Anda di halaman 1dari 23

10.

PENDAHULUAN

10.1.1 Latar Belakang Masalah


Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi
yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa.
Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama
jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Produk dalam proses awal akan masuk dalam proses produksi, permasalahan
yang muncul adalah bagaimana menentukan harga pokok produksi. Berdasarkan pada
hasl tersebut maka dalam menetukan harga pokok produksi dipergunakan 3 metode
dalam menentukan harga pokok produk dalam proses awal, antara lain :
a. Metode Harga Pokok Rata-rata (Moving Average).
b. Metode Harga Pokok Masuk Pertama, Keluar Pertama atau FIFO (First In,
First Out)
c. Metode Harga Pokok Masuk Terakhir, Keluar Pertama atau LIFO (LastIn,
First Out)

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 1

Dalam materi ini akan mengulas aplikasi perhitungan harga pokok proses
dengan menggunakan ketiga metode yang telah dipaparkan sebelumnya dan kasuskasus khusus yang mungkin terjadi dalam perhitungan harga pokok proses.

10.1.2 Rumusan Materi Pembelajaran


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas
maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana contoh aplikasi perhitungan metode harga pokok proses

2.

menggunakan metode rata-rata ?


Bagaimana contoh aplikasi perhitungan metode harga pokok proses

3.

menggunakan metode FIFO ?


Bagaimana contoh aplikasi perhitungan metode harga pokok proses

4.

menggunakan metode LIFO ?


Apa saja kasus-kasus khusus dalam perhitungan metode harga pokok
proses ?

10.1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun untuk menjelaskan beberapa hal mengenai perhitungan
Harga Pokok Proses dengan metode

rata-rata, FIFO, LIFO dan khasus-khasus

Khusus dalam perhitungan Harga Pokok Proses. Di samping itu makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Akuntansi Biaya yang ditugaskan oleh
Dosen Mata Kuliah Akuntansi Biaya ibu Dra. Hj. Nurleni, M.Si, Ak.

10.1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca agar dapat
Memahami perhitungan Harga Pokok Proses dengan metode rata-rata, FIFO, LIFO
dan khasus-khasus Khusus dalam perhitungan Harga Pokok Proses.
Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 2

10.2 PEMBAHASAN
10.2.1 Perhitungan Harga Pokok Proses dengan Metode Rata-Rata

Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal
ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi
dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata
tertimbang.
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen
pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga
pokok dari departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang
bersangkutan
Proses Pemberlakuan Metode Rata-rata
A.

Di departemen Pertama :
Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya produksi, yaitu :
biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan cara
biaya yang melekat pada persediaan barang dalam proses awal ditambah

biaya-biaya periode berjalan.


Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan dalam periode
yang bersangkutan : Barang jadi (yang ditransfer ke departemen
berikutnya) ditambah barang dalam proses akhir menurut unit ekuivalen.

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 3

Harga pokok rata-rata kemudian dihitung berdasarkan total biaya dibagi


jumlah unit ekuivalen.
B. Di departemen Lanjutan :
1.
Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen
sebelumnya. Harga pokok tersebut terdiri dari : Harga pokok persediaan
2.

awal dan harga pokok yang diterima pada periode yang bersangkutan.
Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang ditambahkan dalam

3.

departemen yang bersangkutan.


Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang
bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang
mendahului ditambah harga pokok rata-rata di departemen yang
bersangkutan.

Contoh Soal :
PT. HIDAYAH yang memproduksi satu macam barang dengan memalui dua
departemen, mempunyai data persediaan dalam proses awal , data produksi dan biaya
produksi selama satu periode produksi sebagai berikut :
1.

Data Produksi dalam proses awal tahun 2006, adalah sebagai berikut :

Jumlah Unit
Harga Pokok :
Biaya Bahan /dari dept I
BTK
BOP
Harga Pokok Proses Lanjutan

Dept I
2.000

Dept II
1.000

1.200.000
570.000
380.000

1.370.000
324.000
405.000

Page 4

Jumlah
Tk Penyelesaian :
Biaya Bahan
Biaya Konversi
2.

