimer tersebut
membentuk suatu nanosuspensi dengan ukuran partikel yang lebih halus dibandingkan dengan suspensi biasa.
Metode ini merupakan salah satu cara yang termasuk ke dalam bottom-up. Selain itu, dengan cara kristalisasi
(bottom-up), nanopartikel juga dapat dibuat. Dalam hal ini, pengecilan ukuran hingga didapatkan ukuran
nanopartikel yang sesuai tetap diperlukan, karna bisa jadi, yang dibentuk akan terlalu besar sehingga melampaui
yang diinginkan atau menyebabkan distribusi ukurannya menjadi tidak sama.
Tidak berbeda dengan nanosuspensi, nanoemulsi juga dibuat untuk meningkatkan kelarutan dari emulsi biasa. Cara
pembuatannya adalah dengan cara penambahan co-surfaktan. Sebelumnya, melakukan pembuatan emulsi seperti
biasa, mulai dari memilih surfaktan yang cocok, apabila sudah sesui maka ditambah dengan co-surfaktan dan
digunakan homogenizer, nantinya akan dapat berubah ukurannya menjadi lebih kecil sehingga membentuk
nanoemulsi. Jadi, misalnya sistem emulsinya adalah minyak dalam air, maka co-surfaktan yang dipilih haruslah
yang dapat melarutkan zat terdispersinya, yang dalam hal ini minyak, sehingga dengan demikian ukuran globulglobul menjadi lebih kecil akibat adanya co-surfaktan.
Cara pembuatan lainnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Jadi, larutan zat aktif molekulernya, dimasukkan ke dalam larutan polimer yang dapat membentuk nanopartikel.
Cara pembuatan nanopartikel dengan cara top-down selain grinding,bisa juga dengan cara pengecilan ukuran
melalui homogenasi dan sonikasi. Jadi, pilihan untuk mengecilkan ukuran ada banyak, tergantung dari bahan yang
digunakan. Cara lain adalah dengan menggunakan ultrasound. Jadi, adanya getaran tersebut dapat menyebabkan
ukuran dari partikel perlahan-lahan akan mengalami pemisahan menjadi lebih kecil. Lihat gambar di bawah ini:
Nanopartikel diaplikasikan di berbagai rute pemberian obat seperti oral, inhalasi, transdermal, implantasi, dan
injeksi.