SAP 8 DAN 9
OLEH:
1.
Modal Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum dipisahkan dari pemiliknya. Karena
terpisah dari pemiliknya maka kewajiban pemilik terhadap perusahaannya terbatas sampai jumlah modal yang di
setornya. Selain itu bentuk perseroan memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak orang, setiap orang yang
menyetor menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak, maka
pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihak pihak lain yang diangkat menjadi pimpinan PT tersebut. Dengan
kata lain yang menjalankan PT adalah orang orang yang diangkat oleh pemilik.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti
pemilikan yang berbentuk saham yang di serahkan kepada pihak pihak yang menyetor modal. Pemilik PT merupakan
kumpulan pihak pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Saham yang di keluarkan oleh PT
dapat dicantumkan nama pemiliknya, disebut saham atas, dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya.
Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak yaitu:
Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang
saham.
Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan.
Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan saham masing masing
pemegang saham dapat tidak berubah.
Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi.
Apabila perusahaan itu mengeluarkan satu saham maka seluruh pemegang saham mempunyai hak yang sama, tetapi
bila saham yang dikeluarkan itu lebih dari satu jenis maka yang diberikan kepada masing masing jenis berbeda,
tergantung pada kontrak pengeluaran saham yang disetujui.
2.
Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan modal saham akan dibahas dalam topik berikut:
a.
b.
c.
d.
Rp. 1.000.000,-
Asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 2.500,- per lembar. Jurnal yang harus dibuat adalah :
Kas (1000 x Rp. 2.500) .. Rp. 2.500.000,Saham Biasa (1000 x Rp. 1.000,-) . Rp. 1.000.000,Tambahan Modal Disetor ......................
1.500.000,-
Dan asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 950,- per lembar,* maka jurnal penerbitan saham
adalah sebagai berikut :
Kas (Rp. 950 x 1000) Rp. 950.000,Tambahan Modal Disetor (50 x 1000)
50.000,-
Saham Biasa (Rp. 1.000 x 1000) .. Rp. 1.000.000,Catatan : * perusahaan jarang sekali, atau tidak pernah menerbitkan saham dengan nilai di bawah harga pari. Jika
menerbitkan saham di bawah harga pari, perusahaan mencatat disagio itu sebagai debit pada Tambahan Modal Disetor.
2.
Jika saham tanpa nilai pari diterbitkan, maka berapa pun harga jualnya, jurnalnya akan terlihat sebagai berikut :
Kas
Ada kalanya saham tanpa nilai pari memiliki nilai yang ditetapkan (stated value) maksudnya saham tersebut tidak boleh
dijual dibawah nilai yang ditetapkan. Dengan kata lain harga jual minimum saham tersebut harus sama dengan nilai
yang ditetapkan. Untuk penerbitan saham dengan nilai yang ditetapkan ada dua alternatif yaitu :
1. Jika saham dijual dengan harga diatas state value.
2. Jika saham dijual dengan harga sama dengan stated value.
Misalkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai yang ditetapkan Rp. 1.500,- per lembar diterbitkan dengan harga Rp.
2.000,- maka jurnal penerbitannya adalah sebagai berikut :
Kas (2000 x 1000) Rp. 2.000.000,Saham Biasa (1500 x 1000) ...................
Rp. 1.500.000,-
500.000,-
Asumsikan dalam soal diatas saham dengan nilai ditetapkan dijual / diterbitkan dengan harga Rp. 1.500,- per lembar,
maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
Kas (1500 x 1000) . . Rp. 1.500.000,Saham Biasa (1500 x 1000) . Rp. 1.500.000,3. Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Lumpsum Sales)
Yang menjadi masalah pada Lumpsum Sales adalah dalam hal menentukan harga jual masing-masing jenis surat
berharga. Untuk itu ada dua metode yang dapat digunakan yaitu metode proportional dan metode incremental.