2.150.000

2.099.000

100%
60%

40%

Produk baru masuk proses pada departemen I sebesar 18.000 unit, dari
semua yang diproses 16.000 unit telh selesai dan dikirim ke departemen II
untuk diproses lebih lanjut 4.000 unit masih belum selesai dengan tingkat
penyelesaian 100% biaya bahan dan 75% biaya konversi. Pada
Departemen II dari semua barang yang diproses tersebut sudah selesai dan
dikirim ke gudang sebanyak 15.000 unit. Produk yang belum selesai

3.

sebesar 2.000 unit denan tingkat penyelesaian 60% biaya konversi.


Biaya Produksi yang terjadi selama kegiatan produksi adalah sebagai
berikut :

Biaya Bahan
BTK
BOP
Jumlah
Dari data tersebut diminta:

Dept. I
9.800.000
6.080.000
5.320.000
21.200.000

Dept. II
2.564.000
4.455.000
8.019.000

a. Membuat Laporan Harga Pokok Produksi untuk dua departemen dan


b. Jurnal yang diperlukan.
Jawab :

PT. HIDAYAH
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. I
TAHUN 2015

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 5

Data Produksi
Produk dalam proses Awal
Produk baru masuk proses

2.000
18.000
20.000

Produk Selesai ditransfer ke

16.000

Dept II
Produk dalam proseas akhir
Tk Penyelesaian Bahan 100%; Konversi

4.000

75%

20.000
Biaya yang dibebankan
Elemen
PDP Awal
biaya
Biaya Bahan Rp 1.200.000
BTKL
Rp 570.000
BOP
Rp 380.000
Total

Biaya

Jumlah

Kegiatan
Rp 9.800.000
Rp 6.080.000
Rp 5.320.000

Ekuivalen

Rp11.000.000 Rp 20.000
Rp 6.650.000 Rp 19.000
Rp 5.700.000 Rp 19.000
Rp23.350.00

Per unit
Rp 550
Rp 350
Rp 300
Rp 1.200

Biaya yang diperhitungkan


Harga Pokok Produk Selesai = 16.000 x 1.200
Produk dalam Proses (4.000 unit)
Biaya Bahan
4.000 x 100% x Rp. 550
BTKL
4.000 x 75% x Rp. 350
BOP
4.000 x 75% x Rp. 300 900.000

Perhitungan Unit Ekuivalen :


Biaya Bahan
16.000 + (4.000 X 100%)
Biaya Konversi
16.000 +(4.000 X 75%)

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 6

Rp19.200.000
Rp 2.200.000
Rp 1.050.000
Rp 4.150.000
Rp 23.350.000

20.000
19.000

PT. RAFINDO
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. II
TAHUN 2006

Data Produksi
Produk dalam proses Awal
Produk baru masuk proses

1.000
16.000
17.000

Produk Selesai ditransfer ke Dept II


Produk dalam proseas akhir
Tk Penyelesaian ; Konversi 60%

15.000
2.000
17.000

Pembebanan Biaya
Elemen
PDP Awal

Biaya

biaya
HPdr Dept I
BTKL
BOP

Kegiatan
Rp 19.200.000
Rp 3.564.000
Rp 4.455.000

Rp 1.370.000
Rp 324.000
Rp 405.000

Jumlah

Ekuivalen

Per unit

Rp 20.570.000
Rp 3.888.000
Rp 4.860.000
Rp 29.318.000

Rp 17.000
Rp 16.200
Rp 16.200

Rp 1.210
Rp 240
Rp 300
Rp 1.750

Biaya yang diperhitungkan


Harga Pokok Produk Selesai = 15.000 X 1750
Produk dalam Proses (4.000 unit)
Biaya Bahan 2.000 + 100% x 1.210
Rp 2.420.000
BTKL 2.000 + 60% x Rp. 240
Rp 288.000
BOP 2.000 x 60% x Rp. 300
Rp 360.000

Perhitungan Unit Ekuivalen:

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 7

Rp 26.250.000

Rp 3.068.000
Rp 29.318.000

Biaya Bahan 15.000 +( 2.000x100%)


Biaya Konversi 15.000 +( 2.000x60%)

