Anda di halaman 1dari 8

Nama : I PUTU BETRAN JUNIARTHA

No

: 10

Kelas

: VIII E

CALON ARANG
Calon Arang adalah seorang perempuan setengah tua yang mempelajari mantra
hitam dan menebarkan teluh kepada banyak orang dengan izin Dewi Durga yang
disembahnya. sebelum Calon Arang mengganas dengan teluhnya, ia telah dikenal
sebagai perempuan jahat yang tidak disukai warga sedusun, Girah. Akibatnya,
warga pun menjauhi putri tunggalnya, Ratna Manggali. Tidak ada seorang lelaki
pun yang mau meminang Ratna Manggali untuk menjadi istri walaupun ia seorang
perempuan cantik.
Gara-gara tidak ada lelaki yang berminat memperistri putrinya, Calon Arang
yang pada dasarnya sudah jahat, memutuskan untuk membalas dendam dengan
menebarkan teluh di dusunnya. Akibatnya banyak orang yang tewas, dan
kegelisahan pun menyebar hingga ibukota kerajaan Daha. Raja Erlangga segera
mengutus pasukannya untuk menangkap Calon Arang, dan menyabdakan bahwa
jika ia melawan, Calon Arang boleh dibunuh. Tapi ketika para prajurit berhadapan
dengan Calon Arang, mereka tidak sanggup melawan perempuan itu. Tiga di antara
mereka bahkan terbakar oleh api yang disemburkan dari mata, hidung, kuping, dan
mulut Calon Arang.
Kedatangan pasukan Raja Erlangga untuk menangkapnya membuat Calon Arang
semakin murka. Kali ini meminta restu Dewi Durga, Calon Arang memutuskan
menebarkan teluh hingga ke ibukota kerajaan, termasuk ke dalam istana raja.
Erlangga tidak tinggal diam. Atas arahan sembahannya, Dewa Guru, ia meminta
bantuan Empu Baradah, satu-satunya orang yang bisa mengatasi keganasan Calon

Arang. Tindakan pertama yang dilakukan Empu Baradah adalah menikahkan


Empu Bahula, salah satu muridnya dengan Ratna Manggali. Apa yang menjadi
tujuan Empu Baradah sangat jelas yaitu bahwa setelah menikah dengan Ratna
Manggali, Empu Bahula bisa menemukan rahasia gelap Calon Arang. Rencana
Empuh Baradah berhasil karena dengan memperdaya istrinya, Empu Bahula bisa
membawa rahasia kekuatan Calon Arang ke hadapan gurunya.
Pada akhirnya, Empu Baradah siap berhadapan langsung dengan Calon Arang.
Mengira bisa mengalahkan Empu Baradah, Calon Arang tidak segan melecehkan
sang pertapa. Tapi nasibnya telah ditentukan, Calon Arang tetap harus mati, dan ia
mengalami dua kali kematian.

Kerajaan Daha di Zaman Erlangga

Adalah sebuah Negara. Daha namanya. Negara itu berpenduduk banyak. Dan
rata-rata penduduk makmur. Tiap-tiap sore anak-anak muda berlatih keprajuritan di
alun-alun. Dan ada kalanya diadakan pertandingan antara seorang bakal perwira
dengan seekor banteng yang digalak-galakan. Ribuan rakyat menonton
pertandingan itu. Kalau bakal perwira yang menang diangkatlah ia menjadi
perwira.
Yang memerintah Negara itu adalah seorang raja. Erlangga namanya. Baginda
terkenal bijaksana dan berbudi. Menurut riwayat, istana baginda tak ubahnya
dengan surga dewa indera tiap-tiap tahun Negara yang takluk kepada Daha
mengirim upeti kepada Baginda.
Akan tetapi keadaan sentosa segera berubah. Keamanan terancam. Penduduk
jadi gelisah karena tersiar berita musuh akan datang.