Metode Proporsional. Jika nilai pasar atau dasar lainnya yang baik untuk menentukan nilai relatif setiap kelompok
sekuritas tersedia, maka nilai lump sum yang diterima dialokasikan di antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar
proporsional. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah perusahaan menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai
ditetapkan $10 yang memiliki harga pasar $20 per saham, dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari $10 yang
memiliki harga pasar $12 per saham diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar $30.000.
Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x $20)
= $20.000
= 12.000
$ 32.000
: $20.000 x $30.000
= $18.750
$32.000
Dialokasikan ke saham preferen : $12.000 x $30.000
= $11.250
$32.000
Saham Biasa
Saham Preferen
Nilai jual
$ 18.750
$11.250
Nilai nominal
$ 10.000
$10.000
$ 8.750
$ 1.250
$ 10.000
$ 1.250
Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat ditentukan, maka metode incremental
dapat dipergunakan. Nilai pasar sekuritas itu digunakan sebagai dasar untuk kelompok-kelompok yang telah diketahui
dan sisa dari nilai lump sum dialokasi ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui. Sebagai contoh, jika 1.000
lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan $10 memiliki nilai pasar $20 dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai
pari $10 yang tidak memiliki nilai pasar ditetapkan dan diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar $30.000, maka
alokasi adalah sebagai berikut :
Penerimaan lump sum
$30.000
20.000
$10.000
Saham Preferen
Nilai jual
$ 20.000
$10.000
Nilai nominal
$ 10.000
$10.000
$ 10.000
$ 0
4.
$ 10.000
Adakalanya suatu perusahaan menerbitkan sahamnya untuk aktiva selain kas, hal ini biasa terjadi pada perusahaan yang
baru dalam rangka membuat cash-flow yang baik, untuk membayar biaya promosi dan untuk membayar land,
equipment dan non-cash-assets lainnya. Walaupun tidak ada penerimaan kas namun transaksi tersebut harus dicatat
sebesar nilai pasar wajarnya.
Sebagai contoh, serangkaian transaksi menggambarkan prosedur pencatatan penerbitan 10.000 lembar saham biasa
dengan nilai pari $10 yang ditukar dengan paten pada PT.XYZ, dalam berbagai keadaan.
1. Nilai pasar wajar paten belum dapat ditentukan PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar saham diketahui sebesar $140.000
Paten
$140.000
Saham Biasa
$100.000
40.000
2. Nilai pasar wajar saham belum dapat ditentukan oleh PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar paten ditetapkan sebesar
$150.000
Paten
$150.000
Saham Biasa
$100.000
50.000
3. Nilai pasar wajar saham maupun nilai wajar paten belum diketahui oleh PT.XYZ. Konsultan independen menetapkan
nilai paten sebesar $125.000 berdasarkan pada aliran kas diskonto yang diharapkan.
Paten
$125.000
Saham Biasa (10.000 lembar x $10)
Agio Saham Biasa
$100.000
25.000
3.SAHAM PREFEREN
Saham preferen (preferred stock) adalah saham dengan kelas khusus yang ditetapkan sebagai preferen (istimewa)
karena saham ini memiliki beberapa preferen atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik berikut
adalah yang paling sering berkaitan dengan penerbitan saham preferen:
1.
2.
3.
4.
5.
Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa mungkin terletak dari pada sifatnya yang lebih
tertutup dan negatif di samping preferensinya; misalnya, saham preferen tidak memiliki hak suara, tidak kumulatif, dan
nonpartisipasi.
Saham preferen biasanya diterbitkan dengan suatu nilai pari, dan preferensi dividen dinyatakan sebagai suatu persentase
dari nilai pari. Jadi pemegang saham preferen 8%, dengan nilai pari Rp900.000 memberikan hak dividen tahunan
Rp72.000 per saham. Saham ini biasanya disebut saham preferen 8%. Dalam kasus saham preferen tanpa nilai pari,
preferen dividen dinyatakan sebagai jumlah rupiah spesifik (specific rupiah amount) per saham, misalnya Rp63.000 per
saham. Saham ini umumnya disebut saham preferen Rp63.000. preferen untuk dividen tidak memastikan bahwa dividen
akan membayar; hal itu hanya merupakan jaminan bahwa tingkat dividen yang ditetapkan atau jumlah yang dapat
ditetapkan pada saham preferen harus dibayar sebelum ada dividen yang dibayar untuk saham biasa.