17.000
16.200

JURNAL
a. Mencatat Pemasukan Kembali Harga Pokok dalam Proses Awal Dept I
BDP BBB Dept. I
Rp. 1.200.000
BDP BTKL Dept.I
Rp. 570.000
BDP BOP Dept. I
Rp. 380.000
Persediaan Produk Dalam Proses Dept. I
Rp. 2.150.000

b. Mencatat Pembebanan Biaya Dept I


BDP BBB Dept. I
BDP BTKL Dept. I
BDP BOP Dept. I
Persediaan Bahan
Biaya Gaji dan Upah
BOP Dept. I

Rp. 9.800.000
Rp. 6.080.000
Rp. 5.320.000
Rp. 9.800.000
Rp. 6.080.000
Rp. 5.320.000

c. Mencatat Produk yang belum selesai Dept. I


Persediaan Produk Dalam Proses Dept. I
BDP BBB Dept. I
BDP BTKL Dept. I
BDP BOP Dept. I

Rp. 4.150.000
Rp. 2.200.000
Rp. 1.050.000
Rp. 900.000

d. Mencatat Produk Selesai Dept. I


BDP Harga Pokok Dept.I
Rp. 19.200.000
BDP BBB Dept. I
Rp. 8.800.000
BDP BTKL Dept. I
Rp. 5.600.000
BDP BOP Dept. I
Rp. 4.800.000
Perhitungan :
BDP Biaya Bahan
= 16.000 x Rp. 550 = Rp. 8.800.000
BDP BTKL
= 16.000 x Rp. 350 = Rp. 5.600.000
Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 8

BDP BOP

= 16.000 x Rp. 300 = Rp. 4.800.000

e. Mencatat Pemasukan kembali harga pokok dalam proses awal Dept. II


BDP Harga Pokok Dep.I
Rp. 1.370.000
BDP BTKL Dept. II
Rp. 324.000
BDP BOP Dept. II
Rp. 405.000
Persediaan Produk Dalam Proses Dept. II
Rp. 2.099.000

f. Mencatat Pembebanan Biaya Dept. II


BDP BTKL Dept. II
BDP BOP Dept. II
Biaya Gaji dan Upah
BOP Dept. II

Rp. 3.564.000
Rp. 4.455.000
Rp. 3.564.000
Rp. 4.455.000

g. Mencatat Produk yang belum Selesai Dept. II


Persediaan Produk Dalam Proses DeptII
BDP Harga Pokok Dept. I
BDP BTKL Dept. II
BDP BOP Dept. II

Rp. 3.068.000

h. Mencatat Produk Produk Selesai Dept. II


Persediaab Produk Selesai Dept. II
Rp. 26.250.000
BDP Harga Pokok Dept. I
BDP BTKL Dept. II
BDP BOP Dept. II
Perhitungan :
BDP Hp dr Dept I = 15.000 x Rp. 1.210 = Rp. 18.150.000
BDP BTKL
= 15.000 x Rp. 240 = Rp. 3.600.000
BDP BOP

= 15.000 x Rp. 300 = Rp. 4.500.000

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 9

Rp. 2.420.000
Rp. 288.000
Rp. 360.000

Rp. 18.150.000
Rp. 3.600.000
Rp. 4.500.000

10.2.2 Metode First In First Out (FIFO)


Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali
digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses,
baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam
proses periode sekarang. Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
`Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari
periodesebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk
yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Proses Pemberlakuan Metode FIFO
1) Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
menjadi produk selesai.
2) Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan
dengan elemen biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
3) Harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu dipecah kembali
menurut elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
4) Produksi ekuivalen = (Produksi dalam proses awal x tingkat penyelesaian
yang dibutuhkan) + Produksi Current + (Produk dalam proses akhir x Tingkat
penyelesaian yang sudah dinikmati).

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 10

5) Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen
biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi
ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.

Contoh Soal:
1.