II

Calon Arang

Girah adalah sebuah dusun di Negara Daha. Disana Tinggalah seorang janda
yang bernama Calon Arang. Calon Arang adalah manusia setengah tua. Ia
mempunyai anak perawan yang berumur lebih 25 tahun. Ratna Manggali namanya,
bukan main cantik gadis itu.
Sekalipun demikian tak ada seorang pun pemuda yang datang meminang, karena
takut kepada ibunya, yaitu Calon Arang. Calon Arang ini memang buruk
kelakuannya. Ia senang menganiaya sesama manusia, membunuh, merampas, dan
menyakiti. Calon Arang adalah tukang teluh dan punya banyak ilmu ajaib untuk
membunuh orang.
Ratna Manggali adalah anak tunggal. Karena itu sangat disayangi oleh ibunya.
Dan banyak masyarakat yang membicarakannya dan takut kepada Ratna Manggali.
Lama-lama marahlah Calon Arang karena tak banyak orang yang suka padanya.
Dari murid-murid itu banyak mendengar bahwa anaknya jadi buah percakapan,
karena tak juga diperistri orang.
Lalu Calon Arang pun menyembah Dewi Durga dan meminta izin untuk
menyebarkan teluh kepada orang banyak. Lalu Dewi Durga mengizinkan Calon
Arang untuk membangkitkan penyakit tetapi hanya diluar ibukota saja. Bukan
main girang hati Calon Arang.

III

Empu Baradah

Pada waktu itu ada seorang pertapa. Ia bergelar Empu. Empu artinya guru. Ia
bernama Baradah. Orang-orang menyebutnya Empu Baradah. Empu Baradah
adalah orang yang sangat saleh dan taat benar kepada agamanya. Ia selalu
bertakwa kepada dewanya.
Sang Empun sungguh berbeda dengan Calon Arang. Menolong orang adalah
pekerjaan yang sangat diutamakan. Karena itu lama-lama penduduk Dusun Lemah
Tulis menganggapnya sederajat dengan dewa-dewa.
Empu Baradah mempunyai seorang istri dan seorang putrid yang cantik. Sedang
remaja putrinya. Gadis itu bernama Wedawati. Ia jadi bunga bukan karena
kecantiknnya saja. Selain molek ia pun ramahseperti ayahnya. Ia sudah bekerja,
cekatan pula. Semua tingkah lakunya menjadi sebuah percakapan dan dibuat
contoh oleh gadis-gadis di seluruh Lemah Tulis.
Pada suatu hari ibu Wedawati jatuh sakit, dan lama-kelamaan ibunya Wedawati
pun meninggal. Wedawati pun menangis karena ditinggal mati oleh ibunya. Empu
Baradah pun beristri lagi. Dan Wedawati memperoleh adik laki-laki seorang.

IV

Calon Arang mulai mengganas

Penduduk desa tahu belaka, bila Calon Arang dan murid-muridnya pulang
dengan girangnya dari Candi Durga pasti ada orang yang menemui ajalnya. Calon
Arang akan merasa lebih berbahagia bila telah menyakiti dan menewaskan orangorang yang dibencinya.
Tiap-tiap waktu muridnya harus berkeramas. Yang dipergunakan untuk
mengeramasi rambut adalah darah. Darah itu adalah darah manusia juga. Karena
itu rambut murid-murid Calon Arang lengket dan tebal. Kalau mereka sedang
berpesta tak ubahnya dengan sekawanan binatng buas. Takut orang melihatnya.
Kalau ada yang ketahuan mengintip, orang itu diseret ketengah pesta dan darahnya
dipergunakan keramas.
Calon Arang bersama murid-muridnya keluar dari rumah. Weksirsa membawa
pedupaan, berjalan didepan sekali sambil menandak-nandak gila. Calon Arang
berjalan ditengah-tengah membawa kitab sambil mengucapkan mantra-mantra.
Sampai di perempatan jalan, mereka berhenti. Di tengah-tengah perempatan inilah
mereka menanamkan teluh, agar penyakitnya dapat pergi ke empat mata angin.
Setelah itu mereka pulang dengan girangnya kerumah Calon Arang. Disana
mereka makan-minum bersenang-senang. Penyakit panas-dingin yang diteluhkan
Calon Arang tak bisa dicegah lagi. Kian lama kian melebar di gunung, hutan,
dusun, dan sawah. Tambah banyak orang mati dimakan penyakit itu.
Pendeta-pendeta yang baik hati mencoba menolak teluh itu, tetapi sia-sia. Calon
Arang lebih pandai dari mereka semua Karena itu orang hidup dalam ketakutan.

Nama Calon Arang disebut oleh tiap orang. Ia dikutuki oleh semua orang. Kalau
bisa merek mau menumpas oerempuan jahat itu.

Anda mungkin juga menyukai