Karakteristik Saham Preferen
Sebuah perseroan dapat menyertakan preferensi atau batasan pada setiap kombinasi yang diinginkan untuk penerbitan
saham preferen sepanjang tidak bertentangan secara spesifik dengan hukum negara, dan perseroan itu dapat
menerbitkan lebih dari satu kelompok saham preferen. Karakteristik paling umum yang melekat pada saham preferen
akan dibahas berikut ini.
1. Saham Preferen Kumulatif. Dividen yang tidak dibayar dalam suatu tahun harus dibayar dalam tahun berikutnya
sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham biasa. Jika direktur tidak mengumumkan dividen pada tanggal
pembagian dividen yang biasa, maka dividen itu disebut sebagai passed (terlewat). Setiap dividen yang terlewat atas
saham preferen kumulatif merupakan dividen tertunggak (dividen in arrears). Karena tidak ada kewajiban yang terjadi
sampai dewan direksi mengumumkan dividen, maka dividen tertunggak tidak dicatat sebagai kewajiban tetapi
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (Menurut common law, jika akta perusahaan tidak menyebutkan
karakteristik kumulatif, maka saham preferen dipertimbangkan sebagai kumulatif). Saham preferen nonkumulatif jarang
diterbitkan karena dividen yang terlewat akan hilang selamanya bagi pemegang saham preferen dan penerbitan saham
ini tidak dapat dipasarkan.
2. Saham Preferen Partisipasi. Pemegang saham preferen partisipasi membagi rata dengan pemegang saham biasa
setiap pembagian laba di luar tingkat yang ditentukan. Jadi, saham preferen 5%, jika berpartisipasi penuh, akan
menerima tidak hanya pengembalian 5%, tetapi juga dividen pada tingkat yang sama seperti yang dibayarkan kepada
pemegang saham biasa jika jumlah yang melebihi 5% dari nilai pari atau nilai ditetapkan dibayarkan kepada pemegang
saham biasa. Selain itu, saham preferen partisipasi juga tidak selalu berpartisipasi penuh sebagaimana telah diuraikan,
tetapi berpartisipasi sebagian (parsial). Sebagai contoh, ketentuan dapat diberlakukan bahwa saham preferen 5% akan
berpartisipasi sampai maksimum total tingkat 10%, setelah itu saham berhenti berpartisipasi dalam pembagian laba
tambahan; atau saham preferen 5% hanya dapat berpartisipasi pada pembagian laba tambahan yang melebihi tingkat
dividen 9% atas saham biasa. Meskipun saham preferen partisipasi tidak digunakan secara ekstensif (tidak seperti
ketentuan kumulatif), namun contoh perusahaan yang telah menggunakan saham preferen partisipasi adalah LTV
Corporation, Southern California Edison, dan Allied Products Corporation.
3. Saham Preferen Konvertibel. Pemegang saham dapat, menurut opsinya, menukar saham preferen menjadi saham
biasa pada rasio yang telah ditentukan sebelumnya. Pemegang saham preferen konvertibel tidak hanya menikmati klaim
preferen atas dividen tetapi juga memiliki opsi konversi ke pemegang saham biasa dengan partisipasi tak terbatas atas
laba.
4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik. Perusahaan penerbit saham dapat menarik atau menebus, pada opsinya, saham
preferen yang beredar pada tanggal tertentu di masa depan dan pada harga yang ditentukan. Banyak penerbit saham
preferen bersifat dapat ditarik. Harga penarikan atau penebusan biasanya ditetapkan sedikit di atas harga penerbitan
awal dan biasanya ditentukan pada satuan yang berkaitan dengan nilai pari. Karakteristik dapat ditarik memungkinkan
perusahaan menggunakan modal yang diperoleh melalui penerbitan saham semacam itu, sampai kebutuhan telah
terpenuhi atau saham tidak menguntungkan lagi. Keberadaan harga penarikan ini cenderung menetapkan plafon nilai
pasar saham preferen kecuali jika hal itu bersifat konvertibel untuk saham biasa. Jika saham preferen ditarik untuk
ditebus, maka setiap dividen yang tertunggak harus dibayar.