PT. NAYAKA mempunyai data produksi dalam proses awal , biaya produksi
dan data produksi selama satu periode produksi sebagai berikut :
Data Produksi dalam proses awal tahun 2006, adalah sebagai berikut :

Jumlah Unit
Harga Pokok :
Biaya Bahan /dari dept I
BTK
BOP
Jumlah
Tk Penyelesaian :
Biaya Bahan
Biaya Konversi

Dept I
2.000

Dept II
2.500

450.000
220.000
150.000
820.000

1.460.000
420.00
300.000
2.180.000

100%
40%

60%

2. Produk baru masuk proses pada departemen I sebesar 23.000 unit, dari semua
yang diproses 20.000 unit telah selesai dan dikirim ke departemen II untuk
diproses lebih lanjut 5.000 unit masih belum selesai dengan tingkat
penyelesaian 100% biaya bahan dan 60% biaya konversi. Pada Departemen II
dari semua barang yang diproses tersebut sudah selesai dan dikirim ke gudang
sebanyak 18.000 unit. Produk yang belum selesai sebesar 4.500 unit denan
tingkat penyelesaian 80% biaya konversi.
3. Biaya Produksi yang terjadi selama kegiatan produksi adalah sebagai berikut :
Biaya Bahan
BTK
BOP
Jumlah

Harga Pokok Proses Lanjutan

Dept. I
8.050.000
5.550.000
3.330.000
16.930.000

Page 11

Dept. II
5.628.000
3.618.000
9.246.000

Dari data tersebut diminta:


c. Membuat Laporan Harga Pokok Produksi untuk dua departemen dan
d. Jurnal yang diperlukan.

PT. NAYAKA
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. I
TAHUN 2006
Data Produksi
Produk dalam proses Awal
Produk baru masuk proses

2.000
23.000
25.000

Produk Selesai ditransfer ke Dept II


Produk dalam proseas akhir
Tk Penyelesaian Bahan 100%; Konversi 75%

20.000
5.000
25.000

Biaya yang dibebankan


Elemen biaya
Harga Pokok PDP Awal
Biaya Bahan
Tenaga Kerja
BOP

Ekuivalen
Jumlah Biaya
Rp 820.000
Rp 8.050.000
Rp 5.550.000
Rp 3.330.000
Rp17.750.000

Per unit

23.000 Rp 350
22.200 Rp 250
22.200 Rp 150
Rp 750

Biaya yang
diperhitungkan :
Harga Pokok Produk Selesai = 20.000 unit
Produk Selesai dari produk dalam proses awal
Harga Pokok Yang Lalu
Rp 820.000
Penyelesaian
Tenaga Kerja
2.000 x 60% x Rp. 250
Rp 300.000
BOP
2.000 x 60% x Rp. 150
Rp 180.000
HP Produk Selesai
Periode ini
HP Produk Selesai

18.000 x

750

20.000 x

740

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 12

Rp1.300.000
Rp13.500.000
Rp 14.800.000

Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir


(5.000)
Biaya Bahan = 5.000 x 100% x Rp. 350
Tenaga Kerja = 5.000 x 60% x Ro. 250
BOP
= 5.000 x 60% x Rp. 150

Rp 1.750.000
Rp 750.000
Rp 450.000
Rp 2.950.000
Rp 17.750.000

Jumlah Yang
Diperhitungkan
Perhitungan Unit
Ekuivalen :
Biaya Bahan

2.000 x 0% + 18.000 +

Biaya Konversi

5.000 X 100%
2.000 x 0% + 18.000 +

23.000
22.200

5.000 X 60%

PT. NAYAKA
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. II
TAHUN 2006
Data Produksi
Produk dalam proses Awal
Produk baru masuk proses
Produk Selesai ditransfer ke Gudang
Produk dalam proseas akhir
Tk Penyelesaian Konversi 80%

2.500
20.000
22.500

18.000
4.500

22.500
Biaya yang dibebankan
Elemen biaya
Harga Pokok PDP Awal
HP dari Dept I
Tenaga Kerja
BOP
Biaya Periode Ini

Harga Pokok Proses Lanjutan

Jumlah Biaya
Rp 2.180.000
Rp 14.800.000
Rp 5.628.000
Rp 3.618.000
Rp 24.046.000
Rp 26.226.000

Page 13

Ekuivalen

Per unit

Rp 20.000
Rp 20.100
Rp 20.100

Rp 740
Rp 280
Rp 180
Rp 1.200

Biaya yang diperhitungkan


Harga Pokok Produk Selesai = 18.000 unit
Produk Selesai dari produk dalam proses awal 2.500
Harga Pokok Yang Lalu
Rp 2.180.000
Penyelesaian
Tenaga Kerja
2.500 x 40% x Rp. 280
Rp 280.000
BOP
2.500 x 60% x Rp. 180
Rp 180.000
HP Produk Selesai Periode ini
15500 x
HP Produk Selesai
18.000
Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir (5.000)
Biaya Bahan = 4.500 x 100% x Rp. 658
Tenaga Kerja = 4.500 x 60% x Ro. 280
BOP = 4.500 x 60% x Rp. 180