5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus. Saham preferen yang dapat ditebus (redeemable preffered stock) mempunyai
periode penebusan wajib atau karakter penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan penerbit saham. Barubaru ini di FASB melaporkan sebuah standar yang mempengaruhi perlakuan akuntansi untuk instrumen hibrida tertentu
dan mengharuskan sekuritas yang bersifat seperti hutang, seperti saham preferen yang dapat ditebus agar
dikelompokkan sebagai kewajiban dan diukur dan diperlakukan seperti kewajiban.
Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen
Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham biasa. Perusahaan mengalokasikan
proceeds antara nilai pari saham preferen dan tambahan modal disetor. Misalkan Bishop Co. menerbitkan 10.000 saham
preferen dengan nilai pari sebesar $10 seharga $12 per saham. Bishop mencetak penerbitan ini sebagai berikut.
Kas
120.000
Saham preferen
Modal disetor sebagai kelebihan dari nilai pari
100.000
20.000
Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban pada tanggal penerbitan), perusahaan
memasukkan saham preferen konvertibel sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham. Di samping itu, ketika
menerbitkan saham preferen konvertibel, tidak ada justifikasi teoritis untuk mengakui keuntungan atau kerugian.
Perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian ketika berurusan dengan pemegang saham dalam kapasitas
mereka sebagai pemilik perusahaan. Namun, perusahaan memakai metode nilai buku (book value method); mendebit
saham Preferen dan Tambahan Modal Disetor yang terkait; menkredit Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor (jika
terdapat kelebihan).
4. Saham Treasuri
Treasury stock adalah saham perusahaan yang di beli kembali dari peredaran untuk sementara waktu.
Perbedaan saham yang belum beredar dengan treasury stock adalah bahwa saham yang belum beredar itu merupakan
modal saham yang belum dijual (diedarka) sedangkan treasury stock merupakan saham yang beredar yang dibeli
kembali.
Pembelian kembali saham beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena :
a.
b.
c.
d.
Treasury stock yang dijual kembali akan dikelompokkan kembali dalam modal saham yang beredar. Kadang-kadang
treasury stock diperoleh dari hadiah (sumbangan) atau dari pelunasan utang.
PENCATATAN TRANSAKSI TREASURY STOCK
Ada beberapa pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pendekatan transaksi treasury stock , yaitu :
1.
2.
Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang beredar dan metode
pencatatnnya disebut sebagai metode nilai nominal.
Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum ditentukan
penyelesaiannya dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode harga perolehan.
3.
Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang beredar dan metode
pencatatnnya disebut sebagai metode nilai nominal.
Dengan pandangan ini dianggap bahwa pembelian treasury stock merupakan pelunasan kembali saham dari
pemegang-pemegang saham tertentu sehingga pemegang saham itu tidak lagi menjadi emegang saham perusahaan.
Apabila treasury stock itu dijual kembali maka penjualannya dianggap mencari pemegang saham baru.
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dapat dicatat dengan cara :
Mendebit rekening modal saham.
Mendebit rekening treasury stock san saldonya dilaporkan mengurangi modal saham beredar dalam neraca.
Debit dalam rekening modal saham / treasury stock dilakukan dengan jumlah sebesar nominal saham-saham
yang dibeli. Selisih harga beli dengan nominal dicatat dalam rekening agio, disagio atau laba tidak dibagi tergantung
dari harga jualnya dulu dan harga beliya sekarang. Berikut contoh transaksi dan urnal mencatat perubahan treasury
stock :
Transaksi
Jurnal
Kas
Laba tahun
150.000,00
2005
sebesar
Rp.
Rp.1.200.000,00
Modal saham
Rp.1.000.000,00
Agio saham
Rp.200.000,00
Laba rugi
Rp.150.000,00
Rp.150.000,00
Modal saham
Rp.100.000,00
Agio saham
Rp.20.000,00
Kas
Rp.130.000,00
Rp.150.000,00
Modal saham
Rp.100.000,00
Agio saham
Rp.50.000,00
Modal
Modal saham
Rp.1.000.000,00
Agio saham
Rp.230.000,00
Rp.140.000,00
Rp.1.370.000,00
Keterangan :
Pada tahun 2006, saham yang beredar dibeli dengan harga Rp.1.300,00. Jika dibandingkan dengan harga jualnya pada
tahun 2005 (Rp.1.200,00) maka terdapat selisih sebesar Rp.100,00 per lembar. Selisih ini (Rp.100,00 x 100 lembar)
dianggap sebagai pembagian dividend an dibebankan pada rekening laba tidak dibagi. Rekening modal saham didebit
sebesar Rp.1000,00 (nominal) x 100 lembar dan rekening agio saham dibatalkan sengan jumlah yang sebanding dengan
agio tyang diperoleh pada saat saham tersebut dijual tahun 2005 yaitu sebesar Rp.200,00 per lembar. Penjualan kembali
treasury stock pada tahun 2006 dengan harga Rp.1.500,00 per lembar dicatat dengan cara biasa.
Transaksi
Jurnal
Kas
Rp.1.200.000,00
Modal saham
Rp.1.000.000,00
Agio saham
Rp.200.000,00
Laba rugi
Rp.150.000,00
Rp.150.000,00
Treasury Stock
Rp.100.000,00
Agio saham
Rp.20.000,00
Kas
Rp.130.000,00
Rp.150.000,00
Treasury Stock
Rp.100.000,00
Agio saham
Rp.50.000,00
Modal
Modal saham
Rp.1.000.000,00
Agio saham
Rp.230.000,00
Rp.140.000,00
Rp.1.370.000,00
(b). Rekening treasury stock didebit dan saldonya dikurangkan pada modal saham
Keterangan :
Metode b sama dengan metode a hanya saja rekening yang dipakai mencatat pembelian saham sendiri yang berebda.
Dalam metode a, saham sendiri yang dibeli didebitkan ke rekening modal saham, sedangkan metode b yang didebitkan
adalah rekening treasury stock. Begitu pula pada saat penjualan treasury stock, dalam metode a yang dikreditkan adalah
modal saham sedangkan pada metode b yang dikreditkan adalah rekening treasury stock.
Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum ditentukan penyelesaiannya
dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode harga perolehan.
Saldo rekening treasury stock ini dikurangkan pada modal perusahaan (yaitu mengurangi jumlah modal). Metode yang
berdasarkan pada anggapan ini dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan hal-hal sebagai beikut :
Treasury stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang negatif, dan tidak usah diidentifikasi dengan elemenelemen modal yang ada seperti modal saham atau laba tidak dibagi. Apabila treasury stock tadi dihentikan peredarannya
dalam arti tidak dijual lagi maka saldo rekening ini akan dialokasikan ke elemen-elemen modal. Apabila treasury stock
ini dijual lagi, maka penjualan ini dianggap sebagai penyelesaian akhir dari saham-saham tersebut. Jadi sesudah
diputuskan itu dijual kembali, barulah dapat diketahui akibat dari transaksi treasury stock ini terhadap elemen-elemen
modal yang ada.
Untuk menjelaskan penggunaan metode ini, dibawah ini diberikan contoh transaksi treasury stock.
Transaksi
Jurnal
Kas
Rp.1.200.000,00
Modal saham
Rp.1.000.000,00
Agio saham
Rp.200.000,00
Laba rugi
Rp.150.000,00
Treasury stock
Kas
Rp.150.000,00
Rp.130.000,00
Kas
Rp.130.000,00
Rp.150.000,00
Treasury stock
Rp.130.000,00
Agio saham
Rp.20.000,00
Modal
Modal saham
Rp.1.000.000,00
Agio saham
Rp.220.000,00
Rp.150.000,00
Rp.1.370.000,00
Keterangan :
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury stock sebesar harga beli/harga perolehannya.