Rp 2.640.000
Rp 18.600.000
Rp 21.240.000

Rp 1.200
Rp 1.180
Rp 3.330.000
Rp 1.008.000
Rp 648.000

Rp 4.986.000
Rp 26.226.000

Jumlah Yang Diperhitungkan


Perhitungan Unit Ekuivalen :
Biaya Bahan
2.500 x 0% + 15.500 + 4.500 X 100%

20.00

Biaya Konversi

0
20.10

2.500 x 40% + 15.500 + 4.500 X 80%

JURNAL
i. Mencatat Pemasukan Kembali Harga Pokok dalam Proses Awal Dept I
BDP BBB Dept.I
Rp.450.000
BDP BTKL Dept. I
Rp. 220.000
BDP BOP Dept. I
Rp. 150.000
Persediaan Produk Dalam Proses Dept. I
Rp. 820.000
j. Mencatat Pembebanan Biaya Dept I
BDP BBB Dept. I
BDP BTKL Dept. I
BDP BOP Dept. I
Persediaan Bahan
Biaya Gaji dan Upah
BOP Dept. I

Harga Pokok Proses Lanjutan

Rp 8.050.000
Rp 5.550.000
Rp 3.330.000
Rp 8.050.000
Rp 5.550.000
Rp 3.330.000

Page 14

k. Mencatat Produk yang belum selesai Dept. I


Persediaan Produk Dalam Proses Dept. I
BDP BBB Dept. I
.
BDP BTKL Dept. I
.
BDP BOP Dept. I

Rp 2.950.000
Rp 1.750.000
Rp 750.000
Rp 450.000

l. Mencatat Produk Selesai Dept. I


BDP Harga Pokok Dept. I.
BDP BBB Dept. I
BDP BTKL Dept. I
BDP BOP Dept. I
Perhitungan :
BDP Biaya Bahan = 20.000 x Rp. 350
BDP BTKL
= 20.000 x Rp. 250
BDP BOP
= 20.000 x Rp. 150

Rp12.750.000
Rp.7.000.000
Rp.5.000.000
Rp 750.000
= Rp.7.000.000
= Rp 5.000.000
= Rp. 750.000

m. Mencatat Pemasukan kembali harga pokok dalam proses awal Dept. II


BDP Harga Pokok Dept. I
Rp 14.800.000
BDP BTKL Dept. II
Rp 5.628.000
BDP BOP Dept. II
Rp 3.618.000
Persediaan Produk Dalam Proses Dept. II
Rp 24.046.000
n. Mencatat Pembebanan
Biaya Dept. II
BDP BTKL Dept. II
BDP BOP Dept. II
Biaya Gaji dan Upah
BOP Dept. II

Rp 5.628.000
Rp 3.618.000
Rp. 5.628.000
Rp 3.618.000

o. Mencatat Produk yang belum Selesai Dept. II


Persediaan Produk Dalam Proses Dept. II
BDP Harga Pokok Dept. I
BDP BTKL Dept. II
Harga Pokok Proses Lanjutan

Rp 4.986.000
Rp 3.330.000
Rp 1.008.000
Page 15

BDP BOP Dept. II

Rp

p. Mencatat Produk Produk Selesai Dept. II


Persediaan Produk Selesai Dept. II
Rp 21.600.000
BDP Harga Pokok Dept. I
BDP BTKL Dept. II
BDP BOP Dept. II
Perhitungan :
BDP Hp dr Dept I = 18.000 x Rp. 740 = Rp 13.320.000
BDP BTKL
= 18.000 x Rp. 280 = Rp 5.040.000
BDP BOP
= 18.000 x Rp. 180 = Rp 3.240.000

648.000

Rp. 13.320.000
Rp. 5.040.000
Rp 3.240.000

10.2.3 Kasus Kasus Khusus dalam Perhitungan Akuntansi


1) Adanya Produk Hilang Dalam Proses
Untuk mencatat adanya pengaruh produk hilang selama proses produksi diadakan
pembedaan antara produk hilang dalam proses sebagai berikut :
-

Produk Hilang Awal Proses


Dalam hal ini pengaruhnya ke perhitungan harga pokok adalah :
Di departemen Awal :
Produk yang hilang awal tidak dihitung dalam menentukan jumlah unit
ekuivalen.
Di Departemen Lanjutan : (dept 2 dst)
Harga pokok dari departemen sebelumnya disesuaikan dengan jumlah satuan
setelah adanya produk hilang.