Jika sebelumnya ada penjualan treasury stock dibuat dalam neraca, maka treasury stock ini akan mengurangi jumlah.
Modal saham
Rp.1.000.000,00
Agio saham
Rp.200.000,00
Rp.150.000,00
Rp.1.350.000,00
Treasury stock
Rp.130.000,00
Rp.1.220.000,00
10
Ekuitas pemegang saham dipisahkan dalam dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran
dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuridis dan modal setoran tambahan, dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal sumbangan).
Tujuan Penyajian Ekuitas
Tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang
berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen. Tujuan lain adalah menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
Klasifikasi ekuitas pemegang saham menjadi modal setoran dan laba ditahan sebenarnya merefleksi
pembedaan atas dasar sumber. Ditinjau dari sumber, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang
saham, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran
meskipun jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham.
Tiga kategori berikut biasanya muncul pada kelompok ekuitas pemegang saham :
a) Modal saham
b) Tambahan modal disetor (modal yang melebihi nilai pari atau nilai ditetapkan)
c) Laba ditahan
Dua kategori pertama, yaitu modal saham dan tambahan modal disetor merupakan modal kontribusi, sementara
laba ditahan merupakan modal yang diperoleh perusahaan.
c) Pengurangan
d) Saldo pada akhir period
11
f)
e)
ANALISIS
g) Beberapa rasio menggunakan jumlah yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham untuk
b)
c)
Harga Pasar Sa h am
Laba per Sa h am
Rasio Pembayaran=
DividenTunai
Laba bersi hDeviden per sa h am
12
i)
j)
Modal Yuridis
k) Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah
yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah
minimal yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis (legal capital).
l) Besarnya Modal Yuridis
m) Dalam hal saham bernilai nominal, modal yuridis dapat sama dengan jumalh yang dikenal dengan
nama modal saham. Modal saham menunjuk jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai
nominal per saham.
n)
o) Modal Setoran Lain
p) Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektif saham sehingga secara akuntansi
penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomik.Saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal.
Ada dua alasannya yaitu :
a) Untuk menghindari utang bersyarat dalam hal saham terjual dibawah harga nominal.
b) Tidak ada hubungan antara nilai nominal dengan harga pasar saham.
q) Perubahan Modal Setoran
r)
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas
antara perubahan akibat transaksi operasi. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai
masalah teoritisnya adalah :
a) Pemesanan saham (stock subscription)
b) Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)
c) Saham istimewa terkonversi atau berhak tukar (convertible stocks)
d) Dividen saham (stock dividens)
e) Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrants)
s) Opsi saham ada dua :
a) Opsi saham non imbalan
b) Opsi saham imbalan
t)
modal setoran. Alasannya adalah bahwa begitu modal disetor dan tertanam dalam perusahaan, modal tersebut akan
menjadi investasi permanen dalam perusahaan. Modal setoran tidak akan berkurang kecuali ada pembayaran atau
pembagian dividen yang dapat dikategori sebagai dividen likuidasi atau penarikan kembali saham yang beredar
secara permanen. Paton dan Littleton (1970) sangat menegaskan bahwa perubahan karena transaksi modal harus
dibedakan secara tegas dengan perubahan karena transaksi operasi.
v)
w) Perubahan Laba Ditahan
x) Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam suatu perioda berubah selain karena
transaksi modal tetapi karena transaksi khuusus yaitu :
a) Penyesuaian periode lalu
b) Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya, koreksi kesalahan terbagi atas :
1) Koreksi sebagai penyesuai laba ditahan
2) Koreksi sebagai penyesuai modal setoran lain
3) Koreksi sebagai komponen statemen laba-rugi
c) Pengaruh perubahan akuntansi, ada tiga macam perubahan akuntansi :
1) Perubahan prinsip ata metoda akuntansi
2) Perubahan taksiran akuntansi
3) Perubahan kesatuan pelaporan
d) Kuasi-reorganisasi
13
y) Dewan Standar Akuntansi menetapkan syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan kuasireorganisasi yaiatu (PSAK No. 51, pasal 11) :
1) Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material
2) Perusahaan harus memiliki status kelancaran uasaha dan memiliki prospek yang baik pada saat kuasireorganisasi dilakukan
3) Perusahaan sedang tidak menghadapi permohonan kepailitan
4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
5) Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif
z) Penyajian Modal Pemegang Saham
aa) Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya menggambarkan urutan
perlindungan dalam kondisi perusahaan mengalami defisit dan dalam kondisi perusahaan dilikuidasi.
ab) Urutan Penyarapan Rugi
ac) Urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa dapat digambarkan sebagai berikut :
a.
b.
c.
f.
g.
Pendapatan kotor
Laba bersih
Laba ditahan
d.
e.
atau siapa yanng menanggung segala akibat dalam kasus perusahaan likuidasi.Urutan ini menjadi basis penyajian
untuk kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Urutan perlindungan dapat dikemukakan sebagai berikut :
a) Karyawan dan pemerintah
b) Kreditor berjaminan
c) Kreditor takberjaminan
14
f)
g) Perincian Laba Ditahan
h)
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan langsung ke laba
ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Dan dapat pula disajikan dengan
memerincinya atas dasar tujuan dengan cara yang disebut apropriasi dan pembatasan.
i) Perincian Atas Dasar Sumber
j)
Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi normal
atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa.
k) Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan
l)
Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan
terbatas, dan cadangan umum.
m) Laba Komprehensif
n)
Semua perubahan akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba-rugi.masalah
teoritis dalam hal ini adalah pos-pos mana sajakan yang disajikan melalui statemen laba-rugi dan pos-pos mana
saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Ada dua pendekatan yang dianuuut yaitu :
a)
Pendekatan ini hanya memasukkan kedalam statemen laba-rugi pos-pos operasi yang dianggap
bertalian dengan tahun berjalan dan pengguanaan aset untuk mencapai tujuan utama.
b) Laba Semua-Termasuk.
p)
Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi dalam arti luas dan transaksi
modal.
q) Alasan Mendasar
r) Paton dan Littleton (1970) mengajukan argumen endasar dalam mendukung pendekatan laba
semua-termasuk yaitu konsep pemanfaatan aset.Konsep ini memandang bahwa manajemen mengelola aset
sebagai satu kesatuan.
s) Penyajian Laba Komprehensif
t) Deengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya adalah
bagaimana menyajikan komponen-komposenpembentuk laba komprehensif dan bagaimana meretia disajikan
dalam statement laba-rugi.berikut komponen-komponen pembentuk statemen laba-rugi :
u)
1)Seksi operasi utama
a. Penjualan atau pendapatan
b. Kos barang terjual
c. Biaya penjualan
d. Biaya administratif atau umum
2)Seksi Operasi Tambahan
a) Pendapatan lainnya dan untung
b) Biaya lainnya dan rugi
3)Pajak Penghasilan
4)Operasi Hentian / Tak Lanjutkan
5)Pos Pos Luar biasa / Ekstraordiner
6)Pengaruh Kumulatif perubahan prinsip akuntansi
7)Pengaruh kumulatif perubahan prinsio estimate / taksiran
8)Perubahan ekuitas non pemilik lainnya, termasuk pos pos penerobos
v) Dengan pendekatan semua-termasuk, FASB memperluas cakupan laba yang meliputi pula pos-pos
penerobos.Pos-pos penerobos adalah pos-pos yang dilaporkan langsung dalam statemen laba ditahan tanpa
melelui statemen laba-rugi.terdapat dua pendekatan penyusunan statemen laba-rugi /laba komprehensif
dapat disajikan dengan :
a) Pendekatan satu-statement
b) Pendekatan dua-statement
w)
x)
y)
z)
aa)
ab)
ac)
ad)
ae)
af)
ag)
ah)
ai)
aj)
ak)
al)
am)
an)
ao)
ap)
aq)
ar)
as)
at)
au)
av) DAFTAR PUSTAKA
aw)
Kieso, D.E., Weigandt, J.J. dan Warfield, T.D. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. John Wiley