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 16

Produk Hilang Akhir Proses


Apabila produk hilang terjadi pada akhir proses mempunyai pengaruh
terhadap perhitungan harga pokok produksi untuk departemen awal

maupun lanjutan.
Produk hilang tersebut tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen karena

dianggap telah ikut menyerap biaya-biaya produksi.


Harga pokok produk hilang tersebut diperhitungkan ke harga pokok
produk selesai yang ditransfer dari departemen produksi yang

bersangkutan ke departemen produksi berikutnya.


2) Adanya Produk Rusak Dalam Proses (Spoiled Goods)
Produk rusak adalah produk yang mutunya tidak sesuai dengan standar mutu yang
telah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Adapun perlakuan terhadap
produk rusak adalah :
A.

Apabila produk rusak tidak laku dijual maka produk rusak tersebut

diperlakukan sebagai produk hilang akhir proses.


B. Apabila produk rusak mempunyai harga jual maka perlakuan terhadap produk

rusak tersebut sebagai berikut :


Nilai jual produk rusak dicatat untuk mengurangi biaya-biaya produk
pada departemen tempat terjadinya produk rusak tersebut. Dasar
pembagian kepada masing-masing jenis biaya produksi adalah
perbandingan unit ekuivalen maka produk rusak tersebut tetap

diperhitungkan.
Kerugian atas produk rusak (selisih harga pokok dengan harga jual)
dicatat sebagai biaya overhead yang sesungguhnya di departemen

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 17

tempat terjadinya produk rusak. Pencatatan ini dipakai apabila biaya


overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif yang ditentukan

dimuka.
Niali jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha,

produk rusak tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen.


3) Adanya Produk Cacat Dalam Proses (Defective Goods)
Produk cacat yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran
mutu yang sudah ditentukan, tetapi masih dapat diperbaiki secara ekonomis
menjadi produk yang baik kembali, dalam arti biaya perbaikannya lebih rendah
dibandingkan kenaikan nilai yang diperoleh dengan adanya perbaikan.
Perlakuan produk cacat tergantung penyebab timbulnya produk cacat, yaitu :
A. Produk Cacat Bersifat Normal
Semua biaya perbaikan diperlakukan sebagai elemen biaya produksi dan
digabungkan dengan elemen biaya produksi yang ada pada departemen
tersebut
B. Produk Cacat Karena Kesalahan
Perlakan biaya perbaikan tidak boleh dikapitalisasi ke dalam biaya produksi,
akan tetapi harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.
4) Adanya Tambahan Bahan Setelah Departemen Awal
Meskipun pada umumnya bahan baku dipakai pada departemen awal tetapi
adakalanya bahan baku ditambahkan di departemen lanjutan (departemen 2 dst).

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 18

Adapun pencatatan tambahan bahan baku tersebut di departemen lanjutan adalah


sebagai berikut :
A.

Apabila tambahan bahan baku tersebut tidak menambah unit produk maka
tambahan bahan baku itu hanya dicatat menambah biaya produk tanpa

B.

mempengaruhi perhitungan unit ekuivalen departemen bersangkutan.


Apabila tambahan bahan baku tersebut mengakibatkan bertambahnya unit
produk di departemen yang bersangkutan, maka akan mengakibatkan
diadakannya penyesuaian terhadap harga pokok produksi per satuan dari
departemen sebelumnya.

i. Adanya Bahan Sisa Proses Produksi (Scrap Matreial)


Adalah bahan baku yang merupakan sisa proses produksi yang tidak dapat
dimasukkan lagi dalam produksi untuk tujuan yang sama, tetapi mungkin dapat
digunakan untuk proses produksi yang berbeda atau dijual kembali dalam suatu
jumlah tertentu. Bahan sisa ini nilai jualnya lebih kecil dibandingkan produk
utama.
5) Adanya Bahan Buangan (Waste Material)
Adalah bagian dari bahan mentah yang tertinggal sesudah proses produksi dan
tidak mempunyai kegunaan untuk dipakai atau dijual kembali. Biaya dalam
mengatur bahan buangan biasanya dibebankan pada kontrol overhead pabrik.

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 19

10.3 KESIMPULAN DAN SARAN


10.3.1 Kesimpulan
Metode perhitungan rata-rata memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Semua elemen harga pokok produk dalam proses awal digabungkan dengan
biaya produksi pada periode dan departemen yang bersangkutan.
b. Dilakukan pemecahan elemen harga pokok produksi (Biaya bahan, BTKL,
BOP)
c. Perhitungan unit ekuivalen dengan rumus Unit Ekuivalen =(Produk
Selesai+Produk dalam proses akhir) x Tk.Penyelesaian
d. Harga Pokok per unit setiap elemen biaya membagi total elemen biaya setelah
digabung dengan unit ekuivalen.
e. Tidak membedakan asal produk yang sudah selesai.

Metode FIFO memiliki karakteristik sebagai berikut :


a. Proses produksi pertama kali untuk menyelesaikan produk dalam proses awal,
kemudian menyelesaikan produk yang baru masuk proses.
b. Tidak ada penggabungan antara harga pokok produksi dari produk dalam
proses awal dengan biaya produksi yang terjadi pada periode yang
bersangkutan.
c. Harga Pokok Produk dalam prose awal tidak perlu dilakukan pemecahan ke
dalam elemen-elemen biaya, sedangkan untuk produk yang baru masuk
diadakan pemecahan elemen biaya dengan tujuan untuk mengetahui biaya per
unit masing-masing.

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 20

d. Perhitungan unit ekuivalen dengan rumus Unit Ekuivalen = (P.DPAwal x Tk.


Penyle yg dibutuhkan) + P.Selesai yg br msk +(Produk dalam proses akhir x
Tk.Penyelesaian).
e. Harga Pokok per unit dengan membagi biaya yang dikeluarkan periode yang
bersangkutan dg unit ekuivalen.
f. Dalam penyajian Laporan Harga Pokok Produksi, perlu diadakan pemisahan
asal harga pokok produk selesai (dari produk dalam proses awal atau produk
yang baru masuk proses).

Metode LIFO memiliki karakteristik sebagai berikut :


a. Proses produksi pertama kali untuk menyelesaikan produk yang baru masuk
proses lalu menyelesaikan produk dalam proses awal
b. Elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak perlu digabung dengan
elemen biaya yang dikeluarkan periode ini.
c. Perhitungan unit ekuivalen dengan rumus
Produk yg masuk proses belum dapat diselesaikan semua, rumusnya.

Unit Ekuivalen

Produk selesai + (P.DPAkhir x Tk.Peyle)


(PDP Awal x Tk.Penyelesaian yg sdh
dinikmati)

Produk selesai > produk yang baru masuk proses periode ini :
Unit Ekuivalen : produk yang baru masuk + (produk selesai dari masuk dalam
proses awal x Tingkat penyelesaian yang diperlukan)

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 21

d. Harga Pokok per unit dengan membagi biaya yang dikeluarkan periode yang
e.

bersangkutan dg unit ekuivalen.


Dalam penyajian Laporan Harga Pokok Produksi, perlu diadakan pemisahan
asal harga pokok produk selesai (dari produk dalam proses awal atau produk
yang baru masuk proses).

10.3.2 Saran
Dalam menentukan metode harga pokok proses suatu perusahaan bisa
menggunakan salah satu dari ketiga metode tersebut. Namun yang terpenting
adalah kita harus konsisten dalam penggunaan metode untuk menghindari
perusahaan

dari

kesalahan-kesalahan

yang

memiliki

perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
http://Academiu.co.id

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 22

potensi

merugikan

http://blogspot.com

K.Carter William. 2009. Cost Accounting. Jakarta: Salemba Empat


S Polimeni Ralph dan A Cashin James. 1981. Cost Accounting.
McGraw-Hill, Inc

Harga Pokok Proses Lanjutan

Page 23

Anda mungkin juga menyukai